Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

BIODIVERSITAS

KENAEKARAGAMAN MIKROFAUNA TANAH


DI KEBUN BIOLOGI DENGAN METODE PITFALL TRAP
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biodiversitas

Disusun Oleh :
Wisnu Bayu Murti
4411412009

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

A. Judul
Kenaekaragaman Mikrofauna Tanah Di Kebun Biologi Dengan Metode Pitfall
Trap
B. Tujuan
Mengetahui Indeks Keanekaragaman, kemerataan, dominansi dan kesamaan
komposisi pada hewan nocturnal dan diurnal dengan metode Pit fall trap (perangkap
jebak).
C. Landasan Teori
Organisme

yang hidup

dalam suatu lingkungan

masing-

masing memiliki kualitas organisme penghuni di setiap habitat yang berbeda. Tanah
tersusun atas empat bahan yaitu mineral, bahan organik, air. Selain itu juga
terdapat lingkungan tanah yang merupakan lingkungan yang terdiri dari gabungan
antara lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Gabungan dari kedua lingkungan ini
menghasilkan suatu wilayah yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal bagi
beberapa jenis makhluk hidup seperti makrofauna tanah. Makrofauna tanah berperan
penting dalam proses-proses ekologis yang terjadi di dalam tanah, seperti
dekomposisi, siklus unsur hara dan agregasi tanah.
Kehidupan makrofauna tanah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang
merupakantempat hidupnya. Faktor yang memepengaruhi itu diantaranya pH tanah,
temperatur tanah, temperatur udara, kelembaban tanah, kelembaban udara, intensitas
cahaya. Perbedaan kondisi lingkungan menyebabkan adanya perbedaan jenis
makrofauna tanah dan juga yang mendominasinya. Maka dari itu, peraktikum ini akan
membandingkan makrofauna tanah yang terdapat pada tempat (plot) yang berbeda,
yaitu di area tertutup dan terbuka serta jenis makrofauna tanah diurnal dan noc turnal.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode Pitfall
trap merupakan metode yang umum dan sangat sederhana serta cukup efektif dalam
mengetahui keberadaan makrofauna tanah.
D. Alat dan Bahan
1. Deterjen
2. Gelas plastik
3. Pisau atau benda tajam lainnya

E. Cara kerja
a. Menentukan lokasi, Lokasi pengambilan sampel dipilih pada 2 (dua) kondisi

habitat yang berbeda yaitu lokasi ternaung dan lokasi terbuka.

b. Pengambilan Sampel
Menempatkan gelas plastik sejumlah yang telah ditentukan
Pada pengamatan ini ditempatkan 5 gelas plastik pada setiap lokasi yang telah

ditentukan
Penempatan gelas plastik dilakukan dengan cara menanamnya pada titik lokasi
yang telah ditentukan, dimana permukaan gelas plastik benar-benar rata
dengan permukaan tanah serta diusahakan tidak sampai ada tanah yang masuk

ke dalam gelas plastik.


Setiap gelas plastik yang di tanam diisi dengan air detergen setinggi 1-2 cm

dari dasar gelas plastik.


Penanaman gelas plastik yang telah berisi air detergen dilakukan pada pagi
hari pukul 06.00 WIB hingga pagi hari jam 18.00 WIB (hewan diurnal).
Penanaman gelas plastik yang telah berisi air detergen dilakukan pada pagi
hari pukul 18.00 WIB hingga pagi hari jam 06.00 WIB

c. Identifikasi Sampel
Sampel yang didapat kemudian dibawa ke laboratorium Universitas Negeri
Semarang untuk diidentifkasi ,dengan menggunakan buku identifikasi.

Gambar 2. Pemasangan Perangkap Jebak

F. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Komunitas Makrofauna Tanah Ternaung jam 06.00-18.00 (diurnal)
N

Nama Spesies

Jumlah

ni/N log ni/N

(ni/N)2

o
1.
2.

Semut hitam kecil


Laba-laba

8
1

-0,077
-0,1

0,64
0,01

3.

Semut hitam besar


Jumlah

1
N=10

-0,1
H= 0,277

0,01
D = 0,66

E = H/ Hmax
Hmax = ln N = ln 10 =2,3
E = 0,277 / 2,3 = 0,12
Tabel 2. Komunitas Makrofauna Tanah Terbuka jam 06.00-18.00 (diurnal)
N
o
1.
2.

Nama Spesies

Jumlah

ni/N log ni/N

(ni/N)2

Semut Hitam Besar


Semut Hitam Kecil
Jumlah

4
5
N=9

-0,156
-0,142
H = 0,298

0,197
0,308
D = 0.505

E = H/ Hmax
Hmax = ln N = ln 9 = 2,2
E = 0,298 / 2,2 = 0,13

Tabel 3. Komunitas Makrofauna Tanah Ternaung jam 18.00-06.00 (nocturnal)


N
o
1.
2.
3.
4.

Nama Spesies

Jumlah

ni/N log ni/N

(ni/N)2

Semut Hitam Besar


kelabang
rayap
Serangga sayap
jumlah

3
1
1
1
6

-0,15
-0,126
-0,126
-0,126
H =0,528

0,25
0,027
0,027
0,027
D =0,331

E = H/ Hmax
Hmax = ln N = ln 6 = 1,8
E = 0,528 / 1,8 = 0,29
Tabel 4. Komunitas Makrofauna Tanah Terbuka jam 18.00-06.00 (nocturnal)
N
o
1.
2.
3.
4

Nama Spesies

Jumlah

ni/N log ni/N

(ni/N)2

Semut Hitam Besar


Semut merah
Nyamuk
Rayap
Jumlah

5
2
1
1
9

-0,142
-0,145
-0,106
-0,106
H = 0,499

0,308
0,049
0,012
0,012
D = 0,381

E = H/ Hmax

Hmax = ln N = ln 9 =2,2
E = 0,499 / 2,2 = 0,22
Indek Sorenson pada Tanah Ternaung (Diurnal dengan Nokturnal)
s=

2C
2 X1
X 100 =
X 100 =28,5
A+ B
3+ 4

S<50%, jadi tersapat perbedaan komposisi spesies antara hewan diurnal dan noktrnal
pada lokasi ternaung
Indek Sorenson pada Tanah Terbuka (Diurnal dengan Nokturnal)
2C
2 X1
s=
X 100 =
X 100 =33,3
A+ B
2+ 4
S<50%, jadi tersapat perbedaan komposisi spesies antara hewan diurnal dan noktrnal
pada lokasi terbuka
G. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah diperoleh menunjukan bahwa factor


lingkungan berpengaruh terhadap keanekaragaman fauna makro tanah. Beberapa
pitfall trap yang telah terpasang dengan perbedaan kondisi lingkungan terbuka dan
tertutup serta perbedaan waktu malam dan pagi ternyata diperoleh jenis-jenis hewan
yang berbeda pula. Seperti laba-laba yang hanya terperangkap pada pitfall trap yang
diletakan pada lokasi ternaung dan dipasang pada pagi hari. Hal ini menunjukan
bahwa laba-laba merupakan hewan yang bersifat diurnal dan fototaksis negative.
Beberapa hewan lain seperti kelabang, rayap, nyamuk, semut merah, serangga
seyap hanya ditemukan pada pitfall trap yang terpasang malam hari, hal ini
menunjukan hewan-hewan tersebut merupakan hewan nocturna. Sedangkan pada
semut hitam besar dapat ditemukan di seluruh pitfall trap yang telah diletakan
diberbagai jenis tempat dan waktu, dengan kondisi yang demikian menunjukan bahwa
semut hitam besar merupakan jenis serangga yang memiliki rentang toleransi yang
tinggi.
Semut adalah kelompok serangga yang paling mampu beradaptasi. Beberapa
catatan memperlihatkan bahwa tidak kurang dari 24 genera semut yang diduga hidup
pada jutaan tahun yang lalu, masih dijumpai hingga saat ini, di antaranya genus
Ponera, Tetraponera, Aphaenogaster, Monomorium, Iridomyrmex, Formica, Lasius,
dan Camponotus. Banyak jenis semut dapat bersifat invasif dan sekaligus merusak.

Misalnya, semut Anoplolepis gracilipes tercatat sebagai salah satu spesies yang
bersifat invasif dan dominan terhadap spesies organisme yang lain.
Berdasarkan perhitung yang telah dilakukan dari seluruh pitfall trap yang
terpasang dengan berbagai macam kondisi diperoleh indeks keanekaragaman yang
rendah. Begitu juga pada indeks keseragaman hasil perhitung dari seluruh trap yang
terpasang menunjukan <0,4 hal ini menunjukan kemeratan yang rendah.
Perbandingan komponen spesies dihitung dengan menggunakan indeks
Sorenson. Dengan membandingkan waktu peletakan pitfall trap yaitu pagi dan malam
hari keduanya menunjukan terdapat perbedaan komposisi spesies dari dua jenis
perlakuan tersebut di masing-masing lokasi penempatan trap (tertutup dan terbuka).
Hal ini dikarenakan hasil perhitung dari keduanya menunjukan kurang dari 50% yaitu.
Perbandingan hewan diurnal nocturnal pada lokasi ternaung 28,5 % dan perbandingan
hewan diurnal dan nocturnal di lokasi terbuka sebesar 33,3%.
H. Kesimpulan
1. faktor lingkungan berpengaruh terhadap keanekaragaman fauna makro tanah.
2. Pitfall trap yang terpasang pada malam hari memiliki kekayaan jenis yang lebih
banyak
3. Terdapat perbedaan komposisi spesies pada hewan nocturnal dan diurnal.
Daftar Pustaka
Hardjowigeno, Sarwono.2007.Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo

Anda mungkin juga menyukai