Anda di halaman 1dari 61

1

PROFIL AGRIBISNIS CENGKEH


Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum),
dalam bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering
beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkeh adalah tanaman asli
Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negaranegara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia.
Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan
Madagaskar; selain itu juga dibudidayakan di Zanzibar, India, dan Sri
Lanka.
Cengkeh dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya
yang utuh atau sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia.
Terutama di Indonesia, cengkeh digunakan sebagai bahan rokok kretek.
Cengkeh juga digunakan sebagai bahan dupa di Republik Rakyat Cina
dan Jepang. Minyak cengkeh digunakan di aromaterapi dan juga untuk
mengobati sakit gigi. Daun cengkeh kering yang ditumbuk halus dapat
digunakan sebagai pestisida nabati dan efektif untuk mengendalikan
penyakit busuk batang Fusarium dengan memberikan 50-100 gram daun
cengkeh kering per tanaman.
Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum)

Sumber: jual-beli-cengkeh.blogspot.com/

Dalam bahasa Inggris disebut cloves, termasuk jenis tumbuhan


perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras,
cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun ,
tingginya dapat mencapai 20 -30 meter dan cabang-cabangnya cukup
lebat. Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh tersebut pada umumnya
panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah .
Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut .
Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan
bagian ujung dan panggkalnya menyudut, rata-rata mempunyai ukuran
lebar berkisar 2-3 cm dan panjang daun tanpa tangkai berkisar 7,5 -12,5
cm.
Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun
dengan tangkai pendekserta bertandan. Pada saat masih muda bunga
cengkeh berwarna keungu-unguan , kemudian berubah menjadi kuning
kehijau-hijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua.
Sedang bunga cengkeh keringakan berwarna coklat kehitaman dan
berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh
pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun.
Tumbuhan cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air
dan mendapat sinar matahari langsung. Di Indonesia , Cengkeh cocok
ditanam baik di daerah dekat pantai dan di pegunungan pada ketinggian
900 meter di atas permukaan laut. Cengkeh adalah tanaman asli
Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negaranegara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia.
Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan
Madagaskar, juga tumbuh subur di Zanzibar, India, dan Sri Lanka.

Sumber: gsumariyono.wordpress.com/2009/0...cengkeh/

PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS Cengkeh


Cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia, yang pada awalnya
merupakan komoditas ekspor, berubah posisi menjadi komoditas yang
harus diimpor karena pesatnya perkembangan indutri rokok kretek.
Industri rokok kretek sendiri, berkembang sejak akhir abad ke-19.
Tingginya kebutuhan devisa untuk memenuhi kebutuhan mengakibatkan
ditetapkannya program swasembada cengkeh pada tahun 1970, antara
lain melalui perluasan areal.
Hasil

pelaksanaan

program

swasembada

cengkeh

adalah

terjadinya perkembangan luas areal yang sangat mencolok dari 82.387 ha


tahun 1970 menjadi 724.986 ha tahun 1990. Swasembada dinyatakan
tercapai pada tahun 1991, bahkan terlampaui, tetapi bersamaan dengan
itu terjadi penurunan harga. Untuk membantu petani mengatasi hal
tersebut pemerintah campur tangan dengan: (1) mengatur tataniaga
melalui pembentukan Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh
(BPPC), (2) mendiversifikasi hasil dan (3) mengkonversi sebagian areal.

Namun demikian upaya-upaya ini tidak berhasil yang diindikasikan harga


tetap tidak membaik, sehingga petani menelantarkan pertanamannya.
Cengkeh, merupakan salah satu bahan baku utama rokok kretek
yang mencakup 80 % produksi rokok nasional. Di samping pengaruh
negatif

rokok

terhadap

kesehatan,

peranan

rokok

kretek

dalam

perekonomian nasional sangat nyata, antara lain menyumbang sekitar Rp


23,2 triliun dari perkiraan Rp 29 triliun penerimaan cukai rokok. Tenaga
kerja yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan industri
rokok kretek, yaitu di sektor pertanian, industri rokok, dan perdagangan,
serta sektor informal sekitar 6 juta tenaga kerja. Sejak tahun 1996
produksi cengkeh Indonesia mengalami penurunan drastis akibat ketidak
pastian harga. Dampak dari harga jual yang tidak menentu menyebabkan
keengganan petani untuk memelihara tanamannya sehingga pertanaman
menjadi rentan terhadap serangan hama dan penyakit seperti Bakteri
Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC), Cacar Daun Cengkeh (CDC), Gugur
Daun Cengkeh (GDC) dan penggerek batang cengkeh. Pada tahun 1995
produksi cengkeh nasional mencapai 90.007 ton turun menjadi 52.903 ton
pada saat panen kecil tahun 1999 dan hanya mencapai 79.009 pada saat
panen besar tahun 2002. Di lain pihak kebutuhan cengkeh untuk rokok
kretek naik menjadi rata-rata 92.133 ton/tahun. Terjadinya kekurangan
pasokan tersebut merupakan tantangan bagi petani dan pengusaha untuk
dapat memenuhinya. Keseimbangan pasokan terhadap permintaan dapat
dilakukan melalui intensifikasi, rehabilitasi, dan peremajaan tanaman,
didukung dengan harga beli yang layak oleh pabrik rokok.
Selain ketidak pastian harga jual, masalah yang dihadapi petani cengkeh
adalah : (1) masa awal produksi cengkeh yang cukup lama yaitu setelah
umur 5 - 7 tahun, (2) fluktuasi hasil yang cukup tinggi yang dikenal dengan
siklus 2 - 4 tahun, produksi yang tinggi pada satu tahun tertentu diikuti
dengan penurunan produksi 1 - 2 tahun berikutnya.

Prioritas Pembangunan Pertanian Nasional Tahun 2004 2009


adalah Revitalisasi Pertanian yang diarahkan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan meletakkan landasan yang kokoh bagi
pembangunan ekonomi nasional. Salah satu tujuan revitalisai pertanian
yaitu

meningkatkan

pemanfaatan

sumber

daya

pertanian

secara

berkelanjutan dan meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk


pertanian. Berkaitan dengan itu sudah selayaknya revitalisasi tersebut
juga dilakukan dalam agribisnis cengkeh. Ini penting, mengingat
sumbangannya yang besar terhadap pendapatan negara dan penyedia
lapangan kerja. Dilain pihak pasokan cengkeh sebagai bahan baku rokok
kretek semakin mengkhawatirkan. Revitalisasi dalam agribisnis cengkeh
di suatu daerah dapat diarahkan pada:
(1) pengamanan penyediaan cengkeh untuk industri rokok
(2) pengamanan pendapatan petani sebagai produsen cengkeh.

II. STATUS PERKEMBANGAN KOMODITAS


A. Usaha Pertanian Primer
Sejarah penggunaan cengkeh untuk rokok di awali pada akhir abad
ke 19 di Kudus dan berkembang pesat di awal abad ke 20 dengan
berkembangnya industri rokok kretek. Perkembangan itu sekaligus
merubah posisi Indonesia dari negara asal dan pengekspor terbesar
menjadi produsen dan pengguna cengkeh terbesar. Bahkan pada tahun
1958, Indonesia harus mengimpor cengkeh sebanyak 8.520 ton dan terus
meningkat menjadi 29.000 ton pada tahun 1982. Impor tersebut sangat
menguras devisa negara, sehingga pada tahun 1970 pemerintah
menetapkan program untuk mencapai swasembada melalui perluasan
areal cengkeh yang mencapai puncaknya pada tahun 1987/1988 (Gambar
1).

Gambar 1.

Perkembangan areal cengkeh Indonesia tahun 1970-2003

Pada awal tahun 1990-an, total areal cengkeh mencapai sekitar


700.000 ha dengan produksi lebih kurang 120.000 ton/tahun. Produksi
tersebut sudah melampaui kebutuhan cengkeh dalam negeri yang waktu
itu hanya sekitar 100.000 ton/tahun, sehingga terjadi kelebihan pasokan
sebesar 20.000 ton/tahun. Untuk mengurangi kelebihan produksi,
pemerintah menetapkan berbagai kebijakan seperti :
(1)

Pendirian Badan Penyangga Pemasaran Cengkeh (BPPC),

(2)

Keppres RI No. 20 tahun 1992 yang menetapkan sepuluh


propinsi pemasok utama cengkeh untuk pabrik rokok (areal
PRK), yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Lampung, Jawa
Barat (termasuk Banten), Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara (termasuk
Gorontalo), dan Maluku,

(3)

Inpres No. 14 tahun 1996, untuk mengkonversi tanaman


cengkeh dengan tanaman lain.

Akibat

kelebihan

produksi,

penurunan

harga

dan

tidak

dipeliharanya tanaman; areal turun dari sekitar 700.000 ha pada tahun


1990, menjadi hanya 428.000 ha tahun 20001) dan turun lagi menjadi
228.000 ha pada tahun 20032). Hasil penelitian Balittro dan PT.
Sampoerna menunjukkan selama kurun waktu 2001-2004 (Tabel 1) terjadi
penurunan areal cengkeh nasional untuk TBM dan TM masingmasing
39,57 persen dan 7,91 persen, sedangkan untuk areal TT/TR bertambah
12,15 persen. Secara keseluruhan areal cengkeh nasional berkurang 4,17
persen. Sedangkan di luar Indonesia, negara-negara produsen selain
Zanzibar dan Madagaskar tidak ada pasokannya keperdagangan cengkeh
dunia sangat kecil.
Tabel 1.

Luas areal, produksi, dan produktivitas cengkeh tahun 2000 2005


Areal (ha)

Tahun

TBM

TM

2000
1.110
298.400
2001
834
290.123
2002
692
282.210
2003
589
275.527
2004
504
267.164
2005
28.353
213.182
1) Ditjen BP Perkebunan, 2003.
2) BPS, 2004

TR

Total

65.205
68.287
71.242
73.531
76.587
88.089

364.715
359.244
354.144
349.646
344.256
329.624

Produksi
(ton)
142.059
97.717
125. 064
113.260
35.525
52.696

Jenis cengkeh di Indonesia dibagi menjadi 4 tipe yaitu :


1. Cengkeh Si Putih
Daun berwarna hijau muda (kekuningan) dengan helaian daun
relatif lebih besar. Cabang-cabang utama yang pertama mati,
sehingga percabangan seolah baru dimulai pada ketinggian 1,5 2
m dari permukaan tanah, percabangan dan daun tidak rindang,
tajuk berbentuk agak bulat. Bunga lebih besar dari si kotok,
pertandan 15 kuntum bunga. Saat bunga telah masak berwarna

hijau muda/putih, tangkai bunga agak panjang, umur berbunga 6 8 tahun. Produksi maupun kualitas bunga relatif rendah.
2. Cengkeh Si Kotok
Warna daun awalnya hijau muda kekuningan berikutnya beruha
menjadi hijau tua , permukaannya mengkilap dan licin, bentuk daun
ujung sedikit membulat dan langsing, cabang pertama tetap hidup
sehingga tajuk nampak rendah dari permukaan tanah, bentuk tajuk
silindris atau piramid, bunga relatif kecil dibanding dengan si putih,
bunga pertandan berjumlah antara 20 50 kuntum, warna bunga
mulanya berwarna hijau kemudian berubah menjadi kuning saat
matang dengan pangkal berwarna merah. Pohon berbunga mulai
umur 6 8 tahun tergantung ketinggian tempat dari permukaan
laut. Kualitas bunga sedang, adaptasi dengan lingkungan lebih baik
dari pada si putih tetapi lebih rwendah dari zanzibar.
3. Cengkeh Tipe Ambon
Tajuk tanaman cenderung bulat dengan bagian atas tumpul bagian
bawah cenderung meruncing, percabangan pada ketinggian 1,5 2
m dari permukaan tanah akibat cabang utama mati, bentuk daun
dengan lebar 2/3 kali panjang, daun muda berwarna ros muda/hijau
muda yang tua berwarna hijau tua, bagian bawah berwarna hijau
abu-abu, permukaan daun kasar. Bunganya gemuk bertangkai
panjang, bunga muda berwarna hijau muda dan berkembang
berwarna kuning saat matang , percabangan bunga relatif sedikit
dengan jumlah kurang 15 kuntum pertandan. Tipe ini tidak
dianjurkan untuk ditanam petani karena produksi dan daya
adaptasinya rendah.
4. Cengkeh Tipe Zanzibar
Tajuk daun rimbun dengan percabangan rendah dari permukaan
tanah, berbentuk kerucut karena cabang membentuk sudut lancip
kurang dari 45 , warna daun saat masih muda ros/merah muda ,

saat tua menjadi berwarna hijau tua mengkilat permukaan atas,


hijau pudar / pucat pada permukaan bawah. Pangkal tangkai daun
berwarna merah, bentuk daun agak langsing dengan bagian
terlebar pada bagian tengah. Tipe ini mulai berbunga umur 4,5
6,5 tahun sejak disemaikan. Bunganya gemuk dan bertangkai
panjang, berwarna hijau saat muda dan berubah kuning saat
matang petik Percabangan bunga relatif banyak sampai mencapai
lebih dari 50 kuntum per tandan. Jenis zanzibar ini dianjurakan
untuk ditanam petani karena daya adaptasinya luas dengan
produksi relatif tinggi dibandingkan dengan tipe lainnya.

Pohon Cengkeh
Sumber: lenterahati.web.id/khasiat-cengkeh.html
Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan
perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu
keras, cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan
sampai ratusan tahun , tingginya dapat mencapai 20 -30 meter

10

dan cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-cabang dari


tumbuhan cengkeh tersebut pada umumnya panjang dan
dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah .
Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh
berbentuk kerucut . Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk
bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan panggkalnya
menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar berkisar 2-3 cm
dan panjang daun tanpa tangkai berkisar 7,5 -12,5 cm. Bunga
dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun
dengan tangkai pendekserta bertandan. Pada saat masih
muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan , kemudian
berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan berubah lagi
menjadi merah muda apabila sudah tua. Sedang bunga
cengkeh keringakan berwarna coklat kehitaman dan berasa
pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh
pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun. Cengkeh dapat
tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar
matahari langsung. Di Indonesia , Cengkeh dapat ditanam di
daratan rendah hingga pegunungan pada ketinggian 900
meter di atas permukaan laut.

B. Usaha Agribisnis Hulu


Dengan membaiknya harga pada tahun 2000, di beberapa daerah
telah terlihat usaha untuk melakukan peremajaan tanaman yang
rusak/mati.

Kegiatan

tersebut

mendorong

beberapa

petani

untuk

melakukan usaha pembibitan meskipun dalam skala kecil terutama di P.


Jawa, Bali dan Sulawesi Utara. Pembibitan oleh petani dilakukan dengan
cara menyemaikan benih dalam polibag dengan menggunakan biji asalan
sebagai sumber benih. Setelah berumur 1 - 2 tahun, bibit dipasarkan ke

11

petani sekitar atau digunakan sendiri untuk rehabilitasi/menyulam


kebunnya.
C. Usaha Agribisnis Hilir
Selain digunakan sebagai bahan baku rokok, bunga, gagang dan
daun cengkeh dapat disuling menghasilkan minyak cengkeh yang
mengandung eugenol. Pasokan minyak cengkeh Indonesia ke pasar
dunia cukup besar yaitu lebih dari 60 persen kebutuhan dunia. Tahun
2000, dari 2,080 ton minyak cengkeh yang dipasarkan, Indonesia
memasok 1,317 ton. Saat ini usaha penyulingan dilakukan oleh rakyat
dengan alat yang masih sederhana di sentra-sentra produksi cengkeh di
daerah-daerah.
Pada saat harga cengkeh membaik petani tidak melakukan
penyulingan bunga cengkeh, akan tetapi yang disuling adalah daun-daun
yang gugur. Rendemen minyak daun cengkeh yang dapat dicapai pada
penyulingan rakyat hanya 1,5 2 persen sedangkan hasil penelitian
Balittro dapat mencapai lebih dari 2 persen.

12

POHON INDUSTRI CENGKEH.


Sumber: www.depperin.go.id/Ind/Teknologi...Fid%3D19

USAHA PENYULINGAN MINYAK DAUN CENGKEH:


PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
Pofil Usaha
Usaha minyak daun cengkeh adalah salah satu jenis minyak atsiri
yang dapat dihasilkan dari tanaman cengkeh yang diperoleh melalui
proses distilasi atau proses penyulingan daun cengkeh kering. Usaha ini

13

relatif tidak memerlukan modal yang besar. Bahan baku utama untuk
menghasilkan minyak daun cengkeh adalah daun cengkeh kering. Daun
cengkeh kering relatif mudah diperoleh pada musim kemarau karena
perkebunan cengkeh di wilayah sekitarnya cukup banyak.
Lokasi penyulingan sebaiknya dekat dengan sumber bahan baku
atau setidaknya memiliki akses yang mudah untuk penyediaan bahan
baku dan dekat dengan sumber air. Sumber air yang melimpah sangat
memudahkan para penyuling memperoleh air untuk proses penyulingan
dan terutama pada proses pendinginan atau kondensasi.
Di Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo terdapat 22 pengusaha
minyak

atsiri

penyulingan

yang
minyak

tergabung
atsiri.

dalam

Sebagian

kelompok
besar

pengusaha

dari

mereka

menghasilkan minyak daun cengkeh sedangkan penyulingan


tangkai atau putik cengkeh hanya dilakukan jika ada pesanan
khusus dari pembeli. Minyak dari tangkai cengkeh memiliki sifat
yang lebih keras sehingga mudah merusak lapisan ketel yang
digunakan untuk menyuling. Pesanan dalam jumlah besar pada
waktu tertentu kadang dapat dilakukan secara berkelompok. Dari
22 pengusaha minyak atsiri di lokasi survai, hanya satu pengusaha
yang menghasilkan minyak atsiri jenis lain, yaitu minyak nilam.
Modal untuk usaha minyak nilam ini relatif lebih besar karena ketel
yang digunakan lebih baik dan lebih mahal. Khusus untuk minyak
nilam ini memang sudah memiliki standar yang baku. Secara
umum, teknologi yang digunakan tetap sama. Perbedaannya hanya
pada pemisahan tangki air dan tangki bahan baku dan jenis bahan
ketel yang lebih baik untuk menjaga mutu.
Ketersediaan bahan baku untuk daun cengkeh bersifat musiman,
yaitu kurang lebih enam bulan kerja dalam setahun. Pada saat musim

14

kemarau daun cengkeh gugur dan kering, barulah penyulingan dapat


dilakukan. Berbeda dengan penyulingan minyak nilam yang dapat
dilaksanakan sepanjang tahun.
Pola Pembiayaan
Pemberian kredit untuk usaha pengolahan minyak daun cengkeh di
Kecamatan Samigaluh sudah dilaksanakan sejak tahun 1990. Pada tahun
tersebut, banyak para pengusaha minyak daun cengkeh membutuhkan
kredit sebagai tambahan modal untuk mengembangkan usahanya.
Seluruh usaha minyak daun cengkeh di Samigaluh berskala kecil dengan
pinjaman kredit bervariasi dari Rp 5 juta sampai dengan Rp 25 juta. Saat
ini pelayanan pinjaman dari bank hanya diperoleh dari Bank BRI unit
Samigaluh yang memang merupakan satu-satunya bank yang ada di
wilayah tersebut. Karena sifat usahanya yang musiman, para pengusaha
umumnya meminjam dalam jangka waktu yang pendek, 6 bulan, dengan
tingkat suku bunga flat 18% per tahun.
Bank BRI tidak memiliki skema pinjaman khusus untuk usaha
minyak daun cengkeh. Jenis pinjaman lebih banyak ditentukan secara
subyektif oleh bank dengan pendekatan secara personal. Jenis pinjaman
seringkali ditentukan oleh karakter usaha nasabah yang semuanya
dikelola secara perseorangan. Pada tahun 2003 terdapat 10 nasabah
individu (pengusaha minyak atsiri) yang telah menjadi nasabah Bank BRI
unit Samigaluh dengan jumlah pinjaman yang bervariasi dari Rp 5 juta
sampai

Rp

25

juta.

Total

kredit

yang

disalurkan

kira-kira

Rp

200.000.000,00.
Untuk memperoleh informasi mengenai usaha pengolahan minyak
daun cengkeh, bank memiliki hubungan dengan kelompok pengusaha
kecil minyak daun cengkeh yang bersangkutan. Apabila usaha tersebut
dianggap menguntungkan dan layak untuk diberi kredit maka bank akan

15

mengucurkan kredit. Dari sejumlah nasabah tersebut, selama ini tidak ada
kredit yang bermasalah.
Pada saat tulisan ini disusun, para pengusaha sedang berusaha
untuk dapat memperoleh pinjaman secara berkelompok dari bank lain
dalam jumlah yang lebih besar. Beberapa pengusaha telah memperoleh
bantuan dari pemerintah daerah yang diambil dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten sebagai Dana Penguatan Modal
melalui BPD dengan bunga yang lebih rendah.
Untuk usaha pengolahan minyak daun cengkeh, Bank BRI
memberikan plafon maksimum sebesar sebesar Rp 50 juta per debitur
baik untuk investasi maupun modal kerja. Kewenangan memutuskan
kredit untuk plafon hingga sebesar Rp 25 juta dimiliki oleh kantor unit dan
untuk plafon di atas Rp 25 juta dimiliki oleh kantor cabang. Persyaratan
jaminan berupa surat tanah yang berlaku atau barang bergerak.
Persyaratan yang berlaku sesuai dengan pengajuan Kredit Umum
Pedesaan (KUPEDES). Persyaratan KUPEDES Bank BRI secara umum
adalah sebagai berikut:
1. Warga Negara Indonesia
2. Pengusaha menyertakan:
a. Fotokopi KTP atau SIM
b. Surat Keterangan Usaha
3. Jumlah Kredit sampai dengan Rp 50.000.000,- per nasabah
4. Jangka waktu kredit:
a. KUPEDES INVESTASI maksimum 36 bulan
b. KUPEDES MODAL KERJA maksimum 24 bulan
c. KUPEDES

GOLONGAN

maksimum 60 bulan.
PASAR

BERPENGHASILAN

TETAP

16

Dalam aspek pemasaran


pemasaran

yang

terkait

akan

dengan

dibahas aspek pasar dan

permintaan,

penawaran,

harga,

persaingan dan pemasaran minyak daun cengkeh.


1. Permintaan
Minyak daun cengkeh memiliki pasar yang sangat luas terutama di
pasar internasional. Misalnya, di wilayah Kulon Progo, permintaan minyak
daun cengkeh oleh pedagang pengumpul, yaitu PT. Djasula Wangi di
Solo, CV. Indaroma di Yogyakarta, dan PT. Prodexco di Semarang. Dari
informasi yang terakhir dikumpulkan, permintaan minyak daun cengkeh
selalu meningkat dan sering terjadi kelebihan permintaan yang tidak dapat
dipenuhi oleh kapasitas produksi industri kecil minyak daun cengkeh yang
terbatas. Permintaan dalam jumlah besar untuk waktu yang singkat
biasanya diusahakan secara berkelompok.
Tabel 1. Ekspor Minyak Daun Cengkeh

Tahun

Volume(ton)

Nilai (ribu US$)

1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995

1.093
1.047
646
651
707
758
n.a
n.a
622
370

3.348
2.675
1.455
1.398
1.660
2.098
n.a
n.a
1.905
1.571

Sumber: BPS, 1997


Pemanfaatan minyak cengkeh, untuk dunia industri memang cukup luas.
terutama untuk keperluan industri farmasi atau obat- obatan. Begitu juga
untuk industri parfum, yang merupakan campuran utama untuk Geranium,

17

Bergamot, Caraway, Cassie dan bahan untuk pembuatan vanillin sintetis


sebagai bahan baku industri makanan dan minuman. Sebagian besar
hasil produksi minyak daun cengkeh diekspor ke luar negeri.
2. Penawaran
Dari segi penawaran, suplai minyak daun cengkeh relatif masih
kurang. Masih diperlukan tambahan produksi untuk memenuhi permintaan
pasar. Selain Kabupaten Kulon Progo, sentra produksi pengolahan minyak
daun cengkeh juga terdapat di Kabupaten Blitar dan Trenggalek. Produksi
minyak daun cengkeh dari daerah Blitar cukup besar, dengan rata-rata
setiap tahunnya mencapai 80 ton. Berdasarkan data Dinas Perindustrian
Pertambangan dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Blitar, produksi
rata-rata 80 ton per tahun itu hanya dihasilkan oleh 5 unit industri yang
semuanya tergolong industri kecil.
Potensi usaha minyak daun cengkeh masih sangat luas di
Indonesia terutama di daerah-daerah yang dekat dengan sumber bahan
baku. Saat ini, cengkeh telah dibudidayakan di hampir seluruh wilayah
Indonesia sehingga potensi untuk mendirikan usaha pengolahan minyak
daun cengkeh sangatlah besar.
3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar
Tingkat persaingan minyak daun cengkeh Indonesia di pasar
internasional terutama ditentukan oleh kualitas minyak daun cengkeh
yang

dihasilkan

Indonesia

dan

negara-negara

pesaing,

seperti

Madagaskar, Tanzania dan Srilanka. Negara penghasil minyak atsiri bukan


hanya berasal dari negara-negara berkembang saja, seperti Cina, Brasil,
Indonesia, India, Argentina dan Meksiko melainkan juga negara maju,
seperti

Amerika

Serikat,

Perancis,

Jerman,

Italia,

dan

Inggris.

Perbedaannya, negara-negara berkembang lebih banyak memproduksi


minyak atsiri menjadi bahan setengah jadi dan kemudian mengekspornya

18

ke negara maju. Lain halnya yang dilakukan oleh negara maju. Meskipun
mereka mengimpor bahan setengah jadi dari negara berkembang untuk
diolah menjadi barang jadi, mereka mengekspornya sebagian kembali ke
negara-negara lain termasuk negara berkembang dalam bentuk barang
jadi dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Namun demikian, peluang
pasar minyak daun cengkeh masih terbuka luas terutama di pasar dunia
yang volume permintaannya terus meningkat
ASPEK PEMASARAN
Pemasaran minyak daun cengkeh dapat melalui para pedagang
pengumpul maupun langsung ke pihak produsen barang jadi yang
membutuhkan. Namun pada umumnya jalur penjualan ke pedagang
pengumpul relatif lebih mudah. Harga yang ada di pasar perdagangan
minyak daun cengkeh dalam negeri juga relatif stabil.
1. Harga
Harga minyak daun cengkeh relatif stabil pada tahun 2002 dan
2003. Pada awal tahun 2002 harga minyak daun cengkeh mencapai Rp
29.500,- dan pada tahun 2003 berfluktuasi antara Rp 23.000,- sampai Rp
25.000,- per kilogram. Harga tersebut juga cenderung stabil hingga
memasuki tahun 2004. Fluktuasi harga minyak daun cengkeh sedikit
banyak juga dipengaruhi oleh fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat. Pada saat krisis tahun 1997, harga minyak daun cengkeh bisa
mencapai Rp 57.000,- per kilogram (data primer). Berdasarkan data
primer lapangan yang diperoleh, para pengusaha minyak daun cengkeh
memperkirakan harga untuk kondisi breakeven point (BEP) atau impas
adalah sekitar Rp 20.000,- per kilogram. Dengan melihat selisih harga
pada kondisi BEP dengan harga jual di pasar, maka usaha ini cukup
menjanjikan.

19

2. Jalur Pemasaran
Secara umum, jalur pemasaran minyak daun cengkeh tidak
berbeda dengan komoditi pertanian lainnya. Di pemasaran dalam negeri,
produsen menjual produk ke pedagang pengumpul atau agen eksportir.
Barulah kemudian produk tersebut sampai ke tangan eksportir. Seperti
telah disebutkan sebelumnya, sebagian besar perdagangan minyak daun
cengkeh adalah untuk ekspor.
Pada praktiknya, keadaan pasar sering dipengaruhi oleh orang
yang pertama kali melakukan proses transaksi. Ada beberapa situasi
pemasaran yang terjadi. Pertama, pihak produsen langsung menjual
produk ke tengkulak, pedagang perantara, atau agen eksportir. Dalam hal
ini, produsen memiliki posisi tawar yang lemah. Harga lebih banyak
dipengaruhi oleh pembeli. Situasi kedua, pihak pembeli yang mencari
produsen. Pada situasi ini, produsen dapat memperoleh harga yang relatif
lebih baik. Hal ini seringkali terjadi, terbukti dengan adanya pemesanan
dengan uang muka terlebih dahulu oleh pembeli kepada produsen
sementara minyak daun cengkeh masih pada proses produksi.
Jalur

pemasaran

minyak

daun

cengkeh

dari

pengusaha

pengolahan sebagian besar ditampung terlebih dahulu oleh para


pengumpul. Dari survai di wilayah Kulon Progo, setidaknya ada tiga
perusahaan pengumpul yang cukup besar, yaitu PT Djasula Wangi di
Solo, CV Indaroma di Yogyakarta, dan PT Prodexco di Semarang.
Untuk jalur pemasaran luar negeri ada beberapa pihak yang
mungkin terlibat, yaitu pemakai (end-user), broker murni, broker
merangkap trader, dan pedagang (trader). Jalur perdagangan minyak
daun cengkeh dapat digambarkan sebagaimana terdapat pada Gambar 1.
Pemasaran tersebut juga dapat menjadi lebih pendek. Produsen menjual
minyak daun cengkeh pada pedagang kecil dan pedagang besar dan
kedua jenis pedagang tersebut langsung menjualnya pada eksportir,
seperti ditunjukkan pada Gambar 1 bagian bawah.

20

Gambar 1. Jalur Pemasaran Minyak Daun Cengkeh


3. Kendala Pemasaran
Kendala pemasaran yang utama pada minyak daun cengkeh ini
adalah mata rantai perdagangan yang cukup panjang. Para pengusaha
pengolahan minyak daun cengkeh masih mengalami kesulitan untuk
memasok langsung ke eksportir atau end-user. Akibat panjangnya rantai
perdagangan ini adalah ketidakseragaman mutu yang ditetapkan. Faktor
yang harus diperhatikan dalam upaya pemasaran minyak daun cengkeh,
terutama untuk tujuan ekspor adalah dengan memperhatikan kualitas,
harga yang kompetitif dan keberlangsungan produksi. Secara umum,
kendala pemasaran minyak daun cengkeh disebabkan oleh tiga hal, yaitu:

21

1. mutu yang rendah karena sifat usaha penyulingan minyak daun


cengkeh yang umumnya berbentuk usaha kecil dengan berbagai
keterbatasan modal dan teknologi,
2. pemasaran dalam negeri masih bersifat buyer market (harga
ditentukan pembeli) karena lemahnya posisi tawar pengusaha
pengolah, dan
3. harga yang berfluktuasi (dalam dan luar negeri) akibat tidak
terkendalinya produksi dalam negeri dan persaingan negara
sesama produsen.

ASPEK TEKNOLOGI PRODUKSI


Teknologi yang digunakan dalam proses produksi pengolahan
minyak daun cengkeh ini termasuk teknologi sederhana atau tradisional.
Proses yang umum digunakan adalah penyulingan dengan uap air.

Gambar 4. Penyulingan Sederhana

22

Proses penyulingan dilakukan dengan memanaskan bahan baku


dan air yang dimasukkan dalam ketel seperti tampak pada Gambar 4.4
yang kemudian dipanaskan. Proses pemanasan dapat menggunakan
bahan bakar berupa limbah daun yang disuling sebelumnya. Uap air dan
uap minyak daun cengkeh akan mengalir melalui pipa masuk ke dalam
kondensor. Kondensor tersebut dapat berupa kolam seperti tampak pada
Gambar 4.2. Semakin lama uap minyak daun cengkeh dan uap air berada
dalam kolam pendingin, semakin baik proses kondensasi yang terjadi.
Biasanya para penyuling di pedesaan menggunakan 2 kolam pendingin
untuk proses kondensasi ini. Air kolam harus terus dijaga agar tetap
berada pada suhu yang dingin. Kondensasi mengubah uap air dan uap
minyak daun cengkeh menjadi bentuk cair berupa minyak daun cengkeh
dan air yang ditampung dalam drum.

Gambar 5. Drum Penampung Hasil Proses Penyulingan


Metode penyulingan dengan menggunakan uap air memiliki
kelebihan tersendiri. Penyulingan dengan air dan uap ini relatif murah atau
ekonomis. Biaya yang diperlukan relatif rendah dengan rendemen minyak
daun cengkeh yang memadai dan masih memenuhi standar mutu yang
diinginkan

konsumen.

penyulingan yang rendah.

Kelemahan

utamanya

adalah

kecepatan

23

PROSES PRODUKSI
1. Penyiapan Bahan Baku
Daun cengkeh yang digunakan merupakan daun yang sudah
gugur, kering, masih utuh dan bersih.
2. Penyulingan
Penyulingan dengan menggunakan uap air adalah cara yang paling
banyak digunakan. Cara ini hanya cocok untuk jenis minyak atsiri yang
tidak rusak oleh panas uap air. Salah satunya adalah minyak daun
cengkeh. Bahan baku diletakkan terpisah dengan air. Untuk memudahkan
proses penguapan, bagian ketel untuk bahan baku harus diberi ruang
yang cukup. Bahan tidak boleh dipadatkan. Setelah siap, ketel ditutup dan
kemudian dipanaskan selama 5-7 jam. Uap air dan uap minyak daun
cengkeh dicairkan dengan mengalirkan pipa melingkar ke dalam kolam
pendingin (kondensor). Suhu udara sangat berpengaruh pada suhu air.
Pipa yang berada di dalam kolam pendingin kurang lebih memiliki panjang
10 meter. Semakin panjang pipa yang digunakan, semakin baik proses
kondensasi yang terjadi. Di Samigaluh, seringkali pipa yang digunakan
berbentuk memanjang, tidak melingkar (spiral) karena harganya yang
relatif lebih murah. Pipa tidak boleh bocor dan suhu air harus dijaga untuk
selalu tetap dingin agar proses kondensasi dapat berlangsung dengan
baik.
Hasil sulingan minyak daun cengkeh dan air dialirkan ke dalam
tempat berupa drum yang sudah disediakan. Setelah proses penyulingan
selama kurang lebih 7 jam, hasil proses penyulingan didiamkan beberapa
saat sehingga air dan minyak daun cengkeh terpisah. Minyak daun
cengkeh berada di bawah air karena memiliki berat jenis yang lebih besar.
Air dan minyak daun cengkeh dapat dipisahkan dengan sejenis kain
khusus atau dipisahkan secara manual. Sisa air yang telah dipisahkan

24

masih mengandung minyak daun cengkeh dan masih dapat dipisahkan


lagi setelah beberapa lama.
PRODUKSI OPTIMUM
Produksi minyak daun cengkeh yang optimum tergantung pada
kapasitas ketel yang digunakan. Ketel dengan kapasitas 1,3 ton daun
cengkeh dapat menghasilkan kurang lebih 35 kg minyak daun cengkeh.
Dengan menggunakan dua ketel dan dua kali proses suling per ketel
maka dalam sehari dapat dihasilkan minyak daun cengkeh sebanyak 1,4
kwintal.
KENDALA PRODUKSI
Kendala produksi utama yang dihadapi oleh pengusaha minyak
daun cengkeh ini terutama terkait dengan pengadaan bahan baku yang
bersifat musiman. Ketersediaan bahan baku daun cengkeh sangat
tergantung pada musim. Pada musim penghujan, pasokan bahan baku
bisa dikatakan tidak ada sehingga para pengusaha tidak berproduksi.
Hambatan yang kedua adalah kapasitas produksi yang masih sangat
terbatas. Seringkali pengusaha kecil penyulingan minyak daun cengkeh di
pedesaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen dalam jumlah
besar pada waktu tertentu.
PEMILIHAN POLA USAHA
Usaha kecil minyak daun cengkeh semakin berkembang karena
tingkat teknologi yang digunakan sangat sederhana dan tidak memerlukan
biaya yang besar. Proses penyulingan tidak memerlukan mesin-mesin
atau alat-alat canggih yang menggunakan listrik.
Jenis minyak daun cengkeh juga dipilih karena persyaratan atau
standar kualitas yang ditetapkan pembeli relatif longgar sehingga
memudahkan pengusahaannya. Pengusaha kecil dengan teknologi

25

sederhana dapat memprosesnya dengan mudah. Tidak diperlukan mesinmesin dengan ketrampilan khusus untuk usaha ini.
BIAYA OPERASIONAL
Biaya operasional adalah biaya variabel (tidak tetap) yang
besarnya tergantung pada jumlah minyak daun cengkeh yang diproduksi.
Biaya operasional meliputi bahan baku berupa daun cengkeh, tenaga
kerja, konsumsi tenaga kerja (makan dan rokok), biaya pemeliharaan,
biaya telepon, dan listrik. Dalam satu bulan diperlukan biaya operasional
sebesar Rp 47.500.000,- kecuali pada awal usaha karena pengusaha
harus membeli bahan bakar sebesar Rp 400.000,- dan di bulan keenam
karena ada biaya pemeliharaan sebesar Rp 100.000,- berupa perbaikan
ketel. Harga per kilogram daun cengkeh kering adalah Rp 300,-. Jika
pengusaha memiliki 2 buah ketel dan masing-masing ketel dapat
beroperasi 2 kali sehari dan hari kerja 25 hari per bulan, maka diperlukan
biaya sebesar 1300 kg x 2 penyulingan x 2 ketel x 25 hari x Rp 300,00/kg=
Rp 39.000.000,00 per bulan untuk memperoleh bahan baku daun cengkeh
kering. Tenaga kerja tetap dengan gaji Rp 500.000,00 per bulan terdiri dari
dua orang dengan waktu 6 bulan kerja per tahun. Pada prakteknya,
tenaga kerja tetap ini biasanya adalah anggota keluarga sendiri termasuk
pemilik. Tenaga kerja tidak tetap bersifat borongan yang diupah Rp
1.750,00 untuk setiap kilogram minyak daun cengkeh yang dihasilkan
sehingga besarnya upah tidak tergantung jumlah tenaga kerja yang
digunakan. Dalam 1 (satu) hari, pengusaha menghasilkan 140 kg minyak
daun cengkeh sehingga memerlukan Rp 6.125.000,- per bulan untuk
membayar tenaga kerja borongan. Uang makan dan rokok untuk tenaga
kerja adalah Rp 4.000,00 sekali makan ditambah rokok dengan asumsi
dibutuhkan 12 orang pekerja per hari. Biaya telepon dan listrik
diasumsikan tetap sebesar Rp 100.000,- dan Rp 15.000,- per bulan.

26

Tabel 3. Biaya Operasional Usaha Kecil


Satuan

Biaya
Per
Bulan<FONT
(Bulan 1 )

Biaya
Per
Bulan<FONT
(Bulan 2-5)

Biaya
Per
Bulan<FONT
(Bulan 6)

Rp

39.000.000

39.000.000

39.000.000

Rp

400.000

a. Tetap

Rp

1.000.000

1.000.000

1.000.000

b. Tidak tetap
(borongan)

Rp

6.125.000

6.125.000

6.125.000

Konsumsi
tenaga kerja

Rp

1.200.000

1.200.000

1.200.000

Biaya Telepon

Rp

150.000

150.000

150.000

Biaya Listrik

Rp

25.000

25.000

25.000

Biaya
Pemeliharaan

Rp

No Jenis Biaya
1

Bahan Baku
Daun

Bahan
Awal

Tenaga kerja

Bakar

Jumlah

100.000

Rp

47.900.000

47.900.000

47.900.000

Sumber: Hasil Sumulasi BI.

Pada prakteknya, karena hasil suling dapat diperoleh tiap hari pada
musim kemarau, penjualan hasil produk minyak daun cengkeh dapat
dilakukan dalam hitungan minggu bahkan hari. Hasil penjualan tersebut
digunakan

pengusaha

untuk

membiayai

kebutuhan

operasional

berikutnya. Dalam sehari, pengusaha dapat menghasil-kan 140 kg minyak


daun cengkeh senilai Rp 3.500.000,- sehingga jumlah biaya operasional
yang cukup besar dalam satu tahun tersebut hanyalah gambaran biaya
kumulatif per tahun yang sebenarnya dapat dipenuhi dari penjualan hari
atau minggu sebelumnya atau kredit bank dari satu proses penyulingan ke
penyulingan berikutnya.

27

KEBUTUHAN INVESTASI DAN MODAL KERJA


Kebutuhan dana usaha kecil penyulingan minyak daun cengkeh
dapat dirinci berdasarkan biaya investasi dan biaya operasional. Para
pengusaha

kecil

penyulingan

minyak

daun

cengkeh

biasanya

membutuhkan kredit di awal usaha, yaitu untuk meningkatkan kapasitas


usaha (biaya investasi) dan biaya untuk pembelian bahan baku (biaya
operasional). Biaya operasional (modal kerja) sebesar Rp 285.500.000,adalah jumlah kumulatif biaya operasional dalam 1 tahun (6 bulan kerja)
pertama. Pada kenyataannya, pengusaha kecil hanya membutuhkan
modal awal untuk operasional selama seminggu atau sebulan tergantung
permintaan konsumen dan kondisi pasar.
Tabel 5. Kebutuhan Dana
No

Rincian Biaya Proyek

Dana investasi yang bersumber dari

Total Biaya (Rp)

a. Kredit

25.000.000

b. Dana sendiri

18.774.000

Jumlah dana investasi

43.774.000

Dana modal kerja yang bersumber dari


a. Kredit

25.000.000

b. Dana sendiri

260.500.000

Jumlah dana modal kerja

285.500.000

Total dana proyek yang bersumber dari


a. Kredit

50.000.000

b. Dana sendiri

279.274.000

Jumlah dana proyek

329.274.000

Sumber: Hasil Sumulasi BI.

Dalam simulasi perhitungan, modal awal yang dibutuhkan adalah


Rp 47.900.000,- untuk biaya operasi selama 1 bulan. Biaya operasional
bulan berikutnya dapat dipenuhi dari penerimaan dari hasil penjualan
minggu atau bulan sebelumnya.

28

Sumber kredit adalah kredit komersial dari perbankan yang


ketentuannya berbeda untuk masing-masing bank. Berdasarkan survai
yang dilakukan, pinjaman berjangka 6 bulan yang diangsur per bulan
dengan suku bunga flat 18 persen per tahun. Dengan bunga flat maka
dalam satu bulan angsuran bunga yang harus dibayarkan adalah 1,5
persen. Berdasarkan hal tersebut pembiayaan angsuran pokok dan bunga
ditunjukkan pada Tabel 5.
Pada tahun 0 pengusaha meminjam sebesar 50 juta rupiah yang
terdiri dari modal investasi 25 juta rupiah dan modal kerja 25 juta rupiah
sehingga harus mengangsur keduanya pada tahun pertama. Di awal
tahun ke-2 hingga tahun ke-5, pengusaha meminjam kembali sebesar 25
juta rupiah tiap tahunnya berupa modal kerja dan membayar angsuran
modal kerja sebesar Rp 4.541.667,- per bulan selama 6 bulan dari total
pinjaman 25 juta rupiah.
Tabel 5. Angsuran Pokok dan Bunga Kredit
Tahun

Periode

Angsuran

Angsuran

Total

Bulan 1

8.333.333

750.000

9.083.333

Bulan 2

8.333.333

750.000

Bulan 3

8.333.333

Bulan 4

8.333.333

Bulan 5
Bulan 6

Tahun 0
Tahun 1

Saldo

Saldo

50.000.000

50.000.000

50.000.000

41.666.667

9.083.333

41.666.667

33.333.333

750.000

9.083.333

33.333.333

25.000.000

750.000

9.083.333

25.000.000

16.666.667

8.333.333

750.000

9.083.333

16.666.667

8.333.333

8.333.333

750.000

9.083.333

8.333.333

25.000.000

25.000.000

50.000.000

Tahun 1
Tahun 2

Kredit

25.000.000
Bulan 1

4.166.667

375.000

4.541.667

25.000.000

20.833.333

Bulan 2

4.166.667

375.000

4.541.667

20.833.333

16.666.667

Bulan 3

4.166.667

375.000

4.541.667

16.666.667

12.500.000

Bulan 4

4.166.667

375.000

4.541.667

12.500.000

8.333.333

Bulan 5

4.166.667

375.000

4.541.667

8.333.333

4.166.667

Bulan 6

4.166.667

375.000

4.541.667

4.166.667

Sumber: Hasil Sumulasi BI.

PROYEKSI LABA RUGI DAN BREAK EVEN POINT

29

Hasil proyeksi rugi laba menunjukkan bahwa pada tahun pertama


usaha ini sudah memperoleh laba sebesar Rp 151.805.677,- dengan profit
margin usaha penyulingan minyak daun cengkeh mencapai 28,92 persen
pada tahun pertama dan 33,33 persen pada tahun kedua hingga tahun
kelima atau sebesar Rp 174.968.177,-.
Hasil

perhitungan

juga

menunjukkan

bahwa

BEP rata-rata

berdasarkan total biaya adalah Rp 16.495/kg pada tahun pertama dan Rp


15.198/kg pada tahun kedua hingga tahun keempat, dengan BEP rata-rata
Rp 15.475,-. BEP produksi rata-rata dalam satu tahun adalah 3.429 kg.
Proyeksi laba rugi secara lengkap ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Proyeksi Laba Rugi Usaha Pengolahan Minyak Daun Cengkeh
No

Uraian

Tahun 1

Tahun 2-5

Jumlah

Pendapatan

525.000.000

525.000.000

2.625.000.000

Pengeluaran
285.500.000

285.500.000

1.427.500.000

b. Penyusutan

6.405.086

6.405.086

32.025.429

c. Angsuran pokok

50.000.000

25.000.000

150.000.000

d. Bunga bank

4.500.000

2.250.000

13.500.000

Jumlah

346.405.086

319.155.086

1.623.025.429

Laba sebelum pajak

178.594.914

205.844.914

1.001.974.571

e. Pajak 15%

26.789.237

30.876.737

150.296.186

Laba rugi

151.805.677

174.968.177

851.678.386

Profit margin %

28.92%

33.33%

32,44%

133.508.017

73.774.196

428.604.802

5.340

2.951

17.144

- Biaya operasional

13.595

13.595

67.976

- Total biaya

16.495

15.198

77.287

a. Biaya operasional

BEP (nilai penjualan)


BEP
minyak)
BEP
berdasarkan

(produksi
Rp/kg

Sumber: Hasil Sumulasi BI.

ASPEK SOSIAL EKONOMI


Usaha penyulingan minyak daun cengkeh merupakan merupakan
komoditi yang dapat diunggulkan di pasar internasional. Meskipun

30

kontribusinya relatif rendah dibandingkan komoditi yang lain, namun


setidaknya ekspor minyak daun cengkeh ini telah memberikan pemasukan
devisa di atas satu juta dolar per tahun sejak tahun 1988. Rendahnya nilai
ekspor ini disebabkan karena rendahnya hasil produksi yang sangat
dipengaruhi oleh musim. Dari sisi permintaan, permintaan minyak daun
cengkeh masih tinggi sehingga peluang untuk mengembangkan dan
membuka usaha penyulingan minyak daun cengkeh di daerah lain di
Indonesia masih memiliki potensi pasar yang terbuka luas.
Dari aspek ketenagakerjaan, usaha penyulingan minyak daun
cengkeh ini tidak menyerap jumlah tenaga kerja yang banyak. Tetapi
memiliki pengaruh ke belakang (backward effect) setidaknya pada usaha
pembuatan peralatan dan petani cengkeh yang menjadi pemasok bahan
baku. Usaha ini pun memiliki nilai tambah yang tinggi.
Penyerapan tenaga kerja dari usaha ini dapat dirasakan oleh
masyarakat sekitar di pedesaan yang umumnya petani dan memiliki
dampak langsung terhadap peningkatan pendapatan dan ekonomi
mereka. Dengan berkurangnya pengangguran secara langsung akan
berdampak pada kondisi sosial masyarakat seperti penurunan tingkat
kriminalitas.

31

Seorang pekerja menyaring minyak cengkeh hasil penyulingan


di sebuah tempat
Sumber: www.antarajateng.com/dtlfoto/ind...d%3D2933

ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN


Usaha pengolahan minyak daun cengkeh menghasilkan limbah cair
yang tidak berbahaya dan dapat ditoleransi lingkungan. Limbah cair
tersebut adalah air sisa penyulingan. Jika proses pemisahan air dan
minyak daun cengkeh berlangsung dengan sempurna, maka air yang
tersisa tidak berdampak buruk pada lingkungan. Limbah padat yang lain
adalah abu daun kering sisa pembakaran yang dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk. Secara umum, usaha penyulingan minyak daun cengkeh
ini termasuk usaha yang ramah lingkungan.
Perkembangan Konsumsi, Impor, Ekspor dan Harga
Cengkeh yang dihasilkan Indonesia hampir seluruhnya untuk
industri rokok di dalam negeri. Menurut data GAPPRI (2005) penggunaan
cengkeh tahun 2000 - 2004 berkisar antara 85 ribu sampai 96 ribu ton,
dengan rata-rata 92.133 ton/tahun. Trend kebutuhan (konsumsi) cengkeh
untuk rokok kretek 1983-2004 meningkat sebesar 1,90%.

32

Lebih jauh, data BPS menunjukkan bahwa pada kurun waktu 1998
- 2004 harga cengkeh berfluktuasi sangat tajam, mencapai Rp. 123.460,pada saat panen kecil (tahun1999) dan anjlok menjadi Rp. 12.500,- pada
saat panen besar (tahun 2003). Berdasarkan biaya produksi, harga yang
layak menurut petani adalah Rp. 30.000,- Rp. 40.000,-/kg cengkeh kering.
Dengan tingkat harga tersebut petani memperoleh 1/3 bagian keuntungan
dari usahataninya, biaya panen mencapai Rp. 10.000,-/kg cengkeh kering
dan biaya pemeliharaan hampir setara dengan biaya panen.
Harga minyak cengkeh di pasar dunia sangat ditentukan oleh harga
bunga cengkeh di dalam negeri. Pada saat harga bunga cengkeh rendah
yaitu tahun 2000 dan 2003, harga minyak cengkeh di pasaran dunia turun
drastis (Tabel 2).
Ekspor dan impor cengkeh selalu berfluktuasi setiap tahunnya.
Pada saat panen besar di dalam negeri, ekspor cengkeh meningkat
seperti yang terjadi pada tahun 1998 dan 2003. Sebaliknya pada saat
panen kecil impor cengkeh meningkat seperti yang terjadi pada tahun
1999-2001.

Diduga

cengkeh

impor

tersebut

merupakan

cengkeh

Indonesia yang di ekspor pada saat panen besar, karena selain Indonesia
hanya sedikit produksi dan penggunaan bunga cengkeh oleh negara lain.
Infrastruktur dan Kelembagaan
Hampir

semua

daerah

sentra

produksi

cengkeh

kondisi

infrastrukturnya kurang memadai, sehingga biaya usahatani menjadi tinggi


dan harga jual menjadi kurang bersaing. Sebagai contoh, daerah sentra
produksi cengkeh di Kep. Maluku dan Toli-toli yang hanya memiliki satu
alternatif

transportasi,

yaitu

transportasi

air.

Kondisi

tersebut

mengakibatkan kelembagaan penunjang cenderung menekan petani,


seperti

kelembagaan

pemasaran

yang

cenderung

monopsoni,

kelembagaan keuangan didominasi sistim ijon yang cenderung merugikan


petani. Meskipun telah terdapat Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia

33

(APCI), akses petani terhadap informasi teknologi dan pasar belum


berjalan dengan baik.
Kebijakan yang ditempuh saat ini masih bersifat umum, tidak
khusus untuk cengkeh saja. Sebagai contoh, kebijakan pemberian kredit
KKPA

berlaku

untuk

semua

komoditas

perkebunan,

kebijakan

pengembangan infrastruktur bersamaan dengan pengembangan wilayah,


dan kebijakan pengembangan kelembagaan juga bersifat umum seperti
pengembangan

kelompok

tani

dan

lembaga

penyuluhan

lainnya.

Kebijakan yang bersifat spesifik hanya kebijakan untuk penelitian dan


pengembangan yang dilaksanakan secara khusus oleh Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat. Akan tetapi sejak tahun 1990, yaitu saat
swasembada cengkeh, dana untuk melakukan penelitian cengkeh tidak
pernah ada.
III. PROSPEK, POTENSI DAN ARAH PENGEMBANGAN
Usaha Pertanian Primer
Saat ini Indonesia merupakan negara produsen, sekaligus
konsumen cengkeh terbesar di dunia. Dua negara lain yang cukup
potensial sebagai penghasil cengkeh adalah Madagaskar dan Zanzibar
(Tanzania) yang total produksinya sekitar 20.000 - 27.000 ton/tahun.
Disamping itu ada 6 negara sebagai produsen kecil yaitu Comoros,
Srilanka, Malaysia, China, Grenada, Kenya dan Togo dengan total
produksi sekitar 5.000 - 7.000 ton/tahun.
Konsumsi cengkeh untuk bahan baku rokok kretek umumnya selalu
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1983 kebutuhan pabrik rokok
kretek sebanyak 57.714 ton, dan rata-rata empat tahun terakhir ini
menjadi 92.133 ton cengkeh. Hasil penelitian Balittro dan Sampoerna
untuk 4 tahun mendatang (2005 - 2009), produksi cengkeh nasional akan
terus menurun. Selain tahun 2006, produksi cengkeh nasional selalu
berada di bawah kebutuhan pabrik rokok kretek. Prakiraan hasil tersebut

34

selaras dengan prakiraan iklim terutama curah hujan yang didasarkan


pada fenomena regional hasil kajian Badan Meteorologi dan Geofisika
untuk tahun 2006-2009. Curah hujan sangat berpengaruh terhadap
produksi cengkeh.
Apabila tidak ada intervensi, kecenderungan ini akan berlanjut terus
hingga

setelah

tahun

2009

sampai

terjadi

Kecenderungan produksi cengkeh yang

keseimbangan

baru.

terus menurun ini akan

mengurangi stok cengkeh di pabrikan. Dengan asumsi stok cengkeh


BPPC pada tahun 2000 hanya berkisar 100.000 ton, sedang stok di pabrik
berkisar antara 80.000 - 120.000 ton, maka diprakirakan mulai tahun 2007
atau paling lambat 2008 akan terjadi pengurangan stok cengkeh yang
cukup besar, dan pada tahun 2009 hanya akan mampu memenuhi 50
persen dari kebutuhan pabrik rokok kretek.
Kondisi tersebut tentunya akan mengancam kelangsungan pabrik
rokok kretek sekaligus akan mengancam kelangsungan penyediaan
lapangan kerja. Untuk menjaga keseimbangan produksi dan konsumsi
cengkeh maka perlu dilakukan intensifikasi, rehabilitasi, dan peremajaan
tanaman cengkeh pada areal yang telah ditetapkan untuk PRK pada
Keppres RI No. 20 tahuan 1992 serta dipilih hanya pada lokasi yang
termasuk kriteria sangat sesuai (Tabel 3). Estimasi luas total tanaman
menghasilkan (TM) pada tahun 2005, adalah 213.182 ha, dengan ratarata populasi tanaman per hektar sebanyak 136 pohon.

35

Gambar 2. Neraca cengkeh nasional


Luas optimal yang dapat mendukung pasokan untuk pabrik rokok
kretek berkisar antara 220.000 - 230.000 ha, dengan populasi 200
tanaman/ha (jarak tanam 7 m x 7 m).
Tabel 3. Kriteria tingkat kesesuaian iklim untuk pengembangan tanaman cengkeh
Simbo
l

Curah Hujan
(mm/tahun)

BK*

Elevasi

Hari
hujan/tahun

Kendala

Tingkat Kesesuaian

C1

1500 2500

d2

< 700

90-135

Tidak ada

Sangat sesuai

C2

2500 3500

d2

d 700

120 175

Tidak ada

Sesuai

C3

1500 3500

d 700

90 175

3500 4000

d 700

150 190

C5.1

> 700 -

Kekeringan
periodik
Radiasi
surya agak
rendah
Suhu rendah

Agak s esuai

C4

3
4
0

C5.2
C5.3

< 15 00
< 40 00

Kekeringan
Radiasi
surya rendah

C5.4

>4

Kekeringan

Keterangan : -: BK* : bulan kering ( 80 mm/bulan)


Sumber : Wahid P., Irsal Las dan Ida Dwiwarni. 1985.

Kurang sesuai
Tidak
direkomendasikan
Tidak s esuai
Tidak sesuai
Tidak sesuai

36

Usaha Agribisnis Hulu


Jumlah tanaman menghasilkan dan populasinya per hektar saat ini
pada masing-masing propinsi penghasil cengkeh untuk rokok kretek
(PRK) disajikan pada Tabel 4. Total areal intensifikasi dan rehabilitasi
adalah 70.000 ha, sedang peremajaan 35.000 ha. Bibit yang diperlukan
untuk kedua program tersebut sebanyak 14.280.000 bibit.
Tabel 4. Areal tanaman menghasilkan (TM), rata-rata populasi/ha dan kebutuhan
bibit cengkeh di beberapa propinsi sentra produksi cengkeh
Propinsi

Areal TM (ha) tahun


2005*)

Populasi TM
(ph/ha) tahun
2005*)

NAD
15.473**)
Lampung
3.121**)
Jabar dan Banten
15.370
Jateng
15.171
Jatim
17.880
Bali
15.799
Sulsel
32.508
Sulut & Gorontalo
33.249
Sulteng
31.407
Maluku
13.491
Total areal PRK
174.875
Propinsi lain
38.307
Indonesia
213.182
Sumber : *) Balittro dan PT. Sampoerna, 2005. (Diolah)
**) Ditjenbun, 2003

168
77
174
163
76
66
81
257
126
105

Malingping: Kebun Cengkeh


Sumber: flickr.com/photos/galih/2714092926/

Kebutuhan
bibit
total(x1000)
1.225
585
1.510
1.050
1.765
885
3.400
285
2.025
1.550
14 280

37

Perkebunan Cengkeh Di Wonosalam, Kabupaten Jombang Jawa Timur


Sumber: ual-beli-cengkeh.blogspot.com/

KEBUN BIBIT CENGKEH

Kebun bibit cengkeh varites unggul jenis sanzibar dengan tinggi 50 cm


Sumber: ud-afraagro.indonetwork.co.id/15...ohon.htm

Untuk menghasilkan bibit cengkeh yang bermutu, bahan tanaman


perlu dipersiapkan dengan baik sejak dini, mulai dari pemilihan
pohon induk, benih, persemaian sampai pembibitan.

38

1. Tipe dan Persyaratan Pohon Induk


a. Tipe pohon induk
Tipe cengkeh yang banyak dibudidayakan di Indonesia antara lain
Zanzibar, Sikotok dan Siputih. Namun, yang banyak disukai oleh
masyarakat adalah jenis Zanzibar karena produktivitasnya lebih
tinggi. Ciri-ciri ketiga tipe cengkeh tersebut sebagai berikut :
Zanzibar :

Gambar 1.

Pohon induk tipe Zanzibar.

1) Produksi tinggi.
2) Bunga berwarna agak merah dengan jumlah per tandan >15
bunga.
3) Daun pucuk berwarna merah muda, tangkai daun dan cabang
berwarna hijau tua dengan permukaan yang mengkilat.
4) Tajuk rimbun, percabangan tidak membentuk sudut sehingga daundaun banyak yang terletak dekat permukaan tanah.

39

Sikotok :

Gambar 2.

Pohon induk tipe Sikotok

1) Produksi cukup tinggi.


2) Bunga berwarna kuning dengan jumlah pertandan >15 bunga.
3) Daun pucuk berwarna merah muda, tangkai daun dan cabang
berwarna merah.
4) Daun tua berwarna hijau dengan permukaan mengkilat.
5) Tajuk Perawakan rimbun, percabangan membentuk sudut dan
berdaun lebat.
6) Kebanyakan berbentuk piramid setelah dewasa.
Siputih :

Gambar 3.

Pohon induk tipe Siputih.

40

1) Bunga berwarna kuning berukuran besar dengan jumlah pertandan


<15 bunga.
2) Daun pucuk atau daun muda berwarna kuning sampai hijau
muda, tangkai dan tulang daun muda berwarna kuning kehijauan,
daun tua berwarna hijau.
3) Helaian daun besar dan tidak mengkilat.
4) Tajuk tidak rindang.

b. Persyaratan Pohon Induk


Pada umumnya cengkeh dikembangkan secara generatif
melalui biji yang diperoleh dari pohon induk yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1) Sehat.
2) Berumur > 15 tahun.
3) Bentuk mahkota bagus (penu-tupan tajuk >80%).
4) Hasil rata-rata terus naik.
5) Jauh dari tipe cengkeh lainnya.
6) Tidak terlindungi.
7) Percabangan cukup banyak.
8) Batang utama tunggal.
9) Bebas hama penyakit.
2. Persiapan Benih
Benih yang digunakan memiliki kriteria :
1) Benih masak fisologis (warna kuning muda sampai ungu
kehitaman) atau telah berumur 9 bulan.
2) Berat 0.85 1.1 g.
3) Tidak cacat.

41

4) Tidak berlendir.
5) Harus tumbuh dalam waktu 3 minggu setelah semai.
6) Tidak benjol-benjol (yang menandakan benih terinfeksi
penyakit cacar daun cengkeh).
Sebelum disemai kulit buah dikupas untuk menghindari terjadinya
fermentasi yang dapat merusak viabilitas (daya kecambah) benih.
Pengupasan kulit buah dilakukan dengan hati-hati agar kulit benih
tidak terluka.
Pengupasan dilakukan dengan tangan atau pisau yang tidak terlalu
tajam. Setelah pengupasan, benih direndam dalam ember berisi air
selama 24 jam, dan dilanjutkan dengan pencucian. Selama
pencucian benih diaduk dan digosok dalam air, dengan mengganti
air cucian 2-3 kali untuk menghilangkan lendir yang menempel
pada kulit benih.
3. Persemaian
1) Persemaian dilakukan untuk menciptakan suatu kondisi yang
paling baik agar benih dapat berkecambah dengan baik
serta

bersih

dari

hama

dan

penyakit.

Persemaian

memerlukan media tanam yang gembur untuk pertumbuhan


benih selama 2 bulan.
2) Disiapkan bedengan dengan ukuran lebar 1,2 m dan
panjang disesuaikan dengan kebutuhan serta keadaan
tempat, melintang utara selatan. Jarak antar bedengan 30

50

cm.

Setiap

bedengan

dibatasi

oleh

saluran

pembuangan air (dalam 20 cm dan lebar 30 cm) untuk


menghindari genangan dan memudahkan penanaman serta
pemeliharaan.

42

3) Biji-biji ditanam dengan jarak 5 X 3 cm dengan ujung teratas


benih tepat dipermukaan tanah, tidak boleh terbalik dan 2
atau 3 minggu kemudian biji akan mulai berkecambah.
4) Untuk mengurangi intensitas cahaya matahari dan siraman
air hujan, bedengan diberi atap yang terbuat dari anyaman
bambu, daun kelapa, jerami, alang-alang atau paranet yang
dapat menahan intensitas matahari sebesar 75 %. Atap
sebaiknya

dibuat

dengan

ukuran

yang

lebih

tinggi

menghadap ke timur.
5) Tanah bedengan dicangkul dan digemburkan sedalam 20-30
cm, apabila kandungan liatnya terlalu tinggi dapat dilapisi
pasir setebal 3-5 cm.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menyemai benih
dan pemindahan bibit cengkeh adalah :
1) Sebelum penanaman dibuat lubang kecil berdiameter 0.81.0 cm, dengan jarak semai 5 x 5 cm.
2) Benih disemai dengan posisi bagian yang agak meruncing
berada di atas kemudian ditutup tanah dengan ketebalan 1
cm.

Posisi

pertumbuhan

benih

yang

kecambah

terbalik

akan

menyebabkan

terhambat

dan

akar

menjadi

bengkok.
3) Untuk menjaga kelembaban yang tinggi pesemaian disiram 2
kali sehari (tergantung kondisi cuaca). Penyiraman tidak boleh
langsung agar tidak merubah posisi biji. Untuk menahan
percikan air siraman pesemaian ditutup dengan karung goni.
4) Bila setelah 3 minggu benih masih tidak tumbuh, sebaiknya
dibuang.

43

Penanaman Bibit
Pemindahan bibit dari persemaian ke pembibitan dapat dilakukan
setelah bibit berumur 1-2 bulan atau telah berdaun 4 - 7 helai.
Bibit yang dipilih mempunyai daun berwarna hijau sampai hijau tua
mengkilap.
Pada permukaan daun tidak terdapat bercak daun serangan
Cylindrocladium dan Gloesporium. Selain itu juga tidak ada gejala
serangan penyakit cacar daun yang disebabkan oleh cendawan
Phyllostica sp. Pada waktu pemindahan bibit diusahakan akar tidak
rusak/putus, dan tanah/pasir yang melekat di permukaan akar
jangan sampai rontok. Penanaman bibit di pembibitan

dapat

dilakukan dengan 2 cara, yaitu :


1) Langsung di bedengan
2) Cara penyiapan lahannya sama dengan persemaian namun
diberi pupuk kandang sebanyak 20 kg/m 2.
3) Bedengan diberi atap yang dapat menahan 50 % cahaya
matahari yang masuk, dengan tinggi naungan

sebelah

timur 2 m dan di barat 1.5 m.


4) Jarak tanam 20 x 20 cm (apabila bibit akan dipindah ke
kebun pada umur 1 tahun), dan 40 x 40 cm (apabila bibit
akan dipindah ke kebun setelah berumur 2 tahun).
5) Bibit dipindahkan ke kebun dengan cara diputar.
6) Sebelum

pemutaran,

tanah

pada

bedengan

disiram

secukupnya.
b. Menggunakan polybag
1) Disiapkan media tanam berupa campuran tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 2 : 1, ukuran polybag 15 x 20
cm (bibit sampai umur 1 tahun) atau 20 x 25 cm (bibit

44

sampai umur 2 tahun), selanjutnya ditempatkan secara


teratur di pembibitan dengan jarak 30 x 30 cm atau 30 x 40
cm.
2) Pembibitan diberi naungan berupa tanaman hidup atau
naungan buatan seperti pada persemaian.
3) Setelah bibit berumur 1-2 tahun dapat dipindah ke kebun.
5. Pemeliharaan bibit
Pemeliharaan yang perlu dilakukan di pembibitan antara lain :
1) Penyiraman, dilakukan seperlunya dan diiusahakan agar
tidak terlalu basah.
2) Menggemburkan
Penggemburan

tanah
dilakukan

di

sekitar

secara

batang

hati-hati

tanaman.
agar

tidak

merusak perakaran.
3) Menjaga agar saluran pembuangan air disekitar pesemaian
tetap baik (air tidak sampai menggenang).
4) Kerapatan naungan sebaiknya dikurangi secara bertahap
menurut kebutuhan dan perkembangan umur bibit (50%
pada umur 6 bulan dan 40% pada umur 10 bulan), untuk
mencegah timbulnya penyakit (jelaga, bercak daun kuning
kecoklatan, bercak daun merah coklat) dan memperkokoh
pertumbuhan bibit.
5) Gulma yang tumbuh di pembibitan disiang bersih.
6) Pemupukan diberikan setelah bibit berumur 34 bulan
menggunakan pupuk NPK (15:15:15) dengan dosis 1 g/bibit
dan pemupukan berikutnya 4 bulan sekali dengan dosis 2
g/bibit. Dapat juga ditambah dengan menyemprotkan pupuk
daun dengan dosis 6-8 g/liter air setiap 2 minggu sekali.
7) Pengendalian hama atau penyakit dilakukan apabila ada
serangan.

45

6. Seleksi bibit
Untuk mendapatkan tanaman yang sehat bibit perlu diseleksi.
Beberapa kriteria yang digunakan untuk seleksi bibit cengkeh
adalah :
1) Tinggi bibit minimal 60 cm (umur 1 tahun) dan 90 cm (umur 2
tahun).
2) Sehat (tidak terserang hama penyakit dan kekurangan hara).
3) Mempunyai akar tunggang yang lurus dan sehat dengan
panjang 45 cm serta akar cabang 30-35 buah.
4) Mempunyai batang tunggal.
5) Jumlah rata-rata percabangan 7 pasang, jumlah daun 63
pasang dan warna daun dewasa hijau tua .

BIBIT CENGKEH
Sumber: www.alibaba.com/product/id107197...KEH.html

46

PANEN BUNGA DAN BUAH CENGKEH

Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian yang tinggi nilai


ekonominya
Sumber: tipspetani.blogspot.com/2010/03/...keh.html

PANEN . Cengkih dapat mulai dipanen mulai umur tanaman


4,5 - 6,5 tahun, untuk memperoleh mutu yang baik bunga
cengkih dipetik saat matang petik, yaitu saat kepala bunga
kelihatan sudah penuh tetapi belum membuka. Matang petik
setiap tanaman umumnya tidak serempak dan pemetikan
dapat diulangi setiap 10-14 hari selama 3-4 bulan. Bunga
cengkih dipetik per tandan tepat diatas buku daun terakhir.
Bunga

yang

telah

dipetik

lalu

dimasukkan

ke

dalam

keranjang/karung kecil dan dibawa ke tempat pengolahan.


Usaha Agribisnis Hilir
Kegunaan produk tanaman cengkeh selain untuk rokok kretek,
belum banyak dimanfaatkan. Salah satu produk cengkeh yang banyak
digunakan dalam industri adalah minyak cengkeh. Bahan baku minyak
cengkeh dapat berasal dari bunga cengkeh, gagang/tangkai dan daun.

47

Pada saat harga bunga cengkeh tinggi, bunga cengkeh yang


digunakan sebaiknya bunga cengkeh dengan mutu rendah (hasil sortiran).
Penggunaan bunga cengkeh sebagai rempah dalam industri makanan,
umumnya dipakai dalam bentuk tepung untuk bumbu masakan di samping
penggunaan minyak atsiri atau oleoresin cengkeh.
Bunga cengkeh dalam bentuk tepung mempunyai kelebihan
dibandingkan minyak dan oleoresin karena bersifat lebih stabil dalam
penyimpanan dan tahan terhadap suhu tinggi misalnya dalam proses
pembuatan makanan yang dimasak dengan suhu tinggi (dioven).
Penggunaan oleoresin dalam campuran makanan dapat menekan
terjadinya kontaminasi bakteri. Seringkali pemakaian dalam bentuk
oleoresin lebih disukai karena mengandung minyak esential yang bersifat
volatile dan juga material resin yang non volatile, sehingga menghasilkan
rasa asli dari cengkeh.

Gambar 3. Pohon industri cengkeh


Minyak daun cengkeh Indonesia sudah dikenal di pasar dunia sejak
tahun 1970, sedangkan minyak tangkai dan bunga cengkeh mulai tahun
1992 masuk pasaran dunia. Sebagai bahan obat, cengkeh telah lama
digunakan terutama untuk kesehatan gigi yaitu eugenol murni sebagai

48

obat gigi disamping itu dapat dipakai sebagai bahan baku obat kumur, dan
industri pasta gigi. Dalam hal ini digunakan minyak cengkeh karena
mengandung eugenol yang bersifat antiseptik.
Hasil penelitian Balittro menunjukkan bahwa, minyak cengkeh juga
dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan balsam. Balsam cengkeh
dapat menghilangkan rasa sakit, terutama rheumatik. Di samping itu dapat
dimanfaatkan sebagi bahan baku obat kumur dan permen.
Seiring dengan berkembangnya pertanian organik, penggunaan
cengkeh untuk pestisida nabati cukup prospektif. Hasil penelitian Balittro,
eugenol

yang

terdapat

dalam

minyak

cengkeh

ternyata

dapat

mengendalikan beberapa jamur patogen pada tanaman diantaranya


Fusarium oxysporum sebagai penyebab penyakit busuk batang pada
tanaman panili dan jamur tular tanah lainnya yang umum menjadi kendala
produksi pada tanaman sayuran, hortikultura dan perkebunan. Proses
dimetilasi dari eugenol akan menghasilkan metil eugenol yang merupakan
insektisida nabati (atractan) hama buah yang umum menyerang buahbuahan dan hortikultura.
Sampai saat ini kebutuhan eugenol murni sebagai bahan baku obat
gigi, diimport dari luar negeri. Teknologi pemurnian eugenol dari minyak
sudah diperoleh Balittro. Proses lebih lanjut dari eugenol dapat
menghasilkan isoeugenol, eugenol asetat dan vanilin yang merupakan
bahan baku industri flavor, fragance dan sebagainya.
Sisa/limbah penyulingan cengkeh dapat dibuat sebagai pupuk
kompos. Kajian berdasarkan data statistik Pertanian tahun 2002 mengenai
luas serangan organisme pengganggu (OPT), tercatat seluas 12.455 ha.
Dengan asumsi 10 persen dari luasan tersebut berpeluang dikendalikan
dengan fungisida nabati cengkeh, dengan dosis 1 l/ha dengan interval 2
minggu sekali selama musim hujan. Sedang insektisida nabati digunakan
50 ml/ha dengan interval 2 minggu sekali selama musim buah, maka
besarnya peluang pasar fungisida nabati adalah sebanyak 3.027.543 liter

49

(Tabel 5). Keadaan itu merupakan suatu jumlah yang cukup besar sebagai
penyeimbang industri rokok dalam hal permintaan terhadap cengkeh.
Tabel 5. Peluang pasar pestisida nabati dengan bahan aktif cengkeh
Jenis tanaman

Luas (000 ha)

Sayuran
Buah buahan
Perkebunan

794
483
11.178

Luas serangan
OPT (000 ha)*)
159
97
2.236

Pemakaian
Pestisida (liter)+)
203.181
134.972
2.689.390

Sumber luasan*: Departemen Pertanian, 2002.


Asumsi : +) 10 persen dari luas serangan OPT

IV. TUJUAN DAN SASARAN


Tujuan yang ingin dicapai adalah menjaga keseimbangan pasokan
dan permintaan cengkeh nasional untuk meningkatkan pendapatan serta
posisi tawar petani cengkeh melalui kegiatan onfarm, agribisnis hulu, dan
diversifikasi hasil cengkeh.
1. Kegiatan on farm berupa intensifikasi, rehabilitasi, replanting
serta peremajaan tanaman.
2. Usaha agribrisnis hulu adalah penyediaan bibit, pembangunan
infrastruktur,

dukungan

teknologi

dan

pengembangan

kelembagaan.
3. Usaha agribisnis hilir yaitu membangun agroindustri produk
sekunder cengkeh.
Sasaran yang ingin dicapai adalah :
1. Intensifikasi dan rehabilitasi dilakukan pada lokasi sentra
penghasil cengkeh di daerah yang sangat sesuai dengan total
luasannya.

Penggantian

tanaman

tua/rusak

(replanting)

dilakukan di daerah-daerah penghasil cengkeh.


2. Penyediaan bibit cengkeh berupa usaha pembibitan yang
tersebar di sentra penghasil bibit cengkeh. Pembangunan

50

infrastruktur berupa pembangunan jalan di daerah-daerah.


Agroindustri produk cengkeh yang terdiri minyak cengkeh;
agroindustri

eugenol;

agroindustri

balsam

cengkeh;

dan

agroindustri fungisida nabati.


3. Menciptakan hubungan kemitraan yang adil dan harmonis
antara petani dan industri rokok/pedagang agen pabrik rokok
agar tercapai kesepakatan harga yang menguntung-kan semua
pihak.
AGROINDUSTRI CENGKEH
Cengkeh merupakan salah satu komoditas sub-sektor perkebunan
yang sebagian besar diusahakan oleh perkebunan rakyat. Hasil utama
tanaman cengkeh adalah bunganya yang dipanen pada saat kelopak
bunga belum mekar. Bunga cengkeh kering merupakan salah satu bahan
baku utama untuk rokok kretek yang merupakan rokok khas Indonesia.
Pada awal tahun 1990, total areal cengkeh mencapai sekitar 700.000 ha
dengan produksi 120.000 ton per tahun.
Produksi tersebut sudah melampaui kebutuhan cengkeh dalam
negeri yang waktu itu sekitar 100.000 ton per tahun, sehingga terjadi
kelebihan pasokan. Produksi cengkeh Indonesia sejak tahun 1996
mengalami penurunan sebagai dampak dari ketidak pastian harga yang
menyebabkan petani enggan memelihara tanamannya.
Berdasarkan data produksi cengkeh, khususnya tahun 2004 dan
2005 terjadi defisit pasokan, karena kebutuhan industri rokok kretek ratarata 92.133 ton per tahun. Diperkirakan lima tahun mendatang, produksi
cengkeh habis terserap untuk kebutuhan pabrik rokok.
Produksi bunga cengkeh Indonesia sebagian besar (80 - 90%)
diserap oleh industri rokok kretek, sisanya untuk industri rempahrempah
lokal dan diekspor. Peranan industri rokok kretek dalam perekonomian
nasional sangat nyata, antara lain menyumbang sekitar Rp. 23,2 trilyun ke

51

kas Negara sebagai bea cukai rokok. Tenaga kerja yang terkait, baik
langsung maupun tidak langsung dengan industri rokok kretek yaitu di
sektor pertanian, industri dan perdagangan serta sektor informal,
mencapai sekitar 6 juta tenaga kerja.
Potensi tanaman cengkeh yang belum dimanfaatkan secara
optimal adalah daun cengkeh (daun gugur) dan tangkai bunga. Produk
olahan yang dapat dihasilkan dari bunga, daun dan tangkai bunga
(gagang) adalah (1) minyak cengkeh, (2) eugenol yang diisolasi dari
minyak cengkeh dan (3) senyawa derivat dari eugenol.
Produksi minyak cengkeh terutama menggunakan bahan baku
daun gugur yang harganya murah, telah lama dilakukan oleh pengusaha
Indonesia. Skala usahanya umumnya skala Usaha Kecil Menengah
(UKM) yang lokasi produksinya di sentra tanaman cengkeh terutama di
Jawa dan Sulawesi Utara. Pasokan minyak cengkeh Indonesia ke pasar
dunia sekitar 60% kebutuhan dunia. Pada tahun 2000, dari 2.080 ton
minyak cengkeh yang dipasarkan dunia, Indonesia memasok 1.317 ton.
1. Prospek pengembangan agroindustri cengkeh
Potensi

dan

prospek

pengembangan

agroindustri

cengkeh

mengacu pada pohon industri cengkeh. Saat ini Indonesia merupakan


negara produsen, sekaligus konsumen cengkeh terbesar di dunia. Dua
negara lain yang cukup potensial sebagai penghasil cengkeh adalah
Madagaskar dan Zanzibar (Tanzania) yang total produksinya sekitar
15.000 ton/tahun. Usaha agribisnis hilir yang dapat dilakukan dalam 5
tahun ke depan (2005-2010) meliputi:
1) Peningkatan mutu bunga cengkeh kering melalui perbaikan
penanganan pascapanen (perontokan, sortasi basah untuk
memisahkan

bunga

dan

tangkai

bunga

dan

kotoran,

pengeringan bunga dan tangkai bunga, pengemasan dan


penyimpanan).

52

2) Peningkatan produksi dan mutu tepung bunga cengkeh sebagai


rempah bumbu untuk konsumsi rumah tangga dan industri
makanan.
3) Peningkatan produksi dan mutu minyak daun cengkeh (dan
gagang/tangkai

bunga),

melalui

perbaikan

teknologi

penyulingan (destilasi) minyak.


4) Diversifikasi produk minyak daun cengkeh melalui peningkatan
produksi dan mutu eugenol, dengan perbaikan teknologi isolasi
eugenol.
5) Diversifikasi produk minyak daun cengkeh melalui peningkatan
produksi dan mutu pestisida nabati (fungisida dan insektisida).
Penggunaan bunga cengkeh sebagai rempah dalam industri
makanan, umumnya dipakai dalam bentuk tepung untuk bumbu
masak selain penggunaannya dalam bentuk oleoresin cengkeh
(fluida padat seperti pasta dengan rasa dan aroma cengkeh).
Penggunaan

oleoresin

dalam

campuran/formulasi

industri

makanan mempunyai kelebihan antara lain flavor lebih seragam,


menekan terjadinya kontaminasi bakteri, aroma dan rasa asli
cengkeh lebih terjaga.
Kelebihan lainnya adalah rasio penggunaannya dengan makanan
yang akan diolah lebih kecil dibanding cengkeh untuk menghasilkan rasa
dan aroma yang sama, tahan disimpan dan mudah aplikasinya di industri
makanan.
Minyak daun cengkeh Indonesia sudah dikenal di pasar dunia sejak
tahun 1970, sedangkan minyak tangkai/gagang cengkeh mulai tahun 1992
memasuki pasaran dunia. Sebagai bahan obat, cengkeh telah lama
digunakan terutama untuk kesehatan gigi dalam bentuk produk obat
kumur, pasta dan bahan penambal gigi. Produk kesehatan lainnya adalah

53

balsam cengkeh yang menggunakan minyak cengkeh sebagai komponen


formulanya.
Eugenol yang terdapat dalam minyak cengkeh merupakan bahan
baku yang banyak dipakai dalam industri kesehatan gigi (obat kumur,
pasta dan formulasi bahan penambal gigi). Di Indonesia sudah ada
beberapa perusahaan yang memproduksi eugenol murni yang berlokasi di
Cileungsi (Jawa Barat), Purwokerto (Jawa Tengah) dan Gresik (Jawa
Timur). Sebagian produksinya diserap pasar dalam negeri, sebagian
diekspor. Sebagian kebutuhan industri dalam negeri masih harus dicukupi
dari produk impor.
2. Teknologi pascapanen cengkeh
Teknologi penyulingan (destilasi) minyak daun cengkeh dan
peralatannya relatif mudah diakses dan dioperasionalkan oleh industri
UKM. Teknologi yang disarankan adalah penyulingan dikukus (water and
steam

distillation)

sistem

kohobasi

dengan

ketel

dan

pendingin

(kondensor) dibuat dari plat besi tahan karat (SS) agar minyak hasil
destilasi memenuhi syarat mutu. Sumber energi pemanasan dapat berupa
tungku berbahan bakar kayu atau minyak tanah dan batubara.

54

Sumber: ferry-atsiri.blogspot.com/2007/0...den.html

Usaha penyulingan minyak cengkeh dan nilam milik Si Azis


dan Deden di Kec. Sagaleharang Kab. Subang - Jabar. Dua
orang mantan mahasiswa yang akhirnya dapat mewujudkan
impiannya untuk membangun sebuah unit penyulingan minyak
atsiri. Sejak awal mereka sering mendiskusikan tentang bisnis
minyak atsiri dan romantikanya, baik di kampus maupun di
tempat kost-nya. Banyak sudah pengalaman di bidang atsiri
yang

telah

mereka

jalani

sebagai

bekal

untuk

mengembangkan bisnis ini menjadi besar di masa yang


datang. Mulai dari keliling dari desa ke desa, menyewa
penyulingan orang lain, ditipu oleh bandar/tengkulak minyak
atsiri, menyuling aneka jenis minyak atsiri sebagai percobaan,
berlarian ke sana ke mari mencari investor, tinggal di desadesa untuk belajar atsiri, percobaan menanam nilam dengan
lahan sewaan, training gratis minyak atsiri selama 10 hari di
Surabaya, peserta konferensi nasional minyak atsiri di Solo,
bergerak

dari

bengkel

ke

bengkel,

dll.

Sebuah

nilai

55

petualangan yang semoga saja berguna di masa-masa


mendatang.
Di tingkat petani dan pengolah, teknologi destilasi masih banyak
menggunakan ketel dan peralatan yang sederhana dan kurang efisien
sehingga rendemen minyaknya rendah (1,5 - 2,0%), mutu minyak juga
rendah (minyak berwarna hitam dan kotor). Rendemen minyak cengkeh
yang dihasilkan dengan teknologi yang direkomendasikan sekitar 2,5 3,0%, minyak berwarna kuning muda dan jernih sehingga tidak
memerlukan proses pemurnian lagi.
Minyak daun cengkeh merupakan bahan baku dalam industri
farmasi dan fragrance karena mengandung eugenol sebagai komponen
utamanya (70 - 80%). Di industri farmasi digunakan sebagai bahan dasar
berbagai jenis obat/produk untuk perawatan dan pengobatan sakit gigi
karena daya antibiotiknya. Proses produksi eugenol dilakukan melalui
proses isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh. Proses ini dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu metode fisik dan metode kimia.
Pada metode fisik, dilakukan proses destilasi fraksinasi dari minyak
daun cengkeh. Berdasarkan perbedaan titik didih, eugenol dapat
dipisahkan (diisolasi) dari senyawa lain dalam minyak daun cengkeh.
Tingkat kemurnian eugenol yang dihasilkan sangat tinggi (99,99%)
dibandingkan cara kimia. Proses fraksinasi ini membutuhkan biaya modal
yang besar untuk pengadaan unit alat distilasi fraksinasinya yang masih
diimpor, sehingga kurang layak untuk industri skala UKM.
Proses kimia pada isolasi eugenol dilakukan dengan mereaksikan
minyak daun cengkeh dengan basa kuat (NaOH) dengan pengadukan
yang selanjutkan Na-eugenolat yang terbentuk direaksikan dengan HCl
untuk memisahkan eugenolnya. Eugenol yang dihasilkan adalah eugenol
kasar (crude eugenol) yang tingkat kemurniannya masih rendah.

56

Diperlukan proses pemurnian untuk menghasilkan eugenol murni. Proses


pemurnian dapat dilakukan secara kimia maupun fisik.
Tingkat kemurnian yang disyaratkan dalam standar mutu USP
adalah minimal 98% dengan warna cairan eugenol jernih kuning muda.
Eugenol kasar yang belum dimurnikan sudah dapat dijual ke pabrik yang
memiliki alat destilasi fraksinasi untuk dimurnikan secara fisik. Produksi
eugenol kasar dari minyak daun cengkeh relatif tidak membutuhkan
peralatan mahal dan dapat dilakukan pada skala UKM.
Proses

derivasi

lanjutan

dari

eugenol

dapat

menghasilkan

beberapa produk derivatnya (turunan) antara lain isoeugenol, metal


eugenol dan vanillin sintetis. Isoeugenol dihasilkan melalui reaksi
isomerisasi eugenol pada suhu dan tekanan tinggi menjadi dalam kondisi
basa

menjadi

soeugenolat

yang

selanjutnya

diasamkan

menjadi

isoeugenol dan kemudian dimurnikan. Prosesnya memerlukan peralatan


ketel bertekanan dan alat destilasi fraksionasi yang tentunya memerlukan
biaya modal yang cukup mahal. Isoeugenol digunakan sebagai bahan
baku industri parfum dan flavor.
3. Kebutuhan investasi agroindustri cengkeh
Tujuan melakukan investasi agribinis cengkeh adalah:
1) membuka kesempatan kerja,
2) meningkatkan pendapatan petani,
3) meningkatkan pemanfaatan produk tanaman cengkeh secara
berkelanjutan untuk mendapatkan nilai tambah,
4) mendorong pengembangan ekonomi wilayah,
5) meningkatkan pendapatan/devisa negara.
Sasaran yang ingin dicapai dalam investasi mencakup:
1) menjaga keseimbangan supply dan demand cengkeh untuk
pabrik rokok kretek,

57

2) menciptakan hubungan kemitraan yang adil dan harmonis


antara petani dan industri rokok/pedagang agar tercapai
kesepakatan harga yang menguntungkan semua pihak,
3) meningkatkan nilai tambah cengkeh melalui diversifikasi produk
cengkeh.
Berdasarkan strategi tersebut di atas, investasi agroindustri
cengkeh berbasis perkebunan rakyat lebih diarahkan pada agroindustri
minyak daun dan gagang cengkeh, yang dapat dilakukan oleh UKM.
Agroindustri eugenol murni dan senyawa turunan (derivatnya) dan
agroindustri pestisida nabati dalam bentuk ekstrak serta agroidustri
oleoresin, dalam periode jangka panjang dapat dilakukan oleh PBS dan
PBN dalam bentuk agroindustri terpadu. Perkebunan besar swasta dan
negara ini dapat berperan juga dalam agroindustri minyak cengkeh dan
pestisida nabati lainnya, dengan prinsip dilakukan dalam usaha terpadu
dengan aspek on-farm, untuk menjamin efisiensi dan kesinambungan
produksi.
PENGOLAHAN MINYAK CENGKEH

Sumber: matanews.com/2009/06/17/minyak-cengkeh/

58

Seorang warga membongkar muat daun cengkeh dari atas


bak mobil di lokasi penyulingan minyak cengkeh Desa
Ngadiwarno,

Sukorejo,

Kendal,

Jateng.

Daun

cengkeh

selanjutnya direbus menggunakan tungku besar untuk disuling


dan diambil minyaknya. Saat itu harga daun cengkeh Rp 300
per kilogram sedangkan pada musim kemarau harganya bisa
mencapai Rp 400 per kilogram, satu kuintal daun cengkeh
bisa menghasilkan 1-1,5 kilogram minyak cengkeh yang dijual
Rp 40 ribu per kilogram.

Sumber: masamru.blogspot.com/2009/07/eks...mru.html

59

HARGA CENGKEH MELONJAK


PETANI CENGKEH TERMOTIVASI
MELONJAKNYA harga jual cengkeh kering dari Rp 48.000 menjadi
Rp 51.000 per kilogram meningkatkan semangat petani di berbagai
daerah untuk memanen cengkeh. Sebelumnya, cengkeh hanya menjadi
sumber penghasilan sampingan karena harga jualnya yang rendah.

Sumber: swaraonline.wordpress.com/2009/07/
Menurut Jemiyem (35), warga Dusun Semaken, Desa Banjararum,
Kalibawang,

kenaikan

harga

jual

cengkeh

kering

sudah

berlangsung sejak akhir pekan lalu. Kenaikan harga juga terjadi


untuk jenis cengkeh basah dari Rp 16.500 menjadi Rp 16.750 per
kilogram.
Dahulu banyak petani yang melepas cengkeh basah karena harga
jualnya tidak jauh beda dengan cengkeh kering. Namun kali ini, semua
petani berlomba-lomba mengeringkan cengkeh karena selisih harganya
sangat besar.

60

Kenaikan

harga

jual

cengkeh

bertepatan

dengan

musim

kemarau sehingga petani tidak mengalami kesulitan saat menjemur


cengkeh. Setelah dipetik dari pohon, cengkeh membutuhkan waktu sekitar
empat hari untuk dapat kering benar. Cengkeh rata-rata dijemur selama 810 jam per hari.
Cengkeh kering dari umumnya dipasarkan kepada para pengepul
di kota-kota besar, seperti Semarang dan Kudus, Jawa Tengah. Di kedua
kota ini, cengkeh digunakan sebagai bahan campuran pembuatan rokok.
Kenaikan harga cengkeh juga memicu semangat petani untuk
merawat pohon secara lebih baik berupa pemupukan dan pemangkasan
teratur. Melalui cara ini, produktivitas pohon bisa naik hingga dua kali lipat
untuk satu periode berbuah.
Satu pohon cengkeh menghasilkan 2-3 kilogram buah cengkeh
basah. Jika dikeringkan, bobot cengkeh akan turun menjadi hanya
sepertiganya. Rata-rata petani cengkeh (Kabupaten Kulon-Progo) memiliki
pohon cengkeh antara 50 -100 batang sehingga mampu menghasilkan
100 kilogram cengkeh kering per satu kali petik. Secara keseluruhan,
produksi cengkeh terus meningkat.
Kenaikan harga cengkeh juga mendongkrak harga jual daun dan
batang muda untuk keperluan pembuatan minyak atsiri. Jika sebelumnya
sampah dari pohon cengkeh ini hanya dihargai Rp 1.000 per kilogram, kini
naik menjadi Rp 1.500 per kilogram.
Pada saat panen cengkeh, petani juga bisa mengumpulkan daun
dan batang muda hingga lima kuintal. Dengan mengumpulkan batang
muda dan daun, petani juga meremajakan pohon agar bisa lebih produktif
pada tahun-tahun berikutnya.
Sekarang, menjual semua bagian pohon cengkeh sudah untung.
Mulai dari buah, daun, dan batang, semuanya bisa menghasilkan
uang. Tidak seperti dulu, buahnya saja sulit laku.

61

Selain bernilai ekonomis, tanaman cengkeh juga baik untuk


menahan pergerakan tanah sehingga bukit aman dari ancaman
tanah longsor. Dengan begitu, petani tidak hanya mengejar
keuntungan semata, tetapi juga berperan dalam melestarikan
lingkungan.

Sumber: jual-kebun.blogspot.com/
Perkebunan cengkeh seluas

5.5 hektar di Wanayasa

Purwakarta sudah terdapat 400 ratus pohon cengkeh


dengan hasil 2 - 4 ton ( kering ) per musim, pohon teh,
sengon, kelapa. Sangat cocok untuk investasi yang akan
terus menghasilkan mengingat harga cengkeh yang selalu
tinggi. Harga tanah Rp 35.000 /m2, lokasi 1 km dari jalan
provinsi terdapat jalan mobil. sudah ber-sertifikat hak milik.

Anda mungkin juga menyukai