Anda di halaman 1dari 3

1.

Ciri morfologi manakah yang paling membedakan antara masing-masing filum


ganggang? Berikan penjelasan
JAWABAN:
Sebagai langkah untuk membedakan jenis/ morfologi alga dikelompokkan ke dalam
Thallophyta (talus) yaitu suatu tumbuhan yang mempunya struktur kerangka tubuh tidak
berdaun, berbatang, dan berakar, semuanya terdiri dari batang talus (Mudrikah 2021).
Bentuk talus ini bermacam-macam yaitu tabung, pipih, gepeng, bulat, dan seperti rambut.
Percabangan pada kelompok Thallophyta (talus) ini bermacam-macam yaitu dua terus
menerus (dichotomous), dua-duanya berlawanan (penicillate), berpusat melingkar batang
utama (intricate), dan adapula yang tidak memiliki cabang. Selain ciri bentuk dan
percabangan yang membedakan morfologi filum ganggang adalah zat-zat warnanya.
Dimana pigmen yang ada pada alga akan memperlihatkan variasi warna yang sering
berubah sesuai dengan kondisi lingkungan/habitat yang ditempati.
2. Sebutkan alga apa saja yang dapat dijadikan biondicator kesehatan lingkungan perairan?
Jelaskan! (minimal 3)
JAWABAN:
Sesuai jenis ukurannya alga terdiri dari 2 jenis ukuran yaitu ukuran mikroskopik dan
makroskopik. Dalam hal ini ukuran mikroskopik/mikroalga dapat digunakan untuk
mengetahui kualitas dari air. Secara tidak langsung kesehatan dari lingkungan perairan
dapat dilihat dari bagaimana kualitas air tersebut. Hal ini sejalan dengan apa yang
dijelaskan oleh Harding dkk (2005) dalam Winahayu dkk (2013) bahwa mikroalga ini
dapat digunakan untuk menduga kualitas air pada semua jenis ekosistem perairan, misal
jenis diatom (Winahyu et al. 2013). Perubahan kandungan atau komposisi senyawa kimia
yang masuk ke dalam suatu perairan merupakan faktor penting pertumbuhan diatom ini,
sehingga apabila perairan tersebut memiliki kualitas/Kesehatan yang rendah diatom ini
tidak akan berkembang. Adapun mikroalga yang dapat dijadikan biondicator Kesehatan
lingkungan perairan diantaranya chlorophyta (diatom), crysophyta, chyanophyta, dan
euglenophyta dan fitoplakton, Fitoplankton merupakan organisme mikroskopik yang
mampu menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik melalui proses fotosintesis
dengan bantuan oksigen dan cahaya matahari. Tingginya Dissolved Oxygen (DO) yaitu
kadar oksigen pada air maka kualitas air semakin baik. Dengan adanya fitoplakton
menunjukkan bahwa kualitas perairan tersebut baik. Fitoplankton dapat digunakan
sebagai bioindikator suatu perairan untuk mengevaluasi kualitas dan kesuburan perairan
(Hutami et al., 2017) dalam (Gurning, Nuraini, and Suryono 2020).
3. Bagaimana mekanisme terjadinya blooming algae dan apa dampaknya?
JAWABAN:
Blooming algae merupakan peningkatan populasi fitoplankton secara berlebihan karena
kondisi nutrien yang tinggi pada lingkungan perairan (Tungka, Haeruddin, and Ain
2017). Sejalan dengan pendapat tersebut, lestari dkk juga mengungkapkan bahwa
peningkatan populasi fitoplankton secara berlebihan dapat terjadi karena kondisi
lingkungan perairan yang mendukung seperti peningkatan kadar nutrien. Ledakan
populasi fitoplankton yang diikuti dengan keberadaan beberapa jenis fitoplankton
beracun akan menyebabkan ledakan populasi alga berbahaya (Harmful Algal Bloom)
(Gurning et al. 2020). Tingginya kandungan fosfat di suatu perairan menandakan
kesuburan yang baik untuk pertumbuhan fitoplankton.
Pada kondisi blooming algae, tingkat kecerahan perairan menjadi rendah dan kandungan
oksigen menjadi tinggi yang diperoleh melalui proses fotosintesis. Proses selanjutnya
terjadi penyusutan alga dan pengendapan alga yang sudah mati. Pada fase ini kecerahan
perairan meningkat kembali. Alga yang mati mengalami pembusukan, jumlah bakteri
meningkat dan terjadi penurunan oksigen karena dimanfaatkan bakteri pada proses
dekomposisi alga tersebut. Adanya proses pengadukan kolom perairan oleh angin, maka
oksigen yang rendah pada kolom dalam perairan naik keatas dan menyebabkan kematian
ikan secara massal (Sulastri, 2004) dalam (Makmur 2010). Pengendalian blooming algae
memungkinkan untuk dilakukan dengan memanipulasi variabel-variabel yang mengontrol
suksesnya pertumbuhan algae atau fitoplankton tersebut di perairan (Putro, Saitun, and Hidayat
2020). Adanya pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa mekanisme
terjadinya blooming algae diawali dengan adanya kandungan nutrien yang tinggi dari
limbah industri maupun pestisida yang mampu mempercepat tumbuhnya algae.
Pertumbuhan algae yang semakin cepat dan banyak ini nantinya akan menutupi seluruh
permukaan perairan sehingga menyebabkan cahaya matahari tidak dapat masuk sehingga
kandungan oksigen akan terus berkurang dan menyebabkan ekosistem air menjadi
terancam.
Dampak dari adanya peristiwa ini adalah kematian berbagai jenis organisme perairan
karena paparan toksin atau racun yang berasal dari ekskresi alga. Selain itu, kadar
oksigen akan terus berkurang karena adanya proses perebutan oksigen antar alga dan
biota di dalam air yang lain. Dampak lainnya adalah turunnya pemanfaatan air tersebut
dikarenakan kualitas air yang sudah semakin memburuk akibat pencemaran oleh
blooming alge tersebut. Racun yang terkena pada ikan apabila nantinya dikonsumsi oleh
manusia tentunya akan menjadi permasalahan serius untuk kesehatan manusia.
4. Jelaskan symbiosis antara paku Azolla pinnata dengan algae Anabaena sp!
JAWABAN:
Symbiosis yang terjadi antara paku Azolla pinnata dengan algae Anabaena sp termasuk
ke dalam jenis symbiosis mutualisme. Anabaena sp dapat melakukan fiksasi nitrogen dan
mampu mengubah nitrogen menjadi ammonia dengan bantuan enzim denitrogenesa.
Kandungan nitrogren yang meningkat di dalam tanah akan meningkatkan kesuburan
tanah sehingga menghemat penggunaan pupuk sintesis. Selain itu symbiosis tersebut
Azolla pinnata berperan dalam menyediakan tempat berlindung bagi Anabaena sp.
5. Ada kelompok ganggang yang hidupnya penciri adanya sampah organik (sisa-sisa
makhluk hidup) pada perairan. Analisislah ganggang yang hidupnya pada lingkungan
tersebut!
JAWABAN:
Euglena (Euglenophyta) merupakan kelompok ganggang hijau dengan ciri khususnya
adalah memiliki flagella, dapat bergerak menggunakan flagellanya, uniseluler, yang
biasanya banyak ditemukan di perairan yang kaya akan bahan organic. Ganggang ini
memiliki sifat yang sama seperti hewan yang ditunjukkan dengan kemampuan
mengasimilasi substansi organik selama fotosintesis. Dalam hal ini sampah organik yang
merupakan sisa-sisa dari makhluk hidup kaya akan bahan organik yang dapat
Melimpahnya Euglena, Volvox, Monoraphidium, Navicula, dan Nitzschia disebabkan
karena kelima genus tersebut sangat mudah beradaptasi pada lingkungan perairan
terutama perairan yang telah tercemar (Awal et al. 2014).

DAFTAR PUSTAKA
Awal, Jumadil, Hammado Tantu, Eka Pratiwi Tenriawaru, Program Studi Biologi, and
Universitas Cokroaminoto Palopo. 2014. “Identifikasi Alga (Algae) Sebagai Bioindikator
Tingkat Pencemaran Di Sungai Lamasi Kabupaten Luwu.” Jurnal Dinamika 05(2):21–34.
Gurning, Lestari Febriant Pitaloka, Ria Azizah Tri Nuraini, and Suryono Suryono. 2020.
“Kelimpahan Fitoplankton Penyebab Harmful Algal Bloom Di Perairan Desa Bedono,
Demak.” Journal of Marine Research 9(3):251–60. doi: 10.14710/jmr.v9i3.27483.
Harding, W. R., Archibald C. M., Taylorb, J. C. (2005). The Relevance of Diatom for Water
Quality Assessment in South Africa : A position paper. Water SA, January 31, 2005.
Makmur, Murdahayu. 2010. “Pengaruh Upwelling Terhadap Ledakan Alga (Blooming Algae) Di
Lingkungan Perairan Laut.” Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VI
240-245 ISSN 1410-6086.
Mudrikah, Laila. 2021. Modul Pembelajaran Taksonomi Tumbuhan Rendah ( Algae ).
Putro, Aditya Iwan, Syarifah Saitun, and Yuliya Mahdalena Hidayat. 2020. “TEKNOLOGI
SIRKULASI AIR PERMUKAAN (SiAP) UNTUK MENGHAMBAT PERTUMBUHAN
ALGA.” Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi 19(1):28–42. doi:
10.35760/dk.2020.v19i1.3449.
Tungka, Anggita Wahyuningtyas, Haeruddin Haeruddin, and Churun Ain. 2017.
“KONSENTRASI NITRAT DAN ORTOFOSFAT DI MUARA SUNGAI BANJIR
KANAL BARAT DAN KAITANNYA DENGAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON
Harmful Alga Blooms (HABs) Concentration of Nitrate and Orthophosphate at Banjir
Kanal Barat Estuary and Their Relationship with the Abundance of Harmful Algae
Blooms.” SAINTEK PERIKANAN : Indonesian Journal of Fisheries Science and
Technology 12(1):40. doi: 10.14710/ijfst.12.1.40-46.
Winahyu, Diah Astika, Yulistia Anggraini, Elly L. Rustiati, Jani Master, and Andi Setiawan.
2013. “Studi Pendahuluan Mengenai Keanekaragaman Mikroalga Di Pusat Konservasi
Gajah , Taman Nasional Way Kambas.” Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung
93–98.

Anda mungkin juga menyukai