Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOSISTEM TERESTRIAL DAN AKUATIK DI DESA KERKEP

KABUPATEN KEDIRI

Dosen Pengampu:

DESI KARTIKASARI, M. Si.

Nama:

Husnialfi Wahyuningrum (126208202051)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TADRIS DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

DESEMBER 2021

A. Dasar Teori

Indonesia memiliki keanekaragaman geologi, geomorfologi, dan geografi.


Letaknya di garis khatulistiwa menyebabkan Indonesia beriklim tropis dengan
perubahan suhu sepanjang tahunnya relatif kecil. Iklim yang stabil ini mendukung
proses berkembang biaknya berbagai organisme, tidak bergantung pada perubahan
cuaca maupun musim. Struktur geologi Indonesia dibentuk oleh barisan gunung di
sepanjang dan antar pulau, dari Sumatra, Jawa, Bali, hingga Sulawesi. Sebagian besar
gunungnya bersifat aktif dan kesuburan tanahnya tinggi. Indonesia juga memiliki
struktur laut dalam dan dangkal, juga terdapat pertemuan arus laut panas dan dingin.
Keanekaragaman geologi dapat membentuk keanekaragaman ekosistem kemudian
menghasilkan biodiversitas organisme.

Ekologi berasal dari dua suku kata dari Bahasa Yunani, yaitu eko yang berarti tempat
tinggal atau rumah tangga dan logos yang berarti ilmu. Kata ekologi pertama kali
diperkenalkan oleh Ernst Haeckel, seorang Biologi berkebangsaan Jerman pada tahun
1866. Dari kedua kata ini dapat kita ketahui pengertian ekologi secara etimologi adalah
ilmu tentang kerumahtanggaan atau tempat tinggal dan yang hidup di dalamnya (Abidin,
2017).

Ekosistem dibagi menjadi dua jenis, yaitu: terestrial (daratan) dan akuatik (perairan).
Ekosistem terestrial memiliki keberadaan air yang rendah, sebaliknya ekosistem akuatik
adalah yang berbasis air. Ekosistem akuatik kemudian dibagi menjadi dua jenis, yaitu air
tawar (freshwater) dan air laut (marine). Ekosistem air tawar memiliki karakter yang
berbeda dengan ekosistem air laut, karena komposisi kimia dan fisikanya berbeda,
meskipun jenis organisme yang terkandung di dalamnya sama. Di samping itu,
berdasarkan komponen penyusunnya, ekosistem terdiri dari faktor biotik (hidup) dan
abiotik (tidak hidup). Faktor biotik mencakup predasi, kompetisi, herbivori, simbiosis,
dan berbagai interaksi antara komponen biotik maupun abiotik. Sementara, faktor abiotik
mencakup air, suhu, salinitas (kadar garam), sinar matahari, batuan dan tanah, dan iklim.
Ekosistem terestrial merupakan bagian penting dari lingkungan bagi organisme yang
hidup di sana. Ekosistem terestrial terdiri dari komponen biotik dan abiotik, faktor abiotik
ini dapat dibagi menjadi elemen fisik dan elemen kimia.

Perilaku seperti ini menyajikan sejumlah parameter yang dapat diamati dan diukur.
Sifat kimia tanah meliputi keasaman dan senyawa organik tanah. Keasaman bersumber
dari sejumla senyawa. Air adalah sumber kecil ion H karena disosiasi molekul H2O
lemah. Faktor abiotik lainnya adala iklim mikro (Notohadiprawiro, 1998). Iklim mikro
adalah variasi iklim pada skala beberapa kilometer, meter atau bahkan centimeter,
biasanya diukur dalam waktu yang terlalu pendek. Iklim mikro mempengaruhi bentuk
permukaan yang meliputi ketinggian, vegetasi, warna tanah, topografi dan temperatur.

Dengan adanya keberadaan pepohonan yang mempengaruhi struktur tanah dan erosi,
sehingga mempengaruhi pengadaan air dalam tanah. Tajuk pohon dan serasah mencegah
jatuhnya air hujan langsung pada permukaan tanah sehingga mencegah erosi, sedangkan
humus memperbesar daya serap tanah terhadap air (Soetrisno, 1988).

Ekologi tanah mempelajari hubungan antara biota tanah dan lingkungan, serta
hubungan antara lingkungan serta biota tanah. Secara berkesinambungan hubungan ini
dapat saling menguntungkan satu sama lain, dan dapatpula merugikan satu sama lain.

Menurut Fitri (2011) faktor yang mempengaruhi kualitas tanah pada bagian fisiknya
adalah tekstur tanah, bahan organik, agregasi, kapasitas lapang air, drainase, topografi,
dan iklim. Sedangkan yang mempengaruhi pada bagian pengolahannya adalah Intensitas
pengolahan tanah, penambahan organik tanah, pengetesan pH tanah, aktivitas mikrobia
dan garam.

Daratan sebagai habitat biota darat yaitu tanah sebagai medium alam untuk
pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisiologinya. Tanah menyediakan nutrisi, air dan
sumber karbon yang diperlukan untuk pertumbuhan danaktivitasnya. Di dalam hal ini,
lingkungan tanahseperti faktor abiotik (yang meliputi sifat fisik dan kimia tanah) dan
faktor biotik (adanya biota tanah dengan tanaman tingkat tinggi) ikut berperan dalam
menentukan tingkat pertumbuhan dan aktivitas biota tanah tersebut. Untuk melihat
pengaruh faktor abiotik terhadap biota tanah, maka dilakukan pengukuran faktor-faktor
abiotik seperti intensitas cahaya.

Ekosistem akuatik adalah ekosistem di mana lingkungan fisik terutama air.


Ekosistem perairan dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu penetrasi sinar matahari, substrat,
suhu dan jumlah zat terlarut. Namun, penentu utama ekosistem perairan adalah jumlah
garam terlarut di dalam air. Jika kandungan garamnya tinggi disebut ekosistem laut.
Sebaliknya, jika air mengandung sedikit garam terlarut, maka dapat disebut dengan
ekosistem air tawar.

Perairan, lebih tepatnya ialah sungai merupakan badan air yang berbentuk
memanjang pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah, mulai dari yang
berukuran kecil di bagian hulu, sampai ukuran besar bagian hilir. Fungsi sungai yaitu,
untuk menampung air hujan yang jatuh diatas permukaan bumi dan mengalirkanya
beserta material yang ada di dalamnya ketempat-tempat yang lebih rendah dan terus
mengalir ke laut.

Dalam ekosistem air tawar merupakan ekosistem air yang relatif kecil di muka bumi
jika dibandingkan dengan ekosistem darat dan lautan. Ekosistem air tawar memiliki
kepentingan yang sangat berarti dalam kehidupan manusia karena ekosistem air tawar
merupakan sumber paling praktis dan murah untuk memenuhi kepentingan domestik dan
industri. Ekosistem air tawar secara umum dapat dibagi 2 yaitu perairan lentik (perairan
tenang) misalnya danau, rawa, waduk dan sebagainya serta perairan lotik (perairan
berarus) misalnya sungai. Ekosistem air tawar memiliki banyak manfaat bagi kehidupan
manusia adalah sungai. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang
mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan
air bagi daerah di sekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh
karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan. Perairan sungai mempunyai komponen biotik
dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk ekosistem yang saling
mempengaruhi.(Muhammad Rafi’i, 2018)

B. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui perbedaan struktur bioma dan ciri-ciri abiotik yang menyusun dan
ekosistem perairan Desa Kerkep Kabupaten Kediri

2. Memahami suatu jaring-jaring makanan yang terdapat pada ekosistem darat


(terrestrial) dan perairan (akuatik) desa Kerkep Kabupaten Kediri

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini:

1. HP (menentukan koordinat dan dokumentasi)

2. Alat tulis

3. Indikator Universal (pH)

Sedangkan objek yang diamati berupa komponen biotik dan abiotik


D. Cara Kerja

Prosedur kerja praktikum, terdiri atas:

1. Ekoistem terestrial dan ekosistem akuatik yang akan diamati yaitu ekosistem disekitar
lokasi yang terpilih unuk pengamatan, dicatat titik koordinasi lokasi pengamatan
menggunakan GPS dan difoto lokasi pengamatan.

2. Beberapa komponen abiotik yang harus diukur yaitu: Suhu udara, kelembaban udara,
pH tanah, dan pH air.

3. Setiap komponen biotik pada ekosistem terestrial dan ekosistem akuatik dicatat dan
dimasukkan kedalam tabel pengamatan, kemudian difoto untuk dibuatkan rantai
makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan.

4. Pembuatan piramida makanan dilakukan dengan menghitung jumlah jenis tumbuhan


dan hewan masing-masing ekosistem, setelah itu membuat piramida makanan.

E. Data Praktikum

Dari data praktikum ini merupakan hasil pengamatan langsung objek dengan teknik
direct field reconnaissance, antara lain data biokomponen ekosistem darat/akuatik dan
piramida makanan pada ekosistem darat dan perairan. Senin, 20 Desember 2021, waktu.
Cuaca sedikit mendung dan cukup cerah dan lingkungan asri.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah di lakukan di area persawahan dan
sepanjang hilir sungai yang ada di Desa Kerkep Kabupaten Kediri. Ditemukan beberapa
hewan serta tumbuhan yang berada di ekosistem teresterial dan akuatik. Ekosistem
teresterial yang digunakan adalah kawasan persawahan, sedangakan ekosistem akuatik
menggunakan daerah hilir sungai. Berikut data hasil pengamatan hewan dan tumbuhan yang
berada pada ekosistem teresterial dan akuatik yang disajikan dalam Tabel.
Tabel 1. Komponen abiotik ekosistem terestrial
Lo Ula Titik koordinat Parameter komponen abiotik
ka nga
si n Suhu ( C) Kelembaban pH Intensitas
(%) tanah cahaya
(Klx)
Udara Tanah Udara Tanah

I I -8.133278,111.902176 27°C - 70% - 6 -

II I 8.155588,111.998786 29°C - 78% - 5 -

Tabel 2. Komponen Abiotik Ekosistem Akuatik


Lokasi Ulangan Titik koordinat Parameter komponen abiotik

Suhu (C) Suhu Kelembab pH Intensitas


(C ) an udara air Cahaya
Udara
Air

I I -8.133278,111.902176 27°C - 70% 8 -

II I 8.155588,111.998786 29°C - 78% 7 -

Tabel 3. Komponen Biotik Ekosistem Terestrial/Akuatik

Lokasi Ula Titik Tumbuhan Hewan


nga
Koordinat
n Lokal Botani Famili Lokal Botani Famili

Ekosiste II - Padi Oryza Poacea Kodo Fejervary Scincidae


m 8.133278,111.90217 sativa e k a
Persawa 6 Sawah orissaensi
han s

Ekosiste II 8.155588,111.99878 Gangg Spiruli Spiruli Ikan Gambusia Poeciliid


m 6 ang na naceae Cetul affinis ae
Sungai
Irigasi Ikan Puntius Cyprinid
Wader binotatus ae

Udang Caridina Atyidae


cantonens
is sp
Tabel 4. Pengamatan Piramida Makanan Pada Ekosistem Terestrial dan Akuatik
Ekosistem Nama lokal Nama botani Jumlah jenis Kedudukan dalam
ekosistem
Terestrial 1. Padi 1. Oryza sativa 1. 7590 1. Produsen
2. Terong 2. Solanum 2. 5 2. Produsen
3. Belalang melongena 3. 5 3. Konsumen 1
4. Capung 3. Caelifera 4. 7 4. Konsumen 1
5. Ulat 4. Anisoptera 5. 2 5. Konsumen 1
6. Kepik Emas 5. Spodoptera 6. 12 6. Konsumen 1
7. Burung Pipit 6. Charidotella 7. ±10 7. Konsumen 1
8. Katak sexpunctata 8. 5 8. Konsumen 2
9. Kadal 7. Passeridae 9. 1 9. Konsumen 2
10. Ular 8. Fejervarya 10. 1 10. Konsumen 3
orissaensis
9. Eutropis
multifascia
10. Thamnophis
saurita
Akuatik 1. Ganggang 1. Spirulina 1. ∞ 1. Produsen
2. Bentos 2. Bentos 2. ∞ 2. Konsumen 1
3. Udang 3. Caridina 3. 4 3. Konsumen 1
4. Cacing air cantonensis sp 4. ∞ 4. Konsumen 2
5. Ikan cetul 4. Tubifex sp 5. 8 5. Konsumen 2
6. Ikan wader 5. Gambusia 6. 2 6. Konsumen 2
7. Kepiting affinis 7. 9 7. Konsumen 2
8. Keong 6. Puntius 8. ±20 8. Konsumen 2
9. Burung binotatus 9. ±15 9. Konsumen 3
blekok 7. Parathelphusa 10.1 10. Konsumen 3
10. Ular convexa
8. Pomacea
canaliculata
9. Egretta
garzetta
10. Thamnophis
saurita

F. Analisis Data dan Pembahasan

Tabel 1. Menunjukkan bahwa ekosistem terestrial yang di Desa Kerkep, Kabupaten


Kediri pada lokasi pertama memiliki suhu udara 27°C, memiliki kelembaban udaranya
70%, dan memiliki pH tanah yaitu 6. Sedangkan pada lokasi ke dua memiliki suhu udara
29°C, kelembaban udara 78%, dan memiliki pH tanah yaitu 5. Selain ekosistem terestrial
di Desa Kerkep, Kabupaten Kediri juga terdapat ekosistem akuatik. Jadi pH tanah di Desa
Kerkep, Kabupaten Kediri yaitu bersifat asam dan juga basa. Keadaan tanah dan
pengolahan tanah merupakan faktor penting yang dapat menentukan pertumbuhan
tanaman. Tanah yang digunakan dalam bidang pertanian mempunyai tingkat kesuburan
tanah yang berbeda-beda. (Sartika dan Almi, 2021)

Tahap pengolahan tanah adalah faktor yang penting untuk menentukan pertumbuhan
tanaman dan hasil tanaman yang akan dibudidayakan. Tanah merupakan tempat tumbuh
dan media penyediaan unsur hara untuk tanaman. Pembentukan tanah berasal dari bahan-
bahan yang berupa bahan mineral dan organik, serta udara. Dari proses pembentukan
tanah, maka terbentuk juga perbedaan sifat kimia, fisis, biologi serta morfologi dari suatu
tanah yang berbeda- beda. Tanah yang subur mampu menyediakan unsur hara yang
mencukupi bagi tanaman, baik unsur makro maupun mikro. Pemberian pupuk berfungsi
untuk meningkatkan kesuburan tanah (Sartika dan Almi, 2021)

Pemupukan adalah salah satu tindakan dalam peningkatan unsur hara untuk tanah
baik peningkatan secara langsung maupun tidak langsung, sehingga ketersediaan nutrisi
untuk tanaman terpenuhi dengan baik. Unsur hara pada tanaman dapat berasal dari pupuk
organik maupun pupuk anorganik. Pemberian pupuk pada pengolahan tanah bertujuan
untuk meningkatkan pH tanah . Secara umum tanah di Indonesia banyak yang bersifat
asam. Ultisol adalah jenis tanah yang memiliki pH asam. Derajat keasaman tanah berkisar
antara 4-5 (Sartika dan Almi, 2021). Jadi keasaman tanah yang berada pada Desa Kerkep
bersifat asam karena adanya pemberian pupuk pada saat pengolahan tanah untuk
penanaman tumbuhan (Sartika & Almi, 2021).

Gambar 1. pH Tanah
Pada tabel 2. Terdapat ekosistem akuatik yang memiliki suhu udara pada lokasi
pertama yaitu 29°C, untuk kelembaban udara yaitu 73%, dan untuk pH airnya adalah 7.
Sedangkan pada lokasi ke dua memiliki suhu udara yaitu 28°C, untuk kelembaban udara
yaitu 81%, dan untuk pH airnya adalah 6. Jadi pH air di Desa Pandanarum, Kabupaten
Blitar yaitu bersifat netral dan juga asam.

Kualitas air sungai dipengaruhi faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam yang
mempengaruhi sungai seperti hujan deras, banjir, musin kemarau, letusan gunung api dan
lain sebagainya. Adanya faktor tersebut dapat menyebabkan sungai meluap, keruh atau
kekeringan, sedangkan faktor yang berasal dari manusia seperti pembuangan limbah dari
berbagai aktifitas industri, pertanian, perkebunan dan limbah domistik (limbah rumah
tangga). pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi
kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malahan dapat membunuh
hewan budidaya. Pada pH rendah, kandungan oksigen terlarut akan berkurang, sebagai
akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktifitas pernapasan naik dan selera makan
berkurang. Selanjutnya dikatakan sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap
perubahan pH dan lebih menyukai nilai pH sekitar 7-8,5. Secara umum nilai pH antara 7-
9 merupakan indikasi sistem perairan yang sehat. Di desa Pandanarum dari hasil
pengamatan terdapat salah satu tempat yang memiliki pH 7 yang artinya air yang
terdapat di Desa Kerkep memiliki kualitas yang baik (Warman, 2015).

Gambar 2. pH Air
Pada tabel 3. Terdapat komponen biotik pada ekosistem terestrial meliputi tumbuhan
dan hewan. Untuk jenis tumbuhan yaitu padi, sedangkan untuk jenis hewannya yaitu
kodok sawah. Pada ekositem akuatik terdapat jenis tumbuhan yaitu jenis ganggang,
sedangkan jenis hewannya meliputi ikan cetul, ikan wader, dan udang.

Pada ekosistem terestrial tumbuhan yang dominan di Desa Kerkep yaitu tumbuhan
padi. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil makanan pokok bagi sebagian
besar penduduk di Indonesia. Peningkatan produksi tidak sebanding dengan laju
pertambahan penduduk saat ini, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi
penduduk di Indonesia (Qorib et al., 2016). Tanaman padi merupakan komoditas strategis
di banyak negara dan lebih dari separuh penduduk dunia mengandalkan beras sebagai
sumber karbohidrat.Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, padi selain berfungsi
sebagai makanan pokok padi juga merupakan sumber mata pencaharian.Oleh karena itu,
upaya peningkatan produksi komoditas pangan penting untuk mendapat prioritas yang
tinggi(Patti et al., 2018).

Pada Tabel 4. Piramida makanan diwakili oleh ekosistem darat, dan terdapat berbagai
tumbuhan dan hewan yang dapat membentuk rantai makanan di ekosistem perairan.
Sebuah ekosistem darat memiliki 7.590 sawah, 5 cabang, 5 belalang, 7 capung, 2 ulat, 12
kepik emas, sekitar 10 burung pipit, 5 katak dan ular, atau 1 ekor. Ekosistem perairan
mengandung jumlah ganggang yang tak terbatas, benton yang tak terbatas, 4 udang, kutu
air yang tak terbatas, beberapa spesies ikan, 8 kepiting, 9 kepiting, sekitar 20 ekor siput
liar, dan sekitar 15 komedo. Seekor burung dan satu ular.

Salah satu ekosistem terestrial yang ada di Desa Kerkep yaitu ekosistem terestrial
jenis sawah. Sawah sebagai ekosistem buatan terdiri atas komponen abiotik, biotik, dan
sosial- budaya-ekonomi. Selain kondisi klimatik, komponen abiotik yang mempengaruhi
produktivitas suatu ekosistem sawah adalah kondisi edafik dan hidrologik. (Aminatun &
Widyastuti, n.d.). Sawah merupakan salah satu ekosistem yang penting untuk menunjang
kehidupan manusia, sebab sawah menghasilkan bahan makanan pokok bagi manusia.
Selain itu, pada ekosistem persawahan juga terdapat beranekaragam jenis serangga (Rizal
& Hadi, 2015). Pada ekosistem terestrial di Desa Kediri terdapat jenis hewan dan juga
tumbuhan yang dapat diajadikan sebagai jaring-jaring makanan maupun piramida
makanan.
Gambar 3. Jaring-jaring Makanan
Topik IV
Konsumen III/ Puncak

Konsumen II
Topik III

Topik II Konsumen I

Produsen
Topik I

Gambar 4. Piramida Makanan Ekosistem Terestrial

Gambar 4. Peranan tanaman padi dan terong dalam piramida makanan di atas
termasuk sebagai produsen. Hal ini karena beras dan terong dapat menghasilkan makanan
sendiri dan berfungsi sebagai sumber makanan. Capung, belalang, kepik emas, burung
pipit, dan ulat berfungsi sebagai konsumen1 karena mereka makan nasi dan terong
terlebih dahulu. Katak dan kadal termasuk dalam Konsumen 2 karena memakan serangga
yang tinggal di ladang. Ular adalah konsumen level 3 karena memakan kadal dan katak.
Ular adalah konsumen terakhir level , dan ketika seekor ular mati, ia akan dimakan oleh
bakteri pembusuk.

Selain ekosistem terestrial di Desa Kerkep juga terdapat ekosistem akutik yang
dimana sistem akuatiknya berupa sungai. Sungai yang ada di Desa Kerkep bertujuan
sebagai sungai irigasi pada daerah persawahan. Air adalah sumber daya alam yang sangat
penting untuk kelangsungan hidup semua makhluk hidup. Air juga sangat diperlukan
untuk kegiatan industri, perikanan, pertanian dan usaha-usaha lainnya. Dalam penggunaan
air sering terjadi kurang hati-hati dalam pemakaian dan pemanfaatannya sehingga
diperlukan upaya untuk menjaga keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air
melalui pengembangan, pelestarian, perbaikan dan perlindungan. Dalam pemanfaatan air
khususnya lagi dalam hal pertanian, dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan serta
pengembangan wilayah, Pemerintah Indonesia melakukan usaha pembangunan di bidang
pengairan yang bertujuan agar dapat langsung dirasakan oleh masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan air (Anton, 2015).

Untuk pemenuhan kebutuhan air khususnya kebutuhan air di persawahan maka perlu
didirikan sistem pengairan atau irigasi dan bangunan bendungan. Kebutuhan air di
persawahan ini kemudian disebut dengan kebutuhan air irigasi. Untuk irigasi,
pengertiannya adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air
bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Tujuan irigasi adalah untuk
memanfaatkan air irigasi yang tersedia secara benar yakni seefisien dan seefektif mungkin
agar produktivitas pertanian dapat meningkat sesuai yang diharapkan. Air irigasi di
Indonesia umumnya bersumber dari sungai, waduk, air tanah dan sistem pasang surut.
Salah satu usaha peningkatan produksi pangan khususnya padi adalah tersedianya air
irigasi di sawah- sawah sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan air yang diperlukan pada
areal irigasi besarnya bervariasi sesuai keadaan. Kebutuhan air irigasi adalah jumlah
volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evaporasi, kehilangan air,
kebutuhan air untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam
melalui hujan dan kontribusi air tanah (Anton, 2015). Pada ekosistem akuatik di Desa
Kerkep terdapat jenis hewan dan juga tumbuhan yang dapat diajadikan sebagai jaring-
jaring makanan maupun piramida makanan.
Gambar 5. Jaring-jaring makanan

Konsumen IIII/
Topik IV puncak

Topik III

Konsumen II

Topik II
Konsumen I

Produsen
Topik I

Gambar 6.Piramida Makanan Ekosistem Akuatik


Pada gambar 6. Piramida makanan diatas peran lumut termasuk kedalam produsen,
karena lumut mampu membuat makanannya sendiri. Bentos dan udang berperan sebagai
konsumen 1, karena mereka adalah konsumen pertama yang memakan lumut. ikan, cacing
air, kepiting dan keong sawah termasuk kedalam konsumen 2, karena mereka memakan
serangga yang terdapat pada sungai tersebut. Ular termasuk kedalam konsumen tingkat 3,
karena ular memakan ikan, cacing air, kepiting, dan keong sawah. Ular adalah tingkat
konsumen paling akhir dan jika ular mati akan dimakan oleh bakteri pengurai.

G. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Desa Kerkep Kabupaten Kediri


terhadap ekosistem terestrial maupun ekosistem akuatik tercatat jumlah pH tanah yaitu
pada lokasi 1 berjumlah 5, dan pada lokasi ke 2 tercatat berjumlah 6. Untuk pH air pada
lokasi 1 berjumalah 6 dan pada lokasi ke 2 berjumlah 7. Selain itu tumbuhan yang
mendominan pada ekosistem terestrial yaitu tumbuhan jenis padi, sedangkan hewan yang
pealing mendominan yaitu belalang, capung, burung pipit, dan juga katak. Dan pada
ekosistem akuatik tumbuhan yang paling mendominan yaitu tumbuhan jenis ganggang,
sedangkan hewan yang paling mendominan adalah hewan jenis bentos, udang, ikan,
cacing air, keong, dan juga kepiting.
H. Daftar Pustaka

Abidin, Z. (2017). Ekologi dan Lingkungan Hidup Dalam Perspektif AlQuran. 13, 178–193.

Aminatun, T., & Widyastuti, S. H. (n.d.). Pola kearifan masyarakat lokal dalam sistem sawah
surjan untuk konservasi ekosistem pertanian. 65–76.

Anton, P. (2015). Analisis Kebutuhan Air Irigasi (Studi Kasus Pada Daerah Irigasi Sungai Air
Keban Daerah Kabupaten Empat Lawang). Jurnal Arsip Rekayasa Sipil Dan Perencanaan,
1(1), 1–14. https://media.neliti.com/media/publications/212006-analisis-kebutuhan-air-irigasi-
studi-kas.pdf

Muhammad Rafi’i, F. M. (2018). Jenis Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobentos di


Sungai Wangi Desa Banua Rantau Kecamatan Banua Lawas. 4(2), 94–101.

Notohadiprawiro, T. (1998). Selidik Cepat Ciri Tanah di Lapangan. Jakarta: Gahlia Indonesia.

Patti, P. S., Kaya, E., & Silahooy, C. (2018). Analisis Status Nitrogen Tanah Dalam Kaitannya
Dengan Serapan N Oleh Tanaman Padi Sawah Di Desa Waimital, Kecamatan Kairatu,
Kabupaten Seram Bagian Barat. Agrologia, 2(1), 51–58. https://doi.org/10.30598/a.v2i1.278

Qorib, F., Ma’sum, A., Kurniasih, B., & Ambarwati, E. (2016). Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah
( Oryza sativa L .) pada beberapa Takaran Kompos Jerami dan Zeolit Growth and Yield of
Rice ( Oryza sativa L . ) at Different Straw Compost and Zeolite Rates. Vegetalika, 5(3), 29–
40.

Rizal, S., & Hadi, M. (2015). Inventarisasi Jenis Capung (Odonata) Pada Areal Persawahan Di Desa
Pundenarum Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak. Bioma : Berkala Ilmiah Biologi,
17(1), 16. https://doi.org/10.14710/bioma.17.1.16-20

Sartika, & Almi, P. R. (2021). Perbandingan ( pH ) Tanah Sawah Yang Tidak Menggunakan
Dolomit Dengan Yang Menggunakan Dolomit Di Gampong Bukit Meutuah Kecamatan
Langsa Timur. Jurnal Hadron, 3(1), 16–18.

Soetrisno, L. (1988). Negara dan peranannya dalam menciptakan pembangunan desa yang
mandiri. Jakarta: PT Pustaka LP3ES.
Suin, N. M. (1997). Ekologi Fauna Tanah. Jakarta: Bumi Aksara.
Warman, I. (2015). Uji Kualitas Air Muara Sungai Lais Untuk Perikanan Di Bengkulu Utara.
13(2).
http://eprints.ums.ac.id/79034/2/BAB%20I.pdf

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai