Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TRANSPIRASI TUMBUHAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah

Fisiologi Tumbuhan yang dibimbing oleh Nugrahaningsih, Ir, M.P dan Rahmi Masita S.Si, M.Sc

Disusun oleh :

Kelompok 1/ Offering I

1. Adinda Nur Safitri (180342618036)

2. Annisa El Chamida (180342618083)

3. Ika Nanda Febriana (180342618007)

4. Nur Diniyah (180342618096)

5. Suci Yana Lestari (180342618026)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

SEPTEMBER 2019
A. TOPIK

Transpirasi dan transportasi pada tumbuhan

B. TUJUAN

Mahasiswa diharapkan terampil :

a. mengukur kecepatan transpirasi dengan transpirometer tiap luas daun

b. mengukur kecepatan transpirasi dengan metode penimbangan langsung tiap luas daun

c. menganalisis faktor- faktor yang memengaruhi kecepatan transpirasi

C. DASAR TEORI
Transpirasi adalah proses hilangnya uap air dari permukaan tubuh tumbuhan akibat
adanya penguapan (evaporasi). Transpirasi dari permukaan daun terutama berlangsung
melalui stomata. Peristiwa ini lazim dikenal sebagai transpirasi stomatal. Selain itu, sebagian
kecil uap air dapat juga hilang melalui kutikula (transpirasi lentikuler). Berbeda dengan
evaporasi, uap air pada transpirasi tidak meninggalkan permukaan bebas, tetapi harus
melewati epidermis atau stomata. Transpirasi ditentukan oleh faktor yang memengaruhi
pembukaan stomata. Sebagai contoh, kenaikan temperatur daun dapat memacu evaporasi,
tetapi dapat pula menyebabkan menutupnya stoma sehingga transpirasi menjadi berkurang.
Transpirasi bermanfaat bagi tumbuhan karena dapat menyebabkan terbentuknya daya isap
daun, membantu penyerapan air dan hara oleh akar, serta mempertahankan suhu permukaan
daun. Akan tetapi, transpirasi dapat juga membahayakan kehidupan tumbuhan. Hal ini terjadi
apabila uap air yang ditranspirasi melampaui jumlah air yang diserap oleh akar. Akibatnya,
tumbuhan akan kekurangan air. Kekurangan air yang berlebihan dapat mengakibatkan
kelayuan yang berakhir dengan kematian (Dwiati, 2010).
Transpirasi merupakan satu mekanisme untuk membuang kelebihan air atau air sisa
metabolisme. Laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal tumbuhan yang bersangkutan,
maupun berbagai faktor klimatik lingkungannya. Secara internal, transpirasi dikontrol
dengan pengaturan konduktivitas stomata, daya hisap daun, dan tekanan akar, laju
fotosintesis dan respirasi, serta jenis dan umur tanamannya. Sedang faktor eksternal yang
penting adalah suhu, kelembaban udara, kecepatan angin dan beda potensial air antara tanah,
jaringan, dan atmosfer. Oleh bermacam-macam tenaga penggerak dan daya kohesi, maka
dalam tubuh tumbuhan terbentuk aliran air atau benang air yang tak terputus. Di sisi lain,
transpirasi dapat dipandang sebagai salah satu mekanisme pelepasan kelebihan panas tubuh
tumbuhan, serta mendorong aliran air tanah masuk ke jaringan untuk mendapatkan berbagai
nutrisi yang dibutuhkan. Transpirasi juga merupakan mekanisme kontrol keseimbangan dan
stabilitas cairan tubuh. Stabilitas cairan tubuh terjaga apabila volume penyerapan air
sebanding dengan volume kebutuhan air untuk mempertahankan turgiditas jaringan (tekanan
hidrostatik) dan air untuk mendukung metabolisme serta stabilisasi suhu jaringannya. Bila
transpirasi berlebihan yang tidak seimbang dengan aliran air yang masuk, maka jaringan
akan kehilangan turgiditasnya. Tumbuhan menjadi layu atau bahkan mengering dan mati
(Suyitno, 2006).
Menurut Muswita (2017), Air yang diserap oleh tumbuhan dan yang dikeluarkan kembali
ke lingkungannya sekitar 90%. Hilangnya air dari dalam tubuh tumbuhan tersebut dalam
bentuk uap air disebut dengan transpirasi. Air yang ditranpirasikan oleh tumbuhan
dikeluarkan melalui stomata pada daun. Kecepatan transpirasi yang terjadi antar tumbuhan
dapat berbeda-beda tergantung jenis tumbuhan tersebut. Ada berbagai macam cara yang
dapat dilakukan untuk mengukur besarnya transpirasi, salah satunya adalah dengan
menggunakan metode penimbangan. Sehelai daun segar ataupun seluruh bagian tumbuhan
beserta potnya ditimbang. Dalam jangka waktu yang telah ditentukan, tumbuhan tersebut
ditimbang lagi. Selisih berat yang didapatkan dari kedua penimbangan merupakan angka
penunjuk besarnya laju transpirasi. Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air
yang hilang, yaitu uap air yang terlepas ditangkap dengan dengan zat higroskopik yang telah
diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan petunjuk untuk mengetahui besarnya
transpirasi (Soedirokoesoemo, 1993). Untuk mengukur laju transpirasi yang terjadi pada
daun secara tidak langsung dapat diukur kecepatan absorpsinya menggunakan metode
fotometri yaitu menggunakan fotometer. Selain metode fotometri, ada banyak metode lain
yang dapat digunakan diantaranya yaitu metode gravimetri (penimbangan) atau metode
lysimeter (metoda pot); metode kertas kobalt (kertas Cobalt Chloride); dan metoda semi
kuantitatif (Ashari, 1995).
D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Tabel Hasil Pengamatan Tranportasi Tumbuhan

No Perlakuan Panjang Penyerapan Diameter


(Selama 30 Menit)
1 Berdaun banyak 11 cm 3 nm
2 Berdaun sedikit 8 cm 1 nm
Tabel 2. Tabel Hasil Pengamatan Transpirasi Tumbuhan Menggunakan Transpirometer
No Perlakuan Waktu Skala Luas Kecepatan
yang Permukaan Transpirasi
Tertunjuk Daun
1 Udara biasa 20 menit 1,2 inch 261,4 cm2 0,0351/Jam
(Suhu ruang) =3,048 cm
Perhitungan:
0,35 gram=10 cm2
0,035 gram=1 cm2
a 9,15
L   261,4cm2.
b 0,035
S 3,048
Vtrans    0,0117 / menit  0,0351/ jam
L 261,4
Tabel 3. Tabel Hasil Pengamatan Transpirasi Dengan Menggunakan Metode Penimbangan
No Perlakuan Waktu Berat/Massa Luas Total
Daun
1 Gelap Menit ke-0 19,37 gram 51,14 cm2

Menit ke-20 19,34 gram

Menit ke-40 19,30 gram

2 Terang Menit ke-0 29,17 gram 36 cm2

Menit ke-20 29,14 gram

Menit ke-40 29,11 gram

Perhitungan:
Perlakuan Gelap
0,03  0,04  0,07 gram / 20"  0,021gram / jam  210mg / jam
X 210
  4,1064mg / cm2 / jam
L 51,14
Perlakuan Terang
0,03  0,03gram  0,06 gram / 20"  0,18gram / jam  180mg / jam
X 180
  5mg / cm2 / jam.
L 36

E. PEMBAHASAN
Transportasi Tumbuhan
Tumbuh-tumbuhan memerlukan air dan mineral. Air dan mineral diserap dari dalam
tanah menggunakan akar. Pengambilan zat-zat ini dilakukan secara difusi dan osmosis.
Difusi merupakan perpindahan molekul atau ion dari daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah
berkonsentrasi rendah. Sedangkan osmosis adalah perpindahan air dari larutan
berkonsentrasi rendah ke larutan berkonsentrasi tinggi melalui selaput semipermeabel
(Wijaya, 2006)
Sebagian besar unsur hara dibutuhkan tanaman, diserap dari larutan tanah melalui akar,
kecuali karbon dan oksigen yang diserap dari udara oleh daun. Penyerapan unsur hara secara
umum lebih lambat dibandingkan dengan penyerapan air oleh akar tanaman (Lakitan, 1999).
Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat keseluruh
bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat rendah, penyerapan air dan zat hara terlarut
didalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi proses
pengangkutan dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri dari xilem dan floem (Wijaya,
2006).
Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa air dan zat-zat yang terlarut dalam air diangkut
oleh tumbuhan melalui xilem. Dan pada tumbuhan terdapat ada dua macam pembuluh, yaitu
pembuluh kulit kayu atau disebut juga pembuluh tapis (floem) dan pembuluh kayu (xilem).
Sistem tranportasi yang telah dilakukan adalah menggunakan tumbuhan pacar air (Impatiens
balsamina) yang telah dipisah dari akarnya. Perlakuan A. Jumlah daun 7 helai, dan
perlakuan B. Jumlah daun 3 helai dengan tinggi tanaman keduanya sama yaitu 14 cm.
Setelah dilakukan percobaan selama 30 menit dengan merendam batang tanaman pacar air ke
dalam zar pewarna, perlakuan A menunjukkan hasil penyerapan lebih cepat dibanding
dengan perlakuan B. Sesuai hasil pengamatan pada perlakuan A memiliki panjang
penyerapan sebesar 11 cm, sedangkan pada perlakuan B memiliki panjang penyerapan
sebesar 8 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Lakitan (2013) bahwa yang menyebabkan air
dapat diangkut oleh tumbuhan adalah karena tumbuhan menggunakan daya tekan akar, daya
kapilaritas, dan juga daya isap daun.
Hasil pengamatan pada kelompok 2 mengenai transportasi tumbuhan dengan
menggunakan perlakuan yang sama dan tumbuhan yang sama pula. Menunjukkan hasil yang
sama yaitu pada tumbuhan yang memiliki jumlah daun yang lebih banyak memiliki daya
hisap daun yang cukup tinggi dibanding dengan tumbuhan yang memiliki jumlah daun
sedikit, perbandingan penyerapannya yaitu 12cm :8 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat
Lakitan (2013) bahwa semakin banyak jumlah daun suatu tumbuhan maka semakin cepat
pula daya isap daun dari batang menuju daun.

Perhitungan Kecepatan Tarsnpirasi Menggunakan Penimbangan Langsung

Struktur klorofil berbeda-beda, masing masing terdapat penataan selang-seling ikatan


kovalen tunggal dan ganda. Pada klorofil, sistem ikatan yang berseling mengitari cincin
porfirin, sedangkan pada karotenoid terdapat sepasang rantai hidrokarbon yang
menghubungkan struktur cincin terminal. Sifat inilah yang memungkinkan molekul-molekul
menyerap cahaya tampak demikian kuatnya, yakni bertindak sebagai pigmen. Sifat ini
pulalah yang memungkinkan molekul-molekul menyerap energi cahaya yang dapat
digunakan untuk melakukan fotosintesis (Santoso, 2004).

Fungsi transpirasi pada pertumbuhan tanaman untuk mengetahui kemampuan fotosintesis


tanaman dalam kepemilikan terhadap air tersedia dan membantu proses transport unsur hara
dan garam-garam mineral dari akar menuju batang dan daun. Transpirasi adalah hilangnya
uap air dari permukaan tumbuhan melalui stomata. Transpirasi ini merupakan salah satu
mekanisme pengaturan fisiologi pada tumbuhan yang terkait dengan berbagai kondisi yang
ada di tubuhnya dan lingkungan sekitarnya (Agustine, 2014). Dalam aktivitas hidupnya,
sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam bentuk uap air ke atmosfer. Pengeluaran
air oleh tumbuhan dalam bentuk uap ini, prosesnya disebut transpirasi (Gardner, 1991). Pada
penghitungan transpirasi secara langsung, kami menggunakan rumus sebagai berikut:
Vtranspirasi= X/L mg/ cm2/ jam

Dalam praktikum kali ini, kami membahas mengenai transpirasi. Transpirasi yang kami
lakukan berdasarkan prinsip kecepatan transpirasi pada tumbuhan yakni dilakukan dengan
menggunakan penimbangan langsung. Tumbuhan yang digunakan adalah kol banda (Pisonia
alba) yang daunnya berjumlah dua. Pada penimbangan langsung, kami lakukan di tempat
gelap ( disimpan di dalam lemari) dan di tempat terang (di tempat berlangsungnya
praktikum). Dengan begitu, kami mendapatkan perbandingan data kecepatan transpirasi
antara di tempat gelap dengan di tempat terang.

Berdasarkan data dari hasil pengamatan, pembentukan klorofil yang ditemukan lebih
banyak di tanaman dengan kondisi terang dibandingkan dengan kondisi ternaung (gelap).
Pada menit ke 0 tanpa perlakuan massa tanaman beserta medium dan wadanya sebesar 29,17
g kemudian setelah diletakkan di kondisi terang tanpa paparan sinar matahari secara langsun
selama 20 menit massa ditimbang lagi guna menguji pengaruh penyinaran terhadap
perubahan kadar klorofil di tanaman kol banda. Ternyata didapatkan massa sebesar 29,14 g,
yang mengalami penurunan sebesar 0,03 dari massa awal sebesar 29,17. Sedangkan hasil
perlakuan ke2 yaitu seteah 20 menit didapatkan hasil massa akhir sebesar 29,11 g. Penurunan
massa reatif tetap yaitu sebesar 0,03 g. Penurunan massa tanaman disebabkan oleh penururan
jumah cairan medium pada wadah tanaman tersebut. Pada tanaman yang diletakkan pada
kondisi terang dengan memiliki suppley cahaya yang baik dan cukup tanpa terpapar matahari
secara langsung. Sependapat dengan penjelasan Dwidjoseputro, (1992) yang menjeaskan
bahwa pada tempat yang terang memungkinkan terjadinya berfotosintesis dari zat hijau daun.
Oleh karena itu pada kondisi ini akan banyak diperoleh klorofil sehingga dapat dibuktikan
intensitas cahaya matahari yang ditangkap oleh daun disebabkan oleh perbedaan tempat
tumbuh dan intensitas cahaya matahari yang diterima. Kemampuan bersaing tumbuhan untuk
menyerap cahaya tergantung luas daun pada saat tumbuh dan struktur tubuh tumbuhan
tersebut. Makin tinggi intensitas cahaya mencapai tumbuhan dimana daunnya makin jauh
maka laju fotosintesis menjadi maksimum. Dari uraian beberapa data penelitian dapat
disimpulkan bahwa pada tanaman yang berada di tempat terang (terdedah), memiliki jumlah
klorofil yang lebih banyak jika dibandingkan dengan tanaman yang berada di tempat yang
gelap (ternaung). Hal ini membuktikan bahwa cahaya sangat berpengaruh dalam
pembentukan klorofil pada tanaman hijau. Tanaman yang asupan cahayanya lebih banyak,
akan menghasilkan jumlah klorofil yang banyak pula pada tanaman, begitu juga sebaliknya.

Berdasarkan pengamatan, didapatkan hasil kecepatan transpirasi di tempat gelap adalah


sebesar 4,1064 mg/cm2 /jam, dan dapat dilihat kecepatannya lebih rendah daripada
kecepatan transpirasi di tempat terang. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan
bahwa transpirasi dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni factor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi diantaranya adalah membukanya stomata,
dengan terbukanya stomata lebih lebar, air yang hilang lebih banyak, jumlah dan ukuran
stomata serta luas daerah permukaan daun. Semakin luas permukaan daun, maka makin besar
transpirasi (Gardner, 1991). Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi diantaranya
adalah sinar matahari, temperatur, kelembaban udara, dan angin (Rohman, 2013). Sinar
matahari merupakan faktor penyebab membukanya stomata. Sehingga semakin banyaknya
sinar, maka akan mempercepat transpirasi. Karena sinar juga mengandung panas dengan
demikian menaikkan temperature. Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang
tertentu menyebabkan melebarnya stomata dan dengan demikian memperbesar transpirasi
(Salisbury dan Ross, 1992). Transpirasi dapat terjadi melalui kutikula, melalui stoma, dan
melalui lentisel. Namun, transpirasi paling besar terjadi melalui stomata dan kutikula daun.
Hal ini disebabkan karena luasnya permukaan daun dan juga karena daun lebih mudah
terkena udara daripada bagian lain suatu tanaman (Lakitan, 1993).

Data hasil pengamatan dengan perlakuan ada atau tidaknya angin oleh kelompok 2 yang
menggunakan kol banda (Pisonia alba), yaitu hasil pengamatan transpirasi secara langsung
dengan adanya angin adalah 0,00146 mg/cm2 /jam, sedangkan hasil pengamatan transpirasi
secara langsung tanpa adanya angin atau udara langsung adalah 0,00059 mg/cm2 /jam. Hal
ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa selain sinar matahari dan temperatur
terdapat faktor lain, yakni angin. Angin disini memiliki pengaruh ganda yang cenderung
saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin yang bergerak melalui permukaan daun
akan menyapu setiap lapisan uap air yang terkumpul dekat permukaan sebagai akibat
transpirasi. Dengan demikian angin menurunkan kelembaban udara yang terdapat di atas
stomata, sehingga menurunkan uap yang masuk kembali ke dalam daun dan meningkatkan
kehilangan neto air. Pada keadaan alamiah udara tidak pernah diam, sehingga banyak dari
pengaruhnya diperoleh tanpa kecepatan angin yang berarti. Akan tetapi, jika daun dikenai
cahaya matahari langsung, faktor kedua menjadi aktif. Daun tersebut akan meningkat
suhunya sampai tercapai perbedaan suhu yang cukup besar dengan suhu udara. Dalam
keadaan teresbut, angin mendinginkan daun yang dipanasi dengan pengaliran molekul udara
yang mengenainya. Maka dengan demikian pengaruh pendinginan udara meningkat dan suhu
daun menurun, sehingga laju transpirasi menurun. Secara singkat, angin cenderung
meningkatkan laju transpirasi pada saat terkena cahaya (Salisbury dan Ross, 1992).

Data hasil pengamatan dengan perlakuan suhu atau temperature oleh kelompok 4, yaitu
hasil pengamatan transpirasi secara langsung dengan pada suhu ruang yang menggunakan
kol banda (Pisonia alba) adalah 5,7 mg/cm2 /jam, sedangkan hasil pengamatan transpirasi
secara langsung pada suhu 40֯ C adalah 13,3913 mg/cm2 /jam. Hal ini sesuai dengan literatur
yang menyebutkan bahwa kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu
menyebabkan melebarnya stomata dan dengan demikian memperbesar transpirasi (Gardner,
1991). Dalam hubungan antara temperatur dengan tekanan uap air di dalam daun dan di luar
daun. Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan temperature itu
sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di
luar daun tidak di dalam ruangan yang terbatas, maka tekanan uap di luar daun tidak setinggi
tekanan uap di dalam daun. Akibat dari perbedaan tekanan ini, maka uap air mudah berdifusi
dari dalam daun ke udara bebas (Salisbury dan Ross, 1992). Sehingga dalam praktikum ini,
kita menggunakan daun sebagai bahan ujinya. Pengukuran kecepatan transpirasi
menggunakan penimbangan langsung, hal ini dikarenakan air yang ada di dalam daun
dirubah dalam bentuk uap air yang mengalir dari dalam daun ke luar daun. Uap air yang
terbentuk mengakibatkan kondisi di dalam daun kering. Sehingga pengambilan data
dilakukan dengan menghitung beratnya bukan mengukur volume.

Tranpirasi Tumbuhan Dengan Transpirometer

Transpirometer adalah alat untuk mengukur banyaknya uap air yang hilang karaena
trasnpirasi (Kimball, 1983). Waktu yang kami gunakan untuk mengukur transpirasi pada
percobaan ini adalah 20 menit, dapat dikatakan 30 menit adalah 1/3 dari satu jam. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, praktikan telah mendapatkan data pada 20 menit pertama telah
didapatkan hasil data dengan luas daun 261,4 cm 2. Dari hasil luas daun tersebut dapat
memperoleh data Vtrans yaitu sebesar 0,0351/Jam. Tumbuhan yang melakukan metabolisme,
baik anabolisme maupun katabolisme tidak terlepas dari peran air. Tumbuhan yang kelebihan air
akan mengeluarkannya sehingga terjadi keseimbangan. Air yang banyak pada diri tumbuhan
dapat merusak proses metabolisme yang terjadi, bahkan dapat mengganggu proses metabolisme
itu sendiri. Sebaliknya, tumbuhan yang kekurangan air akan mengalami penurunan tekanan
turgor atau turgiditas tumbuhan sehingga tumbuhan tersebut tidak mampu melakukan
metabolisme secara sempurna. Akibat menurunnya turgiditas tumbuhan ini tumbuhan akan layu
sampai akhirnya mati (Irawan, 2012).
Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh banyak faktor, baik faktor dalam maupun faktor luar.
Selain itu terdapat faktor luar yang mempengaruhi transpirasi, yaitu radiasi (sinar matahari),
temperatur, kelembapan udara, tekanan udara, angin, dan keadaan air dalam tanah
(Dwijoseputro, 1990). Selain itu, tumbuhan menutup dan membuka stomata pada waktu tertentu
untuk menjaga efisiensi penggunaan air (Irawan, 2012). Pada proses praktikum transpirasi
dengan menggunakan transpirometer ini, kami mengalami beberapa kendala, yakni bocornya alat
transpirometer pada menit ke-30 yang menyebabkan praktikan tidak dapat melanjutkan
pengamatan. Waktu yang dibutuhkan untuk mengatur transpirometer agar tidak bocor itu cukup
lama.
Pada praktikum transpirasi menggunakan alat transpirometer, daun pada saat proses
transpirasi memiliki peran penting. Dimana organ daun memiliki stomata untuk proses
penguapan airnya. Menurut Lakitan (2007), Mekanisme pengeluaran uap air (transpirasi) adalah
ketika air menguap dari sel mesofi, maka cairan dalam sel mesofil akan menjadi semakin jenuh.
Sel-sel ini pada akhirnya akan menarik air melalui osmosis dari sel-sel yang berada dalam daun.
Pada akhirnya akan menyerap air yang diperlukan dari jaringan xylem yang merupakan kolom
berkelanjutan dari akar ke daun. Oleh karena itu, air tersebut akan naik dan melawan gaya
gravitasi bumi, proses ini dinamakan transpirasi. Tumbuhan memakai sekitar 1-2% air yang
diserapnya untuk fotosintesis dan memproses metabolik sel-sel daunnya, sedangkan sisanya
menguap dari daun dalam proses transpirasi. Bila stoma terbuka, uap air akan keluar dari daun.
Untuk menggantikan uap air yang hilang pada waktu transpirasi, maka sebuah tanaman harus
menyediakan air segar bagi daun.

F. KESIMPULAN
Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau
gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk gas ke udara
di sekitar tumbuhan dinamakan transpirasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ada 2 yaitu
faktor luar dan dalam. Faktor dalam berupa besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun,
berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, dan bentuk serta lokasi stomata. Sedangkan
faktor luar berupa sinar matahari, temperatur, kelembaban udara, angin, serta keadaan air
dalam tanah. Adapun kesimpulan pada praktikum yang telah kelompok kami lakukan adalah
sebagai berikut:

1. Luas total permukaan daun dengan transpirasi langsung pada tempat terang adalah 36
cm2, dengan kecepatan transpirasinya adalah 5 mg/cm2/jam.
2. Luas total permukaan daun dengan transpirasi langsung pada tempat gelap adalah 51,14
cm2, dengan kecepatan transpirasinya adalah 4,1064 mg/cm2/jam.
3. Luas permukaan daun dengan media transpirometer adalah 261,4 cm2.
4. Kecepatan transpirasi tanaman dengan media transpirometer adalah 0,0351 mg/cm2/jam.
5. Panjang penyerapan air dan zat yang terlarut pada tanaman berdaun banyak adalah 11
cm, sedangkan penyerapan air dan zat yang terlarut pada tanaman berdaun banyak adalah
8 cm.

Saran

Adapun saran yang dapat di cantumkan pada penulisan laporan ini adalah kami selaku
mahasiswa menyarankan agar praktikum diberikan waktu yang lebih panjang. Agar kami bisa
mengamati dan melasanakan praktikum tersebut dengan baik, meningkatkan tingkat
ketelitian kerja di dalam melakukan suatu percobaan agar hasil yang kita capai lebih
maksimal, serta memperhatikan setiap arahan dari dosen agar praktikum dapat berjalan
dengan baik.

G. JAWABAN DISKUSI

1. Transpirasi berperan sebagai:


 penunjang pengangkutan mineral
 mempertahankan turgiditas optimum dan menghilangkan sejumlah besar panas dari
daun. Mineral yang diserap ke dalam akar bergerak ke atas tumbuhan dengan cara
tertentu dalam arus transpirasi, yaitu aliran air melalui xylem akibat transpirasi.
 Membantu penyerapan mineral dari tanah dan pengangkutannya dalam tumbuhan.
Sebagai contoh hasil penelitian menunjukan Kalsium dan Boron di jaringan tampak
sangat peka terhadap laju transpirasi. Tumbuhan yang ditanam dalam rumah kaca
yang mempunyai kelembaban tinggi dan udara yang kaya CO2 (membuat stomata
cendrung tertutup) dapat menampakan kekahatan (kekurangan) kalsium pada jaringan
tertentu. Sebaliknya transpirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan meningkatnya
beberapa unsur tertentu, mencapai jumlah kadar yang meracuni.
 Untuk menurunkan suhu atau mendinginkan daun. Daun yang tidak melakukan
transpirasi akan lebih panas beberapa derajat. Perubahan suhu dari daun menunjukan
adanya pertukaran energi dari daun dan lingkungannya.
2. Agar udara yang berada di dalam tabung tidak dapat keluar dan udara yang diluar tidak
dapat masuk melalui celah-celah ujung dari transpirometer. Karena jika
terdapat rongga dapat mengganggu pengamatan ketika praktikum.
3. Kelembaban di Udara : Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju
neto dari air yang hilang, dengan demikian seandainya faktor lain itu sama, transpirasi
akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara. Apabila stomata dalam keadaan
terbuka maka kecepatan difusi dari uap air keluar tergantung pada besarnya perbedaan
tekanan uap air yang ada di dalam rongga-rongga antar sel dengan tekanan uap air di
atmosfer. Jika tekanan uap air di udara rendah, maka kecepatan difusi dari uap air di daun
keluar akan bertambah besar begitu pula sebaliknya. Pada kelembaban udara relatif 50%
perbedaan tekanan uap air didaun dan atmosfer dua kali lebih besar dari kelembaban
relatif 70%
4. Tekanan Udara : Tekanan di udara cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di
dalam naungan cahaya atau tidak, melalui penguapan air. Akan tetaapi di bawah sinar
matahari, pengaruh tekanan udara terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian
terhadap penurunan laju transpirasi cenderung menjadi lebih penting daripada
pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air
4. Pengukuran kecepatan transpirasi menggunakan penimbangan langsung, hal ini
dikarenakan air yang ada di dalam daun dirubah dalam bentuk uap air yang mengalir dari
dalam daun ke luar daun. Uap air yang terbentuk mengakibatkan kondisi di dalam daun
kering. Sehingga pengambilan data dilakukan dengan menghitung beratnya bukan
mengukur volume, karena jika dilakukan dengan pengukuran volume, maka kurang
akurat, karena dalam tumbuhan bias saja masih terdapat air.

5. Kecepatan transpirasi antara tempat yang teduh dan perlakuan dengan kipas angin.
Kecepatan transpirasi lebih cepat yang diberi perlakuan dengan kipas angin dan tanaman
yang ditempat teduh kecepatan transpirasinya lebih lambat. Sebab dalam udara
yang bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar
terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Karena angin membawa pindah
uap air yang dekat stomata. Maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian
mendapat kesempatan untuk difusi ke luar. Pada dasarnya efek angin secara
keseluruhan adalah selalu meningkatkan transpirasi. Hal ini sesuai dengan praktikum
yang telah dilakukan kecepatan transpirasi ditempat yang teduh lebih rendah
dibandingkan ditempat yang diberi perlakuan dengan angin. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju transpirasi adalah factor internal yaitu angin, karena angin dapat
memacu laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan daun. Sedangkan
tanaman yang terkena cahaya langsung menyebabkan membukanya stomata
dibandingkan dengan tempat yang gelap sebab tempat yang gelap menyebabkan
tertutupnya stomata, jadi semakin tinggi intensitas sinar matahari yang diterima daun,
maka kecepatan transpirasi akan semakin tinggi.

DAFTAR RUJUKAN

Agustine, Metty. 2014. Percobaan II Transpirasi. Makassar: Universitas Hasanuddin

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: UI Press.


Dwiati, M. 2010. Praktikum Fisiologi Tumbuhan. In: Hubungan Tumbuhan dengan Lingkungan.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Dwijoseputro. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Dwidjoseputro, D.1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Gardner. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: UI Press.

Irawan, D. 2012. Laporan Biofisika Umum Transpirasi Daun pada Tumbuhan. Jurnal IPB.

Kimball, J.W. 1983. Biology. Reading MA: Addison-Wesley.

Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Lakitan, B. 2013. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Lakitan, B. 2007. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Grafindo Persada.

Muswita,. & Yelianti, U. 2017. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Jambi: Universitas
Jambi.
Rohman, F. 2013. Transpirasi pada daun tanaman Rhoeo discolor dan tanaman Equisetum
debile. Surabaya : ITS.

Salisbury F.B. dan Ross C.W. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung: Insitut Teknologi
Bandung Press.

Santoso, S, dkk. 2004. Kesehatan dan Gizi. Cetakan kedua. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Suyitno. 2006. Pertukaran Zat dan Proses Hilangnya Air. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Soedirokoesoemo, W. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Wijaya. 2006. Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.

LAMPIRAN
Gambar 1. Massa P0 Gambar 2. Massa P1 setelah Gambar 3. Massa P2 setelah
sebelum perlakuan 20 menit perlakuan cahaya 40 menit perlakuan cahaya
terang terang
cahaya terang

Gambar 6. Massa P2 setelah


Gambar 4. Massa P0 sebelum Gambar 5. Massa P1 etelah
40 menit perlakuan cahaya
perlakuan cahaya gelap 20 menit perlakuan cahaya
geap
geap
Gambar 7. Preparat irisan batang Gambar 8. Preparat irisan batang
pacar air dengan perlakuan pacar air dengan perlakuan
sedikit daun banyak daun banyak

Gambar 9. Pengukuran massa skala daun menggunakan neraca anaitik

Anda mungkin juga menyukai