Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PENGUAPAN AIR

Disusun oleh :
Kelompok 5 Indralaya
Dwi Wahdini (06091282126027)
Desi Apriyanti (06091182126005)
Disa Almira Pabila (06091282126049)
Irma Cahyani Safitri (06091282126038)
Nabilah Afifah Putri (06091282126017)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Rahmi Susanti, M.Si.
Susy Amizera SB., M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2023
Praktikum 3

I. Judul Praktikum : Penguapan Air


II. Tanggal dan Tempat
Tanggal Praktikum : Kamis, 07 September 2023
Tempat Praktikum : Lab Biologi
III. TujuanPraktikum
• Untuk mempelajari proses penguapan air pada tumbuhan
• Untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam proses penguapan air
IV. Alat dan Bahan
• 6 botol air mineral ukuran 600 ml
• Tumbuhan Adam Hawa
• Plastisin
• Air (Aquades)
V. Landasan Teori
Transpirasi adalah proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan, yaitu berupa cairan, uap
atau gas. Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap
dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kemungkinan kehilangan air dari jaringan
tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan
tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Transpirasi
adalah proses evaporasi pada tumbuhan (Dwidjoseputro, 1984). Transpirasi terjadi
dalam setiap bagian tumbuhan, tetapi pada umumnya kehilangan air terbesar
berlangsung melalui daun-daun. Ada dua tipe transpirasi yaitu:
1. Transpirasi kutikula yaitu evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui
kutikula epidermis.
2. Transpirasi stomata yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui
stomata. Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata.
Kutikula daun secara relatif tidak tembus air dan pada sebagian besar jenis
tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10% atau kurang dari jumlah air
yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang
hilang terjadi melalui stomata.

Peristiwa transpirasi biasanya berhubungan dengan kehilangan air-dalam melalui


stomata, kutikula, dan lentisel.Banyak air yang harus hilang melalui transpirasi
untuk membesarkan tumbuhan karena rangka molekul semua bahan organik pada
tumbuhan terdiri dari atom karbon yang harus diperoleh dari atmosfer. Karbon
masuk ke dalam tubuh sebagai karbon dioksida melaui pori stomata, yanag paling
banyak terdapat pada permukaan daun dan air keluar secara difusi melalui pori
yang sama saat stomata terbuka (Fahn, 1995). Teori kehilangan air melalui
traspirasi ini disebut juga teori tegangan adhesi dan kohesi Pada sebagian besar
tumbuhan, transpirasi umumnya sangat rendah pada malam hari Transpirasi mulai
menaik beberapa menit setelah matahari terbit dan mencapai puncaknya pada
siang hari. Transpirasi berhubungan langsung dengan intensitas cahaya.

Salah satu penyebab terjadinya pelayuan adalah karena adanya proses transpirasi
atau penguapan air yang tinggi melalui bukaan-bukaan alami seperti stomata,
hidatoda dan lentisel yang tersedia pada permukaan dari produk sayuran daun
tersebut. Kadar air (85-98%) dan rasio antara luas permukaan dengan berat yang
tinggi dari produk memungkinkan laju penguapan air berlangsung tinggi sehingga
proses pelayuan dapat terjadi dengan. Selain faktor internal produk, faktor
ekstemal seperti suhu, kelembaban serta kecepatan aliran udara berpengaruh
terhadap kecepatan pelayuan. Mekanisme membuka dan menutupnya bukaan-
bukaan alami pada permukaan produk seperti stomata dipengaruhi oleh suhu dari
produk. Pada kondisi dimana suhu produk relatif tinggi maka bukaan- bunkaan
alami cenderung membuka dan sebaliknya pada keadaan suhunya relatif rendah
maka buakaan alami mengalami penutupan (Dwidjosseputro, 1984)

Tingginya kandungan air produk menyebabkan tekanan uap air dalam produk
selalu dalam keadaan tinggi dan bila kelembaban udara atau tekanan uap air di
udara rendah maka akan terjadi defisit tekanan uap air yang menyebabkan
perpindahan air dari dalam produk ke udara sekitarnya. Bila sebaliknya, tekanan
uap air di luar lingkungan produk lebih tinggi maka akan terjadi pergerakan air
dari luar ke dalam produk. Sangat memungkinkan untuk mendifusikan air ke
dalam produk semaksimal mungkin untuk menyegarkan kembali dengan mengatur
tekanan air serta mengendalikan mekanisme membuka dan menutupnya bukaan
alami, dimana proses penyegaran ini dikenal dengan crisping.

Transpirasi mempunyai manfaat bagi tanaman antara lain:

1. Meningkatkan daya isap daun pada penyerapan air


2. Mengurangi jumlah air dalam tumbuhan jika terjadi penyerapan yang berlebihan.
3. Mempercepat laju pengangkutan dan penyerapan unsur hara melalui pembuluh
xylem
4. Menjaga turgiditas seltumbuhan agar tetap pada kondisi optimal
5. Sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu
6. Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel
7. Pengangkutan asimilat.
8. Pengaturan bukaan stomata.
Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam
penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi dengan
ruang antar sel daun merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam
ruang antar sel biasanya lebih besar daripada udara luar. Manakala stomata terbuka,
lebih banyak molekul air yang akan keluar dari daun melalui stomata dibandingkan
dngan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan demikian tumbuhan tersebut
akan kehilangan air (Dwidjosepatro, 1984). Proses transpirasi dipengaruhi banyak
faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun,
tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya
bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata.
Faktor internal yang mempengaruhi proses transpirasi anatara lain:
1. Penutupan stomata
Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara
relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila
stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula
kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk
mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata Faktor utama yang
mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan
ialah tingkat cahaya dan kelembapan. Menurut Salisbury dan Ross (1995)
dalam Haryanti dan Meirina (2009) menyatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata yaitu:
a. Faktor eksternal Intensitas cahaya matahari, konsentrasi CO2 dan asam absisat
(ABA). Cahaya matahari merangsang sel penutup menyerap ion K+dan air,
sehingga stomata membuka pada pagi hari. Konsentrasi CO2 yang rendah di
dalam daun juga menyebabkan stomata membuka.
b. Faktor internal (jam biologis): Jam biologis, memicu serapan ion pada pagi
hari sehingga stomata membuka, sedangkan malam hari terjadi pembasan ion
yang menyebabkan stomata menutup
2. Jumlah dan ukuran stomata Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh
genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap
transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata
3. Jumlah daun Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi.
4. Penggulungan atau pelipatan daun
Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan
pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.
Faktor eksternal yang mempengaruhi proses transpirasi antara lain:
1. Sinar matahari
Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan
membukanya stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak
sinar berarti juga mempergiat transpirasi Karena sinar itu juga mengandung
panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah
panas, dengan demikian menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur sampai
pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan
demikian memperbesar transpirasi.
2. Temperatur
Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi
daun yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang
lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang kena sinar matahari
mempunyai suhu 100-200 F lebih tinggi daripada suhu udara. Pengaruh
tempratur terhadap transpimsi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu
didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap
air di luar daun. Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun.
Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar
daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang
terbatas, maka tekanan uap tiada akan setinggi tekanan uap yang terkurung
didalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan
mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas.
3. Kebasahan udara (Kelembaban udara)
Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan
yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada
tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih
kenyang akan uap air daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air
berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah
(di luar daun). Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat
transpirasi, sedang udara kering melancarkan transpirasi Pada kondisi alamiah,
udara selalu mengandung uap air, biasanya dengan konsentrasi antara I sampai
3 persen. Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui
stomata dengan proses kebalikan transpirasi. Laju gemak masuknya molekul
uap air tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu
kelembaban. Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju
neto dari air yang hilang. Dengan demikian, seandainya faktor lain itu sama,
transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara.
4. Angin
Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi.Karena
angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan
demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat
kesempatan untuk difusi ke luar Angin mempunyai pengaruh ganda yang
cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi Secara singkat dapat
disimpulkan bahwa angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik
di dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di
bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan
demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting
daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air. Dalam udara yang
sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar permukaan
daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan tidak jenuh,
maka akan terdapat gradasi konsentrasi uap air dan lapisan udara jenuh
tersebut ke udara yang semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi
seperti itu transpirasi terhenti karena lapisan udara jenuh bertindak sebagai
penghambat difusi uap air ke udara di sekitar permukaan daun. Oleh karena
itu, dalam udara yang tenang terdapat dua tahanan yang harus ditanggulangi
uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke udara luar. Yang pertama
adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata, dan yang
kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang berdampingan
dengan permukaan daun.Oleh karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya
lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi daripada
dalam udara tenang.
Transpirasi ditentukan oleh seberapa besar celah antara 2 sel penutup.
sehingga proses-proses yang menyebabkan membuka menutupnya stomata
menentukan besarnya transpirasi Gerak sel penutup terjadi akibat perubahan
turgornya, yang berubah karena potensial airnya.
VI. Prosedur Kerja
• Ternaung
1. Siapkan botol air mineral ukuran 600 ml sebanyak 6 buah
2. Siapkan tanaman adam hawa sebanyak 6 batang
3. Masukan air kedalam botol sebanyak 500 ml pada 3 botol
4. Lalu masukkan tanaman adam hawa pada botol. Botol A diisi 1 tanaman adam
hawa, botol B diisi 2 tanaman adam hawa, dan botol C diisi 3 tanaman adam
hawa
5. Tutup mulut botol dengan mengunakan plastisin sampai tidak ada lagi lobang
6. Simpan ketiga botol di tempat ternaung
7. Biarkan botol selama satu hari
8. Lalu lihat perubahan jumlah air pada setiap botol dengan mengukur airnya
9. Timbang seluruh daun yang ada disetiap botol
10. Timbang juga berat daun sampel dari setiap daun dan hitung juga Luas daun
sampel dengan menggunakan rumus L = S×S
11. Hitunglah luas semua daun dengan menggunakan rumus X = Berat semua
daun/Berat daun sampel × Luas daun sampel
12. Lalu, hitung volume air yang diuapkan menggunakan rumus volume awal air-
volume akhir air
• Terdedah
1. Siapkan botol air mineral ukuran 600 ml sebanyak 6 buah
2. Siapkan tanaman adam hawa sebanyak 6 batang
3. Masukan air kedalam botol sebanyak 500 ml pada 3 botol
4. Lalu masukkan tanaman cabe pada botol. Botol A diisi 1 tanaman adam
hawa, botol B diisi 2 tanaman adam hawa, dan botol C diisi 3 tanaman
adam hawa
5. Tutup mulut botol dengan mengunakan plastisin sampai tidak ada lagi
lobang
6. Simpan ketiga botol di tempat terdedah
7. Biarkan botol selama satu hari
8. Lalu lihat perubahan jumlah air pada setiap botol dengan mengukur airnya
9. Timbang seluruh daun yang ada disetiap botol
10. Timbang juga berat daun sampel dari setiap daun dan hitung juga Luas
daun sampel dengan mengunakan rumus L = S×S
11. Hitunglah luas semua daun dengan menggunakan rumus X = Berat semua
daun/Berat daun sampel × Luas daun sampel
12. Lalu, hitung volume air yang diuapkan menggunakan rumus volume awal
air-volume akhir air
VII. Hasil Pengamatan
Nama Tanaman : Adam Hawa (Tradescantia spathacea)
Volume Awal Air : 500 ml

No Jumlah Kondisi Berat Berat Berat Berat Luas Volume


Daun Satu Semua Akhir Sampel Semua Air
Daun Daun Air daun yang
Diuapk
(cm2)
an

(ml)

1. 18 Terdedah 1 1,81 32,83 450 0,30 437,73 50

2. 15 Terdedah 2 1,18 14,72 452 0,27 218,07 48

3. 20 Terdedah 3 1,43 23,31 434 0,38 245,36 66

4. 13 Ternaung 1 0,19 23,23 433 0,14 663,71 67

5. 19 Ternaung 2 0,97 13,02 400 0,11 473,45 100

6. 34 Ternaung 3 1,41 28,59 460 0,13 879,69 40


VIII. Analisis Data
Rumus Luas Daun :

𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒅𝒂𝒖𝒏


Luas semua daun = 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒅𝒂𝒖𝒏 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒙 𝑳𝒖𝒂𝒔 𝒅𝒂𝒖𝒏 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

1. Terdedah 1 tumbuhan

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑑𝑎𝑢𝑛


Luas semua daun = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
32,83
= 𝑥2𝑥2
0,30
32,83
= 𝑥4
0,30
= 437,73 cm2

Volume air yang diuapkan = Volume awal – Volume akhir


= 500 ml – 450 ml
= 50 ml

2. Terdedah 2 tumbuhan
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑑𝑎𝑢𝑛
Luas semua daun = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
14,72
= 𝑥2𝑥2
0,27
14,72
= 𝑥4
0,27
= 218,07 cm2

Volume air yang diuapkan = Volume awal – Volume akhir


= 500 ml – 452 ml
= 48 ml

3. Terdedah 3 tumbuhan
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑑𝑎𝑢𝑛
Luas semua daun = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
23,31
= 𝑥2𝑥2
0,38
32,83
= 𝑥4
0,30
= 245,36 cm2

Volume air yang diuapkan = Volume awal – Volume akhir


= 500 ml – 434 ml
= 66 ml

4. Ternaung 1 tumbuhan
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑑𝑎𝑢𝑛
Luas semua daun = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
23,23
= 𝑥2𝑥2
0,14
23,23
= 𝑥4
0,14
= 663,71 cm2

Volume air yang diuapkan = Volume awal – Volume akhir


= 500 ml – 433 ml
= 67 ml

5. Ternaung 2 tumbuhan
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑑𝑎𝑢𝑛
Luas semua daun = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
13,02
= 𝑥2𝑥2
0,11
13,02
= 𝑥4
0,11
= 437,45 cm2

Volume air yang diuapkan = Volume awal – Volume akhir


= 500 ml – 400 ml
= 100 ml

6. Ternaung 3 tumbuhan
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑑𝑎𝑢𝑛
Luas semua daun = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
28,59
= 𝑥2𝑥2
0,13
28,59
= 𝑥4
0,13
= 876,69 cm2

Volume air yang diuapkan = Volume awal – Volume akhir


= 500 ml – 460 ml
= 40 ml
IX. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu melakukan pengamatan mengenai penguapan air
melalui proses transpirasi yang dilakukan dengan dua kondisi yang berbeda yaitu
terdedah dan juga ternaung. Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktiku
kali ini yaitu botol plastic, tumbuhan Adam Hawa (Tradescantia spathacea), dan juga
plastisin. Adapun langkah-langkahnya yaitu masukan air kedalam botol sebanyak 500
ml pada 3 botol. Lalu masukkan tanaman cabe pada botol. Botol A diisi 1 tanaman
adam hawa, botol B diisi 2 tanaman adam hawa, dan botol C diisi 3 tanaman adam
hawa. Tutup mulut botol dengan mengunakan plastisin sampai tidak ada lagi lobang
Simpan ketiga botol di tempat yang berbeda (ternaung dan terdedah). Biarkan botol
selama satu hari. Lalu lihat perubahan jumlah air pada setiap botol dengan mengukur
airnya.
Berdasarkan tabel pengamatan tersebut hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut:
• Terdedah
1. Pada botol a, dimana berisikan 1 tumbuhan adam hawa. Jumlah daun pada satu
tanaman ini adalah 18 dengan berat seluruh daun 32,83g. Luas semua daun
adam hawa ini 437,73 cm2 dengan volume akhir air 450ml, sehingga air yang
diuapkan sebanyak 50 ml.
2. Pada botol b, dimana berisikan 2 tumbuhan adam hawa. Jumlah daun pada dua
tanaman ini adalah 15 dengan berat seluruh daun 14,72g. Luas semua daun
adam hawa ini 218,07cm2 dengan volume akhir air 452ml, sehingga air yang
diuapkan sebanyak 48ml.
3. Pada botol c, dimana berisikan 3 tumbuhan adam hawa. Jumlah daun pada tiga
tanaman ini adalah 20 dengan berat seluruh daun 23,31g. Luas semua daun
adam hawa ini 245,36cm2 dengan volume akhir air 434ml, sehingga air yang
diuapkan sebanyak 66ml .
• Ternaung
1. Pada botol a, dimana berisikan 1 tumbuhan adam hawa. Jumlah daun pada satu
tanaman ini adalah 13 dengan berat seluruh daun 23,23g. Luas semua daun
adam hawa ini 663,71cm2 dengan volume akhir air 433ml, sehingga air yang
diuapkan sebanyak 67 ml.
2. Pada botol b, dimana berisikan 2 tumbuhan adam hawa. Jumlah daun pada dua
tanaman ini adalah 19 dengan berat seluruh daun 13,02g. Luas semua daun
adam hawa ini 437,45cm2 dengan volume akhir air 400ml, sehingga air yang
diuapkan sebanyak 100ml.
3. Pada botol c, dimana berisikan 3 tumbuhan adam hawa. Jumlah daun pada tiga
tanaman ini adalah 34 dengan berat seluruh daun 28,59g. Luas semua daun
adam hawa ini 876,69 cm2 dengan volume akhir air 460ml, sehingga air yang
diuapkan sebanyak 40ml.
5. Pada saat pengamatan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan
air berupa faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalamnya yaitu, penutupan
stomata, jumlah dan ukuran stomata, jumlah daun, penggulungan atau pelipatan
daun, struktur anatomi daun, dan potensial osmotik sel daun. Pada praktikum ini
tidak dilakukan pengamatan mengenai jumlah stomata sehingga tidak dapat
diperkirakan seberapa besar pengaruh stomata terhadap laju transpirasi. Semakin
banyak stomata (terbuka) yang dimiliki suatu daun maka semakin cepat laju
penguapan air. Sedangkan pada struktur daunnya dapat diamati dari luar. Jumlah
daun dan juga luas daun dapat menjadi penyebab seberapa banyak air yang
diuapkan oleh tanaman. Luas daun pada tumbuhan berpengaruh terhadap
penguapan air. Faktor luar (lingkungan) yang mempengaruhi penguapan air
adalah sinar matahari, temperatur, kelembaban udara, dan angin. Angin cenderung
untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui
penyapuan uap air. Sinar matahari menyebabkan transpirasi berlangsung dengan
cepat dikarenakan temperatur permukaan daun menjadi tinggi dan uap air
dipermukaan daun mengering disebabkan oleh konsentrasi diluar tubuh lebih
rendah daripada di dalam. Daun yang relative lebar memiliki kemampuan
menangkap cahaya yang lebih banyak dibamdingkan dengan daun yang sempit.
Adanya kemampuan menangkap cahaya relative banyak menyebabkan proses
pengangkutan air semakin cepat akibat pembukaan stomata yang semakin banyak
yang diinduksi oleh adanya cahaya matahari. Oleh karena itu penangkapan cahaya
pada perbedaan kedua kondisi ini tentunya berbeda.
X. Kesimpulan
• Transpirasi merupakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan
tumbuhan melalui stomata, Kemungkinan kehilangan air dari jaringan lain dapat
saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan
yang hilang melalui stomata.
• Proses penguapan air dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam
meliputi besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin tidaknya daun,
banyak sedikitnya bulu dan banyak sedikitnya stomata. Sedangkan yang termasuk
faktor luar yaitu meliputi radiasi, temperatur, kelembaban udara, tekanan udara
dan keadaan air dalam tanah.
• Untuk tumbuhan yang berada di daerah terdedah penguapan yang air seharusnya
lebih besar daripada tumbuhan di tempat ternaung. Karena cahaya akan memacu
proses penguapan lebih besar akibat kenaikan suhu pada daun dan membukanya
stomata karena rangsang cahaya. Namun, kita tetap harus memperhatikan faktor
lain jangan hanya melihat kondisi, tetapi juga harus melihat faktor lain seperti
jumlah daun, ukuran daun, dan luas daun.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanti, S. dan T. Meirina. 2009. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun Kedelai
(Glycine max (L) Merril) pada Pagi Hari dan Sore. Bioma vol. 11: 18-23.

Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Meirina. 2009. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun Kedelai (Glycine max (L)
merril) pada Pagi Hari dan Sore. Vol 11 No 1.Tersedia di http://www.undip.ac.id/.
Diaskses pada 4 Oktober 2015 Lakitan, Benyamin 2007. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai