Anda di halaman 1dari 4

DASAR TEORI TRANSPIRASI

Transpirasi merupakan proses penguapan air dari sel-sel yang hidup pada jaringan
tumbuh-tumbuhan. Sel hidup tumbuh-tumbuhan berhubungan langsung dengan atmosfer
melalui stomata dengan lentisel sehingga transpirasi terjadi melalui kutikula pada daun
tumbuh-tumbuhan. Temperatur yang tinggi akan mempengaruhi kandungan air pada jaringan
tumbuhan. Strategi tumbuhan dalam menghadapi temperatur yang tinggi adalah dengan
meningkatkan proses transpirasi (Wanggai, 2009).
Cahaya matahari memegang peranan yang vital untuk kelangsungan fisiologis tanaman,
terutama transpirasi. Transpirasi cukup penting karena berkaitan dengan penyerapan unsur hara
dan menjaga suhu tubuh tanaman. Jika intensitas cahaya meningkat jumlah stomata pun
cenderung meningkat, tapi peningkatan tersebut lebih dikarenakan semakin kecilnya ukuran
sel epidermis sehingga jarak antar stomata menjadi lebih dekat (Wahyudi, 2008).
Penurunan total luas daun pada tanaman yang mengalami cekaman kekeringan dapat dilihat
sebagai sebuah strategi untuk menunda cekaman kekeringan dengan menurunkan total
transpirasi tanaman dengan pengaruh minor terhadap keseimbangan air. Semakin banyak
jumlah daun dan semakin besar indeks luas daun, semakin banyak sinar yang diserap sehingga
serapan cahayanya semakin besar (Parwata, 2014).
Air berperan secara langsung dalam beberapa proses metabolik, meningkatkan laju transpirasi,
sumber hidrogen pada reduksi CO2 dalam reaksi fotosintesis, pelarut dan pembawa berbagai
senyawa, mempertahankan turgiditas vakuola sel, dan mengatur suhu tubuh tanaman (Parwata,
2010).
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar.
Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada
penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari
akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika
kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah
ke dalam akar menjadi lebih lambat (Tjitrosoepomo, 1998).
Perubahan indeks stomata akibat naungan perlu dikaji, karena stomata berperan penting dalam
proses fotosintesis dan transpirasi, terutama dalam pertukaran gas CO2 dan O2 dalam
fotosintesis serta proses hilangnya air melalui transpirasi. Naungan memperbesar ukuran sel
epidermis dan sel tetangga stoma. Ukuran sel epidermis yang bertambah menyebabkan stoma
satu dengan yang lain tampak berjauhan, sehingga pada perlakuan naungan stomata terlihat
renggang. Pertambahan ukuran sel epidermis dan sel tetangga stoma menyebabkan jumlah sel
epidermis dan stomata dalam satu bidang pandang mikroskop berkurang. Pencapaian luas daun
per tanaman akan mempengaruhi jumlah sel epidermis dan stomata per tanaman (Sundari,
2011).
Intensitas cahaya yang tinggi cenderung menurunkan tinggi tanaman, luas daun dan berat
kering total tanaman. Semakin tinggi intensitas cahaya maka luas daun tanaman cenderung
lebih sempit. Apabila intensitas cahaya yang diterima rendah, maka jumlah cahaya yang
diterima oleh setiap luasan permukaan daun dalam jangka waktu tertentu rendah (Nurkhasanah,
2013).
Pada musim panas, transpirasi meningkat dengan cepat pada pagi hari, puncak laju transpirasi
terjadi pada siang hari. Semakin sore laju transpirasi semakin menurun. Pada malam hari laju
transpirasi dapat dikatakan nol (Putra, 2013).
Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air
sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem
tulang daun, yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima
dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga antara sel akan tetap berada
dalam rongga antar sel tersebut, selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Apabila
stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau
tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air dari rongga antar
sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat utama untuk
berlangsungnya transpirasi adalah adanya penguapan air didalam daun dan terbukanya stomata
(Dwijoseputro, 1980).
Suhu udara merupakan faktor lingkungan yang mempunyai kontribusi yang cukup besar
terhadap laju transpirasi dan evaporasi, semakin tinggi suhu udara maka laju transpirasi dan
laju evaporasi semakin tinggi juga. Mekanisme proses transpirasi dan evaporasi berfungsi
untuk menjaga keseimbangan suhu di dalam tubuh tanaman sehingga aktifitas enzimatis pada
proses biokimia dalam rang-kaian fotosintesis dapat berjalan normal (Nurkhasanah, 2013).
Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi transpirasi (Salisbury&Ross, 1992) :
a) Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi proses transpirasi antara lain :
1. Penutupan stomata
Dengan terbukanya stomata lebih lebar, air yang hilang lebih banyak tetapi
peningkatan kehilangan air lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan
pelebaran stomata. Banyak faktror yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan
stomata, yang paling berpengaruh adalah tingkat cahaya dan kelembapan. Pada
sebagian besar tanaman, cahaya dan kelembapan dalam daun yang rendah, sel-sel
pengawal kehilangan tugornya mengakibatkan penutupan stomata.
2. Jumlah dan ukuran stomata
Kebanyakan daun dan tanaman yang produktif mempunyai banyak stomata pada kedua
sisi daunnya. Jumlah dan ukuran stomata yang dipengaruhi oleh genotip dan
lingkungan.
3. Jumlah Daun
Semakin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi.
4. Penggulungan atau pelipatan daun
Banyak tanaman yang mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan
pengurangan transpirasi apabila ketersediaan air terbatas.
5. Kedalaman dan Proliferasi Akar
Perakan yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air dan proliferasi akar
meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi
pelayuan tanaman.
b) Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi proses transpirasi antara lain :
1) Kelembapan
Pada kondisi cerah udara tidak banyak mengandung air. Pada kondisi tersebut tekanan
uap di dalam daun jauh lebih tinggi dibandingkan tekanan uap di luar daun, sehingga
molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi yang tinggi (di dalam daun) ke
konsentrasi rendah (di luar daun) sehingga melancarkan transpirasi. Sebaliknya jika
kondisi udara banyak mengandung awan maka kebasahan antara bumi dengan awan itu
sangat tinggi. Dengan demikian maka perbedaab kebasahan udara di dalam dan di luar
akan berbeda; keadaan yang demikian ini menghambat difusi uap air dalam sel ke
lingkungan (luar daun) dengan artian menghambat transpirasi.
2) Temperatur
Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam dan di luar daun, namun tekanan
di dalam daun jauh lebih tinggi dibandingkan di luar. Akibat dari perbedaan tekanan ini
maka uap air di dalam daun lebih mudah berdifusi ke lingkungan.
3) Sinar matahari
Sinar matahari menyebabkan membukannya stomata dan gelap menyebabkan
menutupnya stomata, sehingga banyak sinar berarti mempercepat laju transpirasi.
Karena sinar itu juga mengandung panas, maka banyak sinar berarti juga menambah
panas dengan demikian menaikan temperatur. Kenaikan temperatur sampai pada batas
tertentu menyebabkan melebarnya stomata dengan demikian memperbesar laju
transpirasi. Cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara, pertama cahaya
akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan
yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka
tutupnya stomata.
4) Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju
transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan
kelembaban udara di atas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun
jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan
menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi. Pada umumnya angin yang
sedang menambah kegiatan transpirasi. Hal ini dapat dimaklumi karena angin
membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stomata. Dengan demikian
maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk
berdifusi ke luar.
5) Ketersedian air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh ketersediaan airtanahdan laju absorbsi airdi
akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan air
dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga terjadi
penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika ketersediaan air tanah
menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar
menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air di dalam daun dan
menurunkan laju transpirasi lebih lanjut.
DAFTAR RUJUKAN
Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
Nurkhasanah, Nurul. 2013. Studi Pemberian Air Dan Tingkat Naungan Terhadap
Pertumbuhan Bibit Tanaman Cabe Jamu (Piper retrofractum Vahl.). Jurnal Produksi
Tanaman, Vol. 1 No. 4 : 34-41
Parwata, I Gusti. 2010. Pengelompokan Genotipe Jarak Pagar Berdasarkan Ketahanannya
terhadap Kekeringan pada Fase Pembibitan di Lahan Pasir Pantai. J. Agron Indonesia,
Vol. 38 No. 2: 156-162.
Parwata, I Gusti. 2014. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas
L.) terhadap Cekaman Kekeringan di Lahan Pasir Pantai pada Tahun Pertama Siklus
Produksi. J. Agron Indonesia, Vol 42 No. 1: 59 – 65.
Putra, Gustiansyah Perdana. 2013. Respons Morfologi Benih Karet (Hevea brasiliensis Muell
Arg.) Tanpa Cangkang Terhadap Pemberianpeg 6000 Dalam Peny impanan Pada Dua
Masa Pengeringan. Jurnal Online Agroekoteknologi ISSN No. 2337- 6597 Vol. 2 No.1:
145-152.
Salisbury, F.B. and C.W.Ross.1992.Plant Physiology. Third Edition.Wadsworth Publishing
Co., Belmount, California
Sundari, Titik. 2011. Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks Stomata 5 Genotipe Kedelai pada
Tingkat Naungan Berbeda. Jurnal Biologi Indonesia, Vol. 7 No. 1: 67-79.
Tjitrosoepomo.1998. Botani Umum 2. Bandung: Penerbit Angkasa
Wahyudi, T. 2008. Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta: Penebar
Swadaya
Wanggai, Frans. 2009. Manajemen Hutan. Manokwari: Medio Press

Anda mungkin juga menyukai