NIM : G011181466 Kelompok :5 Kelas : Fisiologi Tumbuhan B Asisten : Nurul Qadriani Yushar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman merupakan organisme autotrof, yaitu organisme yang dapat membuat makanannya sendiri. Tanaman membuat makanannya dengan melalui suatu proses kompleks yang disebut dengan fotosintesis. Fotosintesis adalah peristiwa pembentukan karbohidrat dari karbondioksida dan air dengan bantuan energi cahaya matahari. Salah sattu bahan baku yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis adalah karbondioksida (Asriyani, 2017). Selain berperan dalam proses fotosintesis, stomata juga berperan dalam proses transpirasi tanaman dan membantu menjaga tekanan turgor tanaman. Pada saat stomata terbuka, akan memungkinkan tanaman untuk melepaskan oksigen dan uap air ke udara. Hal ini dilakukan oleh tanaman untuk menjaga keseimbangan air yang terdapat dalam jaringan tanaman. Jika tekanan turgor yang terdapat dalam jaringan tanaman tinggi, maka stomata yang terdapat dalam jaringan mesofil daun akan terbuka untuk menjaga keseimbangan turgor dalam jaringan tanaman, sebaliknya jika tekanan turgor tanaman rendah, maka stomata yang terdapat pada daun tanaman akan menutup untuk mengurangi terjadinya penguapan berlebih dan mengurangi terjadinya resiko defisit air (Asriyani, 2017). Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Air ditranspirasikan dari dinding-dinding sel epidermis dan mesofil yang lembab. Air di bagian dalam daun akan hilang ke udara melalui stomata. Hilangnya air menyebabkan potensial air dalam protoplast daun turun di bawah potesial sel daun dan juga lebih rendah dari potensial air yang berada dalam jaringan xylem tanaman maupun potensial air yang dapat diserap akar dari dalam tanah. Hal ini dapat menyebabkan air akan cepat menghilang dari sel daun yang dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan air dari sel daun karena hilang melalui transpirasi sehingga potensial air menjadi lebih rendah (Usman, 2015). Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan praktikum pengaruh angin dan suhu terhadap transpirasi untuk mengetahui bagaiamana proses transpirasi berlangsung dan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kecepatan laju transpirasi tanaman. 1.2 Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari praktikum pengaruh angin dan suhu terhadap laju transpirassi adalah untuk mengetahui bagaiamana proses terjadinya fotosintesis, untuk mengetahui bagaimana pengaruh suhu, angin, kelembaban, dan cahaya terhadap laju transpirasi, untuk mengetahui bagaimana perbedaan laju transpirasi antar jenis tanaman, dan untuk mengetahui jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman perluas daun tanaman. Kegunaan dari praktikum pengaruh angin dan suhu terhadap laju transpirassi adalah mahasiswa dapat mengetahui bagaiamana proses terjadinya fotosintesis, mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengaruh suhu, angin, kelembaban, dan cahaya terhadap laju transpirasi, mahasiswa dapat mengetahui bagaimana perbedaan laju transpirasi antar jenis tanaman, dan mahasiswa dapat mengetahui jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman perluas daun tanaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daun Daun merupakan tempat proses fotosintesis sehingga pada umumnya pipih dan melebar. Daun lengkap terdiri dari bagian pelepah daun, tangkai daun, dan helai daun. Jika tidak mempunyai salah satu atau kedua bagian tersebut maka disebut daun tidak lengkap. Umumnya tumbuhan berdaun tidak lengkap, dapat berupih, bertangkai atau duduk langsung pada batang. Bentuk daun beraneka ragam sehingga sering digunakan untuk mengenali jenis tumbuhan. Bentuk umum daun ditentukan berdasarkan letak bagian daun yang terlebar, perbandingan lebar dengan panjang helai daun, dan pertemuan antara helai daun dengan tangkai daun, bentuk pangkal, ujung dan tepi daun (Hadisunarso, 2013 ) Daun merupakan organ pokok pada tubuh tumbuhan. Pada umumnya berbentuk pipih bilateral, berwarna hijau, dan merupakan tempat utama terjadinya fotosintesis. Berkaitan dengan itu, daun memiliki struktur mulut daun yang berguna untuk pertukaran gas O2,CO2, dan uap air dari daun ke alam sekitar dan sebaliknya (Papuangan, 2014). Daun tanaman monokotil dan dikotil berbeda dalam hal susunan tulang daun utamanya. Sebagian besar tanaman monokotil memiliki tulang daun utama paralel (sejajar) yang menjalar sepanjang helai daun. Sebaliknya, daun tumbuhan dikotil pada umumnya memiliki banyak percabangan pada tulang daun utama. Karena morfologi daun sangat bervariasi diantara spesies tumbuhan, para ahli taksonomi tumbuhan menggunakan ciri-ciri seperti bentuk daun, pengaturan spasial daun pada batang, dan pola tulang daun untuk membantu membantu mengidentifikasi dan mengkalisifikasikan tanaman (Campbell, 2000). Daun pada umumnya berbentuk tipis melebar warnanya hijau dan duduknya pada batang menghadap ke atas. Bentuk daun umumnya tipis, datar, di perkuat oleh tulang daun, dan memiliki permukaan luas untuk menerima cahaya. Daun berfungsi untuk transfortasi dan menangkap cahaya untuk fotosintesis, yaitu perubahan energi matahari menjadi energi kimia. Pada tumbuhan dikotil, daun terdiri atas tangkai (petiola) dan helai daun (lamina). Jaringan penyusun daun meliputi epidermis, mesofil (parenkhim), dan berkas pembuluh. Epidermis terdapat di permukaan atas dan di permukaan bawah daun. Pada epidermis terdapat stomata (mulut daun), yaitu celah yang di batasi oleh sel penutup (Usman, 2015). 2.2 Transpirasi Transpirasi merupakan proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari tubuh tumbuhan yang sebagian besar terjadi melalui stomata, selain melalui kutikula dan lentisel. Karena sifat kutikula yang impermeabel terhadap air, transpirasi yang berlangsung melalui kutikula relatif sangat kecil. Transpirasi dapat merugikan tumbuhan bila lajunya terlalu cepat yang menyebabkan jaringan kehilangan air terlalu banyak selama musim panas dan kering. Transpirasi merupakan aktivitas fisiologis penting yang sangat dinamis, berperan sebagai mekanisme regulasi dan adaptasi terhadap kondisi internal dan eksternal tubuhnya, terutama terkait dengan kontrol cairan tubuh (turgiditas sel/ jaringan), penyerapan dan transportasi air, garam-garam mineral serta mengendalikan suhu jaringan (Suyitno, 2003). Transpirasi merupakan proses pergerakan air dalam tubuh tanaman dan hilang menjadi uap air ke atmosfir. Proses transpirasi dimulai dari absorbs air tanah oleh akar tanaman yang kemudian ditransport melalui batang menuju daun dan dilepaskan (transpired) sebagai uap air ke atmosfir. Laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor karakter vegetasi, karakter tanah, lingkungan serta pola budidaya tanaman (Suyitno, 2003). Transpirasi merupakan penguapan yang terjadi pada tumbuhan melalui permukaannya. Peristiwa ini biasanya berhubungan dengan kehilangan air melalui stomata, kutikula, atau lentisel. 30Kehilangan air terbesar pada tumbuhan berlangsung melalui stomata daun. Kehilangan air dari jaringan tumbuhan yang lainnya dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata daun. Luasnya permukaan daun dan juga banyaknya paparan cahaya matahari pada daun, menyebabkan daun menjadi tempat lewatnya kehilangan air terbesar di bandingkan pada bagian tubuh tumbuhan yang lainnya (Asriyani, 2017). 2.3 Tipe-tipe Transpirasi Menurut Jones, (2018) menyatakan bahwa beberapa tipe transpirasi yang dapat terjadi pada tanaman yaitu sebagi berikut : a. Transpirasi Kutikula. Adalah penguapan air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melaui stomata. b. Transpirasi Stomata Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke athmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selali jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke athmosfer pasti terjadi kecualibila atmosfer itu sendiri sama-sama lembap. c. Transpirasi Lentisel Transpirasi lentisel adalah transpirasi yang terjadi melalui lentisel yang terdapa pada tanaman. Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel- sel yang tersusun lepas yang dikenal sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar 0.1 % dari total transpirasi 2.4 Mekanisme Transpirasi Melalui Daun Mekanisme terjadinya transpirasi berlangsung melalui proses membuka dan menutupnya stomata yang terdapat pada daun tanaman. Proses membuka dan menutupnya stomata dipengaruhi oleh proses osmosis air pada sel-sel penjaga stomata. Saat sel-sel penjaga mengambil air, sel-sel penjaga akan membesar dan celah antar sel penjaga akan membesar, stomata pun akan terbuka. Sebaliknya, saat air mulai berkurang, sel-sel penjaga akan mengkerut dan celah antar sel-sel penjaga akan mengecil, dan stomata akan tertutup (Wijaya, 2008). Proses transpirasi terjadi ketika air bergerak dari daun yang mempunyai tingkat kelembaban yang lebih tinggi menuju atmosfir yang lebih kering, sehingga temperatur udara mempunyai pengaruh terhadap laju transpirasi. Naiknya suhu di lingkungan membuat udara mampu membawa lebih banyak kelembaban, maka transpirasi meningkat dan bukaan stomatapun akan berpengaruh. Udara membawa lebih banyak CO2dan mengusir uap air, menyebabkan penguapan dan penyerapan CO2 meningkat. Air akan keluar secara difusi melalui pori stomata, sedangkan CO2 akan masuk melalui pori yang sama dengan pori tempat keluarnya air (Asriyani, 2017). 2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transpirasi Proses transpirasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor internal antara lain adalah ukuran daun, tebal tipisnya daun, ada tidaknya lapisan lilin pada permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stoma, bentuk dan lokasi stomata, termasuk pula umur jaringan, keadaan fisiologis jaringan dan laju metabolisme. Faktor-faktor eksternal antara lain meliputi radiasi cahaya, suhu, kelembaban udara, angin dan kandungan air tanah, gradient potensial air tanah - jaringan – atmosfer, serta adanya zat-zat toksik di lingkungannya (Suyitno, 2003). Tingkat curah hujan dan temperature merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap laju transpirasi tanaman. Laju transpirasi tanaman bergantung pada curah hujan dimana tingginya curah hujan diikuti oleh peningkatan laju transpirasi tanaman. Dalam proses transpirasi, air bergerak dari daun yang mempunyai tingkat kelembaban yang lebih tinggi menuju atmosfir yang lebih kering sehingga temperature udara mempunyai pengaruh terhadap laju transpirasi. Temperature tanah juga merupakan faktor pembatas transpirasi dimana pada suhu dibawah +80 C conductance stomata rendah dan permeabilitas akar menurun sehingga menghambat laju transpirasi tanaman (Prijono, 2016). 2.6 Mekanisme Toleransi Tanaman pada Proses Transpirasi Laju transpirasi mempunyai relasi dengan jenis tanaman dan populasi tanaman. Perbedaan jenis tanaman berpengaruh terhadap laju transpirasinya. Tiap vegetasi mempunyai struktur akar dan tajuk yang berbeda-beda. Struktur tajuk, fisiologi tanaman, indeks luas daun dan conductance stomata berpengaruh terhadap transpirasi. Volume air tanah yang mampu diserap oleh tanaman sangat bergantung pada pola perakaran, semakin tinggi penetrasi akar pada tanah maka akan semakin banyak air yang mampu diserap oleh tanaman sehingga volume air yang mengalami transpirasi juga semakin tinggi. Perbedaan struktur kanopi dapat dilihat dari perbedaan struktur batang serta daun yaitu luas daun tanaman, dimana semakin tinggi indeks luas daun tanaman maka semakin tinggi laju transpirasi tanaman. Perbedaan kumulasi water loss dan laju transpirasi tiap tanaman disebabkan oleh karakter tanaman dan stomata yang meliputi luas daun, serta density dan lebar stomata. Transpirasi dikontrol oleh perilaku membuka dan menutupnya stomata (Prijono, 2016). Pengangkutan unsur hara akan berlangsung lebih cepat jika transpirasi berlangsung secara optimal. Sel tumbuhan akan diyakini akan berfungsi optimal pada tingkat turgiditas tertentu, dimana jika turgiditasnya menjadi lebih rendah maka sel tersebut akan menurun fungsinya. Jika tekanan internal sel (turgor) melampaui batas elastisitas dinding sel, maka sel tersebut akan pecah. Transpirai juga merupakan suatu proses pendinginan. Saat siang hari, radiasi matahari yang diserap daun akan meningkatkan suhu daun. Jika transpirasi berlangsung maka peningkatan suhu daun ini dapat dihindari (Asriyani, 2017). BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum pengaruh angin dan suhu terhadap transpirasi dilaksanakan di Laboratorium Ekofisiologi dan Nutrisi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari Sabtu, 5 Oktober 2019 pukul 13.00 WITA sampai selesai. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu spoit ukuran besar, pipet ukur 1 ml, lampus sorot, kipas angin kecil, hand sprayer, gunting, pulpen, cutter, tiang penyangga, penjepit tabung, penjepit kertas, dan lap. Bahan yang digunakan yaitu air dan tanaman cabai, aluminium foil, selang plastik transparan, selotip bening, vaselin, wrapping, dan kertas 3.3 Prosedur Praktikum Prosedur kerja praktikum ini yaitu : 1. Membersihkan alat dengan menggunakan lap kasar dan lap halus 2. Menyiapkan alat yang akan digunakan untuk setting alat transpirometer 3. Mengatur alat respirometer 4. Membuat penutup spoit dari steroform yang diberi lubang di tenghanya sesuai diameter tanaman yang akan digunakan 5. Mencabut tanaman preparat secara hati-hati dari media, kemudian membersihkan akar tanaman dari tanah 6. Memasang sumbat spoit pada pangkal batang dengan membelah sumbat spoit, kemudian memasang pada spoit secara rapi 7. Mengoleskan vaselin pada penutup spoit dan yakinlah bawa tidak ada kebocoran 8. Membungkus rapi penutup dengan kertas aluminium sehingga tidak ada lagi kebocoran 9. Memasukkan air dengan menggunakan spoit dari ujung selang sampai pada batas sumbat gabus pada spoit sehingga akar seluruhnya terendam air kemudian menjepit dengan penjepit kertas 10. Memasang pipet ukur dengan rapi pada ujung selang, kemudian mengoleskan vaselin pada pertemuan selang dengan pipet ukur 11. Pada pengukuran pengaruh angin, menggunakan kipas angin kecil dan memposisikan kipas angin sekitar 50-75 cm dari transpirometer menghadap ke daun tanaman 12. Pada pengukuran pengaruh cahaya, menggunakan lampu sorot dan memposisikan lampu sorot sekitar 40 cm dari transpirometer menghadap ke daun tanaman 13. Pada pengukuran pengaruh kelembaban daun, menyungkup tanaman dengan menggunakan plastik transparan kemudian menyemprotkan air dengan hand sprayer pada daun tanaman, kemudian mengikat kantong plastik sehingga daun tetap lembab 14. Mencatat posisi air dalam pipet ukur pada semua instrument yang sudah diset sebagai data awal (0 menit), kemudian menghidupkan lampu sorot dan kipas angin 15. Mencatat posisi air setiap 10 menit pada semua instrument selama 30 menit 16. Melanjutkan percobaan tanpa akar tanaman, dengan memotong akar tanaman pada batas leher akar 17. Memotong akar harus dilakukan di dalam air sehingga xylem tidak terisi oleh udara 18. Melakukan kembali pengamatan sperti pada poin 14 dan 15 DAFTAR PUSTAKA Asriyani, L. 2017. Identifikasi Penentuan Waktu Optimal Pembukaan Stomata Alang- alang (Imperata cylindricaL.). Skripsi. UIN Raden Intan Lampung.
Campbell, N & Reece, J. 2000. Biologi. Jakarta : Erlangga
Hadisunarso. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Universitas Terbuka. Jones, H. 2018. Stomata Control of Photosynthesis and Transpiration. Journal of Experimental Botany. UK: Department of Biological Sciences, University of Dundee Papuangan, N. dkk. 2014. Jumlah dan Distribusi Stomata pada Tanman Penghijauan Di Kota Ternate. Jurnal Bioedukasi Vol 3(1).
Prijono, S. 2016. Studi Laju Transpirasi Peltophorum dassyrachis dan Gliricidia
sepium Pada Sistem Budidaya Tanaman Pagar Serta Pengaruhnya Terhadap Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh. J-PAL, Vol. 7 (1). Suyitno. dkk. 2003. Tanggapan Stomata dan Laju Transpirasi Daun Vaccinium varingiaefolium (Bl.) Miq. Menurut Tingkat Perkembangan Daun dan Jarak Terhadap Sumber Emisi Gas Belerang Kawah Sikidang Dataran Tinggi Dieng. Jurdik Biologi. UNY. Usman. 2015. Pengaruh Naungan yang Berbeda Terhadap Jumlah Stomata dan Ukuran Porus Stomata pada Daun Kangkung Air (Ipomoea aquatica Forsk). Skripsi. UIN Alauddin Makassar. Wijaya, A. 2008. Biologi. Jakarta: Grasindo