Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM

EKOSISTEM PERAIRAN DAN PENGUKURAN FAKTOR LINGKUNGAN

NAMA : RIZA ALIFIA ZUKRI

NIM : RRA1C417011

KELOMPOK : 1 (SATU)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
EKOSISTEM PERAIRAN DAN PENGUKURAN FAKTOR LINGKUNGAN

RIZA ALIFIA ZUKRI

RRA1C417011

ABSTRAK
Ekosistem perairan merupakan suatu unit ekologis yang mempunyai komponen biotik dan juga
abiotik yang saling berhubungan di habitat perairan dan komponen biotik terdiri atas komponen
flora dan fauna. Sedangkan komponen abiotik terdiri atas komponen tidak hidup misalnya air
dan sifat fisik dan kimianya. Air merupakan komponen ekosistem perairan dan pengetahuan
tentang kuantitas serta kualitas air merupakan salah satu dasar mempelajari suatu ekosistem.
Potensi air ditentukan oleh jumlah air yang dihasilkan atau dimiliki oleh ekosistem perairan
tersebut. Sedangkan kualitas air ditentukan oleh factor fisik, kimia, dan biologi dari perairan
tersebut. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari factor lingkungan atau komponen
abiotic pada suatu ekosistem kolam (perairan).

Kata Kunci : Ekosistem perairan, komponen pembentuk ekosistem (biotik dan abiotic)

PENDAHULUAN

Ekosistem perairan dibedakan dalam tiga kategori utama yaitu ekositem air tawar,
ekosistem estuarin, dan ekosistem laut. Ekosistem perairan yang terdapat di daratan terbagi atas
dua kelompok yaitu perairan lentic (tenang) dan perairan lotic (perairan berarus deras) (Payne,
1986). Perairan lotic suatu perairan yang dicirikan air yang mengenang atau tidak ada aliran air.
Contoh perairan lotik antara lain : sungai, kanal, dll. Perairan menggenang disebut juga perairan
tenang yaitu perairan dimana aliran air lambat atau bahkan tidak ada dan massa air terakumulasi
dalam periode waktu yang lama. Arus tidak menjadi faktor pembatas utama bagi biota yang
hidup didalamnya. Contoh perairan lentik antara lain : Waduk, danau, kolam, telaga, situ, belik,
dll (Odum, 1993).
Habitat air tawar dibedakan menjadi 2 (lotik dan lentik) :
1. Perairan Mengalir (lotik)
Perairan mengalir mempunyai corak tertentu yang secara jelas membedakannya dari air
menggenang walaupun keduanya merupakan habitat air tawar. Satu perbedaan mendasar
antara danau dan sungai adalah bahwa danau terbentuk karena cekungannya sudah ada
dan air yang mengisi cekungan itu, tetapi danau setiap saat dapat terisi oleh endapan
sehingga menjadi tanah kering (Ewusie, 1990 : 186).
2. Perairan Menggenang (Lentik)
Perairan menggenang dibedakan menjadi perairan alamiah dan perairan buatan. Beberapa
contoh perairan lentik yang alamiah antara lain adalah danau, kolam, rawa, situ dan
telaga, sedangkan perairan buatan antara lain adalah waduk.
Air merupakan komponen ekosistem perairan dan pengetahuan tentang kuantitas serta
kualitas air merupakan salah satu dasar mempelajari suatu ekosistem. Setiap jenis biota memiliki
batas kisaran kualitas air yang mampu ditoleransi agar metabolisme tubuhnya tetap berjalan
normal. Kualitas air yang baik dan pada kondisi optimum mampu menampung berbagai jenis
biota sehingga memiliki keragaman yang tinggi, sebaliknya keragaman jenis menjadi rendah
ketika kualitas airnya buruk. Pada kondisi kualitas air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari
optimumnya maka biota muda yang mampu mentoleransinya sangat sedikit. Pada kondisi
kualitas air yang ekstrim sangat tinggi atau rendah maka spesies yang mampu mentoleransi
keadaan tersebut sangat sedikit (Lyons, 2006).
Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kuantitas air, jumlah dan jenis polutan yang masuk
kebadan sungai serta faktor lainnya. Kuantitas air pada musim hujan sangat banyak sehingga
mampu mengurai polutan yang memasuki badan sungai, akibatnya kualitas airnya cukup baik.
Pada musim kemarau kuntitasnya sedikit menyebabkan kemampuan untuk menguraikan polutan
sangat berkurang, sehingga kualitas airnya jelek. Kemampuan biota untuk mentoleransi kualitas
air tergantung jenis dan lama pemaparan bahan cemaran, serta jenis dan umur biota (Djumanto,
2013 : 27). Dengan demikian, tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari factor
lingkungan atau komponen abiotic pada suatu ekosistem kolam (perairan).

METODE
Praktikum yang berjudul Ekosistem Perairan Dan Pengukuran Faktor Lingkungan ini
dilakukan pada Kamis, 26 September 2019 pukul 13.00 WIB dikolam Universitas Jambi. Metode
yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode survey yaitu praktikan langsung mengambil
data dari satu tempat dengan 3 kali pengulangan pengambilan data/sampel. Alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu thermometer air, pH meter, keeping sechi, dan plankton net.
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah yang pertama mengukur suhu air dengan
thermometer air selama 2 menit pada 3x pengulangan dan melihat perubahan suhunya. Kedua,
mengukur pH meter dengan mencelupkan kedalam air pada 3x pengulangan. Ketiga, keeping
sechi dicelupkan kedalam air sampai warna pada keeping sechi tidak terlihat lagi, lalu angkat dan
ukur kedalammya dengan memberi tanda setiap 1m dan dilakukan 3x pengulangan. Terakhir,
plankton net denagn cara menyeret kedalam air, seingga air masuk kedalam botol pada ujung net.
Kemudian hasilnya dimasukkan kedalam tabel data hasil.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Komponen abiotik
NO Parameter Pengulangan Rata-rata Foto Pengamatan

1 2 3

1. Temperature (°C) 33°C 32°C 31°C 32°C

2. Turbinitas (cm) 74 cm 68 cm 83 cm 75 cm

3. pH 6 6 6 6

2. Komponen biotik
No Jenis Peran Gambar

1. Anggang- Konsumen
anggang

2. Rumput Liar Produsen

Tipe ekositem yang diamati adalah perairan lentic (tenang) berupa kolam. Kolam dapat
dikatakan sebagai salah satu ekosistem yang sempurna apabila kita dapat melihat proses-proses
interaksi antar empat komponen lingkungan dapat berlangsung dengan baik. Empat komponen
ekosistem kolam tersebut adalah sebagai berikut :
1. Komponen abiotik, yang terdiri atas materi anorganik dan organik yang terlarut dalam air
berupa CO2, O2, Ca, N, garam-garam fosfat, asam amino, materi humus, dan lainlain.
Sebagian kecil unsur hara yang terdapat di dalam kolam bersifat larut sehingga dapat
segera digunakan oleh organisme lainnya. Sebagian besar unsur-unsur hara tersebut
mengendap di dalam sedimen dasar kolam. Laju pembebasan unsur hara dari bentuk
padat ke bentuk terlarut, masuknya cahaya ke dalam kolam, fluktuasi suhu, dan kisaran
iklim merupakan proses-proses penting yang mengatur kecepatan proses metabolisme
dalam ekosistem kolam.
2. Komponen produsen di dalam kolam terdapat dalam dua bentuk, yaitu :
- Tumbuhan berakar atau mengapung (biasanya hanya pada kolam yang dangkal
atau pada bagian yang dangkal)
- Fitoplankton (biasanya algae) berperan sebagai produsen utama di perairan.
Dengan adanya fitoplankton dalam kolam menyebabkan air kolam berwarna
kehijauan. Fitoplankton merupakan organisme yang memegang peranan penting
dalam perairan. Beberapa fitoplankton ada yang hidup di perairan bersih dan ada
juga beberapa kelompok yang dapat hidup di perairan yang tercemar (Suryanti,
2013 : 39).
3. Makrokonsumen adalah hewan-hewan kecil dalam kolam, seperti larva serangga,
crustacea (udang-udangan), dan ikan. Konsumen primer biasanya memakan langsung
tumbuhan hidup, dan konsumen primer ini ada dua macam, yaitu zooplankton (hewan
yang memakan fitoplankton), dan bentos (hewan yang hidup di dasar perairan),
sedangkan konsumen sekunder meliputi serangga dan ikan yang akan memakan
konsumen primer. Di samping itu ada juga konsumen yang memakan detritus (sampah).
4. Saprotrof atau organisme pengurai (mikrokonsumen) yang terdiri atas bakteri akuatik,
flagellata, dan fungi. Organisme pengurai ini umumnya terdapat di permukaan sedimen
dasar kolam.
Suhu, tubeditias, pH merupakan parameter kualitas air sangat penting yang terkait dengan
kehidupan organisme perairan. Mengukur suhu air dengan menggunakan termometer dengan
cara mencelupkan air dan tunggu 2 menit, suhu yang baik adalah 30 ºC. Dan hasil yang kami
dapatkan suhu dengan rata-rata 32ºC. Selajutnya pengukuran kecerahan air dilakukan
menggunakan alat keping sechi. Keping sechi dimasukan perlahan kedalam air sampai tidak
terlihat lagi, lalu catat berapa panjang tali ketika keping sechi itu dikeluarkan. Dari hasil
pengamtan turbiditas didapatkan rata-rata 75cm jarak pandang kekeruhan air di kolan Unja
tersebut, dan disimpulkan bahwa air tersebut tidak baik atau keruh. Dan yang terakhir yaitu pH
air yang dilakukan menggunakan alat pH meter. Sampel air pada kolam Unja diambil
menggunakan wadah dan masukan indikator pH, diamkan selama 2 menit lihat perubahan warna.
pH air dikatakan baik itu memiliki pH 7 (netral), jika pH air kolan tersebut < 7 termasuk asam,
dan > 7 termasuk basa. Dan hasil praktikum yang kami dapatkan pH air kolam yaitu 6 dan itu
berarti asam.

PENUTUP
Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa ekosistem perairan yaitu
lingkungan perairan yang terdapat organisme – organisme hidup didalamnya. Komponen abiotik
terdiri atas komponen tidak hidup misalnya air dan sifat fisik dan kimianya. Factor lingkungan
pada perairan meliputi factor fisik, factor kimia, dan factor biologi. Faktor fisik : temperature,
intensitas cahaya, dan warna air. Factor kimia : O2 dan CO2 sedangkan factor biologi : kandungan
jumlah bakteri yang bersifat toksik.

DAFTAR PUSTAKA
Djumanto, 2013. Indek Biotik Famili Sebagai Indikator Kualitas Air Sungai Gajahwong
Yogyakarta. Jurnal Perinakan. 15 (1) : 26-34
Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Yogyakarta : Kanisus
Lyons J. 2006. A Fish-Based Index of Biotic Integrity To Assess Intermittent Headwater Streams
In Wisconsin USA. Environ. Monit and Assess 122 : 239–258
Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta : UGM
Payne, A.I. 1986. The Ecology of Tropical Lakes and Rivers. New York : John Wiley & Sons
Suryanti, 2013. Kualitas Perairan Sungai Seketak Semarang Berdasarkan Komposisi Dan
Kelimpahan Fitoplankton. Journal Of Management Of Aquatic Resources. 2 (2) : 38
– 45

LAMPIRAN
1. Pengalaman dan pengetahuan apa yang didapat pada praktikum ini?
Jawab : Dapat menggunakan alat-alat praktikum ekosistem perairan dengan baik dan
tepat. Pengamatan yang dilakukan adalah mengukur pH air, temperatur air, mengukur
kedalaman air dengan keping sechi.
2. Kendala dan kesulitan apa yang didapat selama praktikum?
Jawab : Menggunakan alat secara bergilir dan kedalaman kolam yang dangkal
menyulitkan pada saat menggunakan keeping sechi.
3. Saran dan perbaikan untuk praktikum kedepannya!
Jawab : Memberikan waktu agak lebih jika penggunakan alat itu lama.

Anda mungkin juga menyukai