LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
1 of29
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROTEKNIK TUMBUHAN
PEMBUATAN PREPARAT TUMBUHAN
Faridatul Husna
Mellisa Indah Permata
Wulan Suci Purwaningrum
Nur Annisa Maharani
Rani Septiyani
M. Najmi
Istiqomah Sari Kumarawati
Mardiah
Anita Nur Anggraeni
Yulia Wahyu Latifah
Disusun oleh :
(12//BI/8815)
(12//BI/329744/8820)
(12//BI/329755/8822)
(12//BI/329764/8824)
(12//BI/329771/8826
(12//BI/3297/8827
(12//BI/8672)
(12//BI/8685)
(12/333885/BI/8891)
(12/333887/BI/8893)
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
2 of29
LATIHAN I
PREPARAT KESELURUHAN (WHOLE MOUNT)
Tujuan
Preparat
Metode
: Gliserol Xilol
Alat
gelas penutup
gelas ukur
- parafin oven
pipet kecil
kuas
pinset
- mikroskop
pena runcing
gelas jam
- hot plate
Bahan
-
:
FAA
Alkohol berbagai konsentrasi (20%,50%,70%,95%,100%)
Aquades
Fastgreen 1%
Gliserin 10 %
Xilol
Balsam Kanada
Cara Kerja
Hari I
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
3 of29
: Dehidrasi :
Aquades ................................................ 5 menit
Aquades ................................................ 5 menit
Gliserin 10% ......................................... 24 jam dan ditempatkan di parafin
oven sampai larutan gliserin menjadi gliserin murni. Proses ini harus dijaga
jangan sampai bahan menjadi kering.
Hari ke IV
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
4 of29
Pembahasan
Pembuatan preparat tanpa section atau pengirisan (kalaupun ada pengirisan, tujuannya
untuk mengecilkan bahan) dapat dikelompokkan menjadi:
1. Preparat kering; herbarium, riker mount, dan spesimen batang.
2. Preparat basah; preparat dalam botol (museum), meteri yang terlalu besar untuk
dissection.
3. Whole mount, smear, dan maserasi.
Pada praktikum whole mount, mula-mula dilakukan fiksasi yang bertujuan untuk
mencegah dan atau mengurangi perubahan fisika-kimia pada organel-organel daun sehingga
perlu dikuatkan agar struktur sel tidak berubah dan sama seperti waktu hidup. Fiksasai ini juga
bertujuan agar tidak terjadi autolisis terhadap bahan yang akan digunakan. Fiksatif yang
dipakai berupa Alkohol 70% (90 bagian), asam asetat glasial (5 bagian) dan formalin (5
bagian). Fiksatif yang digunakan berupa FAA, Larutan FAA yang merupakan campuran
dari formalin, asam asetat galsial dan alcohol dipilih karena memiliki sifat penguatan sedang
dan daya penetrasi yang cukup cepat.
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
5 of29
Kemudian didiamkan selama 24 jam karena pengerasan dan penetrasi fiksatif bersifat
lambat. Dalam Fiksasi, fiksatif masuk kedalam sel dan bereaksi dengan protein atau enzim
yang berada didalamnya. Reaksi ini menyebabkan adanya perubahan struktur atau komposisi
meliputi perubahan sifat fisika, kimia dan biologis. Protein atau enzim tersebut mengalami
denaturasi sehingga sel menjadi mati dan membentuk koagulasi. Koagulan yang mengendap
tersebut akan menguatkan sel sehingga sel tidak mudah larut dan molekul tetap pada
posisinya.
Pada hari kedua dilakukan pencucian dan pewarnaan preparat. Dilakukan pencucian
untuk menghilangkan fiksatif yang masih tersisa karena jika fiksatif masih ada, akan bereaksi
dengan bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses selanjutnya. Dalam pencucian
digunakan alkohol karena alkohol merupakan komponen paling dominan dalam fiksatif FAA
dan sama-sama bersifat nonpolar. Digunakan alkohol dengan konsentrasi yang semakin
mengecil masing-masing selama 30 menit karena dalam pewarnaan akan digunakan pewarna
dengan pelarut akuades yang bersifat polar. Kemudian pencucian dilanjutkan dengan akuades
selama 30 menit. Pewarna yang digunakan adalah 1% Fast Green dalam akuades agar
memiliki warna yang sama seperti saat bahan masih hidup. Digunakan konsentrasi 1 % karena
sudah cukup untuk mewarnai bahan dan tidak memperkeruh sel saat pengamatan. Kemudian
didiamkan selama 24 jam agar pewarna dapat meresap kedalam sel.
Pada hari ketiga, dilakukan dehidrasi yang merupakan proses pengeluaran air sehingga
menimbulkan efek samping berupa mengerasnya bahan. Dehidrasi dilakukan dengan diberi
akuades dua kali masing-masing selama 5 menit. Dehidrasi ini bertujuan untuk menguraikan
ikatan H+ dan OH- yang terdapat dalam bentuk H2O. Bahan tersebut didehidrasi karena molekul air tidak
dapat bersatu dengan parafin. Untuk alkohol 100% dilakukan sebanyak 2 kali. Digunakan akuades
untuk mengurangi atau menghilangkan zat warna yang tersisa agar tidak mengganggu reaksi
selanjutnya. Didehidrasi dengan akuades sebanyak dua kali untuk memastikan zat warna yang
tersisa benar-benar bersih. Kemudian dehidrasi dilanjutkan dengan pemberian gliserin 10%
dan dipanaskan dalam suhu 60o C pada oven selama 24 jam. Ketika dipanaskan, air akan
menguap sehingga yang tersisa adalah gliserin murni karena titik didih gliserin (280o C) lebih
tinggi dari titik didih air (100o C). Agar bahan tidak rusak, maka suhu yang digunakan ketika
pemanasan adalah 60o C.
Pada hari keempat, dilakukan dehidrasi lanjutan dengan menggunakan alkohol yang
memiliki konsentrasi bertingkat untuk menghilangkan akuades yang kemungkinan masih
5
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
6 of29
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
7 of29
LATIHAN II
SQUASH
Tujuan
Bahan
Preparat
: 1. Pembelahan Mitosis.
2. Pembelahan Meiosis.
Cara kerja
Hari II
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
8 of29
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
9 of29
terutama dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan kondisi kromosom yang sedang
membelah. Fiksasi dilakukan dengan menggunakan Asam asetat 45% selama 15 menit pada suhu 5oC
(dalam lemari es). Asam asetat digunakan karena merupakan fiksatif yang penetrasinya cepat
sehingga kromosom dapat secara cepat terawetkan. Konsentrasi yang digunakan tidak terlalu besar
karena apabila Asam asetrat konsentrasi tinggi ditambahkan ke dalam praparat maka akan terjadi
pembengkakan. Inkubasi pada suhu 50C dimaksudkan untuk meng-inaktivasi enzim di dalam sel.
Pencucian
Proses pencucian menggunakan akuades dilakukan sebanyak 3 kali. Pencucian ini bertujuan
untuk menghilangkan fiksatif yang dapat bereaksi dengan bahan yang digunakan pada tahap
selanjutnya, sehingga dapat mempengaruhi hasil. Selain itu ada tujuan lain dari pencucian yaitu
untuk menghilangkan kotoran dan mencegah kenaikan suhu yang terlalu ekstrim dengan jalan
menyesuaikan suhu preparat pada suhu kamar.
Hidrolisa
Tujuan dari proses ini adalah untuk memisahkan sel-sel (maserasi) dengan cara melepaskan
komponen lamela antar sel agar nantinya kromosom terlihat jelas. Hidrolisa dilakukan dengan
menggunakan HCl 1 N dan dipanaskan pada temperatur 60o C selama + 2 menit. Hidrolisa dilakukan
dengan HCl konsentrasi rendah karena apabila digunakan reagen yang lebih pekat maka sel akan
hancur. Inkubasi tidak boleh terlalu lama karena apabila terlalu lama preparat tidak dapat diwarnai.
Selain itu sel juga bisa hancur atau inti sel memanjang melebihi ukuran aslinya. Langkah berikutnya
preparat dicuci dengan akuades sebanyak 3 kali.
Pewarnaan
Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan Acetoorcein 1% yang dilarutkan dalam asam
asetat 45%. Pewarnaan ini cocok untuk preparat kromosom. Pewarna Acetoorceintersusun atas 1
gram Orcein sebagai agen pewarna, 45 ml Asam asetat glacial yang berfungsi untuk mencegah
pewarnaan terhadap sitoplasma, dan 55 ml akuades sebagai pelarut. Preparat harus terendam agar
dapat terwarnai secara sempurna. Pewarnaan dilakukan selama + 1 jam.
Mounting
Mounting dilakukan dengan menggunakan gliserin yaitu dengan mengambil ujung akar yang
telah diwarnai kemudian diletakkan di atas gelas benda dan ditetesi gliserin. Ujung akar yang diambil
9
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
10 of29
adalah bagian akar yang terlihat lebih lancip,berserabut, dan terpulas lebih tebal (pekat) sepanjang
3 mm. Setelah itu gelas benda ditutup menggunakan gelas penutup. Gelas penutup ditekan (tepat di
bawahnya ada ujung akar) dengan gagang pensil hingga ujung akar hancur dan digesek-gesek agar sel
terpisah-pisah. Kemudian di tepi gelas penutup diolesi cat kuku/cutex untuk merekatkan gelas
penutup agar tidak bergeser. Penambahan gliserin di sini dimaksudkan untuk menaikkan indeks bias
dan menjaga kelembutan serta kesegaran bahan.
Pemberian Nama
Pemberian nama ditempatkan di sebelah kiri gelas penutup, etiket dilekatkan dan diberi
keterangan nama spesies.
Tahap mitosis yang dapat dilihat ialah :
a.
Interfase
Saat fase ini, sel telah siap membelah, namun belum mempersiapkan kegiatan
membelah. Inti sel tampak keruh dan akan tampak benang kromatin yang halus.
b.
Profase
Benang kromatin terlihat memendek dan lebih tebal. Kemudian terbentuk kromosom-
kromosom. Setiap kromosom membelah memanjang dan anakan kromosom inilah yang
dinamakan kromotid. Dinding sel pada fase ini ikut membelah.
c.Metafase
Kromosom berada di bidang tengah/ekuator sehingga jumlahnya dapat diketahui
dengan jelas.
d.
Anafase
Sentromer membelah dan kedua belah kromotid memisahkan diri dan menuju sel kutub
yang berlawanan. Sifat tiap kromotid memiliki keturunan yang sama. Mulai saat itulah
kromotid dianggap sebagai kromosom baru.
e.
Telofase
Pada tiap kutub sel terbentuk sel kromosom yang identik. Plasma sel akan terbagi
menjadi 2 bagian. Proses ini dinamakan sitoklinase. Pada tambahan karena selnya berbanding
maka sitokinase ditandai dengan terbentuknya dinding pemisah di tengah sel. Tiap sel induk
bersifat diploid (2n) dan menghasilkan sel anakan yang haploid.
10
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
11 of29
Kesimpulan
Pembuatan preparat dengan metode squash ini digunakan untuk mengamati terjadinya
pembelahan mitosis dan meiosis sebuah sel. Pada pembuatan preparat ini diperlukan 1 lapis
sel agar dapat diamati dengan jelas baik peristiwa pembelahan mitosis maupun meiosis,
adapun sel yang digunakan yaitu sel bawang merah (Allium ascalonicum).Pada Allium
ascalonicum yang terlihat adalah fase profase,metafase,anafase,dan telofase.
11
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
12 of29
LATIHAN III
PREPARAT POLLEN
Tujuan
Bahan
Preparat
Metode
: Asetolisis
Cara kerja
Hari ke I
: Fiksasi :
Pollen-pollen yang diambil dari antera dikumpulkan dalam botol flakon yang
sudah diisi dengan asam asetat glasial.
Hari ke II
12
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
13 of29
Pembahasan
Benang sari (stamen) memiliki bagian-bagian antara lain kepala sari (anthera) yang
terletak di ujung tangkai sari (filamen) yang merupakan suatu badan yang berbentuk jorong ,
bulat atau dapat juga bulat telur. Serbuk sari merupakan bahan yang sangat lembut dan mudah
beterbangan jika tertiup angin. Dinding pollen terdiri dari dua bagian atau lapisan, yaitu:
Intin Dinding pollen yang mengandung selulose, pektin, kalose, polisakarida lain
dan protein.
digunakan metode acetolysis, yaitu melarutkan didnding sel anthera dengan asam asetat
sehingga akan tampak transparan.
Dari hasil pengamatan pembuatan preparat pollen digunakan dua antera yang berbeda
yaitu H. rosa-sinensis dan Lilium sp. Berdasarkan hasil percobaan dapat dilihat bahwa pollen
H. rosa-sinensis berukuran lebih besar dari pollen Lilium sp.Pada pollen H. rosa-sinensis
13
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
14 of29
terlihat bagian tepinya tidak rata dan tampak struktur yang menonjol keluar.Sedangkan, pada
pollen Lilium sp. bagian tepinya rata dan halus, tidak ada tonjolan-tonjolan.Pollen/spora
memiliki sifat tahan terhadap degradasi, asam/basa kuat, asetolisis.Sehingga, sebenarnya
pollen tidak memerlukan fiksasi.
Pembuatan preparat ini dilakukan dalam dua hari. Pada hari pertama, dilakukan
fiksasi. Fiksasi merupakan proses untuk mematikan komponen sel atau jaringan semaksimal
mungkin seperti saat masih hidup. Fiksatif yang dipakai berupa Asam asetat glasial karena
dinding sel pollen yang kuat karena mengandung karotenoid sehingga membutuhkan fiksatif
yang kuat juga. Karotenoid tahan terhadap adanya asam dan basa. Selain itu, karotenoid juga
sebagai antioksidan yang dapat mengikat oksigen. Kemudian didiamkan selama 24 jam agar
dapat difiksasi secara optimal. Dalam Fiksasi, fiksatif masuk kedalam sel dan bereaksi dengan
protein atau enzim yang berada didalamnya. Reaksi ini menyebabkan adanya perubahan
struktur atau komposisi meliputi perubahan sifat fisika, kimia dan biologis. Protein atau enzim
tersebut mengalami denaturasi sel sel menjadi mati dan membentuk koagulasi. Koagulan yang
mengendap tersebut akan menguatkan sel sehingga sel tidak mudah larut dan molekul tetap
pada posisinya.
Pada hari kedua, dilakukan asetolisis. Asetolisis merupakan proses rusaknya dinding
sel yang disebabkan adanya asam pekat. Sebelum dilakukan asetolisis, larutan dimasukan
kedalam tabung sentrifuge dan disentrifuge selama 5 menit. Sentrifuge merupakan metode
pemisahan zat berdasarkan ukuran partikel. Setelah disentrifuge, pollen akan mengendap di
dasar tabung. Kemudian cairan diganti dengan campuran asam asetat glasial dengan asam
sulfat pekat dengan perbandingan 9:1. Saat pembuatan larutan campuran, penambahan asam
sulfat pekat harus secara perlahan agar tidak terjadi reaksi secara spontan. Asam asetat glasial
berfungsi sebagai fiksatif sedangkan asam sulfat pekat untuk melisiskan dinding sel pollen.
Selanjutnya, dipanaskan di waterbath selama 3 menit untuk mempercepat reaksi dan
didinginkan selama kurang lebih 15 menit. Setelah dingin, disentrifuge kembali dan cairan
diganti dengan akuades. Kemudian diforteks dan disentrifuge kembali. Lakukan sebanyak dua
hingga tiga kali pengulangan. Forteks merupakan proses untuk menghomogenisasi larutan.
Perlakuan tersebut bertujuan untuk membersihkan pollen dari zat-zat lain yang dapat
mengganggu pengamatan.
Kemudian dilakukan pewarnaan menggunakan Safranin 1 % dalam akuades 2 tetes.
Digunakan safranin karena warnanya mendekati saat masih hidup. Larutan safranin kemudian
14
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
15 of29
diganti dengan gliserin jeli. Hal ini bertujuan agar pollen tidak berubah posisi pada gelas
benda. Komposisi gliserin jeli adalah Gelatin 150 gram (sebagai perekat), Gliserin 150 cc
(penutupan), phenol 7 gram (anti mikroorganisme) dan akuades 175 cc (pelarut gelatin).
Kemudian dipanaskan sambil diaduk namun tidak sampai mendidih. Pemanasan bertujuan
untuk mencairkan gliserin jeli sehingga preparat dapat diambil. Sedangkan pemanasan tidak
sampai mendidih agar tidak merusak pollen.
Fungsi pemberian gliserin jeli adalah :
a) Menjaga kesegaran atau kelembaban
b) Meningkatkan indeks bias
c) Tidak mudah menguap seperti air karena titik didih gliserin jeli 280 C
Gliserin jeli yang didalamnya terdapat pollen diteteskan ke gelas benda kemudian
ditutup dengan gelas penutup yang disudut-sudutnya terdapat potongan parafin. Kemudian
panaskan secara langsung hingga parafin meleleh. Dinginkan kembali hingga parafin
memadat dan menyelubungi preparat. Kemudian preparat ditandai dengan pemberian label.
Label berisi nama spesies, organ yang bersangkutan dan pewarnaannya.
Kesimpulan
Adanya sporopolenin tersebut maka dalam pembuatan preparat pollen digunakan
metode acetolysis. Dalam pembuatan preparat pollen memiliki beberapa tahap yaitu :
fiksasi,sentrifugasi,pewarnaan,penutupan dan pemberian nama. Pada pollen H. rosa-sinensis
terlihat bagian tepinya tidak rata dan tampak struktur yang menonjol keluar. Sedangkan, pada
pollen Lilium sp. bagian tepinya rata dan halus, tidak ada tonjolan-tonjolan.
15
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
16 of29
LATIHAN IV
PREPARAT PENAMPANG TANPA EMBEDDING
Tujuan
Preparat
Alat
Bahan
Cara kerja
Hari ke 1
Hari ke 2
16
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
17 of29
Pembahasan
Preparat penampang tanpa embedding merupakan salah satu carapembuatan preparat
tanpa menggunakan penyelubungan atau tanpa media pendukung misalnya paraffin, plastik,
dll. Karena organ yang akan dibuat preparat sudah bersifat keras, sehingga tidak perlu media
pendukung untuk membantu pengirisan. Pembuatan preparat ini biasanya dilakukan pada
batang karena sifat batang yang keras akibat dari pertumbuhan menebal primer batang.
Pembuatan preparat ini dilakukan dalam dua hari. Pada hari pertama, dilakukan
fiksasi. Fiksasi merupakan proses untuk mematikan komponen sel atau jaringan semaksimal
mungkin seperti saat masih hidup. Fiksatif yang dipakai berupa larutan alkohol 70%, karena
batang Theobroma cacao relatif keras sehingga fiksatif yang digunakan adalah fiksatif yang
mempunyai penetrasi kuat . Dalam Fiksasi, fiksatif masuk kedalam sel dan bereaksi dengan
protein atau enzim yang berada didalamnya. Reaksi ini menyebabkan adanya perubahan
struktur atau komposisi meliputi perubahan sifat fisika, kimia dan biologis. Protein atau enzim
tersebut mengalami denaturasi sel, sel menjadi mati dan membentuk koagulasi. Koagulan
17
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
18 of29
yang mengendap tersebut akan menguatkan sel sehingga sel tidak mudah larut dan molekul
tetap pada posisinya.
Proses lanjut setelah fiksasi adalah pengirisan, batang Theobroma cacao
diirismelintangmengunakan
Sliding
microtome
dengan
ketebalan
20-30
mikronmeter,tujuannya agar seluruh jaringan terlihat. Irisan ditampung dalam petridish yang
diberi alkohol 70%. Alkohol 70% berfungsi sebagai pelicin agar pengirisanbatang tidak rusak
dan sebagai fiksatif preparat. Kemudian dilakukan pewarnaan dengan safranin 1 % dalam
alkohol 70% selama 24 jam. Digunakan safranin karena sifatnya yang cenderung basa
(komponen kromoforiknya bermuatan positif), sedangkan sifat sitoplasma cenderung
basofilik (menyukai basa). Sehingga safranin dapat digunakan sebagai pewarna pada preparat
ini. Pewarnaan terkadang menyesuaikan dengan tujuan penelitian.
Pada hari kedua, safranin dibuang lalu diganti berturut-turut dengan alkohol.
Konsentrasi alkohol yang digunakan semakin meningkat masing-masing selama 10 menit.
Kemudian dilakukan dealkoholisasi karena dalam penutupan, digunakan glliserin yang
bersifat non polar. Alkohol tidak dapat berinteraksi dengan gliserin, sedangkan xilol dapat
berinteraksi dengan gliserin, sehingga saat dealkoholisasi menggunakan perantara xilol.
Proses dealkoholisasi digunakan campuran antara alkohol dan xilol dengan konsentrasi
alkohol menurun dan konsentrasi xilol meningkat secara bertahap. Perubahan konsentrasi
alkohol dan xilol secara sedikit demi sedikit, hal ini untuk menghindari pembengkakan sel
akibat penetrasi yang cepat dari xilol kedalam sel sehingga. Pada akhir dealkoholisasi,
dilakukan dua kali pencucian dengan xilol untuk memastikan alkohol benar-benar tidak
terdapat didalam bahan. Selanjutnya dilakukan penutupan bahan dengan meneteskangliserin
pada gelas benda kemudian ditutup dengan gelas penutup dan pada tepi gelas penutup diolesi
dengan cuteks sebagai perekat. Kemudian dikeringkan diatas hot plate pada temperatur 45oC
hingga gliserin kering, agar bahan dapat menjadi preparat yang tahan lama. Setelah
pengeringan dilakukan labeling, untuk menandai preparat yang telah dibuat agar tidak tertukar
dengan preparat yang lain dan memudahkan pengguna ketika akan menggunakan preparat
tersebut.
Kesimpulan
Preparat penampang tanpa embedding merupakan pembuatan preparat tanpa memakai
penyelubungan atau tanpa media pendukung.Theobroma cacao adalah organ yang akan dibuat
preparat dan sudah bersifat keras.
18
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
19 of29
LATIHAN V
PREPARAT PENAMPANG EMBEDDING (SECTION)
Bahan
: caulis, radix, folium, flos, fructus, atau bagian lain dari tubuh tumbuhan
Preparat
Metode
Cara kerja
Hari I
Hari II
Hari III
Hari IV
Hari V
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
20 of29
20
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
21 of29
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
22 of29
dengan parafin. Parafin akan mengisi bagian daun yang berongga, sehingga bentuk sel terjaga
saat dilakukan pengirisan. Infiltrasi juga bertujuan untuk menjaga hubungan antar sel satu
dengan sel yang lain dan menjaga konsistensi bahan.Setelah parafin mengeras, parafin
dipotong lalu ditempelkan pada holder kayu sehingga parafin tidak hancur saat dijepit pada
rotatory microtome.
Pengirisan dilakukan dengan menggunakan rotary microtome. Rotary microtome
mampu mengiris bahan dengan ketebalan 6 12 mikrometer.Pengirisan bahan yang telah
diselubungi bertujuan agar bahan yang tebal/tidak transparan menjadi transparan sehingga selselnya dapat dilihat dengan jelas menggunakan mikroskop.
Cara penggunaan rotatory microtome adalah parafin dipasangkan pada rotatory
microtome kemudian diiris sesuai dengan ukuran. Setelah dilakukan pengirisan lalu
dihasilkan pita-pita potongan preparat atau biasa disebut copes. Copes yang didapat
dilekatkan pada gelas benda yang telah diolesi gliserin. Pemberian gliserin ini bertujuan untuk
menjaga kesegaran dan kelembaban preparat agar tidak cepat rusak. Gelas benda ditetesi air
dan diletakkan pada hot plate dengan temperatur 45 C sampai pita parafin meregang.Preparat
diwarnai dengan teknik pewarnaan tunggal menggunakan safranin 1% dalam alkohol 70%.
Karena safranin dalam kondisi alkohol 70% maka preparat harus dibawa ke kondisi alkohol
70% dengan cara bertingkat(alkohol 100%, 90%, 80%, 70%). Selanjutnya diwarnai dengan
safranin selama 1 jam. Setelah itu dilakukan proses mounting yakni penutupan preparat
dengan kanada balsam untuk memperbesar indeks bias. Karena canada balsam tidak dapat
bercampur dengan alkohol tetapi dapat bercampur dengan xylol, maka preparat dibuat ke
kondisi xylol secara bertingkat (alkohol 70%, 80%, 90%, absolut, xylol). Preparat kemudian
diberi etiket di sebelah kiri gelas penutup dan diberi keterangan berupa nama spesies, organ,
penampang, dsb.
Kesimpulan
Pembuatan preparat section ini digunakan untuk mempermudah bahan yang sulit
untuk dipotong seperti daun,sehingga dalam pembuatan preparat diperlukan embedding
paraffin supaya penampang melintang folium Arachis hypogea bisa mudah terlihat dalam
pengamatan mikroskop.
22
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
23 of29
LATIHAN VI
MASERASI
Tujuan
Bahan
Metode
: Jeffrey
Cara kerja
Hari ke I
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
24 of29
Pembahasan
Maserasi adalah suatu teknik pembuatan preparat dengan cara disuwir-suwir untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang sel. Pada praktikum ini yang akan dilihat adalah
bentuk dari trakea. Preparat yang digunakan adalah batang dari Ricinus communis.Maserasi
adalah proses yang sulit. Batang yang digunakan sengaja dipilih Ricinus communis, karena
mudah dilunakkan dan disuwir. Perlakuan khusus pun dilakukan. Dehidrasi bertingkat
dilakukan untuk menghilangkan air yang digunakan untuk mencuci. Dealkoholisasi dilakukan
untuk menghilangkan pengaruh alkohol dari proses dehidrasi dan diganti dengan xilol.
24
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
25 of29
Dalam mengerjakan preparat ini memerlukan waktu 2 hari. Pada hari pertama bahan
dipotong kurang lebih 2 cm dan direbus ke dalam air hingga tenggelam kurang lebih 1 jam.
Lalu Bahan diambil dan dipotong sebesar korek api. Kemudian bahan direbus dengan larutan
KOH 10% dalam waterbath selama kurang lebih 3 menit agar bahan menjadi lunak dan
mudah disuwir-suwir.
Bahan dicuci dalam air mengalir selama 1 jam. Bahan dimasukkan dalam asam nitrat
10% dan asam kromat 10% dengan perbandingan sama, sampai bahan menjadi lunak,
kemudian bahan dicuci dalam air mengalir selama kurang lebih 1 jam.Larutan diganti dengan
alkohol 70% selama 30 menit.Larutan dituang dan diganti lagi dengan zat warna
menggunakan safranin 1% dalam alkohol 7% selama 24 jam.
Pada hari kedua dilakukan dehidrasi dengan alkohol bertingkat (alkohol 70%, 80%,
95%, 100%, 100%) masing- masing selama 30 menit. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan
air yang masih tersisa di bahan karena air tersebut dapat mengkeruhkan preparat saat diamati
di bawah mikroskop. Selanjutnya preparat didealkoholisasi untuk menghilangkan pengaruh
alkohol dengan diganti xylol (Alkohol/xilol 3:1, Alkohol/xilol 1:1, Alkohol/xilol 1:3, Xilol,
Xilol) masing masing selama 30 menit.
Untuk membuat preparat, bahan yang sudah mengalami proses sebelumnya diambil
dan ditempatkan pada gelas benda. Lalu bahan dihancurkan dengan cara disuwir-suwir
kemudian ditetesi dengan Balsam Kanada dan ditutup dengan gelas penutup.
Pemberian nama dilakukan disebelah kiri gelas penutup dan dilekatkan etiket dan
diberi keterangan nama spesies, organ, penampang, dan sebagainya.
Preparat yang tampak adalah trakhea yang berbentuk topi ini ditutup dengan Balsam
Kanada.Pengeringan dilakukan di atas hot plate hingga balsam kanada kering.Pengeringan ini
dijaga agar jangan sampai mendidih. Kalau sampai mendidih akan terbentuk gelembunggelembung udara yang akan mengotori preparat.
Kesimpulan
Maserasi adalah suatu teknik pembuatan preparat dengan cara disuwir-suwir untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang sel.Pada praktikum kali ini ada Ricinus
communisyang memerlukan perlakuan khusus dalam proses maserasi yaitu dehidrasi
bertingkat dilakukan untuk menghilangkan air yang digunakan untuk mencuci. Dealkoholisasi
dilakukan untuk menghilangkan pengaruh alkohol dari proses dehidrasi dan diganti dengan
xilol.
25
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
26 of29
LATIHAN VII
MIKROMETRI
Tujuan
Preparat
Cara kerja
Hari ke V
26
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
27 of29
Pembahasan
Mikrometri merupakan suatu teknik pengukuran preparat dibawah mikroskop. Teknik
ini menggunakan suatu alat ukur yang disebut mikrometer. Mikrometer terdiri dari obyek
mikrometer dan okuler mikrometer. Obyek mikrometer berbentuk menyerupai gelas benda
namun memiliki skala di bagian tengah yang tertutup.Okuler mikrometer berupa gelas bundar
berskala yang diletakkan pada diafragma dalam okuler.Satu skala obyek mikrometer adalah
0,01mm atau 10 nm. Skala ini digunakan sebagai acuan skala okuler mikrometer sebelum
digunakan dalam pengukuran. Setelah ditera dengan obyek mikrometer, skala okuler
mikrometer berfungsi sebagai pengukur preparat.
Berikut ini adalah hasil dan cara penghitungan ukuran pollen Hibiscus rosa-sinensis.
a. Pada perbesaran 10 x 10
Skala objektif = 0.01 mm = 10 m
27
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
80 skala okuler
= 40 skala objektif
Skala okuler
= 40 x 10m
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
28 of29
80
= 400 m
80
= 5 m
Jadi, nilai skala okuler pada perbesaran 10x10 adalah 5 m
Pengukuran panjang pollen Hibiscus rosa-sinensis adalah sebagai berikut.
Panjang pollen Hibiscus rosa-sinensis
= 27 Skala okuler
= 27 x 5 m
= 135 m
= 10 skala objektif
Skala okuler
= 10 x 10m
80
= 100m
80
= 1,25 m
Kesimpulan
Mikrometri
merupakan
suatu
teknik
pengukuran
preparat
dibawah
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI
TUMBUHAN
No. Dokumen
Berlaku sejak
Revisi
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
Halaman
29 of29
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Mikroteknik.http://kuliahbiologi.wordpress.com/category/mikroteknik.Diakses
tanggal 1 Juni 2012.
Berlyn, G.P. and J.P. Miksche. 1976. Botanical microtechnique and cytochemistry. The Iowa
State University Press. Ames. Iowa.
Dawes,C.J.1971.Botanicaltechniques in electron microscopy.Bames and Noble Inc.
New York.
Esau,.K.1983. Planta anatomy. Eiley Eastern Limited. India.
Fahn, A. 1991.Anatomi tumbuhan.Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Gembong, T. 2005. Morfologi tumbuhan. UGM Press: Yogyakarta
Kartasaputra, A.G. 1998. Pengantar anatomi tumbuh-tumbuhan, tentang sel danjaringan.
Bina Aksar. Jakarta.
Perwati, Lilih Khotim. 2009. Analisis Derajat Ploidi dan Pengaruhnya Terhadap Variasi
Ukuran Stomata dan Spora pada Adiantum raddianum. BIOMA, Vol. 11, No. 2, Hal.
39-44.
Sass, J.E. 1961.Botanical microtechnique. The Iowa State University Press. Ames. Lowa.
Setjo, Susetyoadi.2004.Anatomi tumbuhan.Universitas Negeri Malang.Malang.
Sutikno. 2006. Petunjuk praktikum mikroteknik tumbuhan. Laboratorium Mikroteknik
danEmbriologi Tumbuhan Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Widjajanto
dan
Susetyoadi
Setjo.
2001. Mikroteknik
tumbuhan.Universitas
Negeri
Malang.Malang.
Woelanningsih, S.1984. Botani dasar : penuntun praktis sitologi. Fakultas BiologiUGM.
Yogyakarta.
29