Anda di halaman 1dari 31

Nilai:

LAPORAN PRAKTIKUM
EKOTEKNOLOGI SUMBER DAYA LAHAN DAN AIR
(2. Pengenalan dan Analisis Ekosistem Buatan)

Oleh:
Kelompok/Shift : 1/1
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 14 Maret 2018
Nama (NPM) : Sopa Samrotul P. (240110150005)
Devy Agustine H. (240110150007)
Rizal Hadyan F. (240110150021)
Jihan Fitriyani (240110150023)
Andry Widiyanto (240110150040)
Asisten : 1. Neng Ririn Marlina
2. Suaiydah

LABORATORIUM SUMBER DAYA AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
Sopa Samrotul Paujah
2410110150005

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Seiring meningkatnya kebutuhan manusia mengakibatkan pengaruh yang
cukup besar terhadap ekosistem disekitarnya, sehingga terciptanya ekosistem
artifisial. Ekosistem buatan atau artifisial merupakan suatu ekosistem yang telah
manusia modifikasi untuk keuntungan manusia sendiri. Contoh dari ekosistem
buatan, misalnya dalam ekosistem buatan terestrial seperti ladang tanaman, kebun,
sawah, sedangkan pada ekosistem buatan perairan seperti akuarium, bendungan,
waduk dan kolam buatan manusia. Selain untuk memenuhi kebutuhan manusia,
ekosistem artifisial dibuat dengan tujuan untuk melakukan pelestarian, hiasan dan
juga sebagai sarana belajar. Ekosistem buatan ini tidak akan berdiri sendiri tanpa
bantuan manusia bahkan ekosistem tersebut akan tiada.
Ekosistem artifisial ini memiliki efek negatif maupun positif. Efek negatif yang
ditimbulkan adalah ekosistem alami yang diubah sedemikian rupa, sehingga
mengakibatkan berkurangnya sumber daya alam, introduksi spesies asing dan
terjadinya fragmantasi dan degradasi habitat. Sedangkan efek positif yang
ditimbulkan adalah terpenuhinya hampir semua kebutuhan manusia baik sandang,
papan maupun pangan. Akan tetapi ekosistem alami tidak akan berjalan dengan
baik jika tidak ada peran manusia di dalamnya yang menjaga kelestarian tanpa
merusak lingkungan tersebut. Oleh karena itu dalam laporan ini akan membahas
lebih jelas mengenai ekosistem artifisial yang melibatkan komponen biotik dan
abiotik, dimana manusia sangat berperan di dalam ekosistem artifisial.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah:
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan ekosisitem artifisial;
2. Mahasiswa dapat mengetahui komponen, rantai makanan dan energi dalam
ekosistem artifisial.
Jihan Fitriyani
240110150023

1.3 Metodologi Praktikum


1.3.1 Alat dan Bahan
A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini diantaranya yaitu:
1. Alat tulis, untuk menulis hasil;
2. GPS, untuk mengetahui koordinat lokasi;
3. Hidroklimatologi, untuk mengukur suhu dan kelembaban lingkungan;
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu ekosistem
sawah.
1.3.2 Prosedur Praktikum
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat yang diperlukan untuk praktikum;
2. Melakukan perjalanan menuju lokasi praktikum yaitu di sungai sekitar daerah
PEDCA Universitas Padjadjaran;
3. Melakukan pengukuran terhadap suhu air sungai dengan menggunakan
termometer suhu dan mencatat hasil pengukurannya;
4. Melakukan pengukuran hidroklimatologi (suhu dan RH) di lokasi
pengamatan dengan menggunakan alat pengukur hidroklimatologi dan
mencatat hasil pengukurannya;
5. Melakukan pengukuran elevasi dan titik koordinat dengan menggunakan GPS
dan mencatat hasil pengukurannya;
6. Mengamati ekosistem sungai;
7. Menggambar dan menganalisis rantai energi dalam ekosistem sungai tersebut;
8. Melakukan perjalanan kembali ke laboratorium Sumber Daya Air FTIP
UNPAD.
Devy Agustine Hadiat
240110150007

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem
Ekosistem adalah tempat dimana terjadinya proses saling interaksi dan
ketergantungan antara makhluk hidup sebagai komponen biotik, dengan
lingkungan hidupnya yang merupakan komponen abiotik. Komponen abiotik atau
komponen tak hidup meliputi udara (nitrogen, oksigen, karbon dioksida, angin,
kelembapan), suhu, air, mineral, cahaya, keasaman dan salinitas. Komponen biotik
atau komponen hidup terdiri dari produser, konsumer dan decomposer (pengurai)
(Surakusuma, 2017).
Ekosistem merupakan salah satu bidang kajian yang dipelajari dalam cabang
biologi, yaitu ekologi. Ekologi (Yunani, oikos = rumah; logy = ilmu, berasal dari
kata logikos = masuk akal) adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara makhluk
hidup dengan makhluk hidup lain dan dengan lingkungan fisik. Ekologi merupakan
cabang ilmu yang masih relative baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan
tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologi lainnya.
Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan
kehidupannya dengan mengadakan hubungan antarmakhluk hidup dan dengan
benda tak hidup di dalam hidupnya atau lingkungannya (Eko, 2015).

2.2 Komponen Ekosistem


Komponen yang menyusun lingkungan dapat dibedakan menjadi komponen
abiotik (benda tak hidup) dan biotik (makhluk hidup). Komponen ekosistem ini
terdiri atas dua komponen utama yaitu :
2.2.1 Komponen Biotik
Komponen biotik meliputi komunitas makhluk hidup. Setiap makhluk hidup
dalam ekosistem menempati suatu tempat hidup yang spesifik. Tempat hidup yang
spesifik tersebut dikenal dengan istilah habitat (Latin, habitare = bertempat
tinggal). Setiap makhluk hidup yang memiliki peran khusus di dalam habitatnya.
Peran atau cara hidup yang khusus dari setiap makhluk hidup di dalam habitatnya
disebut relung ekologi (nisia) (Eko, 2015).
Sekelompok makhluk hidup dari spesies yang sama pada waktu yang sama
disebut populasi. Misalnya, rerumputan di halaman rumah (populasi rumput) atau
sekawanan sapi di lapangan (populasi sapi). Populasi dapat berubah setiap saat.
Perubahan populasi dipengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian, dan migrasi.
Beberapa populasi yang berbeda dari tumbuhan dan hewan yang hidup bersama di
lingkungan tertentu akan membentuk komunitas. Di dalam ekosistem terdapat
beberapa macam, komunitas, misalnya komunitas kolam, komunitas hutan, dan
komunitas pantai (Eko, 2015).

2.2.2 Komponen Abiotik


Abiotik atau komponen tak hidup merupakan komponen fisik dan kimia yang
medium atau substrat sebagai tempat berlangsungnya kehidupan atau lingkungan
tempat hidup. Sebagian besar dari komponen abiotik memiliki beragam variasi
dalam ruang dan waktu. Komponen abiotik berupa bahan organik, senyawa
anorganik, serta faktor yang memengaruhi distribusi organisme. Komponen abiotik
meliputi benda-banda tak hidup yaitu :
1. Suhu
Suhu atau temperature adalah derajat energi panas. Suhu sangat diperlukan oleh
setiap makhluk hidup, berkaitan dengan reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh
makhluk hidup (Surakusuma, 2017).
2. Cahaya
Cahaya merupakan salah satu energi yang bersumber dari radiasi matahari.
Cahaya matahari juga merupakan intensitas serta kualitas cahaya matahari dapat
memengaruhi proses fotosintesis (Surakusuma, 2017).
3. Air
Air adalah ketersediaan air juga dapat mepengaruhi distribusi organisme
(Surakusuma, 2017).
4. Kelembapan
Kelembapan merupakan salah satu komponen abiotik di udara dan tanah.
Kelembapan di udara berarti kandungan uap air di udara, sedangkan kelembapan
di tanah berarti kandungan air dalam tanah. Kelembapan yang diperlukan setiap
makhluk hidup berbeda-beda (Eko, 2015).
5. Udara
Udara terdiri dari berbagai macam gas, yaitu nitrogen (78,09%), oksigen
(20,93%), karbon dioksida (0,03%), dan gas-gas lain. Nitrogen diperlukan
makhluk hidup untuk membentuk protein. Oksigen digunakan makhluk hidup
untuk bernapas. Karbon dioksida diperlukan tumbuhan untuk fotosintesis (Eko,
2015).
6. Garam
Konsentrasi garam juga memengaruhi kesetimbangan air dalam organisme
dengan melalui osmosis. Beberapa organisme terestrial mampu untuk dapat
beradaptasi di dalam lingkungan dengan kandungan garam yang tinggi
(Surakusuma, 2017).
7. Tanah
Tanah merupakan hasil pelapukan batuan yang disebabkan oleh iklim atau lumut
dan pembusukan bahan organik. Tanah yang subur sangat diperlukan oleh
organisme untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tumbuhan akan tumbuh
dengan baik pada tanah yang subur (Eko, 2015).
8. Topografi
Topografi artinya tinggi rendahnya permukaan bumi di suatu daerah. Topografi
berkaitan dengan kelembapan, cahaya, suhu, serta keadaan tanah di suatu daerah.
Topografi juga mempengaruhi penyebaran makhluk hidup (Eko, 2015).

2.3 Interaksi Makhluk hidup dengan Lingkungan


Antara makhluk hidup yang satu dengan yang lain terjadi hubungan, baik
antara sesama spesies maupun antarspesies, baik antara komponen biotik maupun
antara komponen abiotik. Hubungan timbal balik dikenal pula dengan istilah
interaksi atau interaksi. Dalam bagian ini, akan dibahas mengenai interaksi antar-
individu, antar-populasi, antara komunitas dan faktor biotik, dan interaksi antar
ekosistem (Eko, 2015).
2.3.1 Interaksi Antar-Individu Membentuk Populasi
Sekumpulan makhluk hidup dari spesies yang sama yang hidup pada suatu
waktu dan kawasan tertentu serta saling berinteraksi mambentuk populasi. Oleh
karena barasal dari spesies yang sama, maka individu di dalam populasi mempunyai
potensi melakukan kawin silang yang akan menghasilkan keturunan yang fertile
(mampu bereproduksi). Suatu populasi dapat dikenali dengan adanya ciri-ciri :
a. Memiliki kesamaan morfologi
b. Memiliki kesamaan fungsi fisiologi
c. Dapat melakukan perkawinan silang
d. Dapat menghasilkan keturunan yang fertile (Eko, 2015).
2.3.2 Interaksi Antar-Populasi Membentuk Komunitas
Interaksi antara populasi yang satu dengan yang lain dalam suatu areal
tertentu membentuk komunitas. Contoh komunitas adalah komunitas hutan hujan
tropik yang di dalamnya terdapat berbagai populasi tumbuhan, reptilian, burung,
mamalia, mikroorganisme, cacing moluska.
Interaksi antarmakhluk hidup biasanya akan membentuk hubungan khusus
yang berpengaruh secara nyata terhadap persebaran dan kepadatannya. Beberapa
kategori umum tentang interaksi dan hasil akhir yang didapat oleh makhluk hidup
yang terlibat dapat dilihat dalam tabel berikut (Eko, 2015).

2.4 Rantai Makanan


Aliran energi kimia di dalam ekosistem dapat diperlihatkan melalui beberapa
cara. Misalnya, melalui rantai makanan dan jaring-jaring makanan. Kedua cara
tersebut dapat memperlihatkan makhluk hidup pemangsa dan dimangsa. Akan
tetapi, masing-masing cara tersebut tidak dapat memperlihatkan jumlah energi
kimia yang dipindahkan.
Rantai makanan merupakan sebuah aliran energi makanan melalui sebuah
ekosistem. Energi tersebut mengalir dalam satu arah melalui sejumlah makhluk
hidup. Semua energi yang masuk ke dalam rantai makanan umumnya berasal dari
cahaya matahari. Melalui proses fotosintesis energi tersebut diubah dan disimpan
dalam tubuh makhluk hidup produser dalam bentuk energi kimia. Selanjutnya,
energi tersebut mengalir ke konsumer pada berbagai tingkat trofik dalam ekosistem
(Danila, 2015).

2.5 Tingkatan Trofik didalam Ekosistem


Tabel 1. Tingkatan Trofik dalam Ekosistem
Tingkat Tingkatan Sumber Energi Kimia(Makanan)
Trofik Makhluk Hidup
Pertama Produser Membuat makanan sendiri dari bahan
anorganik dengan menggunakan energi
cahaya matahari
Kedua Konsumer Primer Memakan tumbuhan atau produser lainnya
(herbivor
Ketiga Konsumer Sekunder Memakan herbivor
(karnivor)
Keempat Konsumen Tersier Memakan predator
(karnivor puncak)
- Pengurai Menguraikan senyawa-senyawa organik
yang berasala dari makhluk hidup yang
telah mati (bangkai).
(Eko, 2015)

2.6 Ekosistem Artifisial


Ekosistem artifisial atau ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan
manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan berfungsi untuk
menjaga ekosistem alami tetap seimbang dan untuk melestarikan hewan atau
tumbuhan yang ada terancam punah, sehingga tidak ada lagi makhluk hidup yang
punah di bumi. Contoh ekosistem buatan misalnya bendungan, hutan tanaman
produksi seperti jati dan pinus, agroekosistem berupa sawah tadah hujan, sawah
irigasi, perkebunan sawit, perkebunan kopi, suaka marga satwa, taman hutan raya,
kebun binatang, taman safari, serta pemukiman seperti ekosistem kota dan desa.
1. Waduk adalah sebuah tempat penampungan air raksasa yang di buat oleh
manusia. Selain itu, waduk juga sebagai penghalang aliran air sungai, sehingga
aliran menjadi meninggi dan terlihat seperti danau yang besar. Waduk juga
biasa disebut sebagai bendungan. Waduk berfungsi sebagai salah satu penyedia
air bagi masyarakat, selain itu waduk juga dipakai sebagai bagian dari system
irigasi di sawah. Waduk dapat menjadi ekosistem baru bagi ikan- ikan air
tawar.
2. Suaka marga satwa adalah upaya perlindungan pada ekosistem yang dinilai
memiliki keunikan. Keunikan itu juga berisi berbagai macam jenis flora dan
fauna yang harus dilindungi. Suaka marga satwa dibuat oleh manusia langsung
di alam
3. Taman hutan raya adalah taman hutan yang sebagian masih habitat asli dan
sebagian telah diperbarui dengan lingkungan buatan. Taman hutan raya
mengkhususkan pada konservasi koleksi tumbuhan. Ciri- ciri hutan raya adalah
mempunyai koleksi tumbuhan yang banyak serta unik, mempunyai wilayah
yang luas, serta masih memiliki keindahan habitat aslinya. Hutan raya juga
dapat dikatakan sebagai hutan buatan, karena sebagian besar dibuat oleh
manusia (Farah, 2015).
4. Kebun binatang adalah salah satu bentuk konservasi dengan memakai
lingkungan alam buatan, yang terpisah- pisah pada setiap jenis spesies.
Kekurangan dari kebun binatang adalah hewan berada di dalam kandang yang
terbatas. Selain itu, banyak kebun binatang yang tidak dirawar dengan baik.
Akibatnya banyak binatang yang mati atau kelaparan, seperti yang terjadi di
kebun binatang bandung (Farah, 2015).
5. Taman safari adalah upaya pelestarian flora dan fauna melalui pembuatan
lingkungan buatan. Berbeda dengan kebun binatang yang setiap spesies berada
dalam satu kandang, pada taman safari, beberapa spesies berada dalam satu
wilayah besar. Setiap wilayah terpisah oleh pagar tinggi. Pengunjung harus
memakai mobil atau kendaraan dari taman safari jika ingin mengunjungi serta
melihat jenis fauna dan flora di dalamnya Taman safari adalah salah satu cara
melestarikan lingkungan dengan metode eksitu Taman safari memakai metode
yang jauh lebih baik daro pada kebun binatang, sehingga hewan tidak merasa
terkekang (Farah, 2015).

2.7 Ekosistem Sawah


Ekosistem sawah adalah bagian dari ekosistem buatan berbasis lingkungan
yang dibentuk manusia sebagai tempat budidaya tanaman padi. Ada berbagai
macam organisme yang tumbuh dan hidup di area sawah. Seperti di dalamnya
gulma, serangga, binantang pengerat, ular dan beberapa jenis ikan. Dengan adanya
sawah secara tidak langsung telah membentuk suatu ekosistem yang sempurna
sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman padi (Khair, 2014).
Komponen ekosistem sawah faktor biotik dalam sawah meliputi padi
(tanaman utama sawah), tanaman sekunder (tanaman pisang), hewan (jangkrik,
keong, ikan, ular, tikus, dan lainnya), dan tanaman liar (seperti ilalang). Faktor
abiotik sawah padi akan membutuhkan tanah dan banyak air. Air di alirkan dalam
sistem irigasi sawah sehingga dapat mengalirinya. Di lingkungan sawah juga
terdapat batu, cahaya, sinar matahari, suhu, ketinggian, dan lainnya (Khair, 2014).
2.7.1 Rantai Makanan pada Ekosistem Sawah

Gambar 1. Rantai Makanan Ekosistem Sawah


(Damar, 2015)
Gambar tersebut menampilkan siklus perputaran rantai makanan pada
ekosistem sawah. Padi dimakan oleh belalang, kemudian belalang dimakan oleh
katak, katak dimakan oleh ular, lalu ular dimakan oleh burung elang. Setelah
beberapa waktu burung elang mati, bangkainya membusuk dan bercampur dengan
tanah membentuk humus. Humus sangat dibutuhkan tumbuhan sebagai produsen.
Begitulah seterusnya sehingga proses ini berjalan dari waktu ke waktu.
Namun perlu diperhatikan lebih lanjut bahwa sawah sebagai ekosistem buatan yang
diciptakan manusia bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu
sendiri. Maka bila ditelaah lebih lanjut, rantai makanan tersebut hanyalah berlaku
dengan presentasi yang sangat kecil (Khair, 2014).
Rizal Hadyan Fadhlillah
240110150021

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Ekosistem Artifisial


3.1.1 Sketsa Ekosistem Sawah

Gambar 2. Rantai Energi pada Ekosistem Sawah

3.1.2 Ekosistem Sawah


A. Lokasi
Koordinat = S 06°55’05,5’’
E 107°46’25,0’’
Elevasi = 810 mdpl
Suhu Lingkungan = 27,9°C
Kelembaban = 63%
Suhu Air = 25°C
B. Zona Aliran Irigasi Sawah
Sawah ini mendapat irigasi dari air hujan juga dari sungai yang ada
disekitar sawah, aliran sungainya terbilang cukup deras dan terdapat
sedikit sedimen.
C. Ciri Ekosistem Sawah
1. Terdapat di darat dan biasanya terletak di dataran tinggi;
2. Terdapat biota hidup yang beradaptasi dengan kondisi pegunungan;
3. Berada di tanah dan biasanya didiami oleh ulat;
4. Terjadi proses rantai makanan;
5. Proses memanen tergantung pada musim;
6. Kerusakan dapat terjadi disebabkan oleh senyawa kimia maupun biota
makhluk hidup.
D. Komponen Ekosistem Sawah
1. Komponen Biotik
1. Cacing;
2. Ular;
3. Ikan;
4. Katak;
5. Burung;
6. Belalang;
7. Tanaman padi;
8. Tikus;
9. Rumput;
10. Ulat;
11. Kunang-kunang.
2. Komponen Abiotik
1. Tanah;
2. Air;
3. Cahaya Matahari;
4. Suhu;
5. Angin;
6. Kelembapan.
Sopa Samrotul Paujah
2410110150005

3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini praktikan diperkenalkan dengan ekosistem artifisial atau
ekosistem buatan. Ekosistem artifisial terbentuk dari hasil modifikasi atau rekayasa
manusia sebagai penunjang ekosistem tersebut dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan manusia yang setiap hari semakin meningkat. Ekosistem artifisial yang
praktikan analisis yaitu ekosistem sawah. Ekosistem sawah dibuat oleh manusia
untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut akan pangan. Padi yang dihasilkan
manusia dari ekosistem sawah tersebut sangat diperlukan demi kelangsungan
hidup.
Ekosistem artifisial sawah yang praktikan analisis berlokasi di dekat sungai
Pedca Utara. Titik koordinat ekosistem tersebut diukur menggunakan GPS berada
di 06o55’05,5” lintang selatan dan 107 o46’25,0” bujur timur dengan ketinggian
sekitar 810 mdpl dengan suhu lingkungan sebesar 27,90C dan kelembaban sebesar
63%. Zona aliran sawah di ekosistem tersebut cukup tenang dan air yang cukup
menggenangi sawah. Ciri ekosistem sawah tersebut diantaranya sawah tersebut
digenangi oleh air, sebagian sawah ada yang sudah dipanen dan ada yang masih
hijau, ekosistem sawah tersebut dialiri oleh sungai sebagai air irigasi, banyak
terdapat vegetasi di sekitar sawah, pencahayaannya cukup terang, lahannya datar
tidak berbentuk terasering, selain itu terdapat saung dan juga terdapat sungai
sebagai drainase sawah tersebut jika kelebihan air.
Selain itu, pada ekosistem artifisial sawah terdapat komponen biotik dan
komponen abiotik. Komponen biotik pada ekosistem sawah diantaranya adalah
cacing, ular, belut, katak, capung, burung, tanaman padi, belalang, tikus. Sedangkan
komponen abiotiknya yaitu tanah, air, cahaya matahari, suhu, kelembaban. Rantai
energi yang terjadi pada ekosistem sawah tersebut dimana energi matahari yang
diserap oleh tanaman padi untuk pertumbuhannya menghasilkan biji padi sebagai
produk yang siap panen (beras), pada disisni berperan sebagai produsen. Akan
tetapi biji padi tersebut akan dimakan oleh burung pemakan biji misalnya seperti
burung emprit, burung jalak, burung-burung tersebut berperan sebagai konsumen
tingkat tropik 1. Burung–burung tersebut akan memakan biji untuk kebutuhan
hidup. Selanjutnya burung-burung dewasa maupun yang baru menetas akan
dimakan oleh ular sawah, ular sawah tersebut berperan sebagai konsumen tingkat
tropik 2. Kemudian ular sawah tersebut akan dimakan oleh elang, dimana elang
merupakan tingkat tropik tertinggi.
Adapun yang mempengaruhi transfer jumlah energi diantaranya yaitu respirasi,
pertumbuhan dan produksi dan kualitas gizi yang dikonsumsi. Ekosistem sawah
terbilang cukup rendah keanekaragaman yang dimilikinya, karena jenis tumbuhan
yang tumbuh di ekosistem artifisial ini didominasi oleh tanaman padi sehingga
organisme tingkat trofik selanjutnya juga termasuk pemakan padi. Ekosistem
artifisial sawah ini termasuk kedalam jenis agroekonomi, dimana ekosistem ini
didominasi oleh tumbuhan yaitu tanaman padi.
Devy Agustine Hadiat
240110150007

3.2 Pembahasan
Praktikum ini melakukan pengamatan terhadap ekosistem artifisial atau
ekosistem buatan yang berada di sawah. Pengamatan ini berada di wilayah sekitar
Universitas Padjadjaran dengan titik koordinat lokasi 06°55’05,5’’ Lintang Selatan
dan 107°46’25,0’’ Bujur Timur. Lahan sawah dipilih sebagai pengamatan kali ini
karena sawah menjadi salah satu lahan yang permukaannya datar, dibatasi oleh
galengan sawah, dapat ditanami tanaman padi, berada pada daerah transisi yang
mencakup area basah yang permanen dan area basah hanya dalam siklus serta
tanaman budidaya lainnya. Meskipun sawah termasuk dalam ekosistem buatan,
akan tetapi sawah juga dapat dijadikan sebagai penunjang ekosistem alami karena
sawah mendukung keberagam tanaman, kehidupan hewan dan kepentingan lainnya
bagi manusia dalam banyak hal lainnya. Namun, berbeda halnya dengan ekosistem
buatan di kolam sebab ekosistem yang terdapat pada kolam digunakan untuk hiasan
ataupun budidaya lainnya, sehingga organisme dikolam hanya akan membentuk
ekosistem yang terbatas pada wilayah kolam tersebut. Sawah sebagai penunjang
untuk setiap organisme didukung dengan adanya komponen ekosistem sawah.
Komponen ekosistem sawah terdiri dari komponen biotik dan komponen
abiotik. Komponen biotik sawah meliputi padi, tanaman pisang, rumput, talas,
belalang, tikus, katak, laba-laba, burung pipit, ular, elang, nyamuk, bekicot, semut,
jangkrik, dan lainnya, sedangkan komponen abiotik di sawah yaitu air, cahaya
matahari, suhu udara, tanah, kelembaban, unsur hara, jerami, batu, elevasi, dan
lainnya. Ciri-ciri komponen yang telah diamati di lahan sawah maka dapat
diketahui bahwa sawah yang berada di ketinggian 810 mdpl, memiliki vegetasi
yang bagus, suasana disawah sejuk, adanya galengan sawah. Berdasarkan
komponen tersebut dapat diketahui bahwa ekosistem di lahan sawah stabil karena
tidak ada gangguan maupun hama dan penyakit, sehingga sawah yang praktikan
telah amati memiliki keseimbangan biologis atau ekosistem. Sawah tidak
selamanya mengalami keseimbangan biologi atau keadaan stabil, namun sawah
juga dapat mengalami keadaan yang tidak stabil. Hal ini terjadi karena sifat
komponen, interaksi antar komponen ekosistem serta diversitas struktur komunitas.
Ekosistem sawah yang stabil terjadi karena interaksi antar komponen
ekosistem dikelola secara tepat, hal lain pun dapat dilakukan dengan ekosistem
sawah seperti rantai makanan karena ketika peristiwa makan memakan antar
organisme, maka keseimbangan biologis akan tercapai, sedangkan ekosistem sawah
yang tidak stabil terjadi akibat interaksi antar komponen tidak dikelola secara tepat
dan pemanfaatan musuh alami berkurang dimana rantai makanannya berhenti pada
organisme tikus sehingga sawah dapat mengalami hama tikus yang diakibatkan
karena kelebihan tikus. Sehingga pemanfaatan musuh alami ekosistem tidak akan
menimbulkan masalah atau pencemaran, melainkan dapat mengendalikan hama dan
menghasilkan suatu keseimbangan ekosistem sawah.
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan di sawah diperoleh suhu
lingkungan 27,9oC, suhu air 25oC dan kelembaban 63% dapat menunjukkan
kelembaban tanah yang memungkinkan kesamaan komponen abiotik dan
komponen biotik. Pengukuran suhu ini penting karena suhu menjadi salah satu
faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
serta ekosistem dan keragaman jenis makhluk hidup yang tinggal dilingkungannya.
Suhu diperoleh dari interaksi antara radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi
cahaya dan kandungan lengas tanah, sehingga tinggi rendahnya suhu di sekitar
ditentukan oleh beberapa hal tersebut.
Pengukuran di lahan sawah diperoleh nilai elevasinya sebesar 810 mdpl.
Elevasi tersebut dapat menentukan mutu fisik beras, seperti tingkat kebeningan dan
derajat sosoh dimana semakin tinggi permukaan (sawah) maka tingkat kebeningan
dan derajat sosoh pada butiran beras akan kusam, sedangkan semakin rendah
permukaan tanah maka tingkat kebeningan dan derajat sosoh pada butiran beras
akan baik. Selain itu, ketinggian permukaan tempat pada lahan sawah juga dapat
menentukan suhu udara dan intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman
dimana semakin tinggi permukaan suatu tempat (sawah), maka suhu udara dan
intensitas cahaya matahari akan semakin rendah. Dengan demikian, cahaya sangat
dibutuhkan oleh makhluk hidup seperti tumbuhan karena makhluk hidup dan
cahaya akan saling berinteraksi sebab cahaya matahari berguna untuk proses
fotosintesis dan hasil dari proses fotosintesis yaitu oksigen dapat berguna untuk
kelangsungan hidup organisme lain.
Rizal Hadyan Fadhlillah
240110150021

3.2 Pembahasan
Praktikum Ekoteknologi dan Sumber Daya Air ini membahas mengenai
pengenalan dan analisis ekosistem artifisial yang dalam hal ini mengambil sampel
yaitu ekosistem sawah. Ekosistem artifisial merupakan ekosistem yang terbentuk
berkat campur tangan manusia. Ekosistem buatan ini diciptakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Meski keanekaragaman ekosistem buatan manusia jauh lebih
terbatas jika dibandingkan dengan ekosistem alami. Praktikum ini mengambil
sampel lahan sawah Ciparanje. Ekosistem yang dianalisis ini merupakan ekosistem
artifisial yang mempunyai elevasi 810 mdpl dengan suhu lingkungan 27,9℃.
Ekosistem ini mempunyai kelembaban yang standar mencapai 63%.
Sawah merupakan lahan usaha pertanian yang secara fisik memiliki
permukaan datar, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau
tanaman budidaya lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam
padi. Sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi memerlukan
penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Terdapat 3 jenis
sawah yaitu sawah tadah hujan, sawah pasang surut dan sawah lebak yang masing-
masing mempunyai ciri khasnya. Jenis sawah yang kelompok praktikan amati dapat
disebut sawah lebak maupun sawah tadah hujan, karena air untuk irigasi sawah
hanya berasal dari air hujan dan sungai yang berada di sekitar sawah. Ketika musim
kemarau para petani tidak perlu menunggu air hujan karena debit air di sungai besar
masih cukup untuk mengairi sawah. Hal yang perlu dikhawatirkan adalah ketika
musim penghujan. Saat debit sungai begitu banyak, maka sawah lebak rawan
terhadap banjir atau tergenang air. Sistem irigasi yang baik harus dibangun untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Apabila sistem irigasi sudah tepat, maka sawah
lebak sangat menguntungkan bagi petani karena tidak memerlukan banyak biaya
selama bercocok tanam.
Hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lain,
serta dengan benda tak hidup di lingkungannya akan membentuk ekosistem.
Ekosistem sawah di dalamnya terdapat komponen biotik dan komponen abiotik.
Komponen biotik pada sawah dapat dikelompokkan menjadi tumbuhan primer,
tumbuhan sekunder serta hewan dan manusia. Tanaman padi merupakan tumbuhan
primer, rumput dan tanaman sejenisnya termasuk pada tumbuhan sekunder. Hewan
yang terdapat pada ekosistem sawah yaitu burung, ular, cacing, katak, ulat,
belalang, ikan dan tikus. Komponen abiotik yang terdapat pada ekosistem sawah
ini diantaranya adalah tanah, air, cahaya, suhu, angin dan kelembaban. Seluruh
komponen abiotik ini memiliki peranannya masing-masing dan sangat dibutuhkan
pada ekosistem sawah, jika salah satunya tidak ada, maka ekosistem sawah dapat
rusak/ berganti menjadi lahan biasa. Berbeda dengan pada komponen biotik, yang
mana jika beberapa komponen hilang, maka hal tersebut bisa saja justru membuat
ekosistem sawah semakin subur/ semakin baik. Misalnya jika ulat, tikus dan burung
pemakan padi tidak ada, maka tidak akan ada hama yang merusak dan memakan
padi sehingga sawah akan semakin subur. Setiap makhluk hidup dalam ekosistem
menempati suatu tempat hidup yang spesifik. Tempat hidup yang spesifik tersebut
dikenal dengan sebutan habitat Setiap makhluk hidup yang memiliki peran khusus
di dalam habitatnya.
Ekosistem sawah memiliki ciri yaitu terdapat di darat dan biasanya terletak di
dataran tinggi, terdapat biota hidup yang beradaptasi dengan kondisi pegunungan,
berada di tanah dan biasanya didiami oleh ulat, terjadi proses rantai makanan,
proses memanen tergantung pada musim dan dapat terjadi kerusakan oleh senyawa
kimia maupun biota makhluk hidup. Keseimbangan ekosistem dilakukan oleh
ekosistem itu sendiri adalah dengan menjaga perputaran energi dan nutrisi yang
diterima dari sumber luar. Sumber energi luar yang dimaksud adalah cahaya
matahari. Cahaya matahari ditangkap oleh tumbuhan dan digunakan untuk
pertumbuhannya. Rantai makanan yang terjadi pada ekosistem di sawah Ciparanje
tersebut yaitu terdapat plankton yang akan dimakan oleh yaitu ikan, atau padi yang
dimakan oleh ulat dan tikus, ikan tersebut akan dimakan oleh burung sebagai
konsumen 2, sedangkan ular sebagai konsumen 3 akan memakan burung, ular
tersebut akan dimakan oleh burung elang sebagai konsumen ke 4, setelah elang
tersebut mati maka elang tersebut akan terurai oleh dekomposer. Rantai makanan
tersebut akan terus terjadi sehingga akan menyebabkan ekosistem itu seimbang
serta untuk keberlangsungan hidup di dalam ekosistem sawah di Ciparanje.
Jihan Fitriyani
240110150023

3.2 Pembahasan
Pada praktikum Ekoteknologi Sumber Daya Lahan dan Air, praktikan
melakukan pengenalan dan analisis ekosistem artifisial. Ekosistem artifisial
merupakan ekosistem buatan. Salah satu contoh ekosistem buatan yaitu sawah,
sawah yang dikelola oleh tangan manusia akan menjadi bermanfaat untuk
lingkungan sekitar yaitu dengan ditaman padi, sayuran ataupun tanaman lainnya.
Apabila tanpa bantuan manusia, ekosistem ini tidak bisa bertahan sendiri. Sawah
ini mendapat irigasi dari air hujan juga dari sungai yang ada disekiar sawah, aliran
sungainya terbilang cukup deras dan terdapat sedikit sedimen. Terdapat di darat dan
biasanya terletak di dataran tinggi.
Berdasarkan dari hasil pengamatan praktikan, kelompok 1 mendapatkan
lokasi di Sawah dekat Pedca Universitas Padjadjaran. Menggunakan alat GPS maka
dapat diketahui lokasi praktikum berada pada koordinat S 06°55’05,5’’ dan E
107°46’25,0’’dengan elevasi = 810 mdpl. Pada praktikum ini praktikan dapat
mengetahui faktor yang berkaitan dengan ekosistem sawah. Ekosistem sawah
memiliki ciri-ciri yaitu terdapat biota hidup yang beradaptasi dengan kondisi
pegunungan, berada di tanah dan biasanya terdapat ulat, terjadi proses rantai
makanan, proses memanen tergantung pada musim, dan dapat terjadi kerusakan
oleh senyawa. Berdasarkan dari hasil di lapangan memperoleh hasil data dari lokasi
sawah tersebut diantaranya suhu lingkungan sebesar 27,9°C, suhu air 25°C dan RH
63%. Pada setiap kelompok ditempatkan berbeda-beda agar dapat mengetahui
ekosistem artifisial yang ada ditempat tersebut dan yang terjadi pada suatu
ekosistem tersebut.
Sehingga ekosistem yang ada di sawah yang diamati oleh praktikan dapat
dikatakan baik seperti ekosistem yang seharusnya. Suhu yang ada tidak terlalu
tinggi suhu air yang baik dapat mempengaruhi hidup ekosistem yang ada di daerah
tersebut. Kelembaban juga perlu diperhatikan dalam hal ini. Ekosistem yang ada
disawah juga memiliki komponen seperti ekosistem pada umumnya. Komponen
biotik yaitu cacing, ular, ikan, katak, burung, belalang, tanaman padi, tikus, rumput
dan kunang-kunang. Komponen Abiotik yaitu tanah, air, batu, cahaya matahari dan
suhu kelembaban.
Andry Widiyanto
240110150040

3.2 Pembahasan
Praktikum Ekoteknologi Sumber Daya Lahan dan Air kali ini membahas
mengenai pengenalan dan analisis ekosistem artifisial. Ekosistem artifisial
merupakan ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Praktikum kali ini mengambil sampel di lahan sawah Ciparanje dengan koordinat
S 06°55’09,8’’ dan E 107°46’26,0’’serta elevasi 781 mdpl. Suhu lingkungan
sebesar 31℃, untuk sungai sebesar 25℃, dan kelembaban ekosistem ini mencapai
54℃.
Ekosistem sawah merupakan ekosistem yang mencirikan ekosistem
pertanian sederhana atau lebih tepatnya ekosistem buatan yang berupa lahan usaha
bidang pertanian tanaman yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya
dan monokultur yakni salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam
satu jenis tanaman pada satu areal, berdasarkan atas komunitas tanaman dan
pemilihan vegetasinya. Sebenarnya merupakan hubungan komponen yang
membentuk sistem. Ini berarti baik dalam struktur maupun fungsi komponen-
komponen tadi adalah suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Sebagai
konsekwensinya apabila salah satu komponen terganggu, maka komponen lainnya
secara cepat atau lambat akan terpengaruh. Sistem alam ini disebut sebagai sistem
ekologi, yang kemudian disingkat dan menjadi lebih dikenal sebagai ekosistem.
Ekosistem yang berada di sawah bukanlah ekosistem alami, akan tetapi
sudah berubah menjadi ekosistem buatan atau artifisial. Di dalam ekosistem terjadi
rantai makanan, aliran energi, dan siklus biogeokimia. Rantai makanan adalah
pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme
yang makan dan yang dimakan. Rantai makanan yang saling berhubungan satu
sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaring-jaring. Jaring-jaring
makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis
makhluk hidup lainnya. Rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi
melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai
makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena organisme pertama yang
mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama
selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen. Tingkat selanjutnya adalah
tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut
konsumen primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi
ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora. Setiap pertukaran energi dari satu
tingkat trofi ke tingkat trofi lainnya, sebagian energi akan hilang.
Bila sebagian dari biomassa suatu komunitas tumbuhan dimakan. Energi itu
di teruskan ke pada suatu heterotrof, yang untuk keberadaannya bergantung pada
energi tersebut. Ekosistem sawah lahan Ciparanje terdapat siklus rantai makanan
yang terjadi yaitu sebuah plankton yang akan dimakan oleh yaitu ikan, atau padi
yang dimakan oleh ulat dan tikus, ikan tersebut akan dimakan oleh burung sebagai
konsumen 2, sedangkan ular sebagai konsumen 3 akan memakan burung, ular
tersebut akan dimakan oleh burung elang sebagai konsumen ke 4, setelah elang
tersebut mati maka elang tersebut akan terurai oleh dekomposer.
Sopa Samrotul Paujah
2410110150005

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:
1. Ekosistem artifisial terbentuk dari hasil modifikasi atau rekayasa manusia
sebagai penunjang ekosistem tersebut dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan manusia yang setiap hari semakin meningkat.
2. Titik koordinat ekosistem artifisial sawah menurut GPS berada di
06o55’05,5” lintang selatan dan 107 o46’25,0” bujur timur dengan
ketinggian sekitar 810 mdpl dengan suhu lingkungan sebesar 27,90C dan
kelembaban sebesar 63%.
3. Ciri ekosistem sawah tersebut diantaranya sawah tersebut digenangi oleh
air, sebagian sawah ada yang sudah di panen dan ada yang masih hijau,
ekosistem sawah tersebut dialiri oleh sungai sebagai air irigasi, banyak
terdapat vegetasi disekitar sawah, pencahayaannya cukup terang, lahannya
datar tidak berbentuk terasering, selain itu terdapat saung dan juga terdapat
sungai sebagai drainase sawah tersebut jika kelebihan air.
4. Komponen biotik pada ekosistem sawah diantaranya adalah cacing, ular,
belut, katak, capung, burung, tanaman padi, belalang, tikus., sedangkan
komponen abiotiknya yaitu tanah, air, cahaya matahari, suhu, kelembaban.
5. Rantai makanan yang terjadi pada ekosistem sawah yaitu cahaya matahari
disetap oleh tanaman padi, biji padi yang telah timbuh dimakan burung
pemakan biji, telur burung pemakan biji dimakan oleh ular sawah, ular
sawah dimakan oleh elang.
6. Transfer jumlah energi dipengaruhi oleh respirasi, pertumbuhan dan
produksi dan kualitas gizi yang dikonsumsi.

1.2 Saran
Adapun saran dari praktikum kali ini adalah:
1. Sebaiknya survey ke lapangan mengenai ekosistem artifisial dilakukan
sebelum praktikum dimulai.
Devy Agustine Hadiat
240110150007

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah:
1. Praktikan telah mengetahui komponen dan peranan ekosistem artifisial
(buatan).
2. Sawah (ekosistem buatan) adalah ekosistem yang terbentuk dari rekayasa
manusia.
3. Sawah memiliki permukaannya rata, dibatasi oleh galengan sawah, dapat
ditanami tanaman padi, berada pada daerah transisi yang mencakup area
basah yang permanen dan area basah hanya dalam siklus serta tanaman
budidaya lainnya.
4. Sawah mendukung keberagam tanaman, kehidupan hewan dan
kepentingan lainnya bagi manusia dalam banyak hal lainnya, namun
ekosistem buatan seperti kolam hanya akan membentuk ekosistem yang
terbatas pada wilayah kolam tersebut.
5. Sawah yang diamati stabil karena interaksi antar komponen ekosistem
dikelola secara tepat dan tidak mengalami gangguan hama dan penyakit.
6. Pemanfaatan musuh alami ekosistem (tingkat trofik 3) dapat
mengendalikan hama dan menghasilkan keseimbangan ekosistem sawah.
7. Semakin tinggi permukaan (sawah) maka tingkat kebeningan dan derajat
sosoh pada butiran beras akan kusam dan sebaliknya.
8. Semakin tinggi permukaan suatu tempat (sawah), maka suhu udara dan
intensitas cahaya matahari akan semakin rendah dan sebaliknya.
9. Cahaya matahari berguna untuk proses fotosintesis dan hasilnya berguna
untuk kelangsungan hidup organisme lain.

4.2 Saran
Saran yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah:
1. Diharapkan pada praktikum selanjutnya tidak ada lagi yang kekurangan
alat praktikum.
2. Diharapkan alat praktikum yang rusak diperbaiki atau diganti yang baru.
Rizal Hadyan Fadhlillah
240110150021

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum ini adalah:
1. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya yang saling berpengaruh satu sama lain untuk
keberlangsungan hidup;
2. Sawah merupakan suatu ekosistem berupa lahan pertanian dengan permukaan
tanah yang rata dan terdapat pematang sebagai pembatas;
3. Sawah termasuk dalam ekosistem buatan karena sengaja dibuat manusia
untuk memenuhi kebutuhan pangan. Manusia menanam berbagai jenis
tanaman di ekosistem sawah;
4. Komponen dalam ekosistem terdapat dua komponen yaitu komponen biotik
atau hidup dan komponen abiotik atau tidak hidup;
5. Rantai makanan adalah proses dimakan dan memakan antara makhluk hidup
berdasarkan urutan (produsen, konsumen, dan dekomposer) demi
kelangsungan hidupnya;
6. Komponen abiotik yang terdapat pada ekosistem sawah Ciparanje yaitu air,
tanah, angin, cahaya dan kelembaban sedangkan komponen biotiknya yaitu
tersebut yaitu ikan, burung, katak, burung elang, burung dan ular;
7. Keseimbangan ekosistem dilakukan dengan menjaga perputaran energi dan
nutrisi yang diterima dari sumber luar;
8. Lokasi sawah di Ciparanje terletak pada posisi koordinat S 06°55’05,5’’; E
107°46’25,0’’ dan memiliki suhu 27,9°C dan kelembaban 63%.

4.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Praktikan harus lebih memahami mengenai ekosistem sawah;
2. Sebaiknya mengamati lebih dari satu ekosistem sawah agar bisa
membandingkan ekosistem tersebut.
Jihan Fitriyani
240110150023

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada praktikum kali ini adalah :
1. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Proses saling interaksi dan ketergantungan antara makhluk
hidup sebagai komponen biotik, dengan lingkungan hidupnya yang
merupakan komponen abiotik.
2. Komponen abiotik atau komponen tak hidup meliputi udara (nitrogen,
oksigen, karbon dioksida, angin, kelembapan), suhu, air, mineral, cahaya,
keasaman dan salinitas. Komponen biotik atau komponen hidup terdiri dari
produser, konsumer dan dekomposer (pengurai).
3. Ekosistem sawah yang dijadikan tempat pengamatan yaitu berlokasi di Sawah
dekat Pedca Universitas Padjadjaran. Menggunakan alat GPS maka dapat
diketahui lokasi praktikum berada pada koordinat S = 06°55’09,8’’ dan E
107°46’26,0’’dengan elevasi = 784 mdpl.
4. Hasil data dari lokasi sawah tersebut diantaranya suhu lingkungan sebesar
31°C, suhu air 25°C dan RH 54%.
5. Ekosistem sawah memiliki ciri-ciri yaitu terdapat biota hidup yang
beradaptasi dengan kondisi pegunungan, berada di tanah dan biasanya
didiami oleh ulat, terjadi proses rantai makanan, proses memanen tergantung
pada musim, dan dapat terjadi kerusakan oleh senyawa
4.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini adalah :
1. Praktikan diharapkan datang tepat waktu sebelum praktikum dimulai dan
membawa alat dan bahan yang diperintahkan oleh asisten dosen
2. Praktikan diharapkan tertib dan tidak bercanda dalam melaksanakan
praktikum.
3. Praktikan tidak saling mengganggu praktikan lainnya
4. Praktikan harus lebih teliti akan lingkungan sekitar
Andry Widiyanto
240110150040

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah :
1. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya yang saling berpengaruh satu sama lain untuk
keberlangsungan hidup;
2. Ekosistem buatan adalah ekosistem yang terbentuk dari rekayasa manusia;
3. Sawah termasuk dalam ekosistem buatan untuk memenuhi kebutuhan
manusia;
4. Rantai makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan
melalui sederetan organisme yang makan dan yang dimakan;
5. Lahan sawah Ciparanje terletak pada posisi koordinat S 06°55’09,8’’; E
107°46’26,0’’, memiliki suhu 31°C, dan kelembaban 54% serta elevasi 784
mdpl.

4.2 Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini adalah :
1. Mengenai komponen biotik seharusnya bisa lebih banyak lagi didapatkan,
jikalau pada saat mengamati fokus dan juga media atau objek ekosistem
ditambah agar dapat hasil perbandingan antara satu ekosistem dengan
ekosistem yang lainnya.
Devy Agustine
240110150007

DAFTAR PUSTAKA

Damar. 2015. Belajar Kurikulum M 2013. Terdapat pada :


www.damaruta.com/2015/04/contoh-penelitian-sederhana-ekosistem.html
(Diakses pada 24 Maret 2018 pukul 12.55 WIB)

Danila. 2015. Ekosistem 1. Terdapat pada :


www.academia.edu/1693699/Ekosistem_1 (Diakses pada 24 Maret 2018
pukul 10.23 WIB)

Eko. 2015. Ekosistem 1. Terdapat pada : sman78-


jkt.sch.id/sumberbelajar/bahanajar/Ekosistem_1.pdf (Diakses pada 24 Maret
2018 pukul 07.47 WIB)

Farah. 2015. Contoh Ekosistem Alami dan Buatan. Terdapat pada :


https://ilmugeografi.com/biogeografi/contoh-ekosistem-alami (Diakses pada
24 Maret 2018 pukul 09.22 WIB)

Khair. 2014. Contoh Ekosistem Alami dan Buatan. Terdapat pada :


https://berkahkhair.com/contoh-ekosistem-alami/ (Diakses pada 24 Maret
2018 pukul 09.28 WIB)

Surakusuma, Wahyu 2017. BAB I Ekosistem. Terdapat pada :


http://sertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL%202017/Teknik%
20Produksi%20Hasil%20Hutan/BAB-I-Ekosistem.pdf (Diakses pada 24
Maret 2018 pukul 07.39 WIB)
Rizal Hadyan Fadhlillah
240110150021

LAMPIRAN

DOKUMENTASI PRIBADI

Gambar 2. Mengamati keadaan sungai kemudian dibuat sketsa

Gambar 3. Praktikan membuat sketsa sungai

Gambar 4. Praktikan sedang mengamati keadaan sungai

Anda mungkin juga menyukai