Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH BIOEKOLOGI BIOTA PERAIRAN


DOSEN PENGAMPUH DANDI SALAKI S.IK..M SI

DI SUSUN OLEH

ESAU KAHU AMKAI

202054242036

JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKA

2023

KATA PENGANTAR

JURNAL BIOEKOLOGI
RENCANA PEMBELAJARAN
BIOEKOLOGI
A. LATAR BELAKANG
Organisme-organisme hidup (biotic) dan lingkungan tidak hidupnya (abiotic) berhubungan erat tak
terpisahkan dan saling pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Satuan yang mencakup semua
organisme, yakni “komunitas” di dalam suatu daerah yang saling mempengaruhi dengan lingkungan
fisiknya sehingga arus energi mengarah ke struktur makanan, keanekaragaman biotic, dan daur-daur
bahan yang jelas (yakni pertukaran bahan-bahan antara bagian-bagian yang hidup dan tidak hidup) di
dalam system, merupakan system ekologi atau ekosistem (Odum, 1998). Oleh karena ekosistem
mencakup organisme dan lingkungan abiotiknya yang saling berinteraksi, maka ekosistem
 Cahaya Matahari, ini merupakan sinar yang bersumber dari Matahari. Tumbuh-
tumbuhan tentu membutuhkan cahaya matahari di dalam berfotosintesis serta
menghasilkan makanan.
 Batu & Tanah, ini merupakan komponen abiotik yang mempunyai peran penting di
dalam persebaran organisme disebabkan karna memiliki struktur fisik, pH, serta
segala macam kandungan mineral di dalamnya.
 Angin, ini merupakan aliran udara di dalam jumlah yang besar diakibatkan oleh
perputaran bumi serta juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya.
Angin tersebut dapat atau bisa membantu proses penguapan (evaporasi) bagi
organisme serta juga mempengaruhi suhu lingkungan.
 Suhu Udara, ini merupakan suatu besaran yang menunjukkan derajat panas benda.
Suhu ini sangat mempengaruhi pertumbuhan atau juga perkembangan di dalam
tubuh mahluk hidup serta sebagian besar organisme tidak bisa atau dapat bertahan
hidup di suhu tertentu.
 Air (Dihidrogen monoksida), ini merupakan senyawa yang penting bagi seluruh
bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di muka Bumi. Air mempunyai
peran yang sangat penting ialah sebagai pelindung serta penghantar di dalam tubuh
mahluk hidup.
 Garam Mineral, ini merupakan unsur di dalam tanah serta lingkungannya yang
dibutuhkan oleh mahluk hidup di dalam melakukan pertumbuhan serta juga proses
metabolisme tubuh.
 Kelembaban, ini merupakan konsentrasi uap air di udara. Kelembaban itu sendiri
dapat atau bisa mempengaruhi iklim sehingga berdampak dipertumbuhan mahluk
hidup, khususnya tumbuhan.
 Derajat Keasaman (pH), ini merupakan tingkat keasaman suatu benda yang diukur
itu dengan skala pH antara 0 sampai dengan 14. Nilai pH tanah yang dapat atau bisa
ditumbuhi tanaman yaitu berkisar 5,8 – 7,2, serta ini dipengaruhi oleh pupuk, curah
hujan, aktivitas akar tanaman, serta juga penguraian mineral yang terjadi di dalam
tanah.
 Iklim, ini merupakan kondisi rata-rata cuaca yang berdasarkan waktu yang panjang
untuk suatu lokasi di bumi atau juga planet lain. Iklim tersebut dapat atau bisa
mempengaruhi persebaran organisme di muka bumi .
Peran komponen Abiotik Dalam Kehidupan
Dibawah ini merupakan peran komponen abiotik di dalam kehidupan
diantaranya ialah sebagai berikut :

Suhu

Makhluk hidup ini mempunyai suhu optimum untuk kelangsungan hidupnya. Hal
tersebut di sebabkan oleh karna reaksi kimia di dalam tubuh organisme itu
dipengaruhi oleh kualitas suhu lingkungan. Pada umunya organisme senang hidup di
tempat yang suhunya anatar 0º – 40ºC sebab pada suhu di atas 40ºC kebanyakan
protein tersebut akan terurai serta rusak . Dibawah ini merupakan faktor yang
mempengaruhi variasi suhu ialah lamanya penyinaran, kedudukan matahari terhadap
bumi, serta cuaca.
Cahaya Matahari

Cahaya matahari ini mempengaruhi ekosistem dengan secara global disebabkan


karna sinar matahari menentukan suhu. Cahaya matahari ini merupakan salah satu
unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan yaknisebagai sebuah produsen di dalam
berfotosintensis. Tidak seluruh spektrum sinar matahari berguna untuk fotositensis,
hanya spektrum merah, nila serta juga biru dibutuhkan di dalam fotodintensis.
Air

2. TUJUAN PEMBELAJARAN Melalui mata kuliah Bioekologi mahasiswa diharapkan mampu


memahami konsep, menerapkan serta mengevaluasi kajian Bioekologi. Tujuan pembelajaran
mata kuliah Bioekologi bagi mahasiswa adalah secara umum sesuai visi dan misi Jurusan
Biologi FMIPA UNAND yang diterapkan pada mata kuliah ini, yaitu mempunyai kompetensi
keilmuan dalam bidang biologi, khususnya Bioekologi secara nasional maupun internasional;
Mensosialisasikan metode pembelajaran berbasis SCL melalui sistem diskusi dan presentasi
jurnal ilmiah; Mengetahui dasar-dasar ilmu Bioekologi dan contoh-contohnya dalam
kehidupan sehari-hari dan industri; Menghasilkan lulusan yang dapat menjelaskan dan
menerapkan ilmu Bioekologi dalam kehidupan bermasyarakat dan pengembangan

JURNAL BIOLOG I
B. PENDAHULUAN
Laut merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman tinggi, dimana biota yang
ditemukan pada ekosistem laut bervariasi, seperti alga, kerang, kepiting, ikan, dan berbagai
biota mikroskopis (Nontji, 2008). Perairan laut terbagi atas beberapa zona, salah satunya
adalah daerah air dangkal seperti pesisir pantai. Secara vertikal pantai masuk dalam zona
neritik dan secara horisontal termasuk dalam zona eufotik. Komponen biotik yang
ditemukan di dalam ekosistem pantai ada dua macam yaitu autotrofik atau produsen dan
heterotrofik atau konsumen. Produsen utama pada perairan pantai adalah fitoplankton
(Odum, 1996). Plankton merupakan biota terkecil yang dapat ditemukan pada perairan laut
maupun tawar. Plankton dibedakan menjadi dua jenis, yaitu fitoplankton dan zooplankton.
Fitoplankton adalah plankton yang termasuk dalam kelompok tumbuhan dan merupakan
produsen primer terbanyak di perairan. Juga merupakan penghasil oksigen pada wilayah
perairan karena dapat melakukan fotosintesis dan sebagai dasar rantai makanan bagi
kehidupan perairan laut serta perairan sungai, fitoplankton juga merupakan salah satu
parameter tingkat kesuburan suatu perairan

METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Juni 2019 di sekitar perairan PLTU
Holtekamp, Kelurahan Koya Barat, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua

Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sampel air laut dan formalin 4%.
Alat yang digunakan yaitu plankton net no. 25, botol sampel, ember, box, mikroskop
binokuler, object glass, cover glass, pipet tetes, tisu, Multy Modification Parameter
Instrument, GPS, dan buku identifikasi plankton merujuk pada Yamaji (1976) & Davis (1995),

Penentuan Titik Pengambilan sampel


pada penelitian ini batasan yang di terapkan peneliti adalah radius atau jarak keliling dari
tempat yang diperkirakan menjadi lokasi pembuangan limbah air panas. Radius yang di
tetapkan memiliki diameter sekitar 200 m. Stasiun pengambilan sampel berjumlah tiga
stasiun, dengan jarak tiap stasiun sekitar 200 m.

Pengukuran parameter lingkungan


Pengukuran parameter lingkungan dilakukan pada tiap stasiun sebanyak 3 kali yang
dilakukan bersamaan pada saat pengambilan sampel fitoplankton pada pagi, siang, dan sore
hari. Adapun paremeter tersebut adalah suhu, kecerahan, Ph, Salinitas, DO, Kecepatan arus,
phospat, dan Nitrat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton


Berdasarkan hasil penelitian, hasil identifikasi, komposisi genera fitoplankton yang
ditemukan dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil identifikasi menunjukkan terdapat 17 genus yang
berasal dari 2 kelompok fitoplankton yaitu Diatomae 14 genus dan Dinoflagellata 3 genus.
Jumlah genus dari setiap stasiun pengamatan adalah genus dengan total rata-rata
kelimpahan 1916,67 ind/l. Jumlah kelimpahan tertinggi ditemukan pada stasiun 3 (15 genus)

dan total kelimpahan yaitu 2655 ind/l, sedangkan jumlah genus terendah terdapat pada
stasiun 2 yaitu 15 genus dengan jumlah kelimpahan rata-rata 705 ind/l (Tabel 1). Rendahnya
total kelimpahan pada stasiun 2 disebabkan lokasi stasiun yang terletak di dekat PLTU
Holtekamp, sebagaimana yang dijelaskan oleh Kamilah, dkk., (2014) bahwa perairan
disekitar
C. JURNAL KELAUTAN DAN PERIKANAN

KAJIAN BIOEKOLOGI IKAN KARANG CHAETODONTIDAE SEBAGAI SALAH SATU

INDIKATOR UNTUK MENDETEKSI KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI

PERAIRAN TAMAN NASIONAL KEPULAUAN TOGEAN, SULAWESI TENGAH

Taman Nasional Kepulauan Togean memiliki kekayaan hayati bawah laut sangat

besar, salah satunya adalah ikan family Chaetodontidae yang memiliki

keterkaitan erat dengan kondisi fisik terumbu karang sehingga ikan ini dapat

dijadikan sebagai indikator kondisi ekosistem terumbu karang. Penelitian ini

dilakukan dengan tujuan mengamati komposisi jenis dan sebaran serta

mengkaji bioekologi ikan famili


Utomo, S. P. (2010). Kajian Hubungan Kondisi Terumbu Karang dengan

Kelimpahan Ikan Chaetodontidae di Kawasan Konservasi Laut daerah Pulau


Liwutongkidi, Kabupaten Buton. Tesis. Program Studi Ilmu Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir dan Lautan: Institut Pertanian Bogor. Bogor. Link

JURNAL BIOLOGI TROPIS

Karakteristik Bioekologi Rajungan (Portunus Pelagicus) Di Perairan Dusun Ujung


Lombok Timur

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ukuran rajungan yang tertangkap,

menganalisis perbandingan jumlah rajungan jantan dan betina yang

tertangkap, danÃÂ menganalisis karakteristik habitat (salinitas, suhu, pH, dan

bentuk dasar substrat perairan) di daerah penangkapan rajungandi Dusun

Ujung Lombok Timur. Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan

menggunakan metode survai dalam pengambilan data. Parameter yang diteliti


adalah parameter biologi dan ekologi rajungan. Parameter biologi yang diamati

adalahÃÂ jenis kelamin, dan lebar karapas, sedangkan parameter ekologi

adalah suhu, salinitas, dan pH perairam serta bentuk dasar substrat. Kondisi

substrat didominasi oleh fraksi pasir diikuti oleh fraksi lumpur dan fraksi liat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air di daerah penelitian sangat

sangat layak bagi kehidupan rajungan,

D,Jurnal
KOEFISIENSAPROBIK PLANKTON DI PERAIRAN EMBUNG UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG

Abstrak
___________________________________________________________________________
_______________ Embung Universitas Negeri Semarang dibangun dengan tujuan sebagai
tempat penampungan air hujan dan penyerapan air di Universitas Negeri Semarang dan
mempunyai kapasitas penampungan air 5.000 m3. Keberadaan embung tersebut menciptakan
suatu ekosistem baru yaitu tempat hidup ikan-ikan di dalamnya. Saprobitas perairan
digunakan untuk mengetahui keadaan kualitas air yang diakibatkan adanya penambahan
bahan organik dalam suatu perairan yang biasanya indikatornya adalah jumlah dan susunan
spesies dari organisme di dalam perairan tersebut. Plankton dapat digunakan sebagai
bioindikator perairan karena memiliki tingkat kepekaan tinggi terhadap adanya pencemaran.
Penelitian ini menggunakan rancangan eksplorasi dengan metode survai, dimana penetapan
stasiun pengambilan sampel dengan purposive sampling. Penempatan stasiun didasarkan atas
perkiraan beban pencemar dan aktivitas yang terdapat di sepanjang aliran dari (stasiun satu
sampai sembilan), pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 2
minggu. Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa jumlah jenis spesies
plankton yang ditemukan pada penelitian ini kemudian diinterpretasikan pada tabel hubungan
antara koefisien saprobitas perairan dengan tingkat pencemaran perairan. Berdasarkan
perhitungan dan analisis nilai koefisien saprobik dari stasiun satu sampai sampai sembilan
didapatkan nilai koefisien saprobik plankton berkisar antara -0,4 s/d 0,9. Berdasarkan kriteria
tingkat pencemaran menunjukkan bahwa Embung Universitas Negeri Semarang berada
dalam kondisi tercemar ringan sampai dengan sedan

PENDAHULUAN
Embung atau tandon air merupakan waduk berukuran mikro di suatu lahan yang dibangun
untuk menampung kelebihan air hujan di musim hujan. Embung merupakan salah satu teknik
pemanenan air (water harvesting) yang sangat sesuai di segala jenis agroekosistem. Di lahan
rawa namanya pond yang berfungsi sebagai tempat penampungan air drainase saat kelebihan
air di musim hujan dan sebagai sumber air irigasi pada musim kemarau. Keberadaan embung
diyakini dapat menampung air hujan sehingga mencegah terjadinya banjir pada suatu daerah.
Universitas

METODE PENELITIAN

ini
menggunakan rancangan eksplorasi dengan metode survai, penetapan stasiun pengambilan
sampel dengan purposive sampling. Penelitian dilakukan di perairan Embung Universitas
Negeri Semarang pada tanggal 20 Juni18 Juli 2015. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak
3 kali dengan selang waktu 2 minggu. Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
berupa jumlah spesies plankton yang ditemukan dan pengukuran faktor abiotik, kemudian
data

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil identifikasi jenis plankton yang ditemukan Negeri Semarang selama bulan
Juni-Juli 2015, ditemukan 12 jenis plankton yang terdiri dari

jenis kelompok α-mesosaprobik, 4 jenis kelompok β-mesosaprobrik, 3 jenis kelompok non


saprobik dan 3 jenis kelompok oligosaprobik. Hasil identifikasi dan perhitungan koefisien
saprobik dapat dilihat pada Tabel 3

PENUTUP
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan di dapatkan nilai koefisien saprobik plankton
berkisar antara -0,4 /d 0,9. Berdasarkan hubungan antara koefisien saprobitas dengan hasil
pengukuran tabel lingkungan menunjukkan bahwa Embung Universitas Negeri Semarang
tercemar ringan sampai dengan sedang.

E.JURNAL PENELITIAN IDONESIA

ASPEK EKOLOGI PERAIRAN UNTUK PENERAPAN PERIKANAN TANGKAP


BERBASIS BUDIDAYA DI WADUK PENJALIN
Abstrac

Waduk Penjalin adalah salah satu waduk di Kabupaten Brebes yang potensial
untuk program perikanan tangkap berbasis budidaya setelah program tersebut
sukses dilakukan di Waduk Malahayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
kelayakan penebaran ikan untuk pengembangan CBF di Waduk Penjalin dari
beberapa aspek ekologi perairan. Survei lapangan dilakukan di Waduk Penjalin,
Kabupaten Brebes pada bulan Mei, September dan Desember 2021 pada tujuh
stasiun pengamatan. Kualitas air dukur secara in situ dan ex situ. Komunitas
ikan diamati dengan percobaan penangkapan dan hasil tangkapan nelayan.
Analisis data kualitas air dilakukan secara deskriptif. Indeks STORET digunakan
untuk mengetahui status perairan. Komunitas ikan dianalisis dengan indeks
relatif penting, kebiasaan makanan, luas relung dan tumpang tindih relung. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa kualitas air di Waduk Penjalin masih
mendukung terhadap kehidupan ikan. Luas waduk yang relatif kecil, kualitas air
yang berstatus sedang dan tingkat kesuburan eutrofik berpotensi mendukung
terhadap implementasi CBF. Komunitas ikan di waduk tersebut terdiri atas
sembilan jenis ikan yang didominasi oleh jenis ikan introduksi (55,56%). Luas
relung makanan beberapa jenis ikan dominan cenderung menunjukkan karakter
spesialis. Secara ekologi, Waduk Penjalin berpotensi untuk dilakukan penebaran
ikan, terutama untuk jenis ikan-ikan herbivora/planktivora mengingat status
perairan yang subur.
Jenis Ikan Herbivora

Anda mungkin juga menyukai