Anda di halaman 1dari 3

ADAPTASI TANAMAN TERHADAP FAKTOR AIR

Air merupakan unsur yang sangat penting terhadap proses pertumbuhan tanaman. Selsel tanaman berisikan sebanyak 90% air, lebih dari 40% akan digunakan untuk bertahan
dalam kondisi kering, sementara itu jika protoplasma mati maka hal tersebut dapat
mengurangi kandungan air sekitar 10% (Vickery, 1984:32). Air juga bahan yang digunakan
dalam proses fotosintesis, dengan keberadaan air senyawa dapat dipecah menjadi unsur-unsur
yang diperlukan oleh tanaman, selain itu air mampu mengalirkan unsur hara yang diserap
oleh akar ke seluruh tubuh tanaman. Oleh karena itu, air memegang peranan penting dalam
kehiduan.
Habitat makhluk hidup mengharuskan makhluk hidup di dalamnya untuk
menyesuaikan diri terhadap kondisi apapun agar dapat mampu bertahan hidup. Penyesuaian
tersebut, akan dilakukan dengan cara yang spesifik karena daya penyesuaian yang dimiliki
oleh individu satu dengan yang lain berbeda-beda. Tanaman yang melakukan fotosintesis
dengan kondisi air yang terbatas akan cenderung mempertahankan turgor dan memproduksi
osmolytes dengan tujuan untuk melindungi jaringan dari dehidrasi (Kostopoulou et al., 2009).
Adaptasi yang dilakukan tanaman tersebut termasuk adaptasi biokimia. Banyak macam
variasi penyesuaian diri yang dilakukan oleh setiap organisme. Pada tanaman mekanisme
penyesuaian diri terhadap lingkungannya dapat dilihat dari morfologi suatu tanaman atau
adaptasi morfologi. Tanaman yang hidup di lingkungan kering seperti gurun pasir, akan
memiliki bentuk morfologi yang berbeda dengan tanaman yang hidup di lingkungan basah.
Hal tersebut sangat nampak pada tanaman kaktus yag hidup di daerah gurun pasir, yang
memiliki bentuk morfologi berupa daun berduri dan memiliki akar panjang. Daun yang
berbentuk duri pada kaktus sebagai cara penyesuaian kaktus terhadap kondisi kering dengan
tujuan untuk mengurangi penguapan.
Menurut Tallanchich (2010) bahwa adaptasi merupakan sifat khusus atau cara
penyesuaian diri terhadap lingkungan yang dimiliki hewan dan tumbuhan untuk mampu
bertahan hidup dalam kondisi tertentu. Adaptasi yang dilakukan tanaman akan sesuai
dengan habitat yang ditempati. Perilaku adaptasi yang dilakukan oleh setiap organisme
tumbuhan akan menampakkan karakteristik yang berbeda. Di alam tanaman berdasarkan
ketersediaan airnya terbagi atas tanaman xerofit merupakan tanaman yang beradaptasi dalam
kondisi air terbatas, tanaman hidrofit beradatasi dalam lingkungan basah, serta tanaman
mesofit beradaptasi dalam kondisi cukup air (Yatim,. 1994: 136). Kaktus merupakan salah

satu tanaman xerofit, karena mampu beradaptasi dalam lingkungan air yang sangat terbatas,
sedangkan yang termasuk tanaman hidrofit seperti enceng gondok.
Pada kondisi kekurangan air yang paling penting bagi tanaman adalah peningkatan
pengambilan air, yang biasanya tersedia dalam posisi lebih dalam (Xiang et al., 2006 dalam
Setiawan et al., 2013). Hal tersebut dilakukan oleh tanaman kaktus yang cara adaptasinya
dengan memiliki akar yang panjang dan pertumbuhan akarnya tidak terlalu dalam. Kaktus
beradaptasi dengan cara seperti itu karena kaktus hidup di lahan kering, sehingga intensitas
akan air hujan sangat sedikit. Kondisi tersebut yang mengharuskan kaktus memiliki bentuk
akar yang panjang dan tumbuhnya tidak terlalu dalam. Hal itu dilakukan dengan tujuan, agar
pada saat terjadi hujan kaktus dapat menyerap air sebanyak mungkin sebagai cadangan ketika
tiba musim kemarau. Hujan yang terjadi di daerah padang pasir cenderung akan mengalami
perkolasi lebih besar, karena susunan agregat dalam pasir yang makro sehingga hanya
mampu mengikat udara. Beda halnya dengan struktur tanah yang mikro yang yang mampu
menyimpan kadar lengas lebih maksimal.
Kekurangan air pada tanaman dapat menurunkan tingkat produktivitas tanaman,
dikarenakan menurunnya metabolisme primer, penyusutan luas daun dan aktivitas
fotosintesis (Solichatun et al., 2005). Selain adaptasi yang dilakukan oleh kaktus, tanaman jati
juga melakukan adaptasi dalam kondiri keterbatasan air dengan menggugurkan daunnya
dengan tujuan mengurangi proses penguapan. Mekanisme lain yang dilakukan oleh tanaman
dalam kondisi kering untuk memperkecil kehilangan air daun dengan memperkecil luas
permukaan daun (Rauf dan Sadaqat, 2008 dalam Setiawan et al., 2013). Ketika luas
permukaan daun kecil maka, air daun yang mengalami penguapan juga sedikit, sehingga
tanaman tidak akan kehilangan banyak air. Penutupan stomata merupakan langkah awal yang
dilakukan tanaman dalam menyesuaikan diri dalam kondisi kekurangan air, yang kemudian
diikuti dengan penurunan konduktivitas stomata ( Setiawan et al., 2013). Hal tersebut
termasuk adaptasi anatomi, karena dilakukan oleh mekanisme anatomi daun.
Sedangkan pada kondisi tergenang air juga mengharuskan tanaman untuk dapat
menyesuaikan diri. Kondisi tergenang mengakibatkan penurunan proses pertukaran gas
antara jaringan tanaman, karena gas khususnya oksigen berdifusi 10.000 kali lebih lambat di
dalam air dibandingkan dengan di udara sehingga mengakibatkan terjadinya hipoksia atau
anoksia di sekitar perakaran (Agus, 2007). Padahal oksigen sangat berperan terhadap proses
metabolisme yang menghasilkan energi dalam sel, sehingga dengan konsentrasi oksigen yang
rendah akan mengganggu proses metabolisme. Dalam kondisi tersebut, jaringan tanaman padi
akan mensintesis lebih banyak solubel protein (Agus,2007).

Dalam budidaya tanaman, sangatlah diperlukan pemahaman akan jenis kondisi


tanaman dalam adaptasinya terhadap ketersediaan air. Dikarenakan bila pada pengairan di
lahan kurang akan dapat menurunkan tingkat produktivitas tanaman. Seperti yang terjadi
pada cabe jamu (Piper retrofractum Vahl.) pada kondisi kekurangan air mengakibatkan
tanaman menjadi lebih pendek (Nurkhasanah, 2012). Sehingga dengan pemahaman akan hal
tersebut, dalam penerapannya proses pengairan akan dapat dilakukan dengan baik yang
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Tallanchich, R. 2010. Plant Adaptations. Conservatory of Flowers
Solicahatun, Endang A., Mudyantini W. 2005. Pengaruh ketersediaan air terhadap
pertumbuhan dan kandungan bahan aktif saponin tanaman gingseng jawa (Talinum
paniculatum Gaertn.). Jurnal Biofarmasi 3 :47-51.
Setiawan, Tohari, Shiddieq D. 2013. Pengaruh cekaman kurang air terhadap beberapa
karakter fisiologis tanaman nilam ( Pogostemon cablin Benth). Jurnal Littri : 108-116.
Yatim, W. 1994. Biologi Modern: Pengantar Biologi. Bandung, Penerbit Tarsito
Vickery M. L. 1984. Ecology of Tropical Plants. Great Britanian, Pitman Press Limited.
Kostopoulou P.,Vrahnakis M.S., Merou T., dan Lazaridou M. 2009. Perennial-like adaptation
mechanisms of annual legumes to limited irrigation. Jurnal Biologi Lingkungan
31:311-314.
Agus R. 2007. Ketahanan tanaman padi terhadap kondisi terendam: pemahaman terhada
karakter fisiologis untuk mendapatkan kultivar padi yang toleran di lahan Rawa
Lebak :74
Nurkhasanah N. Karuniawan P.W., Eko W. 2012. Studi pemberian air dan tingkat naungan
terhadap pertumbuhan bibit tanaman cabe jamu (Piper retrofractum Vahl.) 1:4

Anda mungkin juga menyukai