Anda di halaman 1dari 5

Tinjauan pustaka

Transpirasi dapat dikatakan proses kehilangan air dalam bentuk uap


dari jaringantumbuhan melalui stomata kemungkinan kehilangan air dari jaringan
tanamanmelalui kegiatan tanamn yang dapat terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebutsangat
kecil dibandingkan dengan yang oleh stomata oleh sebab itu dalam perhitunganya besarnya
jumlah air yang hilang dari jarinagn tanaman umumnyadifokuskan untuk air yang hilang
melalui stomata. Proses transpirasi berlangsung selama tumbuhan hidup (Guritno dan
Sitompul, 1995 ).
Transpirasi adalah proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan
uap atau gas. Transpirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun
eksternal. Faktor internal adalah faktor berasal dari dalam tanaman sendiri misalnya jumlah
daun, tebal tipisnya daun, besar kecilnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan
daun, banyak sedikitnya bulu di permukaan daun, luas daun, dan jumlah stomata. Sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi laju transpirasi tanaman yang berasal dari
luar atau lingkungan seperti suhu, cahaya, kelembaban, dan angin. (Soedirokoesoemo,
1993).
Adapun faktor internal yang mempengaruhi proses transpirasi anatara lain:
1. Penutupan Stomata
Dengan terbukanya stomata lebih lebar, air yang hilang lebih banyak tetapi peningkatan
kehilangan air lebih sedikit untuk masing- masing satuan penambahan pelebaran stomata.
Banyak faktor yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata, yang paling
berpengaruh adalah tingkat cahaya dan kelembaban. Pada sebagian besartanaman, cahaya
menyebabkan stomata membuka. Pada tingkat kelembaban dalam daun yang rendah, sel-
sel pengawal kehilangan turgornya mengakibatkan penutupan stomata (Gardner,
1991).

2. Jumlah dan Ukuran Stomata


Kebanyakan daun tanaman yang produktif mempunyai banyak stomata pada kedua
sisi daunnya. Jumlah dan ukuran stomata yang dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan
(Gardner, 1991).

3. Jumlah Daun
Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi (Gardner, 1991).

4. Kedalaman dan Proliferasi Akar


Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air dan proliferasi akar
meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan
tanaman (Gardner, 1991).

5. Penggulungan atau Pelipatan Daun


Banyak tanaman yang mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan
pengurangan transpirasi apabila perairan terbatas (Gardner, 1991).
Faktor eksternal yang mempengaruhi proses transpirasi antara lain:
1. Kelembaban
Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang
demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar
daun, atau dengan kata lain ruang di dalam daun itu jauh lebih kenyang akan uap air
daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi yang
tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun). Sebaliknya, jika pada
suatu hari di uadara banyak awan maka kebasahan antara bumi dengan awan itu sangat
tinggi. Dengan demikian maka perbedaan kebasahan udara di dalam dan di luar daun
tidak jauh berbeda; keadaan yang demikian ini tidak melancarkan berdifusinya uap air
dari dalam daun ke dunia luar daun. Kesimpulannya ialah, udara yang basah
menghambat transpirasi, sedang udara yang kering melancarkan transpirasi
(Dwijoseputro, 1980).
Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju
transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga
antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara (Taiz, 1998).
2. Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari
sudut lain, yaitu di dalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan
tekanan uap air di luar daun. Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun.
Kenaikan temperatur itu sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun,
akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas maka
tekanan uap tidak akan setinggi tekanan uap yang terkurung di dalam daun. Akibat dari
pada perbedaan tekanan ini, maka uap air mudah berdifusi dari dalam daun ke udara
bebas (Dwijoseputro,1980).
Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan air
sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan
secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata (Taiz, 1998).
3. Sinar matahari
Sinar matahari menyebabkan membukanya stoma dan gelap
menyebabkan menutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi.
Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama siar infra- merah), maka banyak sinar
berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan temperatur. Kenaikan
temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan
dengan demikian memperbesar transpirasi (Dwijoseputro, 1980).
Cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan
mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang
kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya
stomata (Salisbury & Ross, 1995).
4. Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju
transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan
kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika
angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan
hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi (Taiz, 1998).
Pada umumnya angin yang sedang menambah kegiatan traspirasi. Hal ini dapat
dimaklumi karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma.
Dengan demikian maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat
kesempatan untuk berdifusi ke luar (Dwijoseputro, 1980).

5. Kandungan air tanah


Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di
akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan dari
tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang
besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun sebagai
akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal
ini cenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi
lebih lanjut (Taiz, 1998).
Pengukuran laju transpirasi tidak terlalu mudah dilakukan. Kesulitan utamanya adalah
karena semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan
dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium
untuk menaksir laju transpirasi :
1. Kertas korbal klorida
Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti
dengan pengukuran uap airyang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini
berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah
jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan
daun dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang
diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju
kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas.
2. Potometer
Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, denga asumsi
bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama
dengan jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi.
3. Pengumpulan uap air yang ditranspirasi
Cara ini mengharuskan tumbuhan atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah
bejana tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.
4. Penimbangan langsung
Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang
tumbuh dalam pot yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan
permukaan tanah dapat dicegah. Kehilagan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir
untukjangka waktu tertentu dengan penimbangan langsung (Loveless, 1991).
Transpirasi juga berperan dalam pertukaran energi. Transpirasi merupakan proses
pendinginan. bila tidak terjadi transpirasi maka daun akan lebih panas beberapa derajat
lebih panas. Penguapan air merupakan proses pendinginan yang kuat. Molekul air yang
berkecepatan tinggi menguap dan ketika meninggalkan zat cair, kecepatan molekul yang
tertinggal menjadi lebih kecil berarti zat cair tersebut lebih dingin (Salisbury & Ross,
1995).
Transpirasi mempunyai manfaat bagi tanaman antara lain:
1. Meningkatkan daya isap daun pada penyerapan air
2. Mengurangi jumlah air dalam tumbuhan jika terjadi penyerapan yang berlebihan.
3. Mempercepat laju pengangkutan dan penyerapan unsur hara melalui pembuluh
xylem
4. Menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal
5. Sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu.
6. Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel.
7. Pengangkutan asimilat.
8. Pengaturan bukaan stomata. (Lakitan,1993).
Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam
penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi dengan ruang
antar sel daun merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam ruang antar sel
biasanya lebih besar daripada udara luar. Manakala stomata terbuka, lebih banyak molekul air
yang akan keluar dari daun melalui stomata dibandingkan dngan jumlah yang masuk per
satuan waktu, dengan demikian tumbuhan tersebut akan kehilangan air.

Kesimpulan
Transpirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal.
Faktor internal adalah faktor berasal dari dalam tanaman sendiri misalnya jumlah daun,
tebal tipisnya daun, besar kecilnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun,
banyak sedikitnya bulu di permukaan daun, luas daun, dan jumlah stomata. Sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi laju transpirasi tanaman yang berasal
dari luar atau lingkungan seperti suhu, cahaya, kelembaban, dan angin
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa transpirasi
berhubungan langsung dengan intensitas cahaya. Semakin besar intensitas cahaya semakin
tinggi laju transpirasi. Faktor-faktor lingkungan lainnya yang berpengaruh terhadap
transpirasi antara lain: konsentrasi CO2, temperatur, kelembaban relatif, kepadatan udara,
dan kecepatan angin. Selain itu, faktor dalam juga berpengaruh misalnya besar kecilnya
daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya
bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata. Proses
transpirasi berlangsung selama tumbuhan hidup.

Saran
Sebaiknya dosen ataupun teknisi setelah melakukan kegiatan praktikum maka
memberitahukan kepada mahasiswa kegiatan praktikum minggu depan supaya mahasiswa
dapat mempelajarinya terlebih dahulu.
Daftar Pustaka
Guritno, B. dan Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman .UGMPress.
Yogyakarta.

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB: Bandung Loveless, A.R .
1991 . Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. PT. Gramedia: Jakarta.
Dwijoseputro . 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan . Penerbit PT. Gramedia : Jakarta
Taiz, L. and E. Zeiger. 1998. Plant Physiology 2 ed. Sinauer Associates. Inc. Publ.
Massachucetts
Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan FisiologiTumbuhan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.


Gardner, Et All. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Ui Press : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai