Anda di halaman 1dari 16

Asisten : Jumawita, S.Si.

Praktikum IV

Transpirasi Pada Tumbuhan

Disusun Oleh :

Nama : Gina Fitria Ningrum

Nim : 2084205026

Kelompok : 3 (tiga)

Anggota : R. Tasya Nur Ichwany 2084205021

Rara Tri Meisarah 2084205037

LABORATORIUM PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN VOKASI

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

PEKANBARU
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses


kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal yang penting
adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun.
Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun
dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan
bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor
yang mempengaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun,
dan jumlah stomata); (2) Faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan angin) (Salisbury,
1992)

Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan


dalam fibrill sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air,
padahal banyaknya udara di luar daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur
yang memungkinkan adanya ketahanan yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh
epidermis yang berkutikula yang memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya
difusi air. Namun stomata memiliki resistansi rendah ketika membuka dan uap air berdifusi
ke luar melalui stomata (Loveless,1991)

Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman
gradien konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih
rendah, dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena
itu, transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis. Angin
membawa udara dekat ke daun dan membuta pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukkan
mengapa laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan
angin (Khairunnisa, 2000).

Beberapa penggantian air berasal dari dalam sel daun melalui membran plasma.
Ketika air meninggalkan daun, molekul air menjadi lebih kecil. Hal ini akan mengurangi
tekanan turgor. Jika banyak air yang dipindahkan, tekanan turgor akan menjadi nol. Oleh
karena itu, sel menjadi lunak dan kehilangan kemampuan untuk mendukung daun. Hal ini
dapat terlihat ketika tanaman layu. Untuk mengetahui tingkat efisiensi tumbuhan dalam
memanfaatkan air, sering dilakukan pengukuran terhadap laju transpirasi. Tumbuhan yang
efisien akan menguapakan air dalam jumlah yang lebih sedikit untuk membentuk struktur
tubuhnya (bahan keringnya) dibandingkan dengan tumbuhan yang kurang efisien dalam
memanfaatkan air. Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula dan
lentisel. Disamping mengeluarkan air dalam bentuk uap, tumbuhan dapat pula
mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut dengan gutasi dengan
melalui alat yang disebut dengan hidatoda yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat
daun yang sering kita jumpai pada species tumbuhan tertentu. Sehubungan dengan
transpirasi, organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses ini adalah
daun, karena pada daunlah kita menjumpai stomata paling banyak. Transpirasi penting
bagi tumbuhan  karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan
garam mineral, mengatur suhu tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam sel.
Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil kerongga antar sel yang ada
dalam daun (Wahab,Jufri 2013).

Pada dasarnya terjadinya transpirasi ditentukan oleh seberapa besar celah antara dua
sel penutup stomata, sehingga proses-proses yang menyebabkan membuka dna
menutupnya stomata menentukan besarnya transpirasi. Berbagai faktor lingkungan
mempengaruhi proses transpirasi di antaranya adalah radiasi cahaya, kelembaban, suhu,
angin dan keadaan air tanah.
Hal-hal di ataslah yang melatar belakangi dilakukannya praktikum ini sehingga
laporan ini dapat dikerjakan.

1.2. Tujuan Praktikum

 Untuk membuktikan bahwa besarnya transpirasi tidak ditentukan oleh luas stoma
tetapi oleh keliling stoma
 Untuk mengukur laju kehilangan uap air pada beberapa macam daerah panguapan

1.3. Manfaat Praktikum

 Praktikan dapat membuktikan bahwa besarnya transpirasi tidak ditentukan oleh


luas stoma tetapi oleh keliling stoma
 Praktikan dapat mengukur laju kehilangan uap air pada beberapa macam daerah
panguapan
II. LANDASAN TEORI

Transpirasi adalah proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan, yaitu berupa cairan,
uap atau gas. Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap
dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kemungkinan kehilangan air dari jaringan
tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan
tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Transpirasi adalah
proses evaporasi pada tumbuhan (Dwidjoseputro,1984).

Transpirasi terjadi dalam setiap bagian tumbuhan, tetapi pada umumnya kehilangan
air terbesar berlangsung melalui daun-daun. Ada dua tipe transpirasi yaitu:

1. Transpirasi kutikula yaitu evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui
kutikula epidermis.
2. Transpirasi stomata yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata.
Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata.

Kutikula daun secara relatif tidak tembus air dan pada sebagian besar jenis
tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 % atau kurang dari jumlah air yang hilang
melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.

Peristiwa transpirasi biasanya berhubungan dengan kehilangan air-dalam melalui


stomata, kutikula, dan lentisel.Banyak air yang harus hilang melalui transpirasi untuk
membesarkan tumbuhan karena rangka molekul semua bahan organik pada tumbuhan
terdiri dari atom karbon yang harus diperoleh dari atmosfer. Karbon masuk ke dalam tubuh
sebagai karbon dioksida melaui pori stomata, yanag paling banyak terdapat pada
permukaan daun dan air keluar secara difusi melalui pori yang sama saat stomata terbuka
(Fahn, 1995)

Teori kehilangan air melalui traspirasi ini disebut juga teori tegangan adhesi dan
kohesi Pada sebagian besar tumbuhan, transpirasi umumnya sangat rendah pada malam
hari.Transpirasi mulai menaik beberapa menit setelah matahari terbit dan mencapai
puncaknya pada siang hari.Transpirasi berhubungan langsung dengan intensitas cahaya.

Salah satu penyebab terjadinya pelayuan adalah karena adanya proses transpirasi
atau penguapan air yang tinggi melalui bukaan-bukaan alami seperti stomata, hidatoda dan
lentisel yang tersedia pada permukaan dari produk sayuran daun tersebut. Kadar air (85-
98%) dan rasio antara luas permukaan dengan berat yang tinggi dari produk
memungkinkan laju penguapan air berlangsung tinggi sehingga proses pelayuan dapat
terjadi dengan. Selain faktor internal produk, faktor eksternal seperti suhu, kelembaban
serta kecepatan aliran udara berpengaruh terhadap kecepatan pelayuan.Mekanisme
membuka dan menutupnya bukaan-bukaan alami pada permukaan produk seperti stomata
dipengaruhi oleh suhu dari produk.Pada kondisi dimana suhu produk relatif tinggi maka
bukaan-buakaan alami cenderung membuka dan sebaliknya pada keadaan suhunya relatif
rendah maka buakaan alami mengalami penutupan (Dwidjosseputro, 1984).

Tingginya kandungan air produk menyebabkan tekanan uap air dalam produk
selalu dalam keadaan tinggi dan bila kelembaban udara atau tekanan uap air di udara
rendah maka akan terjadi defisit tekanan uap air yang menyebabkan perpindahan air dari
dalam produk ke udara sekitarnya. Bila sebaliknya, tekanan uap air di luar lingkungan
produk lebih tingg,i maka akan terjadi pergerakan air dari luar ke dalam produk. Sangat
memungkinkan untuk mendifusikan air ke dalam produk semaksimal mungkin untuk
menyegarkan kembali dengan mengatur tekanan air serta mengendalikan mekanisme
membuka dan menutupnya bukaan alami, dimana proses penyegaran ini dikenal dengan
crisping.

Transpirasi mempunyai manfaat bagi tanaman antara lain:

1. Meningkatkan daya isap daun pada penyerapan air


2. Mengurangi jumlah air dalam tumbuhan jika terjadi penyerapan yang berlebihan.
3. Mempercepat laju pengangkutan dan penyerapan unsur hara melalui pembuluh
xylem
4. Menjagaturgiditasseltumbuhan agar tetap pada kondisioptimal
5. Sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu.
6. Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel.
7. Pengangkutan asimilat.
8. Pengaturan bukaan stomata.

Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam
penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi dengan ruang
antar sel daun merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam ruang antar
sel biasanya lebih besar daripada udara luar. Manakala stomata terbuka, lebih banyak
molekul air yang akan keluar dari daun melalui stomata dibandingkan dngan jumlah yang
masuk per satuan waktu, dengan demikian tumbuhan tersebut akan kehilangan air
(Dwidjoseputro,1984).

Proses transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar.
Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau
tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak
sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata.

Faktor internal yang mempengaruhi proses transpirasi anatara lain:

1. Penutupan stomata

Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif
tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup.
Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan
kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata
Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi
lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan. Menurut Salisbury dan Ross (1995)
dalam Haryanti dan Meirina (2009) menyatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata yaitu:

1) Faktor eksternal: Intensitas cahaya matahari, konsentra si CO2 dan asam absisat
(ABA). Cahaya matahari merangsang sel penutup menyerap ion K+ dan air,
sehingga stomata membuka pada pagi hari. Konsentrasi CO2 yang rendah di dalam
daun juga menyebabkan stomata membuka.
2) Faktor internal (jam biologis) : Jam biologis, memicu serapan ion pada pagi hari
sehingga stomata membuka, sedangkan malam hari terjadi pembasan ion yang
menyebabkan stomata menutup
2. Jumlah dan ukuran stomata
Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai
pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan
penutupan stomata.

3. Jumlah daun

Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi.

4. Penggulungan atau pelipatan daun

Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan


pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.

5. Kedalaman dan proliferasi akar

Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat


tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar.Perakaran yang lebih dalam
meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah)
meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi
pelayuan permanen (Lakitan, 1993).

Faktor eksternal yang mempengaruhi proses transpirasi antara lain:

1. Sinar matahari

Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan membukanya


stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga
mempergiat transpirasi.Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-
merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan
tempratur. Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan
melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi.

2. Temperatur

Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi daun


yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama
dengan suhu udara, tetapi daun yang kena sinar matahari mempunyai suhu 10o -20o F
lebih tinggi daripada suhu udara. Pengaruh tempratur terhadap transpirasi daun dapat
pula ditinjau dari sudut lain, yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air di
dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan temperatur menambah tekanan
uap di dalam daun. Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga menambah tekanan
uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang
yang terbatas, maka tekanan uap tiada akan setinggi tekanan uap yang terkurung
didalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah
berdifusi dari dalam daun ke udara bebas.

3. Kebasahan udara (Kelembaban udara)

Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang
demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap
di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air
daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi
(di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun).

Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara


kering melancarkan transpirasi.Pada kondisi alamiah, udara selalu mengandung uap air,
biasanya dengan konsentrasi antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari molekul air
tersebut bergerak ke dalam daun melalui stomata dengan proses kebalikan transpirasi.
Laju gerak masuknya molekul uap air tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air
udara, yaitu kelembaban. Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan
laju neto dari air yang hilang. Dengan demikian, seandainya faktor lain itu sama,
transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara.

4. Angin

Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi.Karena angin


membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian, maka
uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke
luar .Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap
laju transpirasi.Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk
meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan
uap air.Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu
daun, dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting
daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air.

Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar
permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan tidak
jenuh, maka akan terdapat gradasi konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut
ke udara yang semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi
terhenti karena lapisan udara jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke
udara di sekitar permukaan daun.Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat
dua tahanan yang harus ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel
ke udara luar.Yang pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang
stomata, dan yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang
berdampingan dengan permukaan daun.Oleh karena itu dalam udara yang bergerak,
besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi
daripada dalam udara tenang.Namun, pengaruh angin sebenarnya lebih kompleks
daripada uraian tadi karena kecendrungannya untuk meningkatkan laju transpirasi
sampai tahap tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun
sehingga mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah
selalu meningkatkan transpirasi 

5. Keadaan air dalam tanah

Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akar
tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain
yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air
lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau dibanding dengan penyerapan air melalui
akar. Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi
laju transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel
mesofil terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak.

Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air
dari akar. Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat
daripada penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun.
Pada malam hari akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu
daun lebih rendah. Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh
akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat (Fahn,1995).

Transpirasi ditentukan oleh seberapa besar celah antara 2 sel penutup, sehingga
proses-proses yang menyebabkan membuka menutupnya stomata menentukan besarnya
transpirasi.Gerak sel penutup terjadi akibat perubahan turgornya, yang berubah karena
potensial airnya. Penyebab perubahan potensial air itu diduga karena:

1. Bertambahnya gula dalam sel penutup sebagai hasil fotosintesis. Meskipun sel
penutup mempunyai kloroplas, tetapi produksi gulanya tidak cukup besar untuk
menghasilkan efek tersebut.
2. Perubahan amilum menjadi gula. Teori ini menganggap bahwa dalam gelap CO2
yang mengumpul dalam sel penutup menyebabkan pHnya rendah. Bila terkena
cahaya CO2 ini akan berkurang karena fotosintesis sehingga pHnya naik, akibatnya
enzim amilase menjadi lebih aktif dan kadar glukosa naik.
3. Perubahan permeabilitas. Perubahan pH juga dapat menyebabkan permeabilitas
membrane sel berubah, sehingga memungkinkan bahan terlarut keluar atau masuk
sel penutup. Karena permeabilitas membran plasma sel penutup terhadap air tidak
terpengaruh oleh pH, maka bahan terlarut yang menentukan membuka/menutupnya
stomata. Yang berperan disini terutama ion K.
4. Hasil metabolisme langsung. Masuknya ion ke dalam sel penutup menggunakan
energi metabolisme menyebabkan potensial air menjadi lebih negatif dan sel
penutup menyerap air yang menyebabkan stomata membuka.
(Dwidjoseputro,1984).
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Penentuan Transpirasi pada Tumbuhan ini dilaksanakan pada hari hari
Rabu, tanggal 30 November 2022 pukul 14.00-15.00 WIB, bertempat di Laboratorium
Pendidikan Biologi Universitas Lancang Kuning.

3.2. Alat dan Bahan

1. Alat
 3 buah beaker glass atau gelas piala
 3 potong kertas timah
 Karet
 Silet
 Penggaris
2. Bahan
 Aquadest

3.3. Cara Kerja

 Ambillah 3 buah kertas timah dan semua diberi lubang dengan luas yang sama
yaitu 4 cm2. Kertas yang satu diberi sebuah lubang bujur sangkar dengan sisi 2 cm.
Kertas kedua diberi 2 buah lubang bujur sangkar, masing-masing dengan panjang
dan lebar 2 cm, jarak antara kedua lubang tersebut 1 cm. Kertas ketiga diberi 4
buah lubang bujur sangkar dengan ukuran sisi 1 cm, jarak antara lubang 0,5 cm.
 Siapkan botol plastic (aqua gelas atau botol), diberi label sesuai dengan lubang
kertasnya
 Isilah botol plastic dengan aquadest masing-masing 50 ml (gunakan gelas ukur 50-
100 ml).
 Tutuplah botol plastic menggunakan kertas timah sesuai dengan label yang dibuat
pada masing-masing botol, bagian yang mengkilat diletakkan pada bagian dalam.
Letakkan lubang kertas timah tepat ditengah botol, ikat menggunakan karet.
 Biarkan botol selama satu minggu, kemudian ukurlah volume air masing-masing
botol.
 Perhatikan apakah ada hubungan antara jumlah kehilangan air dengan jumlah
lubang yang telah ditentukan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Perlakuan V0 (ml) V1 (ml) ʌV (ml)


1 lubang 2×2 cm 100 ml 97 ml
2 lubang 2×1 cm 100 ml 96 ml
4 lubang 1×1 cm 100 ml 97 ml

Awal (100 ml) Akhir

4.2. Pembahasan

Metode pengukuran transpirasi dengan cara pengumpulan uap air yang ditranspirasi.
Setelah lima hari diperoleh hasil bahwa terjadi perubahan volum yang tidak terlalu
signifikan dari setiap sampel air yang digunakan. Berdasarkan pengamatan terdhadap
banyaknya air yang terkumpul di dalam cup atau gelas menunjukan volum air semakin
menurun.

Dari hasil diatas dapat dinyatakan bahwa setiap botol yang diisi aquades dengan
penutup yang lubang berbeda mempunyai hasil akhir yang berbeda pula. Dapat dinyatakan
sebagai berikut :

 Pada lubang 1 mempunyai hasil akhir yaitu 96 ml


 Pada lubang 2 mempunyai hasil akhir yaitu 97 ml
 Pada lubang 4 mempunyai hasil akhir yaitu 96 ml

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

kesimpulan yang dapat diambil adalah:

1. tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses kehilangan air


pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal yang penting adalah
difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun.
Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke
dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari
akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana
perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Besarnya
uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1)
Faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata); (2)
Faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan angin) (Salisbury, 1992)
2.

5.2 Saran

Saran saya dalam praktikum ini agar praktikan fokus. Untuk praktikum selanjutnya
diharapkan agar semua praktikan dapat mengikuti semua pengamatan yang dilakukan saat
praktikum, sehingga praktikan dapat mengerti materi yang dipraktikumkan.
DAFTAR PUSTAKA

Salisbury, F. B and C. W Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. ITB: Bandung

Loveless, A. R.1991.Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 1. Gramedia:


Jakarta

Khairunnisa,L 2000.Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air.Fakultas Pertanian


USU : Medan

Wahab, Jufri. (2013). Belajar dan Pembelajaran SAINS Bandung: Pustaka Reka Cipta

Dwidjoseputro. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid III. Bandung. Institut
Teknologi Bandung. 343 hal.

Fahn, A. 1995.Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press

Haryanti, Sri., dan Tertrinica Meirina. 2009. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata
Daun Kedelai (Glycine max (L) merril) pada Pagi Hari dan Sore. Vol 11 No 1.
Tersedia di http://www.undip.ac.id/. Diaskses pada 10 desember 2022

Lakitan B, 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 155
hal.

Anda mungkin juga menyukai