Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM

EKOSISTEM PERAIRAN DAN PENGUKURAN FAKTOR LINGKUNGAN

NAMA : ZUHLIAN MANAU MUSANDI

NIM : RSA1C417022

KELOMPOK : 4(EMPAT)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019

EKOSISTEM PERAIRAN DAN PENGUKURAN FAKTOR LINGKUNGAN


ZUHLIAN MANAU MUSANDI

RSA1C417022

Abstrak

Ekologi merupakan kajian mengenai interaksi antar organisme dengan


lingkungannya. Didalam ekologi terdapat ekosistem yang mempunyai komponen-
komponen tertentu yaitu biotik dan abiotik. Mengetahui interaksi biotik dan abiotik
sangat penting karena struktur dan fungsi dari ekosistem yang mempengaruhi kedua
faktor tersebut. Ekosistem terbagi menjadi dua yaitu ekosistem terestrial(daratan) dan
akuatik(air). Ekosisten akuatik(perairan) adalah unit ekologis yang mempunyai
komponan biotik dan abiotik yang saling berinteraksi di lingkungan perairan. Praktikum
ini dilakukan untuk mengetahui faktor lingkungan dan komponen abiotik pada suatu
ekosistem kolam atau perairan. Metode yang dilakukan yaitu survey di kolam universitas
jambi kemudian menentukan komponen biotik dan komponen abiotik di kolan tersebut.
Dari hasil pengamatan yang didapatkan untuk komponen biotik yaitu ikan sepat,lumut
dan anggang-anggang. Kemudian untuk komponen abiotik ada pengukuran temperatur
air,turbinitas serta pH dari kolam tersebut.

PENDAHULUAN
Ekologi adalah kajian ilmiah mengenai interaksi antara organisme dan lingkungannya.
Lingkungan meliputi komponen abiotik (factor-faktor kimiawi dan fisiktak hidup) seperti suhu,
cahaya, air, dan nutrient. Yang juga penting pengaruhnya pada organisme adalah komponen
biotic (hidup), semua organisme lain yang merupakan bagian dari lingkungan suatu individu
( Campbell, 2004 : 271)

Ekosistem adalah sistem ekologi yang ada dialam terbentuk oleh hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungan dan begitu sebaliknya. Ekosistem merupakan unit
fungsional didalam ekologi yang tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan
abiotik) dan diantara keduanya saling mempengaruhi. Suatu ekosistem meliputi
populasi,komunitas,habitat dan lingkungan serta khusus menunjukkan pada interaksi dinamis
dari semua bagian dari lingkungan terutama terfokus pada interaksi dinamis di semua bagian
lingkungan.

Ekosistem perairan merupakan unit ekologis yang mempunyai komponen biotik


dan abiotik yang saling berinteraksi di dalam habitat perairan. Ekosistem perairan dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu, ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Berdasarkan cara
hidupnya, organisme di air dapat dibedakan menjadi, plankton, nekton, neustron, perifiton, dan
bentos. Plankton terdiri dari fitoplakton dan zooplankton, pergerakan plankton mengikuti gerak
aliran air, Nekton merupakan organisme yang aktif berenang dalam air, contohnya ikan.
Neustron adalah organisme yang mengapung berenang di permukaan air atau berada pada
permukaan air, contohnya serangga air. Perofitron adalah tumbuhan atau hewan yang melekat
pada tumbuhan atau hewan yang melekat pada hewan paku atau benda lainnya, contohnya
keong, bentos yakni tumbuhan atau hewan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan.
(Dwisang, 2008: 180- 183)

METODE

Praktikum yang dilakukan berjudul ekosistem perairan dan pengukuran faktor


lingkungan. Dilaksanakan pada hari Kamis,26 September 2019 pada pukul 13.00 di Kolam
Universitas Jambi. Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode survey dikolam
universitas jambi untuk menentukan ekosistem perairan dan selain itu, diamati juga komponen
abiotik ekosistem, temperatur,turbinitas,dan pH serta komponen biotiknya. Pada pengamatan
ekosistem perairan yang dilakukan, alat dan bahan yang digunakan termometer air,kertas pH
universal, sechi dish,dan plantonet.

Prosedur kerja dari praktikum ini yaitu praktikan dibiarkan memilih ekosistem perairan
yang akan diamati,tentukan kelengkapan komponen ekosistem peranan dari individu-individu
yang teramati dalam ekosistem tersebut. Kemudian diukur faktor-faktor fisik lingkungan
ekosistem perairan dengan menggunakan alat yang sesuai seperti termometer untuk mengukur
temperatur air,sechi dish untuk mengukur turbinitas air serta pH universal untuk mengukur
tingkat keasaman suatu perairan. Mengukur pH air, mencelupkan indicator tersebut kedalam air
lalu diangkat dan lihatlah perubahan warna dan sesuaikan denan standar pH dilakukan
pengulangan sebnyak 3 kali agar hasilnya akurat, kedua mengukur suhu air. Dengan
dicelupkannya thermometer air kedalam air selama 3 menit, lihat perubahan suhu pada suhu
thermometer tersebut dan dilakukan pengulangan sebnyak 3 kali, selanjtnya turbinitas, sechi dish
yang telah diberi tanda talinya per satu meter dicelupkan kedalam air sampai sechi dish itu tidak
dapat di lihat lagi. Setelah itu angkat sechi dish, ukur kedalaman tali yang terendam, lakukan
pengulngan sebnyak 3 kali, dan yang terakhir plankton net dengan cara mencelupkan air,
selanjutnya air masuk kedalam botol diujung net. Langkah terakhir, hasil pengamatan dicatat
dalam table pengamatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil

1. Tabel pengukuran
Pengulangan
No Parameter 1 2 3
1. Temperature (°C) 32°C 33°C 33°C
2. Turbinitas (cm) 110 cm 110 cm 100 cm
3. pH 5 6 6
2. Komponen biotik
No Jenis Peran Gambar
1. Lumut Produsen

2. Anggang-anggang Konsumen 1
No Jenis Peran Gambar

3. Ikan sepat Konsumen 2

Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai ekosistem perairan dan pengukuran faktor lingkungan.
Ekosistem perairan merupakan unit ekologis yang mempunyai komponen biotik dan abiotik
yang saling berinteraksi di dalam habitat perairan. Menurut Ewusie (1990:186), ekosistem
perairan dibedakan dalam tiga kategori utama yaitu ekositem air tawar, ekosistem estuarin, dan
ekosistem laut. Habitat air tawar dibedakan menjadi dua kategori umum, yaitu sistem lentik
(kolam, danau, situ, rawa, telaga, waduk) dan sistem lotik (sungai). Sistem lentik adalah suatu
perairan yang dicirikan air yang mengenang atau tidak ada aliran air, sedangkan sistem lotik
adalah suatu perairan yang dicirikan oleh adanya aliran air yang cukup kuat, sehingga
digolongkan ke dalam perairan mengalir.
Perairan lentik (menggenang) disebut dengan perairan tenang yang merupakan perairan
yang memiliki aliran air lambat atau bahkan tidak ada serta massa air yang terakumulasi dalam
periode waktu yang lama. Arus air tidak menjadi faktor pembatas utama bagi biota yang hidup
didalamnya. Perairan lentik dibedakan menjadi perairan alamiah dan buatan. Berdasarkan
proses pembentukkannya perairan alami dibedakan menjadi perairan yang terbentuk karena
aktifitas tektonik dan aktifitas vulkanik. Beberapa contoh perairan lentik yang alamiah antara
lain: danau, rawa, situ, dan telaga, sedangkan perairan buatan antara lain adalah waduk dan
kolam (Barus, 2004:173).
Menurut Wibowo (2014:209) Perairan lotik (mengalir) mempunyai corak tertentu yang
secara jelas membedakannya dari air menggenang walaupun keduanya merupakan habitat air
tawar. Ekosistem lotik adalah airnya selalu mengalir, merupakan ekosistem terbuka dari kadar
oksigen terlarut relatif tinggi. Disertai perpindahan massa air yang berlangsung dengan cepat,

Tipe ekosistem yang diamati dan dilakukan pengukuran terhadap faktor lingkungannya
adalah tipe ekosistem lentik (menggenang) yang berupa kolam. Hal ini bisa dilihat bahwa pada
gambar 1 di bawah ini menunjukkan ciri-ciri yang mengarah pada tipe ekosistem lentik yakni
aliran air tidak ada atau airnya menggenang.

Gambar 1. Ekosistem kolam


Kolam dapat dikatakan sebagai ekosistem yang sempurna apabila kita dapat melihat
proses-proses interaksi antar komponen-komponen ekosisten berjalan dengan baik. Menurut
Odum (1993:185), ekosistem kolam ditandai merupakan bagian perairan yang tidak dalam atau
dangkal sehingga (kedalamannya tidak lebih dari 4-5 meter) yang memungkinkan tumbuh-
tumbuhan berakar dapat tumbuh di semua bagian di perairan kolam. Kolam adalah daerah
perairan yang kecil dimana zona litoralnya relatif besar dan daerah limnetik serta profundal kecil
atau tidak ada. Stratifikasi tidak terlalu penting. Kolam dapat ditemukan dikebanyakan daerah
dengan curah hujan yang cukup. Bila aliran air berpindah, meninggalkan bekas aliran terisolasi
sebagai perairan yang tergenang maka kolam-kolam akan terus terbentuk.

Pengamatan yang dilakukan untuk pengukuran faktor lingkungan ekosistem pada kolam
yaitu faktor fisika,kimia dan biologi. Parameter fisika yang diamati meliputi temperature/suhu air
dan turbiditas (kekeruhan air). Parameter kimia yang diamati yakni derajad keasaman (pH) air
kolam. Sedangkan parameter biologi yang diamati yaitu komponen biotik yang terdapat di
sekitaran kolam.

Pengamatan faktor fisika untuk temperatur didapatkan rata-rata yaitu 32,6 °C. Faktor-
faktor yang mempengaruhi suhu antara lain: letak ketinggian dari permukaan laut, letak tempat
terhadap garis edar matahari, musim, cuaca, waktu pengukuran, kedalaman air dan kegiatan
manusia di sekitar perairan, misalnya kegiatan industri dan pemukiman (Sobur dalam Yumame,
dkk, 2013:58). Temperatur yang stabil dalam perairan adalah 25°C sampai 30°C . Sementara
temperatur optimal yang layak untuk kehidulan organisne yaitu 25°C sampai 28°C. Kisaran suhu
perairan yang ideal bagi kehidupan ikan adalah tidak lebih besar dari 5ºC. (sugianto.1994: 241).

Berdasarkan hasil pengamatan turbiditas air kolam diperoleh rata-rata sebesar 106,6 cm.
Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada
kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan- lapisan manakah yang tidak keruh, yang
agak keruh, dan yang paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh dan yang tidak pula
terlampau keruh , baik untuk kehidupan biota budidaya. Cahaya matahari adalah sumber energi
yang utama bagi kehidupan jasad termasuk kehidupan di perairan karena ikut menentukan
produktivitas perairan. Intensitas cahaya matahari ialah faktor abiotik utama yang sangat
menentukan laju produktivitas primer perairan, sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis
(Boyd dalam Yumame, dkk, 2013:58).

Berdasarkan pengamatan diperoleh rata-rata pH air kolam sebesar 5,6. Semakin tinggi
nilai pH maka semakin tinggi pula alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondiosida
bebasnya. Nilai pH dalam perairan dapat menggambarkan tingkat produktivitas lerairan yaitu 5,5
sampai 6,5 dikatakan tidak produktif,pH 6,5 sampai 7 dikatakan produktif sementara 7 hingga
8,5 sangat produktif. (Effendi,2003:154). Menurut Lingga dalam Yumame, dkk, (2013:60), pH
ideal untuk pemeliharaan ikan adalah 7,5-8,5. Namun begitu pH 6,5-9 masih dikategorikan baik
untuk pemeliharaan ikan. Tetapi pH 4-11 akan mengakibatkan kematian bagi ikan.

Proses makan dan dimakan di antara organisme dengan urutan satu arah yang
menyebabkan terjadinya perpindahan energi dari satu organisme ke organisme lainnya disebut
rantai makanan. Menurut Resosoedarmo (1992), rantai makanan merupakan pengalihan enzim
dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan di makan.

KESIMPULAN

Setelah melakukan pengamatan dapat disimpulkan bahwa ditemukan berbagai macam


komponen-komponen pada masing-masing ekosistem. Perbedaan spesifik antara ekosistem
adalah, komponen biotic dan abiotik, piramida makanan, jarring-jaring makanan serta aliran
energy dan aliran materi Pada ekosistem perairan. komponen biotic berupa anggang-anggang
(Konsumen) dan lumut (produsen), Sedangkan komponen abiotik berupa temperature, turbuditas
(kekeruhan) dan pH air.

DAFTAR RUJUKAN

Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. Medan: USU
Press.
Campbell, Neil A. 2004. Biologi. Edisi Kelima jilid 3. Jakarta :Erlangga.

Dwisang. 2008. Struktur Tubuh Ikan Nila : Yogyakarta: UGM Press.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta
: Kanisius.

Ewusie, J. Y. 1990. Ekologi Tropika. Penerjemah: Usman Tanuwidjaja. Bandung. Penerbit ITB.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Resosoedarmo, S, Kuswara K dan Aprilani S. 1992. Pengantar Ekologi. Bandung: PT
Remaja rosda karya.
Sugianto. 1994. Ekologi Kuantitatif Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Surabaya: Airlangga
University Press.

Wibowo.

Yumame, dkk. 2013. Kelayakan kualitas air kolam di lokasi pariwisata Embung Klamalu
Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat. Jurnal Budidaya Perairan. 1(3): 56-62.
LAMPIRAN

Refleksi

1. Pengetahuan dan pengalaman apa yang didapat dari praktikum ?


Jawab: Pengetahuan yang saya dapatkan dari praktikum ini yaitu dapat mengetahui komponen-
komponen yang terdapat di dalam ekosistem perairan khususnya ekosistem kolam Serta dapat
mengetahui tipe-tipe ekosistem perairan, perbedaan perairan lentik dan lotik.

2. Kendala atau kesulitan apa saja yang ditemui pada saat praktikum ?

Jawab: Kendala yang ditemukan yaitu ada beberapa alat yang jumlahnya terbatas seperti sechi
disk, jadi harus bergantian dengan kelompok lainnya, sehingga membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk pengamatan. Serta kesalahan dalam pembuatan alat plankton net, sehingga
pengamatan harus ditunda.

3. Saran untuk praktikum selanjutnya

Jawab: Saran untuk praktikum kedepannya yaitu sebaiknya dilengkapi lagi alat-alat yang akan
digunakan untuk praktikum.

Anda mungkin juga menyukai