Praktikum IV
Disusun Oleh :
Nim : 2084205026
Kelompok : 3 (tiga)
PEKANBARU
I. PENDAHULUAN
Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman
gradien konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih
rendah, dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena
itu, transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis. Angin
membawa udara dekat ke daun dan membuta pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukkan
mengapa laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan
angin (Khairunnisa, 2000).
Beberapa penggantian air berasal dari dalam sel daun melalui membran plasma.
Ketika air meninggalkan daun, molekul air menjadi lebih kecil. Hal ini akan mengurangi
tekanan turgor. Jika banyak air yang dipindahkan, tekanan turgor akan menjadi nol. Oleh
karena itu, sel menjadi lunak dan kehilangan kemampuan untuk mendukung daun. Hal ini
dapat terlihat ketika tanaman layu. Untuk mengetahui tingkat efisiensi tumbuhan dalam
memanfaatkan air, sering dilakukan pengukuran terhadap laju transpirasi. Tumbuhan yang
efisien akan menguapakan air dalam jumlah yang lebih sedikit untuk membentuk struktur
tubuhnya (bahan keringnya) dibandingkan dengan tumbuhan yang kurang efisien dalam
memanfaatkan air. Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula dan
lentisel. Disamping mengeluarkan air dalam bentuk uap, tumbuhan dapat pula
mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut dengan gutasi dengan
melalui alat yang disebut dengan hidatoda yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat
daun yang sering kita jumpai pada species tumbuhan tertentu. Sehubungan dengan
transpirasi, organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses ini adalah
daun, karena pada daunlah kita menjumpai stomata paling banyak. Transpirasi penting
bagi tumbuhan karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan
garam mineral, mengatur suhu tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam sel.
Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil kerongga antar sel yang ada
dalam daun (Wahab,Jufri 2013).
Pada dasarnya terjadinya transpirasi ditentukan oleh seberapa besar celah antara dua
sel penutup stomata, sehingga proses-proses yang menyebabkan membuka dna
menutupnya stomata menentukan besarnya transpirasi. Berbagai faktor lingkungan
mempengaruhi proses transpirasi di antaranya adalah radiasi cahaya, kelembaban, suhu,
angin dan keadaan air tanah.
Hal-hal di ataslah yang melatar belakangi dilakukannya praktikum ini sehingga
laporan ini dapat dikerjakan.
Untuk membuktikan bahwa besarnya transpirasi tidak ditentukan oleh luas stoma
tetapi oleh keliling stoma
Untuk mengukur laju kehilangan uap air pada beberapa macam daerah panguapan
Transpirasi adalah proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan, yaitu berupa cairan,
uap atau gas. Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap
dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kemungkinan kehilangan air dari jaringan
tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan
tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Transpirasi adalah
proses evaporasi pada tumbuhan (Dwidjoseputro,1984).
Transpirasi terjadi dalam setiap bagian tumbuhan, tetapi pada umumnya kehilangan
air terbesar berlangsung melalui daun-daun. Ada dua tipe transpirasi yaitu:
1. Transpirasi kutikula yaitu evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui
kutikula epidermis.
2. Transpirasi stomata yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata.
Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata.
Kutikula daun secara relatif tidak tembus air dan pada sebagian besar jenis
tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 % atau kurang dari jumlah air yang hilang
melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.
Teori kehilangan air melalui traspirasi ini disebut juga teori tegangan adhesi dan
kohesi Pada sebagian besar tumbuhan, transpirasi umumnya sangat rendah pada malam
hari.Transpirasi mulai menaik beberapa menit setelah matahari terbit dan mencapai
puncaknya pada siang hari.Transpirasi berhubungan langsung dengan intensitas cahaya.
Salah satu penyebab terjadinya pelayuan adalah karena adanya proses transpirasi
atau penguapan air yang tinggi melalui bukaan-bukaan alami seperti stomata, hidatoda dan
lentisel yang tersedia pada permukaan dari produk sayuran daun tersebut. Kadar air (85-
98%) dan rasio antara luas permukaan dengan berat yang tinggi dari produk
memungkinkan laju penguapan air berlangsung tinggi sehingga proses pelayuan dapat
terjadi dengan. Selain faktor internal produk, faktor eksternal seperti suhu, kelembaban
serta kecepatan aliran udara berpengaruh terhadap kecepatan pelayuan.Mekanisme
membuka dan menutupnya bukaan-bukaan alami pada permukaan produk seperti stomata
dipengaruhi oleh suhu dari produk.Pada kondisi dimana suhu produk relatif tinggi maka
bukaan-buakaan alami cenderung membuka dan sebaliknya pada keadaan suhunya relatif
rendah maka buakaan alami mengalami penutupan (Dwidjosseputro, 1984).
Tingginya kandungan air produk menyebabkan tekanan uap air dalam produk
selalu dalam keadaan tinggi dan bila kelembaban udara atau tekanan uap air di udara
rendah maka akan terjadi defisit tekanan uap air yang menyebabkan perpindahan air dari
dalam produk ke udara sekitarnya. Bila sebaliknya, tekanan uap air di luar lingkungan
produk lebih tingg,i maka akan terjadi pergerakan air dari luar ke dalam produk. Sangat
memungkinkan untuk mendifusikan air ke dalam produk semaksimal mungkin untuk
menyegarkan kembali dengan mengatur tekanan air serta mengendalikan mekanisme
membuka dan menutupnya bukaan alami, dimana proses penyegaran ini dikenal dengan
crisping.
Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam
penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi dengan ruang
antar sel daun merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam ruang antar
sel biasanya lebih besar daripada udara luar. Manakala stomata terbuka, lebih banyak
molekul air yang akan keluar dari daun melalui stomata dibandingkan dngan jumlah yang
masuk per satuan waktu, dengan demikian tumbuhan tersebut akan kehilangan air
(Dwidjoseputro,1984).
Proses transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar.
Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau
tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak
sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata.
1. Penutupan stomata
Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif
tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup.
Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan
kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata
Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi
lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan. Menurut Salisbury dan Ross (1995)
dalam Haryanti dan Meirina (2009) menyatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata yaitu:
1) Faktor eksternal: Intensitas cahaya matahari, konsentra si CO2 dan asam absisat
(ABA). Cahaya matahari merangsang sel penutup menyerap ion K+ dan air,
sehingga stomata membuka pada pagi hari. Konsentrasi CO2 yang rendah di dalam
daun juga menyebabkan stomata membuka.
2) Faktor internal (jam biologis) : Jam biologis, memicu serapan ion pada pagi hari
sehingga stomata membuka, sedangkan malam hari terjadi pembasan ion yang
menyebabkan stomata menutup
2. Jumlah dan ukuran stomata
Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai
pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan
penutupan stomata.
3. Jumlah daun
1. Sinar matahari
2. Temperatur
Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang
demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap
di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air
daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi
(di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun).
4. Angin
Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar
permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan tidak
jenuh, maka akan terdapat gradasi konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut
ke udara yang semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi
terhenti karena lapisan udara jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke
udara di sekitar permukaan daun.Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat
dua tahanan yang harus ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel
ke udara luar.Yang pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang
stomata, dan yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang
berdampingan dengan permukaan daun.Oleh karena itu dalam udara yang bergerak,
besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi
daripada dalam udara tenang.Namun, pengaruh angin sebenarnya lebih kompleks
daripada uraian tadi karena kecendrungannya untuk meningkatkan laju transpirasi
sampai tahap tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun
sehingga mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah
selalu meningkatkan transpirasi
Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akar
tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain
yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air
lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau dibanding dengan penyerapan air melalui
akar. Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi
laju transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel
mesofil terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak.
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air
dari akar. Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat
daripada penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun.
Pada malam hari akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu
daun lebih rendah. Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh
akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat (Fahn,1995).
Transpirasi ditentukan oleh seberapa besar celah antara 2 sel penutup, sehingga
proses-proses yang menyebabkan membuka menutupnya stomata menentukan besarnya
transpirasi.Gerak sel penutup terjadi akibat perubahan turgornya, yang berubah karena
potensial airnya. Penyebab perubahan potensial air itu diduga karena:
1. Bertambahnya gula dalam sel penutup sebagai hasil fotosintesis. Meskipun sel
penutup mempunyai kloroplas, tetapi produksi gulanya tidak cukup besar untuk
menghasilkan efek tersebut.
2. Perubahan amilum menjadi gula. Teori ini menganggap bahwa dalam gelap CO2
yang mengumpul dalam sel penutup menyebabkan pHnya rendah. Bila terkena
cahaya CO2 ini akan berkurang karena fotosintesis sehingga pHnya naik, akibatnya
enzim amilase menjadi lebih aktif dan kadar glukosa naik.
3. Perubahan permeabilitas. Perubahan pH juga dapat menyebabkan permeabilitas
membrane sel berubah, sehingga memungkinkan bahan terlarut keluar atau masuk
sel penutup. Karena permeabilitas membran plasma sel penutup terhadap air tidak
terpengaruh oleh pH, maka bahan terlarut yang menentukan membuka/menutupnya
stomata. Yang berperan disini terutama ion K.
4. Hasil metabolisme langsung. Masuknya ion ke dalam sel penutup menggunakan
energi metabolisme menyebabkan potensial air menjadi lebih negatif dan sel
penutup menyerap air yang menyebabkan stomata membuka.
(Dwidjoseputro,1984).
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum Penentuan Transpirasi pada Tumbuhan ini dilaksanakan pada hari hari
Rabu, tanggal 30 November 2022 pukul 14.00-15.00 WIB, bertempat di Laboratorium
Pendidikan Biologi Universitas Lancang Kuning.
1. Alat
3 buah beaker glass atau gelas piala
3 potong kertas timah
Karet
Silet
Penggaris
2. Bahan
Aquadest
Ambillah 3 buah kertas timah dan semua diberi lubang dengan luas yang sama
yaitu 4 cm2. Kertas yang satu diberi sebuah lubang bujur sangkar dengan sisi 2 cm.
Kertas kedua diberi 2 buah lubang bujur sangkar, masing-masing dengan panjang
dan lebar 2 cm, jarak antara kedua lubang tersebut 1 cm. Kertas ketiga diberi 4
buah lubang bujur sangkar dengan ukuran sisi 1 cm, jarak antara lubang 0,5 cm.
Siapkan botol plastic (aqua gelas atau botol), diberi label sesuai dengan lubang
kertasnya
Isilah botol plastic dengan aquadest masing-masing 50 ml (gunakan gelas ukur 50-
100 ml).
Tutuplah botol plastic menggunakan kertas timah sesuai dengan label yang dibuat
pada masing-masing botol, bagian yang mengkilat diletakkan pada bagian dalam.
Letakkan lubang kertas timah tepat ditengah botol, ikat menggunakan karet.
Biarkan botol selama satu minggu, kemudian ukurlah volume air masing-masing
botol.
Perhatikan apakah ada hubungan antara jumlah kehilangan air dengan jumlah
lubang yang telah ditentukan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
Metode pengukuran transpirasi dengan cara pengumpulan uap air yang ditranspirasi.
Setelah lima hari diperoleh hasil bahwa terjadi perubahan volum yang tidak terlalu
signifikan dari setiap sampel air yang digunakan. Berdasarkan pengamatan terdhadap
banyaknya air yang terkumpul di dalam cup atau gelas menunjukan volum air semakin
menurun.
Dari hasil diatas dapat dinyatakan bahwa setiap botol yang diisi aquades dengan
penutup yang lubang berbeda mempunyai hasil akhir yang berbeda pula. Dapat dinyatakan
sebagai berikut :
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran saya dalam praktikum ini agar praktikan fokus. Untuk praktikum selanjutnya
diharapkan agar semua praktikan dapat mengikuti semua pengamatan yang dilakukan saat
praktikum, sehingga praktikan dapat mengerti materi yang dipraktikumkan.
DAFTAR PUSTAKA
Salisbury, F. B and C. W Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. ITB: Bandung
Wahab, Jufri. (2013). Belajar dan Pembelajaran SAINS Bandung: Pustaka Reka Cipta
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid III. Bandung. Institut
Teknologi Bandung. 343 hal.
Haryanti, Sri., dan Tertrinica Meirina. 2009. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata
Daun Kedelai (Glycine max (L) merril) pada Pagi Hari dan Sore. Vol 11 No 1.
Tersedia di http://www.undip.ac.id/. Diaskses pada 10 desember 2022
Lakitan B, 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 155
hal.