Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Mikroteknik

Dosen Pengampu
Ir. Nur Rahayu Utami, M.Si

Disusun oleh:
1. Nur Asiyah 4411415039
2. Sakdiyah 4411415046
3. Dhanang Priambodo 4411415054
4. Pramita Lulu F. P. 4411415056

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
KEGIATAN 1

PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA

A. TUJUAN
1. Membuat preparat whole mount protozoa.
2. Menanalisis pembuatan preparat whole mount protozoa dengan menggunakan zat
warna giemsa, hematoxylin dan eosin .
B. LANDASAN TEORI
Preparat whole mount adalah preparat yang objeknya merupakan keseluruhan
bagian objek secara utuh tanpa mengurangi atau melakukan pengirisan. Tujuan
pembuatan preparat whole mount adalah untuk dapat menyediakan preparat mikroskopis
yang dapat memperlihatkan struktur secara keseluruhan dari bahan atau objek yang
bersangkutan. Misalnya Preparat Whole Mount Paramaecium sp untuk memperlihatkan
sel protozoa tersebut dengan bagian-bagiannya seperti cilia, vakuola kontraktil, vakuola
makanan, dan lainnya (Rudyatmi 2014).
Metode Whole Mount memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari metode
ini adalah dapat mengamati seluruh bagian objek amatan dengan jelas tiap bagian-
bagiannya. Sedangkan kelemahannya adalah metode ini hanya bisa dilakukan untuk
objek amatan yang ukurannya kecil. Beberapa proses penting dalam teknik whole mount
di antaranya fiksasi, staining, dehidrasi, dan cleaning (Sudiana 2005).
Protozoa merupakan phylum yang masuk dalam kingdom protista, disebut juga
sebagai protista mirip hewan. Protozoa merupakan protista mirip hewan yang uniselluler
atau bersel satu dan bersifat mikroskopis. Makhluk hidup uniselluler dapat diartikan
sebagai makhluk hidup yang melakukan semua fungsi fisiologis yang essensial dalam
satu sel tersebut. Ciri-ciri umum dari protozoa diantaranya mikroskopis, uniselluler,
hidup soliter atau berkoloni, bentuk sel sangat bervariasi. Ciri-ciri umum hewan yang
tergolong Filum Protozoa yaitu sebagai berikut:
1. Tubuh tersusun atas satu sel, umumnya bersifat mikroskopis.
2. Hidup secara individual, tetapi ada yang hidup berkoloni, ada yang hidup bebas di
dalam air, komensal, dan ada pula yang bersifat parasit pada hewan lain.
3. Berkembangbiak dengan membelah diri, konjugasi, dan ada pula yang membentuk
spora
4. Makanannya berupa: bakteri, hewan bersel satu lainnya atau sisa-sisa organisme.
Cara mengambil makannannya ada yang saprozoic (memakan/menguraikan bangkai
hewan) dan holozoic (memakan hewan lain yang masih hidup).
5. Cara bergeraknya menggunakan: flagel, silia, atau pseudopodia, bahkan ada yang
tidak memiliki alat gerak.
6. Tidak memiliki klorofil, kecuali Euglena
7. Eukariota dan dapat membentuk sista (lapisan pelindung)
Tubuh protozoa bentuknya bermacam-macam ada yang tetap dan ada yang tidak
tetap. Bentuk tetap ini disebabkan telah memiliki pellicus (kulit) dan beberapa
mempunyai cangkang kapur. Vakuola yang terdapat dalam protozoa dapat dibedakan
atas vakuola kontraktil, vakuola makanan dan vakuola stasioner. Pada umumnya
protozoa sedikit terbungkus oleh membrane yang sedikit granula seluas permukaannya
(Setiati et al. 2011).
Protozoa hidup pada semua habitat yang memungkinkan hewan itu hidup.
Protzoa secara mutlak memerlukan lingkungan yang basa, misalnya dalam air, baik air
tawar maupun air beragam bahkan dalam tanah yang basa sampai kedalaman kurang
lebih 20 cm, dalam tubuh manusia atau hewan tingkat tinggi lainnya yang bercairan, atau
di semua tempat yang basa dimana saja. Iap-tiap spesies mempunyai peranan dalam
struktur trophic (makanan), atau siklus energi. Protozoa melakukan perkembangbiakan
secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan dengan cara
pembentukan tunas dan pembelahan biner. Adapun secara seksual dilakukan dengan cara
konjugasi.

Protozoa dibagi ke dalam :

1. Sub phylum sarcodina: memiliki karakteristik tubuh seperti agar-agar dengan bentuk
tubuh tidak tetap, tidak berwarna dan transparan, umumnya berukuran 0,6 mm.
Contohnya Amoeba sp, Rotalia sp, Entamoeba sp.
2. Sub phylum Ciliata (Infusiora) : memliki karakteristik alat berak berupa cilia yang
berguna untuk pengambilan makanan, bentuk tubuh tetap dan setiap species memiliki
bentuk tersendiri. Contohnya Vorticella sp, Spirostomum sp.
3. Sub phylum Mastigophora atau flagelata, bergerak dengan satu atau lebih flagella
seperti cambuk, beberapa memiliki plastida berupa klorofil (disebut Pritsta mirip
tumbuhan). Contohnya Volvox sp, Noctiluca sp.
4. Sub phylum Amplicomplexa: merupakan protista parasit, bersifat sporozoik.
Contohnya Plasmodium sp, Eimeria sp.
Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan sebaai
poma untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atu untuk mengatur tekanan osmosis.
Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies. Protozoa dapat berada
dalam bentuk vegetative (tropozoit, atau bentuk istirahat yang disebut kista untuk
mempertahankan hidupnya. Saat kista berada pada keadaan yang menguntungkan, maka
akan berkecambah menjadi sel vegetatifnya. Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan
tidak mengandung selulosa atau khitin seperti pada jamur dan algae. Kebanyakan
protozoa mempunyai bentuk spesifik, yang ditandai dengan fleksibilitas ektoplasma yang
ada dalam membrane sel.
Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau permukaan tumbuh-
tumbuhan. Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada haitat apapun.
Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton. Protozoa laut yang lain
hidup di adsar laut. Spsies yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam,
genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasite yang hidup di dalam usus
termit atau di dalam rumen hewan ruminansia. Protozoa hidup secara soliter atau bentuk
koloni. Di dalam ekosistem air, protozoa merupakan zooplankton. Permukaan tubuh
Protozoa dibayangi oleh membrane sel yang tipis, elastis, permebel, yang tersusun dari
bahan lipoprotein, sehingga bentuknya mudah berubah-ubah. Beberapa jenis protozoa
memiliki rangka luar (cangkok) dari zat ersik dan kapur. Apabila kondisi lingkungan
tempat tinggal tiba-tiba menjadi jelek, Protozoa membentuk kista. Organel yang terdapat
didalam sel antara lain nucleus, badan golgi, mitokondria, plastid, dan vakuola.
Nutrisi protozoa bermacam-macam. Ada yang holozoic (heterotroph), yaitu
makanannya berupa organisme lainnya. Ada pula yang holofilik (autotroph), yaitu dapa
mensintesis makanannya sendiri dari zat organik dengan bantuan klorofil dan cahaya.
Selain itu, ada yang bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan organik dari
organisme yang telah mati ada pula yang bersifat parasitic. Apabila protozoa
dibandingkan dengan tumbuhan tumbuhan unisel, terdapat banyak perbedaan tetapi ada
persamaannya. Hal ini mungkin protozoa merupakan bentuk peralihan dar bentuk sel
tumbuhan ke bentuk sel hewan dalam perjalanan evolusinya. Protozoa berukuran
mikroskopis. Oleh karena itu, pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan
mikroskop. Adapun pembuatan preparat whole mount Protozoa dapat menggunakan
pewarnaan rangkap dua, yaitu pewarnaan yang menggunakan dua macam zat warna.
Misalnya pewarnaan Hematoxylin Ehrlich-eosin, zat warna yang digunakan adalah
hematoxilin dan eosin.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat : Objec glass Bahan : Kultur ptozoa
Derk glass Giemsa
Pipet Canada Balsam
Mikroskop Aquades
Rak pewarnaan Albumin

D. PROSEDUR KERJA

Menyiapkan Objek glass yang Melapisi objek glass dengan


bersih dan terbebas lemak. albumin layer

Meneteskan air yang didalamnya


Mengering anginkan sampai
terdapat kultur protoza (dengan
cairan pada kultur protozoa
cara diamati menggunakan
menguap
mikroskop)

Mewarnai dengan pewarnaan


giemsa pada bagian yang terdapat Menunggu sampai 10 menit
protozoa

Membilas dengan aquades Mengamati dengan mikroskop

Meneteskan bagian kultur Menutup dengan derk glass,


protozoa dengan kanada balsam ditunggu sampai kering.
E. HASIL PENGAMATAN
Berikut hasil pengamatan protozoa di bawah mikroskop
Perbesaran :
Zat pewarna :
Gambar Keterangan

Paramecium sp.

F. PEMBAHASAN
Pengamatan pada preparat protozoa ini merupakan pengawetan preparat dalam
bentuk preparat utuh (whole mount). Preparat ini tidak dilakukan pemotongan atau
pengurangan bagian tubuh objek. Protozoa diperoleh dari air depan Laboratorium
Biologi Universitas Negeri Semarang.
Sebelum melakukan percobaan sebaiknya derk glass dibersihkan menggunakan
kapas yang telah dibasahi dengan alcohol dilakukan supaya minyak dan kotoran lain
yang melekat pada derk glass dapat diangkat dengan baik. Penggunaan alcohol 70%
karena mudah mengikat kotoran pada permukaan gelas benda. Selain itu, alcohol juga
mudah menguap sehingga gelas benda yang dibersihkan cepat kering.
Penggunaan Albumin Meyer yaitu sebagai perekat antara preparat amatan dengan
kaca benda. Albumin meyer terdiri dari campuran putih telur dan gliserin. Gliserin yang
digunakan sebagai campuran dengan putih telur berperan sebagai pengawet putih telur,
dimana gliserin umumnya digunakan untuk mengawetkan jaringan dalam kurun waktu
tertentu. Kristal fenol untuk mencegah jamur. Dengan demikian, albumin Meyer dapat
disimpan dalam waktu lama dan digunakan kapan saja bilamana diperlukan. Pewarnaan
mennunakan giensa menjadikan warna protozoa menjadi berwarna ungu.

G. SIMPULAN
1. Pembuatan preparat whole mount adalah untuk memperlihatkan struktur secara
keseluruhan dari bahan atau objek yang diamati, kali ini yaitu protozoa.
2. Jenis protozoa teridentifikasi dalam preparat Whole Mount Protozoa ini adalah
Paramecium sp
H. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai