Anda di halaman 1dari 65

Cara Budidaya Jahe Merah Dengan Mudah Buat Anda

Cara Budidaya Jahe merah terdapat di seluruh Indonesia, ditanam di


kebun dan di pekarangan. Pada saat ini jahe telah banyak dibudidayakan
di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India, Indonesia, Jamaika,
Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari Jamaika mempunyai
kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan negara produsen jahe
terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe dunia.
Syarat

Pertumbuhan

Iklim
1) Cara budidaya jahe Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif
tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.
2) Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman Jahe memerlukan
sinar matahari. Dengan kata lain Penanaman Jahe dilakukan di tempat
yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.
3) Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 20-35 oC.
Media Tanam
Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan
banyak

mengandung

humus.

Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan
tanah

laterik.

Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4.
Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
Ketinggian Tempat

Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0


2.000

dpl.

Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 600 m dpl.


Pedoman

Budidaya

Pembibitan
1)

Persyaratan

Bibit

Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu
fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang
dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit.
Oleh

karena

itu

kriteria

yang

harus

dipenuhi

antara

lain:

a. Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).


b. Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
c. Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka
atau lecet.
2)

Teknik

Penyemaian

Bibit

Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan


langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian
bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.
a.

Penyemaian

pada

peti

kayu

Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai


kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang
tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata
tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit
tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan
dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit
kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan

cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar
peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu
gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas
adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi,
bibit jahe tersebut sudah disemai.
b.

Penyemaian

pada

bedengan

Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam


bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah
penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10
cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup
jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian
seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian
atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan
dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida.
Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas
dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi
itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5
mata tunas dan beratnya 40-60 gram.
3)

Penyiapan

Bibit

Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan


cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke
dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam,
barulah
Tips

ditanam.
sukses

Pengolahan Media Tanam

budidaya

jahe

merah

1)

Persiapan

Lahan

Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan


syaratsyarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman
tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan
tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan
kapur.
2)

Pembukaan

Lahan

Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30


cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau
remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah
dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit
penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada
pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat
dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum
tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500
kg.
3)

Pembentukan

Bedengan

Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk
encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi
bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm,
sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
4)

Pengapuran

Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara


didalamnya, Terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak
tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi
media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium

sp dan pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium


yang sangat diperlukan tanaman vuntuk mengeraskan bagian tanaman
yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal
dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji.
a. Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
b. Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
c. Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
cara Penanaman

Sekarang siapa sih yang tidak kenalJAHE. Tanaman yang sangat


populer di Indonesia, sekoteng, bandrek dan wedang adalah beberapa
produk minuman yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Hampir setiap
malam, terutama di daerah perkotaan, kita sering disapa oleh para
penjual keliling minuman tersebut. Atau sekarang coba tengok kalau kita
pergi ke mini market atau swalayan, selalu ada produk-produk dengan
bahan dasar jahe yang mejeng rapi di rak-rak etalase.
Tidak secara tiba-tiba pamor jahe ini begitu tenar, namun tanaman ini
sudah sekian lama diketahui manfaatnya oleh orang tua kita sejak dulu.
Pemakaiannya begitu meluas karena ternyata manfaatnya sangat
banyak. Tidak hanya dipakai sebagai salah satu bumbu pelengkap
masakan saja, namun juga ternyata banyak pula digunakan untuk tujuan
di bidang kesehatan, terutama untuk jenis Jahe Merah.

Beberapa manfaat dari jahe di bidang kesehatan tersebut dapat saya


sebutkan sebagai berikut :
Sebagai obat herbal
Sebagai antioksidan, antiinflamasi, analgesik, antikarsinogenik
(anti kanker), dan kardiotonik (penguat fungsi jantung)
Pencegah Obesitas
Anti diare dan mual
Anti hiperlipidemia (lemak berlebih)
Melancarkan aliran darah
Obat untuk kolesterol
Apabila anda masih kurang percaya mengenai manfaat jahe yang saya
sebutkan tersebut, anda boleh lihat deh di hasil penelitian yang
dikeluarkan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian DI SINI atau anda boleh lihat juga di DOWNLOAD AREA.
Bagi anda yang belum mengetahui mengenai sejarah, asal muasal dan
klasifikasinya, serta ingin kenal lebih dekat dengan Jahe, saya sudah
siapkan dari Wikipedia DI SINIatau di DOWNLOAD AREA.
Setelah anda baca mengenai manfaat jahe, jenis dan klasifikasinya,
terutama Jahe Merah, mari kita lanjutkan ke analisa peluang usaha.
Terdapat beberapa faktor, menurut saya, yang perlu kita perhitungkan,
mari kita mulai (kalau ada yang kurang, tambah sendiri yahehehe)
Faktor yang Memungkinkan Budidaya Jahe Merah Menguntungkan
Mari kita urai beberapa yang mungkin akan menjadi faktor
menguntungkan atau mendukung keberhasilan budidaya jahe merah

1. Permintaan terhadap Jahe Merah masih cukup tinggi, baik untuk


kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri. Silahkan anda
browsing dan searching mengenai permintaan produk agro ini.
2. Tanaman Jahe bisa tumbuh pada ketinggian 0 2.000 m.dpl.
sehingga cakupan tempat budidaya relatif luas.
3. Teknis budidaya relatif mudah, dengan menggunakan media tanam
di dalam polybag ataupun karung bisa dilakukan. Dengan demikian
lahan yang dibutuhkan tidak perlu luas, kita bisa memanfaatkan
lahan di pekarangan atau halaman rumah yang tidak produktif.
Cara atau teknik budidaya pun sudah banyak tersedia dan banyak
dipraktekkan. Anda pun dapat melakukan budidaya jahe merah
sistem organik dengan mudah.
4. Harga jual jahe merah menurut perkembangan pasar saat ini
memang tidak setinggi seperti tahun-tahun sebelumnya, namun
saya lihat masih memiliki nilai ekonomis. Apalagi bila dilakukan
pengolahan jahe menjadi produk turunan, misalnya serbuk jahe dan
gula, harganya tentu akan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi
dibanding harga jahe mentah .
5. Belum begitu banyak yang melakukan budidaya jahe, meskipun di
beberapa daerah sudah menjadi komoditi andalan, tengok misalnya
di beberapa daerah di Sukabumi, Tasikmalaya atau di daerah
Brebes, tanaman ini menjadi salah satu komoditi andalan daerah.
6. Biaya yang harus dikeluarkan relatif rendah. Kita hanya perlu
menyediakan polybag atau karung, tanah, pupuk, dan bibit serta
biaya pemeliharaan yang tidak begitu besar, apalagi bila dilakukan
oleh kita sendiri.
Hambatan Budidaya Jahe Merah

1. Kualitas jahe harus benar-benar diperhatikan karena hal ini akan


menentukan harga jual. Sekedar info, kualitas jahe Indonesia
masih di bawah negara lain (ga percaya ? browsing dong).
Bagaimana cara mengatasinya ? Pola budidaya organik yang telah
dilakukan oleh beberapa mitra HCS terbukti dapat menanggulangi
masalah kualitas ini. Jadi tidak perlu khawatir, kita
bisa sharing koq
2. Serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit ini akan
berhubungan dengan kualitas dan jumlah hasil budidaya. Namun
masalah penyakit dapat ditekan dan dicegah apabila teknis
budidaya kita mengikuti pola yang benar.
3. Penjualan hasil budidaya. Hal ini memang menjadi masalah klasik di
Indonesia, hampir untuk semua komoditi. Belum ada regulasi yang
jelas mengenai sistem penjualan maupun patokan harga. Tapi ga
usah pusing, mengenai penjualan komoditas jahe ini, mungkin anda
bisa menjual langsung ke distributor, pasar, industri jamu atau
minuman, atau anda menjalin kerja sama dengan kelompok tani
jahe misalnya di Sukabumi, Tasikmalaya maupun Brebes yang
sudah terlebih dahulu mapan untuk ikut nebeng jual. Yang penting,
kita harus usahakan mendapatkan harga beli yang layak dan masih
mempunyai nilai ekonomis sedang-tinggi. Ironis memang, sebagai
contoh, minggu kemarin saya pergi belanja ke sebuah swalayan
terkenal, iseng-iseng lihat harga jahe gajah yang dijual Rp.
19.850,-/kg, kemudian iseng juga nelpon ke pengepul jahe yang
ternyata menerima jahe gajah dengan harga beli Rp. 8.000,sajahadduh
Teknis Budidaya Jahe Merah
Setelah menimbang mengenai peluang dan kemungkinan hambatannya,
mari kita pelajari teknis budidaya tanaman yang satu ini agar kita samasama mendapat gambaran umum yang lebih lengkap. Banyak pola tanam

yang bisa kita terapkan, di sini saya akan coba bahas teknis budidaya
organik jahe merah menggunakan pola HCS. Namun sebelumnya coba
kita pelajari secara umum karakteristik tanaman jahe berikut ini :
Syarat tumbuh :

Iklim : Tanaman jahe memerlukan curah hujan antara 2.5004.000 mm/thn

Pada umur 2,5 7 bulan perlu cukup sinar matahari. Artinya,


tanaman ini harus berada di tempat terbuka agar cukup sinar
matahari sepanjang hari
Suhu udara yang optimal adalah 20 35 derajat Celcius
Secara umum dapat tumbuh pada keasaman tanah dengan pH 4.3
7.4, kecuali untuk jenis Jahe Gajah pada pH 6.8 7.0
Tumbuh baik pada tanah subur dan gembur, serta banyak
mengandung humus
Persiapan Bibit atau Benih Jahe Merah
Kita dapat melakukan penanaman dari bibit jahe merah yang sudah siap
tanam atau sudah bertunas antara 5-10 cm. Namun apabila tidak
tersedia, kita dapat menyemaikan bibit dari bentuk rimpang. Apabila
menyemaikan sendiri, perhatikan kualitas rimpang yang akan
disemaikan. rimpang untuk disemaikan haruslah berasal dari induk yang
cukup tua umurnya, permukaan rimpang mengkilat dan tidak cacat serta
tidak terlihat ada bekas diserang hama.

1. Teknik Persiapan Rimpang


Rimpang yang akan disemaikan (tentunya setelah diseleksi), dibersihkan
dan kemudian dijemur namun hati-hati jangan terlalu kering.
kemudian..
Simpan selama 1 1.5 bulan.
Patahkan rimpang dengan tangan, yang mana setiap potongan tadi
memiliki 3 5 mata tunas, kemudian dijemur kembali selama 1/2
sampai 1 hari (lihat cuaca).
Masukkan potongan rimpang tersebut ke dalam karung
Buat larutan PHEFOC HCS, dengan dosis : 1 tutup botol PHEFOC
dilarutkan ke dalam 14 liter air, kemudian ditambah 2 sendok
makan gula pasir, aduk sampai rata dan biarkan selama 15 menit.
Potongan rimpang yang sudah dalam karung kemudian dicelupkan
ke dalam larutan PHEFOC selama 15 menit. Angkat dan tiriskan.
Tujuan perendaman dengan PHEFOC adalah agar bibit terbebas
dari patogen asal penyakit dan memiliki daya tahan lebih tinggi
untuk mendapat serangan penyakit, ya mirip di-immunisasi dulu
lah
Selama menunggu proses pe-nirisan, buatlah larutan SOT
HCS dengan dosis : 5 tutup botol SOT dilarutkan ke dalam 14 liter
air, dan ditambahkan pula 3 sendok makan gula pasir. Aduk hingga
rata dan biarkan selama 15 menit
Setelah cukup ditiriskan, bakal bibit tadi kemudian direndam
selama kurang lebih 6 jam dalam larutan SOT HCS yang telah
dibuat tadi. Tujuan perendaman dengan SOT adalah agar nantinya
bibit dapat tumbuh dengan baik dan sehat terutama pada saatsaat awal penanaman

Setelah 6 jam, karung berisi benih tersebut kemudian ditiriskan


sampai kering. Dan benih sudah siap untuk disemaikan.
2. Teknik Penyemaian Rimpang
Beberapa cara dapat dilakukan untuk penyemaian bibit jahe dari
rimpang ini. Dengan menggunakan sistem kotak kayu atau dengan cara
membuat bedengan. Kali ini saya ulas penyemaian dengan memakai kotak
kayu.
Buat kotak kayu dengan ukuran misalnya 50 x 100 cm dengan
tinggi 10 cm. Bentuknya seperti nampan. Tahu nampan kan ?
Buat campuran tanah untuk media semai dengan bahan campuran :
tanah dan pupuk bokashi (lihat cara membuat Pupuk Bokashi),
perbandingannya adalah tanah : pupuk bokashi = 3 : 1
Kemudian campuran tanah tersebut masukkan ke dalam kotak dan
disebar secara merata
Benamkan potongan-potongan rimpang jahe ke dalam tanah
tersebut. Kemudian tutup tipis dengan tanah atau daun kering
Lakukan perawatan dengan cara menyiram media semai tadi
dengan air 2 kali sehari
Waktu yang dibutuhkan untuk penyemaian berkisar antara 2-4
minggu. Sabaar
Teknik Penanaman Jahe
Teknik penanaman jahe berikut yang saya pilih adalah dengan
memanfaatkan media tanam dalam polybag atau karung. Di sini saya
memilih karung karena kebetulan mudah diperoleh dan murah, meskipun
katanya rada-rada rapuh kalau sudah lama, tapi coba saja lah. Teknik

memakai polybag atau karung ini banyak juga yang menyebut sebagai
cara budidaya tanaman vertikultur, artinya budidaya tanaman secara
vertikal atau bertingkat.
1. Alat dan Bahan
Karung (disini saya memakai ukuran 40 x 100 cm), jumlah terserah
anda. Saat ini saya siapkan 100 karung
Sekop atau cangkul, untuk mengaduk
Ember
Pupuk Bokashi
Tanah
2. Penanaman Bibit
Buat campuran antara tanah dan bokashi dengan perbandingan 3 :
1.
Masukkan campuran tanah tersebut ke dalam karung dengan
ketinggian kurang lebih 15 cm atau 1/5 tinggi karung. Untuk
memudahkan, sebelumnya tekuk dulu permukaan karung bagian
atas.
Ambil rimpang jahe hasil penyemaian, patah-patahkan rimpang
jahe tersebut dengan tangan menjadi 2-3 ruas, yang mana setiap
ruas minimal terdapat 2 mata tunas
Bibit jahe kemudian ditanam 3-5 cm ke dalam tanah dalam karung
tadi. Setiap karung dapat diisi beberapa titik tanam, atur
misalnya 2 3 titik tanam. Rata-rata sih katanya kira-kira 200 gr
bibit cukup untuk satu karung.

Atur penyimpanan karung posisinya lebih tinggi dari permukaan


tanah. Buat kolom gundukan tanah memanjang, setiap gundukan
kolom bisa diisi 2-3 baris karung. Contoh misalnya seperti pada
foto di bawah ini :

3. Perawatan dan Pemeliharaan Tanaman Jahe


Tahap berikutnya adalah perawatan dan pemeliharaan tanaman.
Kegiatan ini meliputi penyiraman tanaman, pemberian pupuk dan
penanggulangan penyakit
Pada tahap awal, lakukan penyiraman air secara teratur dan rutin
pagi dan sore selama kurang lebih seminggu, bertujuan agar tunas
tidak kering dan layu
Selanjutnya, penyiraman dilakukan sehari sekali kecuali pada
kondisi kemarau sebaiknya penyiraman dilakukan dua kali
Pada usia tanaman 2 4 minggu lakukan penyemprotan atau
penyiraman dengan fermentasi SOT. Sebelumnya lakukan
fermentasi larutan dengan dosis : 5 tutup botol SOT + gula pasir 3
sdm + urine ternak 2 liter + feses ternak cair 2 liter. Fermentasi

dilakukan selama 24 jam, kemudian larutkan dalam 15 liter air.


Kemudian baru digunakan untuk menyemprot atau menyiram
Penyemprotan dengan SOT bergantian dengan PHEFOC dengan
interval 2-4 minggu sekali
Pada usia 2-3 bulan atau jika terlihat keluar rimpang jahe ke
permukaan, lakukan penimbunan dengan campuran tanah dan
bokashi (perbandingan tanah : bokashi tetap 3 : 1). kurang lebih
setinggi 10 cm
Selalu lakukan penyiangan media tanam dari hama berupa
gulma/rumput agar tidak mengganggu pertumbuhan rimpang
Penimbunan dilakukan terus secara berulang sampai tanaman jahe
berusia sekitar 8 bulan atau sampai karung terisi penuh dengan
tanah
Rata-rata usia optimal penanaman jahe berkisar antara 8 10
bulan, ditandai dengan mulai mengeringnya daun
Dengan pola tanam seperti ini, diharapkan hasil panen jahe per
karung mencapai minimal 10 kg
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang paling sering menyerang tanaman jahe adalah kepik, ulat
penggesek akar dan kumbang. Sedangkan penyakit berupa penyakit layu
bakteri, busuk rimpang, dan bercak daun. Untuk pengendalian hama

dan penyakit pada tanaman jahe merah ini, saya akan coba share
dan ulas agak detail nanti di tulisan berikutnya.
Analisa Ekonomi Budidaya Tanaman Jahe merah
Analisa ini saya lakukan secara praktis berdasarkan rencana penanaman
pada 100 karung media tanam. Yang diperhitungkan adalah total biaya

yang dikeluarkan meliputi modal awal dan biaya pemeliharaan


dibandingkan dengan target pemasukan uang berdasarkan hasil
penjualan tanaman jahe.
1. Biaya yang saya keluarkan meliputi :
Karung

: 100 karung x Rp. 600,-

= Rp. 60.000,-

Pupuk Bokashi :
= Rp. 50.000,Karena saya belum mempunyai limbah ternak sendiri, jadi terpaksa
saya beli dulu kotoran ternak.
Bibit Jahe

: 100 karung x Rp. 1.000 = Rp.100.000,-

Pupuk SOT dan PHEFOC


= Rp.250.000, Ongkos kerja : Gratis, kerjain aja dulu sendiri. Kalaupun minta
bantuan, mungkin cukup keluar uang Rp.100.000 untuk pengerjaan
membuat campuran tanah dan memasukkan ke dalam karung
Lain-lain atau tidak terduga
=Rp.500.000,TAL Biaya yang sudah dan akan saya keluarkan = Rp.
960.000,-

TO

2. Hasil Penjualan Jahe Merah


Berdasarkan pengalaman di tempat lain dan informasi dari petani jahe
merah yang sudah berjalan. Rata-rata hasil panen jahe merah per
karung atau polybag dengan cara di atas dapat mencapai 10-15
kg/karung. Bahkan ada diantara salah seorang mitra HCS dapat
mencapai produksi 20 kg/karung. Di sini, saya berandai-andai panen per

karung anggap saja hanya mencapai 5 kg/karung. Jadi perkiraan total


hasil panen 100 karung x 5 kg = 500 kg
Harga per kg Jahe Merah memang fluktuatif
dikisaran Rp.10.000 Rp.15.000,- tergantung pembeli dan kualitas
tentunya. Saya berandai lagi di sini, harga jual yang akan saya
peroleh anggap saja rendah yaitu Rp. 6.000,-/kg (berdasar
informasi pengepul minimal Rp.8.000,-/kg).
Hasil penjualan : 500 kg x Rp. 6.000 = Rp. 3.000.000,Keuntungan atau laba : Rp. 3.000.000,- Rp. 960.000,- = Rp.
2.040.000,Parameter kelayakan usaha : B/C rasio : 3.125, atau anggap saja
jelek-jeleknya di 2.0
B/C ratio menunjukkan angka di atas 1, ini menandakan usaha budidaya
jahe merah masih termasuk layak.
Gambaran Peluang Usaha
Menurut analisa secara umum di atas, budidaya tanaman jahe merah
dengan sistem organik HCS masih layak untuk dilakukan (Benefit Cost
ratio 3.125). Karena masih layak, saya sekarang sedang merintis untuk
membuktikan aplikasinya langsung, ya semoga saja lancar
Rencana saya malah akan melakukan penanaman setiap bulan sekali.
Kenapa akan saya lakukan seperti itu ? Karena nantinya mulai pada 8
10 bulan mendatang, saya berharap bisa panen Jahe setiap bulan.
Artinya, mudah-mudahan setiap bulan saya akan mendapat tambahan
pemasukan uang minimal Rp. 2.040.000,-/bulan.
Apabila prospeknya stabil dengan trend yang bagus, kemungkinan saya
akan menambah jumlah media tanam lebih dari 100 karung, why

not ? Kalau per karung butuh lahan 1 meter persegi, maka saya akan
butuh minimal total 800 meter persegi. Masih kurang lahan ? Mungkin
saya akan coba pola penyimpanan media tanam bertingkat. Why

not II? Targetnya adalah meningkatkan jumlah hasil panen per


karungnya, dengan demikian meskipun harga relatif tetap, saya akan
mendapat keuntungan lebih dari jumlah panen yang meningkat. Dan bagi
anda yang memiliki lahan 1 (satu) are atau bahkan berhektar-hektar
silahkan anda hitung sendiri potensi yang dapat dihasilkan.
Jadi, bagaimana menurut anda ? Menanam Jahe Merah Mungkinkah
Jadi Milyuner ?
Jawaban saya sih mungkin saja, sejauh kita berani bekerja keras dan
berusaha. Untuk tahap awal, tidak apa-apa lah saya rela
jadi Jutawan dulu.hehe. Next, bukan hal yang tidak mungkin saya jadi
seorang Milyuner sukses dari budidaya Jahe Merah !!
Coba anda lihat juga sekilas video budidaya jahe di sini.
Cekidott.
About these ads
Bagikan ini:
Twitter
Facebook
Google
Surat elektronik
Pinterest

Sukai ini:
Suka Memuat...

Related
Entri ini ditulis di ARTIKEL PERTANIAN dan ber-tag budidaya
jahe, khasiat jahe merah, manfaat jahe,patogen, peluang usaha, phefoc
hcs, pupuk bokashi, tanaman jahe, vertikultur pada 13 Februari 2014.
Navigasi tulisan
Cara Budidaya Padi Organik dengan Pola HCSCARA PRAKTIS
MEMBUAT ARANG SEKAM PADI
24 gagasan untuk MENANAM JAHE MERAH MUNGKINKAH JADI
MILYUNER ?
1.

Ping-balik: HAMA DAN PENYAKIT YANG SERING MENYERANG


JAHE (Bag. 1) | Organic HCS

2.

Ping-balik: HAMA DAN PENYAKIT YANG SERING MENYERANG


JAHE (Bag. 2) | Organic HCS

3.

dwi4 Mei 2014 pukul 18.50


saya juga tertarik untuk menanam jahe merah ini pak. mungkin nanti
saya bisa tanya2 kalau kurang jelas..terimakasih
Balas
1.

dikdiktaufikPenulis5 Mei 2014 pukul 11.57


Silahkan, dengan senang hati saya coba bantu semaksimal mungkin.
Terima kasih kembali
Balas

4.

tatang8 Mei 2014 pukul 10.39


kayaknya ok jg saya mau coba lah. cuma kalo memungkinkan nanti sy
perlu konsul lebih intensif lagi terkain teknik penanaman jahe ini ga
perlu berangan2 jadi miliuner tpi sekedar menyalurkan hobi aja dulu
Balas
1.

dikdiktaufikPenulis8 Mei 2014 pukul 13.30


Terima kasih telah berkunjung,silahkan konsultasi via email atau
sms. Tenang,yang berawal dari hobi biasanya bisa menghasilkan
sesuatu yang lebih luar biasa. Sukses !
Balas

5.

M. aldiawan9 Mei 2014 pukul 16.19


mantap, artikel saudara memotivasi saya tuk mencoba usaha sampingan
di bidang pertanian walaupun basic saya tehnik civil tp pertanian
membuat saya lebih bergairah.. makasih semoga Allah Swt senantiasa
melindungi & menganugerahkan ilmu yang bermanfaat buat kita semua
Balas
1.

dikdiktaufikPenulis10 Mei 2014 pukul 14.12


Terima kasih telah berkunjung dan alhamdulillah bila tulisan saya
menginspirasi anda. Itulah luasnya ilmu pengetahuan, dan bila
dicermati ternyata semua cabang ilmu pengetahuan saling
berhubungan erat. Dan oleh sebab itulah, proses selalu belajar
tidak boleh berhenti. Pemilihan basic yang berbeda hanya cara

untuk mempermudah belajar saja. Terima kasih kembali, dan


semoga sukses, Amiin
Balas
6.

bayu10 Mei 2014 pukul 18.14


Terima kasih sharingnya, saya lagi cari tanaman untuk lahan seluas
300m persegi, dan saya baru belajar
Balas
1.

dikdiktaufikPenulis10 Mei 2014 pukul 23.11


Sama-sama Mas Bayu, banyak jenis tanaman yang bisa dipilih.
Lahan seluas itu dapat dimanfaatkan untuk beragam tanaman. Yang
penting, pelajari dulu jenis tanaman yang paling cocok dengan jenis
dan karakter tanah lahan tsb, lokasi, dan pilih tanaman yang
relatif mudah dibudidayakan, dan cukup memiliki nilai ekonomi.
Selamat berkaryadan sukses
Balas

7.

choirul11 Mei 2014 pukul 05.28


tertarik juga, tapi gimana pemasarannya ya? takutnya susah jualnya.
Balas
1.

dikdiktaufikPenulis11 Mei 2014 pukul 22.03


jangan terlalu takut dengan pemasaran, masih banyak yang
membutuhkan, perlu banyak informasi dan komunikasi yang
dilakukan. Yang jelas, dimana ada kemauan disana selalu ada jalan

Balas
8.

widodo saputro12 Mei 2014 pukul 11.38


saya menanam jahe kira kira 3bulan tapi daunya pada menguning knapa
ya mas
Balas
1.

dikdiktaufikPenulis12 Mei 2014 pukul 22.42


Mas Widodo, usia tanam 3-4 bulan memang masa kritis tanaman
jahe, yang mana sangat mudah terserang penyakit. Kalau gejalanya
hanya daun menguning, ada kemungkinan terkena Layu Bakteri
namun periksa kondisi batangnya juga. Namun bila gejala kuning
diikuti pertumbuhan yang lambat/kerdil, ada kemungkinan
terserang nematoda. Pengendalian akan lebih mudah bila Mas
menanam di polybag atau karung. Silahkan Mas baca juga tulisan di
website ini mengenaiPenyakit yang Paling Sering Menyerang
jahe (bag. 1 & 2). Semoga cukup membantu masalah ini.
Balas

9.

rahmawati12 Mei 2014 pukul 14.18


assalamualaikum
artikelnya sangat bangus, sya hanya mau menawarkan bibit jahe merah
organik yang siap tanam ke polibag atau karung. yang berminat bisa hub.
ke email sya.
terimakasih
Balas

1.

dikdiktaufikPenulis12 Mei 2014 pukul 22.44


Waalaikumsalam. Terima kasih Bu Rahmawati, silahkandan tolong
alamat e-mailnya Bu, ada rekan kita yang menanyakan bibit jahe
tunassilahkan share ke saya
Balas

10.
GanD-anis12 Mei 2014 pukul 21.36
salam sukses
Balas
1.

dikdiktaufikPenulis12 Mei 2014 pukul 22.45


Terima kasih GanD-anis, salam sukses juga..
Balas

11.

Bambang Wahyu P13 Mei 2014 pukul 20.08


pak didik, tolong dong bimbing cara penanaman jahe merah dan padi
dengan pola HCS, tahap demi tahap sampai menjelang panen. makasih
bimbingannya
Balas
1.

dikdiktaufikPenulis14 Mei 2014 pukul 20.17


Terima kasih telah berkunjung. Insya Allah Pak Bambang, dengan
senang hati
Balas

12.
Pak Koes14 Mei 2014 pukul 14.34
pak taufik saya ingin memanfaatkan pekarangan rumah saya utk
menanam jahe, sekaligus belajar bertanam, bagaimana cara memperoleh
bibit jahenya ya.;.?
Balas
1.

dikdiktaufikPenulis14 Mei 2014 pukul 14.51


Terima kasih Pak Koes atas kunjungannya, mengenai bibit jahe
rimpang, anda bisa menghubungi kami via email atau sms untuk
mengetahui jumlah yang anda butuhkan. Insya Alloh kami bisa
bantu siapkan. Dan untuk bibit jahe tunas, kita tunggu dulu
contact info Bu Rahmawati, belum shareTerima kasih
Balas

13.
wiganda14 Mei 2014 pukul 17.00
Ulasan yg sangat menginspirasi, mau ikut coba juga di pekarangan.
Terimakasih ilmunya semoga sukses utk penulis dan yg membacanya.
Balas
1.

dikdiktaufikPenulis14 Mei 2014 pukul 20.27


Terima kasih Pak Wiganda. Sukses untuk semuanya
Balas

Tinggalkan Balasan

Beritahu saya balasan komentar lewat surat elektronik.

Beritahu saya tulisan baru lewat surat elektronik.

Kirim Komentar

About these ads


APA YANG ANDA CARI DI BLOG INI ?
Cari untuk:
Cari

SELAMAT DATANG

ANDA DAPAT MENGHUBUNGI KAMI DI :


DIKDIK TAUFIK RAHMAN
082315922888 (SIMPATI-AS)
085863553888 (INDOSAT)

PIN BB 2664767C
Facebook : Real Organichcs
Email : dikdiktaufik@organichcs.com
Alamat :
1. Permata Cimahi 2 Blok N-10 No.16
Ngamprah - Bandung Barat
2. Kp Cilombang Desa Puteran RT 03/08
Kec. Cikalong Wetan Bandung Barat
Jawa Barat - Indonesia
TULISAN TERAKHIR
Mengenal Jenis, Karakter, Penyebaran dan Pemanfaatan Tanah
Pertanian di Indonesia 11 Mei 2014

Unsur Makro dan Mikro yang

1)

Penentuan

Pola

Tanaman

Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu


memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi dan
produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara
monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian.
Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai
keuntungan-keuntungan
a.

Mengurangi

kerugian

sebagai
yang

disebabkan

berikut
naik

turunnya

:
harga.

b. Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.

c.

Meningkatkan

produktivitas

lahan.

d. Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya


pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).
Praktek

di

lapangan,

ada

jahe

yang

ditumpangsarikan

dengan

sayursayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis dan


lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, seperti
jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.
2)

Pembutan

Lubang

Tanam

Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air


tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedenganbedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5
cm untuk menanam bibit.
3)

Cara

Penanaman

Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara


rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.
4)

Perioda

Tanam

Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar


bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman
muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.
Pemeliharaan Tanaman
1)

Penyulaman

Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan untuk melihat


rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman
gar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan

tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta
pemeliharaan yang benar.
2)

Penyiangan

Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu


kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi
tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7
bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur
tersebut rimpangnya mulai besar.
3)

Pembubunan

Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat
berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu
tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang
muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda,
cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang
lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar
setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk
sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air.
Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe
berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya
pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun
tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.
4)
a.

Pemupukan
Pemupukan

Organik

Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk


pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu

dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang


dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan.
Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal
pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak
60 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk
menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan
mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 1kg
per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 3 bulan,
4 6 bulan, dan 8 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 3
kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah
kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
b.

Pemupukan

Konvensional

Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi
pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk
dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan
tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20
gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O
(112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga
dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O
(75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan
pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat
tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan
ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur
dan ditanam di sela-sela tanaman
5)

Pengairan

dan

Penyiraman

Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk

pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan


penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;
6)
Penyemprotan

Waktu
pestisida

Penyemprotan
sebaiknya

dilakukan

Pestisida
mulai

dari

saat

penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan.


Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur
dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong
pertumbuhan jahe.

Cara Budidaya Tanaman Jahe Lengkap Budidaya Petani. Tanaman


jahe sudah terkenal sebagai bahan obat & penghangat. Jahe merupakan
tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe termasuk
dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temutemuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam
(Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia
galanga), lengkuas (Languas galanga) & lain-lain. Beriykut adalah Cara
Budidaya tanaman Jahe.
1. SEJARAH SINGKAT
Jahe berasal dari Asia Pasifik yg tersebar dari India sampai Cina. Oleh
karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yg pertama
kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak

& obat-obatan tradisional. Nama daerah jahe antara lain halia (Aceh),
beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi
(Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa & Bali), jhai (Madura), melito
(Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.
2. URAIAN TANAMAN JAHE
2.1 Klasifikasi
o Divisi : Spermatophyta
o Sub-divisi : Angiospermae
o Kelas : Monocotyledoneae
o Ordo : Zingiberales
o Famili : Zingiberaceae
o Genus : Zingiber
o Species : Zingiber officinale
2.2 Deskripsi.
Terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong
berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15 23 mm, lebar 8
15 mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 4 mm ; bentuk lidah daun
memanjang, panjang 7,5 10 mm, & tidak berbulu; seludang agak
berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah,
berbentuk tongkat atau bundar telur yg sempit, 2,75 3 kali lebarnya,
sangat tajam ; panjang malai 3,5 5 cm, lebar 1,5 1,75 cm ; gagang
bunga hampir tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik
pada gagang terdapat 5 7 buah, berbentuk lanset, letaknya
berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu, panjang sisik 3 5 cm;
daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya,
tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 1,75 cm ;
mahkota bunga berbentuk tabung 2 2,5 cm, helainya agak sempit,
berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 2,5 mm,
lebar 3 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna
putih kekuningan, panjang 12 15 mm ; kepala sari berwarna ungu,
panjang 9 mm ; tangkai putik 2

2.3 Jenis Tanaman


Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk & warna
rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
1. Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau
jahe badak : Rimpangnya lebih besar & gemuk, ruas rimpangnya
lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini
bias dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua,
baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.
2. Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe
emprit : Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit
menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua.
Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah,
sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe
ini cocok utk ramuan obat-obatan, atau utk diekstrak oleoresin
& minyak atsirinya.
3. Jahe merah : Rimpangnya berwarna merah & lebih kecil dari
pada jahe putih kecil. sama seperti jahe kecil, jahe merah
selalu dipanen setelah tua, & juga memiliki kandungan minyak
atsiri yg sama dengan jahe kecil, sehingga cocok utk ramuan
obat-obatan.
3. MANFAAT TANAMAN
Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma &
rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula &
berbagai.minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat,
minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe,
dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng & sirup. Dewasa ini para petani
cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan
jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk & awetan jahe.
Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak astiri &
koresin yg diperoleh dengan cara penyulingan yg berguna sebagai bahan
pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis & lainlain.

Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai


karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti
pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti
mikroba & parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang
pengeluaran getah lambung & getah empedu.
4. SENTRA PENANAMAN
Terdapat di seluruh Indonesia, ditanam di kebun & di pekarangan. Pada
saat ini jahe telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina,
Mesir, Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria,
Pakistan. Jahe dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan
India merupakan negara produsen jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 %
dari total produksi jahe dunia.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
1. Iklim
1.
Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif
tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.
2.
Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman
jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain
penanaman jahe dilakukan di tempat yg terbuka
sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.
3.
Suhu udara optimum utk budidaya tanaman jahe
antara 20-35C.
2. Media Tanam
1.
Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yg
subur, gembur & banyak mengandung humus.
2.
Tekstur tanah yg baik adalah lempung berpasir, liat
berpasir & tanah laterik.
3.
Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah
(pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH)
optimum utk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
2 Ketinggian Tempat

1.

Jahe tumbuh baik di daerah tropis & subtropis


dengan ketinggian 0-2.000 m dpl..
2.
Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian
200 - 600 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan Jahe
1. Persyaratan Bibit Jahe : Bibit berkualitas adalah bibit yg
memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase
tumbuh yg tinggi), & mutu fisik. yg dimaksud dengan mutu fisik
adalah bibit yg bebas hama & penyakit. Oleh karena itu kriteria
yg harus dipenuhi antara lain:
1.
Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari
pasar).
2.
Dipilih bahan bibit dari tanaman yg sudah tua
(berumur 9-10 bulan).
3.
Dipilih pula dari tanaman yg sehat & kulit rimpang
tidak terluka atau lecet.
2. Teknik Penyemaian Bibit : utk pertumbuhan tanaman yg
serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam
sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit
dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.
1.
Penyemaian pada peti kayu : Rimpang jahe yg baru
dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering),
kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan
rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap
potongan memiliki 3-5 mata tunas & dijemur ulang 1/21 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut
dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu
dicelupkan dalam larutan fungisida & zat pengatur
tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah
itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara
penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada
bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis,

kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi,


demikian seterusnya sehingga yg paling atas adalah abu
gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu
lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
2.
Penyemaian pada bedengan : Buat rumah penyemaian
sederhana ukuran 10 x 8 m utk menanam bibit 1 ton
(kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah
penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan
jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada
bedengan jerami lalu ditutup jerami, & di atasnya
diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian
seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis
rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan
bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan
penyiraman setiap hari & sesekali disemprot dengan
fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah
bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa
bibit berkualitas rendah..Bibit hasil seleksi itu dipatahpatahkan dengan tangan & setiap potongan memiliki 3-5
mata tunas & beratnya 40-60 gram.
2 Penyiapan Bibit Jahe : Sebelum ditanam, bibit harus
dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut
dimasukkan ke dalam karung & dicelupkan ke dalam larutan
fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam,
barulah ditanam.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1. Persiapan Lahan : utk mendapatkan hasil panen yg optimal
harus diperhatikan syarat-syarat tumbuh yg dibutuhkan
tanaman jahe. Bila keasaman tanah yg ada tidak sesuai dengan
keasaman tanah yg dibutuhkan tanaman jahe, maka harus
ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
2. Pembukaan Lahan : Pengolahan tanah diawali dengan dibajak
sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan utk

mendapatkan kondisi tanah yg gembur atau remah &


membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah
dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit
penyakit & hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila
pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur,
maka dapat dilakukan pengolahan tanah yg kedua sekitar 2-3
minggu sebelum tanam & sekaligus diberikan pupuk kandang
dengan dosis 1.500-2.500 kg.
3. Pembentukan Bedengan : Pada daerah-daerah yg kondisi air
tanahnya jelek & sekaligus utk encegah terjadinya genangan air,
sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan
ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan anjangnya
disesuaikan dengan kondisi lahan.
4. Pengapuran : Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar
unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) & calcium
(Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi
tanah yg masam ini dapat menjadi media perkembangan
beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp & pythium
sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yg
sangat diperlukan tanaman utk mengeraskan bagian tanaman yg
berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar,
mempertebal dinding sel buah & merangsang pembentukan biji.
1.
Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan
dolomit > 10 ton/ha.
2.
Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5
ton/ha.
3.
Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit
0.8 ton/ha.
6.3. Teknik Penanaman Jahe.
1. Penentuan Pola Tanaman : Pembudidayaan jahe secara
monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup
rasional, karena mampu memberikan produksi & produksi tinggi.
Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara

monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan


kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman
lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
1.
Mengurangi kerugian yg disebabkan naik turunnya
harga.
2.
Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja
pemeliharaan tanaman.
3.
Meningkatkan produktivitas lahan.
4.
Memperbaiki sifat fisik & mengawetkan tanah
akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman
pengganggu). Praktek di lapangan, ada jahe yg
ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti
ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis & lain-lain.
Ada juga yg ditumpangsarikan dengan palawija, seperti
jagung, kacang tanah & beberapa kacang-kacangan
lainnya.
2. Pembutan Lubang Tanam : utk menghindari pertumbuhan
jahe yg jelek, karena kondisi air tanah yg buruk, maka
sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan.
Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5
cm utk menanam bibit.
3. Cara Penanaman : Cara penanaman dilakukan dengan cara
melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam
atau alur yg sudah disiapkan.
4. Perioda Tanam : Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada
awal musim hujan sekitar bulan September & Oktober. Hal ini
dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air
cukup banyak utk pertumbuhannya.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1. Penyulaman : Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya
diadakan utk melihat rimpang yg mati. Bila demikian harus
segera dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit
sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka

sebaiknya dipilih bibit rimpang yg baik serta pemeliharaan yg


benar.
2. Penyiangan : Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman
jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu
sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yg tumbuh.
Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu
dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut
rimpangnya mulai besar..
3. Pembubunan : Tanaman jahe memerlukan tanah yg peredaran
udara & air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus
digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan utk menimbun
rimpang jahe yg kadang-kadang muncul ke atas permukaan
tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul
tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada
bulan berikutnya dapat diperdalam & diperlebar setiap kali
pembubunan akan berbentuk gubidan & sekaligus terbentuk
sistem pengairan yg berfungsi utk menyalurkan kelebihan air.
Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe
berbentuk rumpun yg terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya
pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe.
Namun tergantung kepada kondisi tanah & banyaknya hujan.
4. Pemupukan :
1.
Pemupukan Organik : Pada pertanian organik yg tidak
menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan &
obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu
dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk
kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita
menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk
kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman
pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar
sebanyak 60 80 ton per hektar yg ditebar & dicampur
tanah olahan. utk menghemat pemakaian pupuk kompos
dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap

lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 1kg


per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada
umur 2 3 bulan, 4 6 bulan, & 8 10 bulan. Adapun
dosis pupuk sisipan sebanyak 2 3 kg per tanaman.
Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah
kegiatan penyiangan & bersamaan dengan kegiatan
pembubunan.
2.
Pemupukan Konvensional : Selain pupuk dasar (pada
awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk
susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan).
Pupuk dasar yg digunakan adalah pupuk organik 15-20
ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk
kandang & pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10
gram/pohon; & ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112
kg/ha) pada tanaman yg berumur 4 bulan. Pemupukan
juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5
(50 kg/ha), & K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada
awal tanam, pupuk N & K diberikan pada awal tanam
(1/3 dosis) & sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat
tanaman berumur 2 bulan & 4 bulan. Pupuk diberikan
dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman
atau dalam bentuk alur & ditanam di sela-sela tanaman.
5. Pengairan & Penyiraman : Tanaman Jahe tidak memerlukan air
yg terlalu banyak utk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal
masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan
sekitar bulan September;
6. Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida
sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yg utk
disemai & pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada
fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair
atau vitamin-vitamin yg mendorong pertumbuhan jahe.
7. HAMA & PENYAKIT
7.1. Hama Tanaman Jahe

Hama yg dijumpai pada tanaman jahe adalah:


1. Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang.
2. Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga
menyebabkan tanaman jahe menjadi kering & mati.
3. Kumbang.
7.2. Penyakit Tanaman Jahe
1. Penyakit layu bakeri
o
Gejala: Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat
& menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari
hijau menjadi kuning & mengering. Kemudian tunas
batang menjadi busuk & akhirnya tanaman mati rebah.
Bila diperhatikan, rimpang yg sakit itu berwarna gelap
& sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong akan
keluar lendir berwarna putih susu sampai kecoklatan.
Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4
bulan & yg paling berpengaruh adalah faktor suhu udara
yg dingin, genangan air & kondisi tanah yg terlalu
lembab.
o
Pengendalian:
o
jaminan kesehatan bibit jahe;
o
karantina tanaman jahe yg terkena
penyakit;
o
pengendalian dengan pengolahan tanah yg
baik;
o
pengendalian fungisida dithane M-45
(0,25%), Bavistin (0,25%)
2. Penyakit busuk rimpang
o
Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe
melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu
udara 20-25 derajat C & terus berkembang akhirnya
menyebabkan rimpang menjadi busuk.
o
Gejala: Daun bagian bawah yg berubah menjadi
kuning lalu layu & akhirnya tanaman mati.

Pengendalian:.
o
penggunaan bibit yg sehat;
o
penerapan pola tanam yg baik;
o
penggunaan fungisida.
3. Penyakit bercak daun
o
Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin,
akan masuk melalui luka maupun tanpa luka.
o
Gejala: Pada daun yg bercak-bercak berukuran 3-5
mm, selanjutnya bercak-bercak itu berwarna abu-abu &
ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam,
sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yg
terserang bisa mati.
o
Pengendalian: baik tindakan pencegahan maupun
penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya
dengan cara-cara yg dijelaskan di atas.
7.3. Gulma
Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara
lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, & gulma berdaun lebar
lainnya.
o

7.4. Pengendalian hama/penyakit secara organik


Dalam pertanian organik yg tidak menggunakan bahan-bahan kimia
berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yg ramah lingkungan biasanya
dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman utk menghindari
serangan hama & penyakit tersebut yg dikenal dengan PHT
(Pengendalian Hama Terpadu) yg komponennya adalah sbb:
1. Mengusahakan pertumbuhan tanaman yg sehat yaitu memilih
bibit unggul yg sehat bebas dari hama & penyakit serta tahan
terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
2. Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami
3. Menggunakan varietas-varietas unggul yg tahan terhadap
serangan hama & penyakit.

4.

Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga


manusia.
5. Menggunakan teknik-teknik budidaya yg baik misalnya
budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yg saling
menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya
utk memutuskan siklus penyebaran hama & penyakit potensial.
6. Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yg ramah
lingkungan & tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan
tanaman yg dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu
penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan
aras kerusakan ekonomi yg diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yg dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati &
digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:.
1. Tembakau (Nicotiana tabacum) yg mengandung nikotin utk
insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi
utk serangga kecil misalnya Aphids.
2. Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yg mengandung
piretrin yg dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yg
menyerang urat syaraf pusat yg aplikasinya dengan semprotan.
Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama
gudang, & lalat buah.
3. Tuba (Derris elliptica & Derris malaccensis) yg mengandung
rotenone utk insektisida kontak yg diformulasikan dalam
bentuk hembusan dan
semprotan.
4. Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yg mengandung
azadirachtin yg bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini
terutama pada serangga penghisap seperti wereng & serangga
pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis
medinalis). Bahan ini juga efektif utk menanggulangi serangan
virus RSV, GSV & Tungro.

5.

Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yg bijinya mengandung


rotenoid yaitu pakhirizida yg dapat digunakan sebagai
insektisida & larvasida.
6. Jeringau (Acorus calamus) yg rimpangnya mengandung
komponen utama asaron & biasanya digunakan utk racun
serangga & pembasmi cendawan, serta hama gudang
Callosobrocus.
8. PANEN
1. Ciri & Umur Panen Jahe: Pemanenan dilakukan tergantung
dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan utk bumbu
penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada
umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian
rimpang & sisanya dibiarkan sampai tua. Apabila jahe utk
dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman
jahe yg sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri
warna daun berubah dari hijau menjadi kuning & batang semua
mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada umur
8 bulan & akan berlangsung selama 15 hari atau lebih.
2. Cara Panen : Cara panen yg baik, tanah dibongkar dengan hatihati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan
sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah & kotoran
lainnya yg menempel pada rimpang dibersihkan & bila perlu
dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang
kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka,
tidak lembab & penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan
agak disebar.
3. Periode Panen. : Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum
musim hujan, yaitu diantara bulan Juni Agustus. Saat panen
biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah.
Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim
kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim
kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan
menyebabkan rusaknya rimpang & menurunkan kualitas rimpang

sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak


kadar airnya.
4. Perkiraan Hasil Panen : Produksi rimpang segar utk klon jahe
gajah berkisar antara 15-25 ton/hektar, sedangkan utk klon
jahe emprit atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar.
9. PASCAPANEN
1. Penyortiran Basah & Pencucian : Sortasi pada bahan segar
dilakukan utk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah,
sisa tanaman, & gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan
hasil penyortiran & tempatkan dalam wadah plastik utk
pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu
disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya &
jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali
lagi. Hindari pencucian yg terlalu lama agar kualitas & senyawa
aktif yg terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian
air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar
kotoran & banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah
pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yg belubanglubang agar sisa air cucian yg tertinggal dapat dipisahkan,
setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
2. Perajangan : Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan
pisau stainless steel & alasi bahan yg akan dirajang dengan
talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan
ketebalan kira-kira 5 mm 7 mm. Setelah perajangan, timbang
hasilnya & taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat
dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
3. Pengeringan : Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven.
pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah
kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari
dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang
tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik
kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi

rimpang tersebut dari air, udara yg lembab & dari bahan-bahan


disekitarnya yg bisa mengkontaminasi..Pengeringan di dalam
oven dilakukan pada suhu 50 C - 60 C. Rimpang yg akan
dikeringkan ditaruh di atas tray oven & pastikan bahwa rimpang
tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah
rimpang yg dihasilkan
4. Penyortiran Kering. : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada
bahan yg telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahanbahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau
kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran
ini (untuk menghitung rendemennya).
5. Pengemasan : Setelah bersih, rimpang yg kering dikumpulkan
dalam wadah kantong plastik atau karung yg bersih & kedap
udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yg jelas
pada wadah tersebut, yg menjelaskan nama bahan, bagian dari
tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat
penghasil, berat bersih & metode penyimpanannya.
6. Penyimpanan : Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab
& suhu tidak melebihi 30 C & gudang harus memiliki ventilasi
baik & lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan
lain yg menurunkan kualitas bahan yg bersangkutan, memiliki
penerangan yg cukup (hindari dari sinar matahari langsung),
serta bersih & terbebas dari hama gudang.

Sekarang siapa sih yang tidak kenalJAHE. Tanaman yang sangat


populer di Indonesia, sekoteng, bandrek dan wedang adalah beberapa
produk minuman yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Hampir setiap
malam, terutama di daerah perkotaan, kita sering disapa oleh para
penjual keliling minuman tersebut. Atau sekarang coba tengok kalau kita
pergi ke mini market atau swalayan, selalu ada produk-produk dengan
bahan dasar jahe yang mejeng rapi di rak-rak etalase.
Tidak secara tiba-tiba pamor jahe ini begitu tenar, namun tanaman ini
sudah sekian lama diketahui manfaatnya oleh orang tua kita sejak dulu.
Pemakaiannya begitu meluas karena ternyata manfaatnya sangat
banyak. Tidak hanya dipakai sebagai salah satu bumbu pelengkap
masakan saja, namun juga ternyata banyak pula digunakan untuk tujuan
di bidang kesehatan, terutama untuk jenis Jahe Merah.
Beberapa manfaat dari jahe di bidang kesehatan tersebut dapat saya
sebutkan sebagai berikut :
Sebagai obat herbal
Sebagai antioksidan, antiinflamasi, analgesik, antikarsinogenik
(anti kanker), dan kardiotonik (penguat fungsi jantung)
Pencegah Obesitas
Anti diare dan mual
Anti hiperlipidemia (lemak berlebih)

Melancarkan aliran darah


Obat untuk kolesterol
Apabila anda masih kurang percaya mengenai manfaat jahe yang saya
sebutkan tersebut, anda boleh lihat deh di hasil penelitian yang
dikeluarkan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian DI SINI atau anda boleh lihat juga di DOWNLOAD AREA.
Bagi anda yang belum mengetahui mengenai sejarah, asal muasal dan
klasifikasinya, serta ingin kenal lebih dekat dengan Jahe, saya sudah
siapkan dari Wikipedia DI SINIatau di DOWNLOAD AREA.
Setelah anda baca mengenai manfaat jahe, jenis dan klasifikasinya,
terutama Jahe Merah, mari kita lanjutkan ke analisa peluang usaha.
Terdapat beberapa faktor, menurut saya, yang perlu kita perhitungkan,
mari kita mulai (kalau ada yang kurang, tambah sendiri yahehehe)
Faktor yang Memungkinkan Budidaya Jahe Merah Menguntungkan
Mari kita urai beberapa yang mungkin akan menjadi faktor
menguntungkan atau mendukung keberhasilan budidaya jahe merah
1. Permintaan terhadap Jahe Merah masih cukup tinggi, baik untuk
kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri. Silahkan anda
browsing dan searching mengenai permintaan produk agro ini.
2. Tanaman Jahe bisa tumbuh pada ketinggian 0 2.000 m.dpl.
sehingga cakupan tempat budidaya relatif luas.

3. Teknis budidaya relatif mudah, dengan menggunakan media tanam


di dalam polybag ataupun karung bisa dilakukan. Dengan demikian
lahan yang dibutuhkan tidak perlu luas, kita bisa memanfaatkan
lahan di pekarangan atau halaman rumah yang tidak produktif.
Cara atau teknik budidaya pun sudah banyak tersedia dan banyak
dipraktekkan. Anda pun dapat melakukan budidaya jahe merah
sistem organik dengan mudah.
4. Harga jual jahe merah menurut perkembangan pasar saat ini
memang tidak setinggi seperti tahun-tahun sebelumnya, namun
saya lihat masih memiliki nilai ekonomis. Apalagi bila dilakukan
pengolahan jahe menjadi produk turunan, misalnya serbuk jahe dan
gula, harganya tentu akan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi
dibanding harga jahe mentah .
5. Belum begitu banyak yang melakukan budidaya jahe, meskipun di
beberapa daerah sudah menjadi komoditi andalan, tengok misalnya
di beberapa daerah di Sukabumi, Tasikmalaya atau di daerah
Brebes, tanaman ini menjadi salah satu komoditi andalan daerah.
6. Biaya yang harus dikeluarkan relatif rendah. Kita hanya perlu
menyediakan polybag atau karung, tanah, pupuk, dan bibit serta
biaya pemeliharaan yang tidak begitu besar, apalagi bila dilakukan
oleh kita sendiri.
Hambatan Budidaya Jahe Merah

1. Kualitas jahe harus benar-benar diperhatikan karena hal ini akan


menentukan harga jual. Sekedar info, kualitas jahe Indonesia
masih di bawah negara lain (ga percaya ? browsing dong).
Bagaimana cara mengatasinya ? Pola budidaya organik yang telah
dilakukan oleh beberapa mitra HCS terbukti dapat menanggulangi
masalah kualitas ini. Jadi tidak perlu khawatir, kita
bisa sharing koq
2. Serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit ini akan
berhubungan dengan kualitas dan jumlah hasil budidaya. Namun
masalah penyakit dapat ditekan dan dicegah apabila teknis
budidaya kita mengikuti pola yang benar.
3. Penjualan hasil budidaya. Hal ini memang menjadi masalah klasik di
Indonesia, hampir untuk semua komoditi. Belum ada regulasi yang
jelas mengenai sistem penjualan maupun patokan harga. Tapi ga
usah pusing, mengenai penjualan komoditas jahe ini, mungkin anda
bisa menjual langsung ke distributor, pasar, industri jamu atau
minuman, atau anda menjalin kerja sama dengan kelompok tani
jahe misalnya di Sukabumi, Tasikmalaya maupun Brebes yang
sudah terlebih dahulu mapan untuk ikut nebeng jual. Yang penting,
kita harus usahakan mendapatkan harga beli yang layak dan masih
mempunyai nilai ekonomis sedang-tinggi. Ironis memang, sebagai
contoh, minggu kemarin saya pergi belanja ke sebuah swalayan
terkenal, iseng-iseng lihat harga jahe gajah yang dijual Rp.
19.850,-/kg, kemudian iseng juga nelpon ke pengepul jahe yang

ternyata menerima jahe gajah dengan harga beli Rp. 8.000,sajahadduh


Teknis Budidaya Jahe Merah
Setelah menimbang mengenai peluang dan kemungkinan hambatannya,
mari kita pelajari teknis budidaya tanaman yang satu ini agar kita samasama mendapat gambaran umum yang lebih lengkap. Banyak pola tanam
yang bisa kita terapkan, di sini saya akan coba bahas teknis budidaya
organik jahe merah menggunakan pola HCS. Namun sebelumnya coba
kita pelajari secara umum karakteristik tanaman jahe berikut ini :
Syarat tumbuh :

Iklim : Tanaman jahe memerlukan curah hujan antara 2.5004.000 mm/thn

Pada umur 2,5 7 bulan perlu cukup sinar matahari. Artinya,


tanaman ini harus berada di tempat terbuka agar cukup sinar
matahari sepanjang hari
Suhu udara yang optimal adalah 20 35 derajat Celcius
Secara umum dapat tumbuh pada keasaman tanah dengan pH 4.3
7.4, kecuali untuk jenis Jahe Gajah pada pH 6.8 7.0
Tumbuh baik pada tanah subur dan gembur, serta banyak
mengandung humus
Persiapan Bibit atau Benih Jahe Merah

Kita dapat melakukan penanaman dari bibit jahe merah yang sudah siap
tanam atau sudah bertunas antara 5-10 cm. Namun apabila tidak
tersedia, kita dapat menyemaikan bibit dari bentuk rimpang. Apabila
menyemaikan sendiri, perhatikan kualitas rimpang yang akan
disemaikan. rimpang untuk disemaikan haruslah berasal dari induk yang
cukup tua umurnya, permukaan rimpang mengkilat dan tidak cacat serta
tidak terlihat ada bekas diserang hama.
1. Teknik Persiapan Rimpang
Rimpang yang akan disemaikan (tentunya setelah diseleksi), dibersihkan
dan kemudian dijemur namun hati-hati jangan terlalu kering.
kemudian..
Simpan selama 1 1.5 bulan.
Patahkan rimpang dengan tangan, yang mana setiap potongan tadi
memiliki 3 5 mata tunas, kemudian dijemur kembali selama 1/2
sampai 1 hari (lihat cuaca).
Masukkan potongan rimpang tersebut ke dalam karung
Buat larutan PHEFOC HCS, dengan dosis : 1 tutup botol PHEFOC
dilarutkan ke dalam 14 liter air, kemudian ditambah 2 sendok
makan gula pasir, aduk sampai rata dan biarkan selama 15 menit.
Potongan rimpang yang sudah dalam karung kemudian dicelupkan
ke dalam larutan PHEFOC selama 15 menit. Angkat dan tiriskan.

Tujuan perendaman dengan PHEFOC adalah agar bibit terbebas


dari patogen asal penyakit dan memiliki daya tahan lebih tinggi
untuk mendapat serangan penyakit, ya mirip di-immunisasi dulu
lah
Selama menunggu proses pe-nirisan, buatlah larutan SOT
HCS dengan dosis : 5 tutup botol SOT dilarutkan ke dalam 14 liter
air, dan ditambahkan pula 3 sendok makan gula pasir. Aduk hingga
rata dan biarkan selama 15 menit
Setelah cukup ditiriskan, bakal bibit tadi kemudian direndam
selama kurang lebih 6 jam dalam larutan SOT HCS yang telah
dibuat tadi. Tujuan perendaman dengan SOT adalah agar nantinya
bibit dapat tumbuh dengan baik dan sehat terutama pada saatsaat awal penanaman
Setelah 6 jam, karung berisi benih tersebut kemudian ditiriskan
sampai kering. Dan benih sudah siap untuk disemaikan.
2. Teknik Penyemaian Rimpang
Beberapa cara dapat dilakukan untuk penyemaian bibit jahe dari
rimpang ini. Dengan menggunakan sistem kotak kayu atau dengan cara
membuat bedengan. Kali ini saya ulas penyemaian dengan memakai kotak
kayu.
Buat kotak kayu dengan ukuran misalnya 50 x 100 cm dengan
tinggi 10 cm. Bentuknya seperti nampan. Tahu nampan kan ?

Buat campuran tanah untuk media semai dengan bahan campuran :


tanah dan pupuk bokashi (lihat cara membuat Pupuk Bokashi),
perbandingannya adalah tanah : pupuk bokashi = 3 : 1
Kemudian campuran tanah tersebut masukkan ke dalam kotak dan
disebar secara merata
Benamkan potongan-potongan rimpang jahe ke dalam tanah
tersebut. Kemudian tutup tipis dengan tanah atau daun kering
Lakukan perawatan dengan cara menyiram media semai tadi
dengan air 2 kali sehari
Waktu yang dibutuhkan untuk penyemaian berkisar antara 2-4
minggu. Sabaar
Teknik Penanaman Jahe
Teknik penanaman jahe berikut yang saya pilih adalah dengan
memanfaatkan media tanam dalam polybag atau karung. Di sini saya
memilih karung karena kebetulan mudah diperoleh dan murah, meskipun
katanya rada-rada rapuh kalau sudah lama, tapi coba saja lah. Teknik
memakai polybag atau karung ini banyak juga yang menyebut sebagai
cara budidaya tanaman vertikultur, artinya budidaya tanaman secara
vertikal atau bertingkat.

1. Alat dan Bahan


Karung (disini saya memakai ukuran 40 x 100 cm), jumlah terserah
anda. Saat ini saya siapkan 100 karung
Sekop atau cangkul, untuk mengaduk
Ember
Pupuk Bokashi
Tanah
2. Penanaman Bibit
Buat campuran antara tanah dan bokashi dengan perbandingan 3 :
1.
Masukkan campuran tanah tersebut ke dalam karung dengan
ketinggian kurang lebih 15 cm atau 1/5 tinggi karung. Untuk
memudahkan, sebelumnya tekuk dulu permukaan karung bagian
atas.
Ambil rimpang jahe hasil penyemaian, patah-patahkan rimpang
jahe tersebut dengan tangan menjadi 2-3 ruas, yang mana setiap
ruas minimal terdapat 2 mata tunas
Bibit jahe kemudian ditanam 3-5 cm ke dalam tanah dalam karung
tadi. Setiap karung dapat diisi beberapa titik tanam, atur

misalnya 2 3 titik tanam. Rata-rata sih katanya kira-kira 200 gr


bibit cukup untuk satu karung.
Atur penyimpanan karung posisinya lebih tinggi dari permukaan
tanah. Buat kolom gundukan tanah memanjang, setiap gundukan
kolom bisa diisi 2-3 baris karung.
3. Perawatan dan Pemeliharaan Tanaman Jahe
Tahap berikutnya adalah perawatan dan pemeliharaan tanaman.
Kegiatan ini meliputi penyiraman tanaman, pemberian pupuk dan
penanggulangan penyakit
Pada tahap awal, lakukan penyiraman air secara teratur dan rutin
pagi dan sore selama kurang lebih seminggu, bertujuan agar tunas
tidak kering dan layu
Selanjutnya, penyiraman dilakukan sehari sekali kecuali pada
kondisi kemarau sebaiknya penyiraman dilakukan dua kali
Pada usia tanaman 2 4 minggu lakukan penyemprotan atau
penyiraman dengan fermentasi SOT. Sebelumnya lakukan
fermentasi larutan dengan dosis : 5 tutup botol SOT + gula pasir 3
sdm + urine ternak 2 liter + feses ternak cair 2 liter. Fermentasi
dilakukan selama 24 jam, kemudian larutkan dalam 15 liter air.
Kemudian baru digunakan untuk menyemprot atau menyiram

Penyemprotan dengan SOT bergantian dengan PHEFOC dengan


interval 2-4 minggu sekali
Pada usia 2-3 bulan atau jika terlihat keluar rimpang jahe ke
permukaan, lakukan penimbunan dengan campuran tanah dan
bokashi (perbandingan tanah : bokashi tetap 3 : 1). kurang lebih
setinggi 10 cm
Selalu lakukan penyiangan media tanam dari hama berupa
gulma/rumput agar tidak mengganggu pertumbuhan rimpang
Penimbunan dilakukan terus secara berulang sampai tanaman jahe
berusia sekitar 8 bulan atau sampai karung terisi penuh dengan
tanah
Rata-rata usia optimal penanaman jahe berkisar antara 8 10
bulan, ditandai dengan mulai mengeringnya daun
Dengan pola tanam seperti ini, diharapkan hasil panen jahe per
karung mencapai minimal 10 kg
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang paling sering menyerang tanaman jahe adalah kepik, ulat
penggesek akar dan kumbang. Sedangkan penyakit berupa penyakit layu
bakteri, busuk rimpang, dan bercak daun. Untuk pengendalian hama

dan penyakit pada tanaman jahe merah ini, saya akan coba share
dan ulas agak detail nanti di tulisan berikutnya.
Analisa Ekonomi Budidaya Tanaman Jahe merah

Analisa ini saya lakukan secara praktis berdasarkan rencana penanaman


pada 100 karung media tanam. Yang diperhitungkan adalah total biaya
yang dikeluarkan meliputi modal awal dan biaya pemeliharaan
dibandingkan dengan target pemasukan uang berdasarkan hasil
penjualan tanaman jahe.
1. Biaya yang saya keluarkan meliputi :
Karung
Pupuk Bokashi

: 100 karung x Rp. 600,:

= Rp. 60.000,= Rp. 50.000,-

Karena saya belum mempunyai limbah ternak sendiri, jadi terpaksa


saya beli dulu kotoran ternak.
Bibit Jahe

: 100 karung x Rp. 1.000 = Rp.100.000,-

Pupuk SOT dan PHEFOC


= Rp.250.000, Ongkos kerja : Gratis, kerjain aja dulu sendiri. Kalaupun minta
bantuan, mungkin cukup keluar uang Rp.100.000 untuk pengerjaan
membuat campuran tanah dan memasukkan ke dalam karung
Lain-lain atau tidak terduga
=Rp.500.000,TAL Biaya yang sudah dan akan saya keluarkan = Rp.
960.000,-

TO

2. Hasil Penjualan Jahe Merah


Berdasarkan pengalaman di tempat lain dan informasi dari petani jahe
merah yang sudah berjalan. Rata-rata hasil panen jahe merah per
karung atau polybag dengan cara di atas dapat mencapai 10-15
kg/karung. Bahkan ada diantara salah seorang mitra HCS dapat
mencapai produksi 20 kg/karung. Di sini, saya berandai-andai panen per
karung anggap saja hanya mencapai 5 kg/karung. Jadi perkiraan total
hasil panen 100 karung x 5 kg = 500 kg
Harga per kg Jahe Merah memang fluktuatif
dikisaran Rp.10.000 Rp.15.000,- tergantung pembeli dan kualitas
tentunya. Saya berandai lagi di sini, harga jual yang akan saya
peroleh anggap saja rendah yaitu Rp. 6.000,-/kg (berdasar
informasi pengepul minimal Rp.8.000,-/kg).
Hasil penjualan : 500 kg x Rp. 6.000 = Rp. 3.000.000,Keuntungan atau laba : Rp. 3.000.000,- Rp. 960.000,- = Rp.
2.040.000,Parameter kelayakan usaha : B/C rasio : 3.125, atau anggap saja
jelek-jeleknya di 2.0
B/C ratio menunjukkan angka di atas 1, ini menandakan usaha budidaya
jahe merah masih termasuk layak.
Gambaran Peluang Usaha
Menurut analisa secara umum di atas, budidaya tanaman jahe merah
dengan sistem organik HCS masih layak untuk dilakukan (Benefit Cost

ratio 3.125). Karena masih layak, saya sekarang sedang merintis untuk
membuktikan aplikasinya langsung, ya semoga saja lancar
Rencana saya malah akan melakukan penanaman setiap bulan sekali.
Kenapa akan saya lakukan seperti itu ? Karena nantinya mulai pada 8
10 bulan mendatang, saya berharap bisa panen Jahe setiap bulan.
Artinya, mudah-mudahan setiap bulan saya akan mendapat tambahan
pemasukan uang minimal Rp. 2.040.000,-/bulan.
Apabila prospeknya stabil dengan trend yang bagus, kemungkinan saya
akan menambah jumlah media tanam lebih dari 100 karung, why

not ? Kalau per karung butuh lahan 1 meter persegi, maka saya akan
butuh minimal total 800 meter persegi. Masih kurang lahan ? Mungkin
saya akan coba pola penyimpanan media tanam bertingkat. Why

not II? Targetnya adalah meningkatkan jumlah hasil panen per


karungnya, dengan demikian meskipun harga relatif tetap, saya akan
mendapat keuntungan lebih dari jumlah panen yang meningkat. Dan bagi
anda yang memiliki lahan 1 (satu) are atau bahkan berhektar-hektar
silahkan anda hitung sendiri potensi yang dapat dihasilkan.
Jadi, bagaimana menurut anda ? Menanam Jahe Merah Mungkinkah
Jadi Milyuner ?
Jawaban saya sih mungkin saja, sejauh kita berani bekerja keras dan
berusaha. Untuk tahap awal, tidak apa-apa lah saya rela
jadi Jutawan dulu.hehe. Next, bukan hal yang tidak mungkin saya jadi
seorang Milyuner sukses dari budidaya Jahe Merah !!

Budidaya Jahe Merah dalam Karung atau Polybag


Membudidayakan tanaman Jahe ternyata tidak harus di lahan langsung.
Dengan menggunakan karung bekas atau polybag, kita bisa
membudidayakan Jahe dengan intensif dan tidak memerlukan lahan yang
terlalu luas. Bahkan produktivitasnya bisa cukup tinggi.
Berikut adalah langkah-langkah praktis dalam membudidayakan Jahe
Merah dalam karung atau polybag
1.

Menyiapkan media tanam

Media tanam yang dipakai adalah karung bekas atau polybag. Jika
menggunakan karung, bisa menggunakan karung bekas beras atau pakan
ternak. Semakin besar ukuran karung, media pengisi juga semakin
banyak, namun produktivitas Jahe Merah juga akan semakin tinggi. Jika

menggunakan polybag, gunakan polybag dengan ukuran minimal 40 x 50


cm.
Media pengisi karung atau polybag adalah tanah, pasir dan pupuk organik
dengan perbandingan 1:1:1 atau 1:1:2
Tanah
Tanah yang baik adalah tanah yang gembur dan subur. Gembur artinya
remah dan komposisi liat, pasir, dan debunya seimbang. Subur berarti
banyak kandungan unsur haranya. Jika tanah yang digunakan sudah
subur dan gembur, sebenarnya tidak diperlukan penambahan bahan lain.
Namun karena jarang didapatkan tanah yang subur dan gembur, maka
diperlukan penambahan bahan lain seperti pasir dan pupuk.
Pasir
Pasir diperlukan jika tanah yang digunakan mengandung fraksi liat yang
cukup tinggi. Pasir yang digunakan adalah pasir ladu atau pasir yang
bercampur dengan lumpur. Selain murah, pasir ini juga masih
mengandung bahan-bahan mineral endapan.
Pupuk Organik
Pupuk organik bisa menggunakan pupuk kandang, pupuk kompos atau
bokashi. Meskipun menggunakan pupuk kandang, akan lebih bagus jika
pupuk kandang yang telah dihancurkan dan difermentasi sehingga lebih
cepat diserap oleh akar tanaman. Untuk pembuatan pupuk bokashi akan
dibahas pada sesi yang lain.
Seluruh media tersebut dicampur merata sambil dibersihkan dari
benda-benda yang mengganggu, misalnya plastik, batu atau benda

lainnya. Kemudian media pengisi dimasukkan ke dalam karung atau


polybag yang telah disiapkan. Pengisian karung atau polybag cukup
bagian saja, karena selama pertumbuhan tanaman nanti, akan dilakukan
penambahan pupuk organik.
2.

Membibitkan Jahe

Pemilihan benih
Pembibitan Jahe dimulai dari pemilihan benih. Benih untuk bibit Jahe
diambil dari rimpangnya. Rimpang untuk benih yang baik adalah rimpang
yang segar (tidak disimpan terlalu lama), sehat, ukurannya besar atau
normal, tidak cacat atau terluka, dan berasal dari induk yang sudah
cukup tua dan sehat. Karena asal-usul induk harus jelas, maka sebaiknya
rimpang untuk benih diambilkan dari kebun petani, bukan dari pasar
konsumsi.Rimpang yang telah diperoleh kemudian disortir dan dipilih
yang baik.
Pengecambahan
Jika dikhawatirkan adanya serangan jamur, benih bisa direndam
terlebih dahulu pada larutan fungisida (misalnya Dithane M-45) selama
15 menit. Jika tidak, benih cukup direndam atau dibasahi dengan air,
kemudian diletakkan pada tampah atau nyiru, dan ditempatkan pada
tempat yang lembab agar berkecambah. Agar kelembaban terjaga,
setiap hari benih harus dikontrol dan dibasahi air jika terlalu kering.
Benih akan mulai berkecambah setelah kira-kira 2 minggu.
Penyemaian

Selama mengecambahkan benih, kita bisa menyiapkan tempat pesemaian


berupa petak ukuran 1 x 2 m yang dibatasi dengan batubata dan diisi
dengan pasir dan pupuk organik. Tempat pesemaian sebaiknya tidak
terkena sinar matahari dan hujan secara langsung. Pada media tersebut,
benih yang telah berkecambah kita tanam dengan kedalaman kira-kira
4-5 cm. Benih tersebut akan mulai tumbuh menjadi tanaman muda dalam
waktu sekitar 2-4 minggu. Setelah tumbuh dengan ketinggian sekitar 10
cm, bibit dapat diambil/dipotong dari rimpangnya dan ditanam pada
media karung atau polybag yang telah disiapkan. Rimpang yang tersisa
bisa ditanam kembali pada pesemaian agar tumbuh bibit yang lain. Satu
buah rimpang bisa menumbuhkan sekitar 2-4 bibit.
3.

Menanam

Penanaman bibit Jahe pada karung atau polybag harus hati-hati. Buatlah
lubang sebesar ukuran pangkal bibit, masukkan bibit Jahe ke dalam
lubang tanam, kemudian tutup dengan media disekitarnya dan padatkan.
Setelah penanaman, media dan bibit harus disiram dengan air bersih
agar tanaman mendapatkan cukup air dan kontak dengan media. Setelah
ditanam, tanaman Jahe tersebut jangan langsung ditempatkan pada
ruang yang terbuka dengan sinar matahari langsung, melainkan harus
diadaptasikan pada tempat yang memiliki naungan terlebih dahulu hingga
umur 2,5 bulan.
4.

Memelihara

Pemeliharaan tanaman Jahe dalam karung atau polybag cukup mudah.


Pemeliharaan meliputi: penyiraman, penyiangan dan penggemburan
media, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit.

Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari, sebaiknya pada sore hari, terutama
saat tidak ada hujan. Beberapa petani menggabungkan budidaya Jahe
Merah dengan budidaya ikan dalam kolam, untuk memudahkan
penyiraman dan mengantisipasi kebutuhan air saat musim kemarau.
Selain itu, air kolam diharapkan memberi unsur hara tambahan bagi
tanaman. Penyiraman bisa dihentikan saat tanaman Jahe mulai memasuki
fase senecense (mengering) saat tua dan mendekati panen.
Penyiangan dan penggemburan
Rumput yang tumbuh pada media tanam perlu disiang agar tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman, terutama pada sekitar 4 bulan
pertama, di mana tanaman Jahe belum begitu rimbun. Beberapa petani
menambahkan mulsa jerami pada media tanam untuk menekan
pertumbuhan gulma. Selain penyiangan, media tanam juga perlu
digemburkan dengan menggunakan cetok. Penggemburan dimaksudkan
untuk menyediakan media tumbuh yang baik bagi akar tanaman dan
memperbaiki sirkulasi udara dalam media.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan 2 bulan sekali seiring pertumbuhan tanaman,
dengan menambahkan pupuk organik pada media tanam. Jumlah pupuk
yang diberikan tergantung dari besarnya media yang digunakan, kirakira 1/5 ukuran karung atau polybag yang digunakan. Pemupukan bisa
diberikan 3 kali selama umur tanaman.
Pengendalian Hama dan Penyakit

Sebenarnya kasus serangan hama dan penyakit yang serius pada


tanaman Jahe jarang terdengar. Namun akan lebih baik jika kita
mengetahui dan mengantisipasi hal tersebut.
Hama yang sering menyerang tanaman Jahe adalah belalang dan ulat
yang memakan daun terutama daun muda. Untuk pengendaliannya, kita
bisa menggunakan beberapa cara yaitu:
-

Cara mekanis, dengan memeriksa tanaman dan membunuh hama

terutama ulat yang sering memakan daun, atau dengan menggunakan


perangkap serangga berupa plastik berwarna cerah (kuning atau merah)
yang dipasang dengan bambu dan diolesi lem.
-

Cara kimiawi, dengan menyemprotkan insektisida yang tepat

untuk mengendalikan belalang dan ulat. Insektisida yang dianjurkan


adalah insektisida organik berbahan aktif tembakau atau yang lainnya.
Sedangkan penyakit yang mungkin bisa menyerang tanaman Jahe adalah
penyakit Layu Bakteri dan Busuk Rimpang yang disebabkan oleh jamur.
Untuk mencegah penyakit tersebut, kesehatan benih dan sanitasi
lingkungan pertanamanperlu diperhatikan. Pastikan benih merupakan
benih sehat dan berasal dari induk yang sehat. Lingkungan pertanaman
juga perlu dijaga agar bersih dan tidak terlalu lembab atau tergenang
air. Untuk tanaman yang telah terserang penyakit, bisa disemprot
dengan bakterisida atau fungisida, jika perlu dimusnahkan agar tidak
menular ke tanaman yang lain.
5.

Memanen

Tanaman Jahe bisa dipanen setelah kira-kira 10 bulan. Tanaman yang


sudah cukup tua dan siap panen akan melewati masa mengering, di mana

daun dan batangnya berubah menjadi kuning dan mengering. Pemanenan


Jahe dari media karung dan polybag cukup mudah karena tidak perlu
menggali dengan susah payah. Kita cukup menggali dengan cetok dan
membuka karung atau polybag yang sudah mulai lapuk. Angkat rimpang
Jahe dengan hati-hati agar tidak rusak, bersihkan dari tanah dan
kotoran yang menempel, dan jika perlu cuci dengan air bersih. Satu
rumpun tanaman Jahe dalam 1 media tanam karung ukuran 50 kg, bisa
menghasilkan rimpang Jahe segar2 hingga 5 kg.

Anda mungkin juga menyukai