MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Fikologi
yang dibina oleh Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si dan
Ibu Dr. Murni Saptasari, M.Si
oleh:
kelompok 3
Fahrun Nisa (150342605770)
Farhana Halimah Rusyda (150342607533)
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan peran alga sebagai bioindikator
2. Menjelaskan macam alga yang dapat digunakan sebagai indikator pencemaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum, keuntungan pemanfaatan alga sebagai bioindikator dan biosorben adalah:
1) Alga mempunyai kemampuan yang cukup tinggi mengadsorpsi logam berat karena di
dalam alga terdapat gugus fungsi yang dapat mengikat ion logam. Gugus fungsi
tersebut terutama gugus karboksil, hidroksil, amina, sulfudril, imadazol, sulfat, dan
sulfonat yang terdapat dalam dinding sel dalam sitoplasma.
2) Bahan bakunya mudah didapat dan tersedia dalam jumlah yang banyak
3) Biaya operasional yang rendah.
4) Tidak perlu nutrisi tambahan.
5) Alga yang dipilih mempunyai hubungan geografis dengan lokasi yaitu berasal dari
lokasi setempat, hidup dilokasi tersebut, dan diketahui radius aktivitasnya,
6) Alga itu terdapat dimana-mana, sehingga dapat dibandingkan dengan alga yang
berasal dari lokasi lain.
7) Komposisi makanannya dapat diketahui.
8) Populasinya stabil.
9) Pengumpulan alga mudah dilakukan.
10) Relatif mudah dikenali di alam, dan masa hidupnya cukup lama, sehingga
keberadaannya memungkinkan untuk merekam kualitas lingkungan di sekitarnya.
Alga dapat dijadikan alternatif adsorben yang cukup potensial dalam rangka
meminimalisasi pencemaran air yang disebabkan oleh logam berat. Selain itu, berkaitan
dengan adsorpsi, alga memiliki dua karakteristik yang penting, yaitu secara struktural, alga
memiliki sejumlah situs aktif pada dinding selnya (polisakarida dan protein, beberapa
diantaranya mengandung gugus karboksil, sulfat, amino) yang dapat menjadi binding sites
ion-ion logam. (sukandar 1993).
Jenis fitoplankton sebagai bioindikator berdasarkan nilai koefisien saprobik adalah sebagai
berikut :
2. Perairan - Mesosaprobik
Perairan - Mesosaprobik merupakan perairan yang tingkat pencemarannya ringan
sampai sedang. Bahan pencemar pada perairan ini adalah bahan organik maupun bahan
anorganik. Bahan organik bisa berasal dari pemupukan yang dilakukan di persawahan sisa
limbah tanaman maupun hewan mati yang dibuang ke sungai, sedangkan bahan anorganik
berasal dari limbah pabrik yang tidak diolah dengan baik dan dibuang ke sungai. Kandungan
bahan organik yang tinggi dapat menurunkan kualitas air sehingga hanya rheofitoplankton
yang bersifat toleran saja yang dapat hidup (Fachrul, 2005 dalam Semiden, 2013). Bahan
organik dan anorganik yang terakumulasi pada perairan menghalangi sinar matahari untuk
menembus ke dalam perairan secara sempurna sehingga menghambat proses fotosintesis
alga. Alga yang hidup dalam perairan ini divisi Chrysophyta diantaranya Melosira sp., dan
Spyrogira sp .
Divis : Chrysophyta
Divis : Chrysophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Ordo : Centrales
Famili: Nitzschiaceae
Famili: Rhizosoloniaceae
Genus: Nitzschia
Genus: Rhizosolenia
Species : Nitzschia actinastroides
Species : Rhizosolenia delicatula
4. Perairan Polisaprobik
Alga sebagai biindikator pencemaran air dalam perairan ini terdiri dari kelas
Chrysophyceae, sebagai contoh yakni Spirulina sp.
Divisi : Cyanophyta
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Nostocales
Famili : Oscilatoriaceae
Genus : Spirulina
Gambar 8. Spirulina sp
Sumber gambar www.google.com
BAB III
PENUTUP
Rangkuman
Bioindikator adalah organisme atau respons biologis yang menunjukan masuknya zat
tertentu dalam lingkungan. Bioindikator memiliki respons spesifik yang mampu memprediksi
bagaimana kondisi spesies atau ekosistem akan merespons terhadap tekanan, serta mampu
mengukur respons dengan akurasi dan presisi yang dapat diterima yang didasarkan pada
pengetahuan tentang zat pencemar dan karakteristik (Mulgrew et al 2006 dalam Utomo
2013). Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat
menggambarkan kondisi kualitas perairan. Alga (Fitoplankton) berpotensi menjadi indikator
terbaik dalam pencemaran organik. Fitoplankton mempunyai banyak kelebihan sebagai tolak
ukur biologis yaitu mampu menunjukkan tingkat ketidakstabilan ekologi serta mengevaluasi
berbagai bentuk pencemaran. Setiap jenis fitoplankton memiliki perbedaan reaksi fisiologis
dan tingkah laku terhadap perubahan kualitas lingkungannya. (Astirin dkk, 2002).
Jenis-jenis organisme saprobitas yang berada pada lingkungan tercemarkan berbeda
satu dengan yang lainnya. Keadaan ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di perairan
tersebut (Basmi 2000). Menurut Liebmann (1962) dalam Basmi (2000) bahwa berdasarkan
organisme penyusunnya, maka tingkat saprobitas dapat dibagi menjadi empat kelompok
yaitu:
1. Perairan Oligosaprobik
2. Perairan Mesosaprobik
3. Perairan -Mesosaprobik
4. Perairan Polisaprobik
Daftar Pustaka
Astirin O.P, A,D. Setyawan, dan M. Harini. 2002. Keanekaragaman Plankton Sebagai
Indikator Kualitas Air Sungai di Kota Surakarta. Jurusan Biologi FMIPA UNS.
Surakarta. Jurnal. Biodiversitas vol.3, No.2. Hal. 236-241.
Buhani. 2007. Alga sebagai Bioindikator dan Biosorben Logam Berat. (Online) :
http://www.chem-is try.org/, Diakses tanggal 14 Oktober 2014.
Dawes, C.J. 1981. Marine Botany. A WilleyInterscience. Publ : 628 p.
Fachrul. 2006. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksaa. Jakarta.
Lukman, Sulastri, D.S.Said, T. Tarigan, dan T. Widiyanto. 2006. Prosiding Seminar Nasional
Limnologi 2006 Pengelolaan Sumberdaya Perairan Darat scara terpadu di
Indonesia. Pusat Penelitian Limnologi-LIPI.Bogor.
Musthafa, H. 2013. Kemelimpahan dan Keanekaragaman Jenis Plankton di Sub DAS
Gajahwong, Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Odum, E.P. 1993. Fundamental of Ecology. Philladelphia London Toronto. W.B. Sounders
company.
Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Utomo,Y. 2013. Saprobitas Peairan Sungai Juwana Berdasarkan Bioindikator Plankton.
Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Salam, A. 2010. Analisis Kualitas Air Situ Bungur Ciputat berdasarkan Indeks
Keanekaragaman Fitoplankton. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Sukandar, P. 1993. Ekologi Perairan Tawar. Biologi FMIPA IKIP. Jakarta.
Semiden. S. Mukarlina, dan Setyawati, T.R. 2013. Keanekaragaman Rheofitoplankton
Sebagai Bioindikator Kualitas Air Sungai Kapuas di Kabupaten Sanggau. Protobiont
2013 Vol 2 (2): 63 69.
Yaim, W.2003. Kamus Biologi. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.