Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM EKOFISIOLOGI TUMBUHAN

ADAPTASI TUMBUHAN AIR TERHADAP WATERLOGGING


LAPORAN MINGGUAN

Disusun oleh:
Kelompok 2

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2/B

NAMA NIM
Anggren Yuniar Santoso 1907026065
Devi Oktavia 1907026034
Vida Gavrila Hutauruk 1907026019

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN


PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan air adalah tumbuhan yang tumbuh di air atau sebagian besar siklus hidu
pnya di air dan merupakan salah satu bagian penting dari ekosistem perairan. Kehadiran t
umbuhan air dalam jumlah tertentu/terbatas dan perkembangan populasinya terkendali ak
an membentuk mikrohabitat yang dibutuhkan oleh ikan sebagai tempat berlindung, menc
ari makan dan mengasuh anakannya (Indriatmoko, 2018).
Selain berfungsi menciptakan mikrohabitat bagi ikan, tumbuhan air merupakan bagi
an penting dari ekosistem perairan yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas
perairan. Manfaat tumbuhan air yaitu dapat sebagai agen pembersih lingkungan. Banyak
dari tumbuhan air mampu dimanfaatkan sebagai agen fitoremediasi, perangkap bahan org
anik di perairan eutrofik serta membersihkan dan mengontrol pencemaran logam berat, p
estisida dan minyak (Indriatmoko, 2018).
Waterlogging merupakan suatu kerusakan tanah yang dimana sifat fisik tanah, sifat
biologi tanah, dan sifat kimia tanah dalam keadaan tidak baik. Disebut “air yang mengge
nang” karena memiliki pengaruh buruk terhadap perakaran tanaman karena menghambat
sirkulasi udara ke dalam tanah. Keadaan kekurangan udara kemudian akan menyebabkan
perubahan keseimbangan hara tanah dan mikroba di sekitar perakaran, sehingga akan ber
dampak negatif terhadap kesuburan tanah dan dapat mengubah sifat-sifat fisik tanah yang
berperan dalam menjaga stabilitas agregat tanah. Kekurangan udara akan menurunkan ke
mampuan tanaman dalam menyerap unsur hara (Ashraf, 2012).
Waterlogging diketahui menyebabkan efek buruk pada beberapa proses fisiologis d
an biokimia tanaman dengan menciptakan kekurangan nutrisi penting seperti nitrogen, m
agnesium, kalium, kalsium. Terlepas dari perubahan mekanisme fisiologis yang disebabk
an oleh waterlogging ini, tanaman yang tumbuh di bawah kondisi tergenang juga menunj
ukkan perubahan morfologi tertentu yang memerlukan pembentukan akar adventif, inisia
si lentisel hipertrofi dan/atau pembentukan aerenkim (Ashraf, 2012).
Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan menggunakan tumbuhan air berupa Rump
ut Bebek (Lemna minor), Talas (Colocasia esculenta) dan Kayu apu (Pistia stariotes). H
al tersebut dilakukan agar dapat melihat ada tidaknya aerenkim dan perbedaan struktur ak
ar dari ketiga spesies tumbuhan yang berbeda tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


- Apakah penyebab dari waterlogging?
- Bagaimana pengaruh cekaman genangan air (waterlogging) terhadap anatomi
beberapa tanaman air?
- Bagaimana struktur anatomi akar dari tumbuhan rumput bebek (Lemna minor), tala
s (Colocasia esculenta), kayu apu (Pistia stariotes)?

1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui apa penyebab dari waterlogging.
- Untuk mengetahui pengaruh cekaman genangan air (waterlogging) terhadap
anatomi beberapa tanaman air.
- Untuk mengetahui struktur anatomi akar dari tumbuhan rumput bebek (Lemna min
or), talas (Colocasia esculenta), kayu apu (Pistia stariotes).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman rumput bebek


Rumput bebek (Lemna minor L.) adalah suatu makrofit yang hidupnya terapung di
air, masuk kedalam famili Araceae. Rumput bebek banyak tersebar diseluruh dunia dan
mudah ditemukan di perairan air tawar yang memiliki nutrien yang sangat tinggi (Endro
dan Sri., 2010). Rumput bebek adalah tanaman kecil yang ditemukan tumbuh mengapung
diatas air dengan tingkat penyebaran yang sangat luas diseluruh dunia dan potensial seba
gai sumber hijauan pakan yang berkualitas tinggi bagi ternak. Rumput bebek lebih dikena
l sebagai gulma diperairan (Rusnawati dkk., 2018).
2.1.1 Klasifikasi
Berikut merupakan klasifikasi dari tanaman rumput bebek berdasarkan (USDA,
2010) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Alismatales
Family : Araceae
Genus : Lemna
Spesies : Lemna minor L.
2.1.2 Morfologi
Rumput bebek memiliki morfologi yang sederhana. Tanaman tersebut termasuk
kedalam tanaman yang tidak memiliki struktur organ yang lengkap karena tidak
memilki batang. Daunnya tidak sejati dan berbentuk oval berjumlah sedikit, bahkan ada
tanaman yang hanya memiliki 1 daun. Namun, pada umumnya rumput bebek memiliki
setidaknya 3 daun pada setiap individunya. Warna daun pada tanaman ini berwarna
hijau atau hijau pucat dan juga mengandung antosianin merah. Sistem perakarannya
yaitu tunggal dengan bagian pangkal akar menyatu dengan badan daun. Umunya
semakin tebal daunnya makan akarnya juga akan semakin panjang. Secara keseluruhan
daun rumput bebek membentuk kelomok 2-8 buah dan dihubungkan dengan stipe
pendek yaitu jaringan penghubung antar daun. Panjang tanaman ini biasanya mencapai
5 mm, dan pada setiap daun juga ada yang tidak memiliki sistem perakaran serta jarang
berbunga (Syaflan dkk., 2016).
2.1.3 Ekologi
Rumput bebek memiliki habitat di perairan serta tumbuh bebas secara
mengapung, dan hidup secara berkoloni. Habitat dari tanaman rumpur bebek ini
menyebar ke perairan yang luas dan dapat dikatakan memiliki potensi untuk menjadi
sumber hijauan bagi pakan ternak dengan kualitas tinggi. Tanaman ini memiliki
kandungan nutrisi yang sangat tinggi serta kandungan protein kasar yang tinggi dan
serat. Protein kasar yang terkandung dalam rumput bebek ini yaitu sekitar 37,6% serta
kandungan serat sebesar 9,3%. Kandungan yang terdapat dalam rumput bebek ini
mampu menjadikan tanaman ini sebagai tanaman yang memiliki kemampuan
fitoremediasi yang efektif untuk memperbaiki kualitas dari air yang tercemar oleh
limbah. Kemampuan fitoremediasi tersebut cukup efektif untuk menfiksasi nitrogen
perairan yang sudah tercemar oleh limbah. Selain berperan sebagai fitoremediasi,
rumput bebek juga menjadi gulma bagi perairan karena pertumbuhannya yang sulit
dikendalikan. Pertumbuhan dan perkembangan dari tanaman rumput bebek ini sangat
tinggi serta dapat beradaptasi pada lingkungan dengan cepat, oleh sebab itu tanaman ini
bersifat gulma pada daerah yang menjadi habitatnya (Prihantoro dkk., 2015)
2.1.4 Jenis-jenis
Rumput bebek ini termasuk kedalam genus Lemna yang memiliki berbagai jenis
yang tersebar di Indonesia. Selain Lemna minor, terdapat pula Lemna gibba, Lemna
perpusilla. Perbedaannya terletak pada kemampuannya dalam menjadi bahan
fitoremediasi bagi lingkungan. Lemna minor menyerap NH4 dan NO3 melalui bagian
akar dan daun sedangkan Lemna gibba bekerja dengan cara menyisihkan beberapa
bahan pencemar seperti nitrat, ammonium, ortofosfat, tembaha, timbal, seng, dan
kadmium (Ilyas dkk. 2014).

2.2 Waterlogging
Waterlogging adalah suatu keadaan dimana daerah mengalami kelebihan air atau m
engalami air yang menggenang. Kelebihan air ini dapat menyebabkan tanah air menjadi j
enuh (soil waterlogging) hingga membentuk kolom air yang dapat membuat tanaman dis
ekitarnya terendam (complete submergence). Tanaman yang hidup pada kondisi tersebut
bergantung pada adaptasi fisiologis, morfologis, dan metaboliknya. Kondisi tanah yang te
rgenang membuat tanah tersaturasi tinggi oleh air dan laju pertukaran gas oksigen ke dala
m air menurun drastis. Oksigen yang tersedia tersebut seharusnya dimanfaatkan oleh tana
man untuk mempertahankan respirasi aerob pada jaringan yang terendam (Rakhman, 201
6).
2.2.1 Respon anatomi tanaman terhadap water logging
Cekaman genangan memiliki pengaruh bagi organ-organ vegetatif tanaman. Lu
as daun akan berkurang, dan diameter batang akan bertambah akibat dari hipertrofi. Sec
ara fisiologisnya, cekaman genangan ini dapat membuat proporsi jaringan parenkim di
dalam xilem dan floem meningkat, hal ini berlaku bagi tanaman angiospermae maupun
gymnospermae. Jika tanaman tidak dapat beradaptasi pada kondisi tersebut maka hal te
rsebut akan mengakibatkan pembusukan akar, menghambat pertemuan cabang akar dan
juga pertumbuhan akar yang sudah ada. Tanaman yang sudah mengalami adaptasi akan
membentuk jaringan aerenkim terutama di bagian korteks dari batang dan akar. Adapta
si lain yang terbentuk adalah dengan meregulasi sintesis protein khusus untuk kondisi
anaerob (Rakhman, 2016).
Umumnya cekaman genangan yang terjadi hingga bagian tunas, mengakibatkan
kadar karbondioksida eksternal turun sehingga laju fotosintesis juga menurun. Peristiw
a konduktansi stomata dan turunnya kadar klorofil akan memperparah kondisi tanaman
jika tidak terdapat adaptasi (Rakhman, 2016).
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Ekologi Fisiologi Tumbuhan berjudul “Tumbuhan Air” dilaksanakan pa
da Rabu, 6 April 2022. Pengamatan dilakukan di Laboratorium Fisiologi dan Perkemban
gan Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarm
an.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu mikroskop, pinset, cutter,
pipet, gelas ukur, cover glass, dan object glass.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu rumput bebek (Lemna
minor), Talas (Colocasia esculenta), Kayu apu (Pistia stariotes), tisu, dan aquades.

3.3 Prosedur Percobaan


Pada pengamatan ini terlebih dahulu diambil akar tanaman dalam kondisi yang sega
r serta pilih ujung akar muda. Kemudian diamati anatomi dari akar dengan cara dilakuka
n pemotongan akar secara melintang dan tipis. Setelah itu, irisan akar tersebut diletakkan
di atas kaca preparat dan ditetesi aquades. Lalu, di tutup menggunakan kaca penutup dan
di amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x10. Kemudian, difoto lalu digambar
objek yang sudah didapatkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh genangan air (Waterlogging) terhadap anatomi beberapa tanaman


air

(A) (B)

(D)
(C)
(E) (F)
Gambar 4. 1 Pengamatan organ tumbuhan yang terdapat aerenkim: (A) Gambar literatur
tanaman Lemna minor (Sumber: Amstrong, 2010); (B) Gambar pengamatan aerenkim
tanaman Lemna minor; (C) Gambar literatur tanaman Colocasia esculenta (Sumber:
Gondim dkk., 2008); (D) Gambar pengamatan aerenkim tanaman Colocasia esculenta;
(E) Gambar literatur tanaman; (F) Gambar pengamatan aerenkim tanaman

4.2 Pembahasan
Waterlogging adalah salah satu kondisi lingkungan yang tidak baik bagi alam,
biasanya juga dikenal sebagai banjir, perendaman, saturasi tanah, anoksia dan hippoksia.
Waterlogging ini dikaitkan dengan kondisi air berlebih pada tanah. Perendaman
waterlogging ini dibagi menjadi dua macam yaitu bagian akar dan sebagian pucuk
terendam air serta perendaman total yaitu seluruh tanaman terendam di dalam air
(Ahmed dkk., 2012).
Bentuk adaptasi anatomi tanaman terhadap genangan air (waterlogging) adalah
dengan adanya jaringan parenkim yang terspesialisasi untuk membentuk ruang antar sel y
ang besar yang disebut dengan jaringan aerenkim. Jaringan ini ditemukan pada tumbuhan
akuatik.
Aerenkim merupakan suatu jaringan tanaman yang memiliki ruang udara yang
berukuran besar sebagai bentuk adaptasi karena adanya kelebihan air pada tanaman.
Jaringan arenkim terbentuk akibat penghancuran beberapa sel korteks yang disebut
rongga lisegenous atau pemisahan terhadap sel-sel sekeliling rongga (schizogenus).
Aerenkim ini merupakan jaringan yang berfungsi meningkatkan aerasi pada akar yang
mengalami kelebihan air (Ningsih dkk., 2016).
Aerenkim pada tumbuhan terbentuk karena adanya penghancuran beberapa sel
korteks atau rongga lisegenous. Pembentukannya bisa juga karena adanya pemisahan
terhadap sel-sel pada sekeliling rongga (schizogenus). Kondisi tanaman yang terendam
air otomatis tanaman tersebut akan mengalami kekurangan oksigen, sehingga kondisi
tersebut memicu adanya pembentukan jaringan aerenkin pada akar (Ningsih dkk., 2016).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ningsih dkk (2016), aerenkim ini disebabkan
penuaan berlebih pada sel korteks di bagian tengah akibat proses pelisisan. Proses lisis
yang terjadi pada sel ini terjadi pada bagian luar dan dalam sel korteks. Tidak hanya pada
bagian luar dan dalam, pelisisan berlanjut ke bagian samping yang menjadi indikasi
bahwa terjadi pembentukan aerenkim. Kemudian, sel korteks akan mengalami
penyelesaian proses diferensiasi dalam segmen hipokotil serta akar sebelum mengalami
banjir pada sel. Setelah sel banjir, maka sel korteks akan mengalami kematian atau
pemisahan sel yang akan membentuk jaringan aerenkim.
Salah satu bentuk adaptasi yang dapat diamati pada struktur anatomi adalah memili
ki karakter khas yang berbeda dibandingkan tumbuhan terestrial karena adaptasinya terha
dap lingkungan yang saline antara lain memiliki jaringan penyimpan air yang hadir di ba
gian bawah jaringan epidermis,letak stomata tenggelam, kutikula dan daun tebal. Struktur
jaringan yang hadir sebagai bentuk adaptasi yang berfungsi dalam kegiatan metabolisme
yaitu fotosintesis, transpirasi dan respirasi (Tuhurua dkk., 2020).
Talas (Colocasia esculenta) merupakan tumbuhan dikotil yang hidup pada perairan.
Talas merupakan tumbuhan yang memiliki tangkai daun yang semu, berbentuk silindris d
an memiliki umbi berwarna coklat muda, sedangkan pada bagian daun berbentuk seperti j
antung yang memanjang dan permukaan daun yang tahan air (waterproof) yang diduga d
apat menyembuhkan luka (Wijaya, 2014). Pada tumbuhan ini didapatkan bagian-bagian a
kar yaitu epidermis, korteks, perisikel, endodermis dan pembuluh angkut yaitu xilem dan
floem.
Kayu apu (Pistia stratiotes L) merupakan tumbuhan fitoremediasi yang mempunyai
kemampuan untuk mengolah limbah, dari limbah logam berat, zat organik dan anorganik.
Tumbuhan kayu apu merupakan tumbuhan air yang biasa dijumpai mengapung di peraira
n tenang atau kola. Pada tumbuhan ini mampu mengolah limbah dengan menurunkan ju
mlah BOD, COD dan warna yang terkandung dalam limbah cair dari kain batik. Kayu ap
u mempunyai tinggi sekitar 5-10 cm. Akarnya menggantung dalam air. Pada tumbuhan in
i tidak memiliki batang, berdaun tunggal, berbentuk solet seperti bunga mawar. Bentuk uj
ung dari daunnya adalah membulat dengan pangkal daunnya meruncing dan tepi daunnya
melekuk dengan panjang 2-10 cm (Firdaus, 2021). Pada tumbuhan ini didapatkan bagia
n-bagian akar yaitu epidermis, korteks, perisikel, endodermis dan pembuluh angkut yaitu
xilem dan floem.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini memiliki fungsinya masin
g-masing. Mikroskop berfungsi untuk melihat anatomi tumbuhan yang dibawa secara jela
s. Pinset berfungsi untuk mengambil objek tanaman yang berukuran sangat kecil yaitu ru
mput bebek (Lemna minor). Kaca penutup digunakan untuk menutup objek tanaman pad
a kaca objek. Kaca objek digunakan untuk meletakkan objek tanaman. Wadah digunakan
untuk meletakkan tanaman. Kamera digunakan untuk mengambil gambar objek tanaman.
Alat tulis digunakan untuk menggambar hasil pengamatan. Bahan utama yang digunakan
adalah tanaman rumput bebek (Lemna minor), Talas (Colocasia esculenta), dan kayu apu
(Pistia stratiotes) yang dijadikan sampel untuk mengamati struktur anatomi akar dan dau
n. Aquades berfungsi menjadi larutan yang digunakan untuk mengamati objek tanaman.
Pada pengamatan yang sudah dilakukan terdapat faktor kesalahan yaitu kurang tipis
nya memotong bagian akar yang menyebabkan kurang terlihatnya bagian bagian dari ana
tomi akar, pada pengamatan kali ini juga menggunakan tumbuhan air yang mengakibatka
n susah untuk dipotong, tidak terlalu tajamnya cutter yang menyebabkan tumbuhan susah
untuk dipotong.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
- Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, penyebab dari waterlogging adalah k
elebihan air dan dapat menyebabkan tanah air menjadi jenuh (soil waterlogging) hi
ngga membentuk kolom air yang dapat membuat tanaman disekitarnya terendam (c
omplete submergence).
- Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, pengaruh cekaman genangan air
(waterlogging) terhadap anatomi beberapa tanaman air yaitu waterlogging tersebut
menyebabkan adanya pembentukan jaringan aerenkim pada tanaman air
- Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, struktur anatomi akar pada tumbuhan
rumput bebek (Lemna minor) didapatkan bagian-bagian akar yaitu stomata dan klor
oplas, pada tumbuhan talas (Colocasia esculenta) didapatkan bagian-bagian akar ya
itu epidermis, korteks, perisikel, endodermis dan pembuluh angkut yaitu xilem dan
floem dan pada tumbuhan kayu apu (Pistia stariotes) didapatkan bagian-bagian aka
r yaitu epidermis, korteks, perisikel, endodermis dan pembuluh angkut yaitu xilem
dan floem.

5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dapat dilakukan pengamatan peran hormon
mengenai adaptasi tumbuhan air terhadap cekaman genangan (waterlogging)
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, F., Rafii, M. Y., Ismail, M. R., Juraimi, A. S., Rahim, H. A., Asfaliza, R., Latif,
M. A. (2012). Waterlogging Tolerance of Crops: Breeding, Mechanism of
Tolerance, Molecular Approaches, and Future Prospects. Biomed Research
International. 1-10.

Ashraf, M. A. (2012). Waterlogging stress in plants: A review. African Journal of Agricu


ltural Research. 7(13) : 1976-1981.

Endro, S., dan Sri, S. (2010). Pengaruh Tanaman Rumput Bebek (Lemna minor) terhadap
Penurunan BOD dan COD Limbah Cair Domestik. Jurnal Presipitasi: Media Ko
munikasi Dan Pengembangan Teknik Lingkungan. 7(1) : 42-47.

Firdaus, J. (2021). Tanaman Pepohonan untuk Menjernihkan dan Menetralisir Air Limba
h Beracun Berbahaya dari Kawasan Perairan Laut Sungai Danau. Jakarta: Mediap
ro.

Gondim, A., Puiatti, M., Ventrella, M., Cecon, P. (2008). Plasticidade Anatômica da Folh
a de Taro Cultivado Sob Diferentes Condições de Sombreamento Bragantia, Campi
nas, v.67, n.4, p.1037-1045

Ilyas, A. P., Nirmala, K., Harris, E., Widiyanto, T. (2014). Pemanfaatan Lemna
perpusilla sebagai Pakan Kombinasi Untuk Ikan Nila (Oeochromis niloticus) pada
Sistem Resirkulasi. Limnotek. 21(2) : 193-201.

Indriatmoko, L. P. A. D. (2018). Kemampuan beberapa tumbuhan air dalam menurunkan


pencemaran bahan organik dan fosfat untuk memperbaiki kualitas air ability aquat
ic plants to reduce organic matters and phosphate pollution for improve water qua
lity. Jurnal Teknologi Lingkungan. 19(2) : 183-190

Rusnawati, Yusuf, B., Alimuddin. (2018). Perbandingan metode destruksi basah dan dest
ruksi kering terhadap analisis logam berat timbal (Pb) pada tanaman rumput bebe
k (Lemna minor). Prosiding Seminar Nasional Kimia. 73-76.

Ningsih, A., Mansyurdin, M., & Maideliza, T. (2016). Perkembangan Aerenkim Akar Ka
ngkung Darat (Ipomoea reptans Poir) dan Kangkung Air (Ipomoea aquatic Forsk)
 Al-Kauniyah: Jurnal Biologi. 9(1) : 37-43.

Prihantoro, I., Risnawati, A., Karti, P. D. M. H., Setiana, M. A. (2015). Potensi dan
Karakteristik Produksi Lemna minor pada Berbagai Media Tanam. Pastura. 4(2) :
70-77.

Rakhman, R.Y. (2016). Respon Cekaman Genangan Periodik Pada Beberapa Varietas Ni
cotiana tabacum. Skripsi. Surabaya : ITS.
Syaflan, M., dan Ngatirah. (2016). Modul Integrasi Budidaya Lemna dengan Bio-slurry.
Jakarta: Hivos.
LAMPIRAN.

(a) Rumput bebek (Lemna minor) (b) Talas (Colocasia esculenta)

(c) Kayu apu (Pistia stariotes)

Anda mungkin juga menyukai