Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum

Fisiologi Tumbuhan

PENGARUH ANGIN DAN SUHU TERHADAP TRANSPIRASI

NAMA : MUH. ARIF


NIM : G011181024
KELAS : FISIOLOGI TUMBUHAN C
KELOMPOK : 10
ASISTEN : ANDRI JASMITRO

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan organ
reproduksi. Organ tersebut juga tersusun dari berbagai jaringan, seperti jaringan
meristem, parenkim, sklerenkim, kolenkim, epidermis dan jaringan pengangkut.
Epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan menutupi permukaan daun,
bunga, buah, biji, batang dan akar. Jaringan epidermis berfungsi melindungi
jaringan dari lingkungan luar, berperan dalam pengaturan pertukaran gas pada
daun dan bagian permukaan luarnya dilapisi oleh kutikula (Astutaningsih, 2006).
Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan.
Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal
yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara
kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan
untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari
sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar.
Fisiologis tumbuhan pada sel baik secara individu maupun pada seluruh
tubuh tanaman tergantung pada kestabilan relatif beberapa kondisi. Fisiologi
tumbuhan adalah fisika sel dan biofisika organ, fotosintesis transportasi hara dan
sebagai hasil dari proses metabolisme, regulasi pertumbuhan dan perkembangan,
Transpirasi adalah proses pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air ke
atmosfer. Banyaknya air yang ditranspirasikan oleh tumbuhan merupakan
kejadian yang khas, meskipun perbedaan terjadi antara satu spesies dengan
spesies lain proses transpirasi dibedakan atas transpirasi stomata, transpirasi
kutikula dan transpirasi lentisel (Linda, 2018).
Transpirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni kelembaban, suhu,
cahaya, angin dan juga kandungan air dalam tanah, setiap faktor tersebut memiliki
pengaruh tersendiri dalam proses transpirasi pada daun tanaman. Pada
kelembaban gerakan uap air ke udara dalam daun akan menurunkan kecepatan
bersih dari air yang hilang, sehingga transpirasi akan menurun seiring dengan
meningkatnya kelembababan udara. Kemudian suhu mempengaruhi transpirasi
karena apabila terjadi kenaikan suhu dari 180-200 F cenderung meningkatkan
penguapan air sebesar dua kali lipat. Adapun angin cenderung untuk
meningkatkan kecepatan transpirasi, baik di dalam naungan atau di dalam cahaya,
melalui penyapuan uap air. Dan kandungan air tanah menurun akibat penyerapan
oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat.
Beberapa penggantian air berasal dari dalam sel daun melalui membran
plasma. Ketika air meninggalkan daun, molekul air menjadi lebih kecil. Hal ini
akan mengurangi tekanan turgor. Jika banyak air yang dipindahkan, tekanan
turgor akan menjadi nol. Oleh karena itu, sel menjadi lunak dan kehilangan
kemampuan untuk mendukung daun. Hal ini dapat terlihat ketika tanaman layu.
Untuk mengetahui tingkat efisiensi tumbuhan dalam memanfaatkan air, sering
dilakukan pengukuran terhadap laju transpirasi. Tumbuhan yang efisien akan
menguapakan air dalam jumlah yang lebih sedikit untuk membentuk struktur
ubuhnya (bahan keringnya) dibandingkan dengan tumbuhan yang kurang efisien
dalam memanfaatkan air.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukanlah praktikum mengenai pengaruh
angin dan suhu terhadap transpirasi untuk mengetahui bagaimana pengaruh
kelembaban, suhu, cahaya, angin dan juga kandungan air tanah dalam proses
transpirasi pada suatu tanaman.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya praktikum pengaruh angin dan suhu terhadap
transpirasi adalah sebagai berikut:
1. Menemukan fakta tentang terjadinya transpirasi.
2. Mengamati pengaruh angin, suhu, kelembaban dan cahaya terhadap laju
transpirasi.
3. Mengamati dan membuktikan perbedaan laju transpirasi antar jenis
tanaman.
4. Menghitung jumlah air yang digunakan tanaman perluas daun tanaman.
Kegunaan agar kita bisa mengetahui seberapa besar pengaruh kelembaban,
suhu, cahaya, angin, terhadap proses transpirasi pada tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daun
Daun merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk bagian tumbuhan
yang bentuknya seperti lembaran pipih dan umumnya berwarna hijau bila terpapar
cahaya dan udara. Daun berasal dari suatu meristem epikal yang tumbuh
membentuk suatu kuncup yang menonjol kesamping. Pertumbuha daun berbeda
dengan pertumbuhan pada akar dan batang karena pertumbuhannya yang terbatas.
Fungsi daun yakni sebagai tempat fotosintesis atau produksi bahan makanan bagi
tanaman (Aryulina, 2006).
Daun termasuk kedalam organ pokok pada tubuh tumbuhan. Pada umumnya
daun berbentuk pipih bilateral, berwarna hijau, dan merupakan tempat utama
terjadinya fotosintesis. Secara umum, daun memiliki struktur mulut daun yang
dimana mulut daun ini berguna untuk pertukaran gas O2, CO2, dan juga uap air
dari daun ke alam sekitar dan sebaliknya. Daun memiliki salah satu peran utama
yaitu menyerap polutan (Sumardi, 2010).
Sehelai daun mampu menguapkan air setiap hari melebihi bobotnya sendiri.
Daun dipertahankan supaya tidak layu dengan adanya aliran transpirasi dalam
pembuluh xylem yang mengalir dengan kecepatan 75 cm/menit, kira-kira seperti
kecepatan jarum penunjuk detik mengelilingi lingkaran jam tersebut. Kebutuhan
tumbuhan yang sangat besar akan air merupakan bagian dari kerugian mmebuat
makanan melalui fotosintesis. Sel-sel penjaga, dengan cara mengontrol ukuran
stomata, akan membantu menyeimbangkan kebutuhan tumbuhan untuk
menghemat air terhadap kebutuhan fotosintesis (Campbell, 2003).
2.2 Transpirasi
Transpirasi merupakan proses pergerakan air dalam tubuh tanaman dan hilang
menjadi uap air ke atmosfir. Proses transpirasi dimulai dari absorbsi air tanah oleh
akar tanaman yang kemudian ditransport melalui batang menuju daun dan
dilepaskan sebagai uap air ke atmosfir. Laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor
karakter vegetasi, karakter tanah, lingkungan serta pola budidaya tanaman.
Transpirasi merupakan proses hilangnya air dari dalam jaringan tumbuhan melalui
kutikula, stomata maupun lentisel. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui
stomata, walaupun dapat pula melalui kutikuler (Prijono, 2016).
Transpirasi bermanfaat bagi tumbuhan karena dapat menyebabkan
terbentuknya daya isap daun, membantu penyerapan air dan hara oleh akar, serta
mempertahankan suhu permukaan daun. Akan tetapi, transpirasi dapat juga
membahayakan kehidupan tumbuhan. Hal ini terjadi apabila uap air yang
ditranspirasi melampaui jumlah air yang diserap oleh akar. Akibatnya, tumbuhan
akan kekurangan air. Kekurangan air yang berlebihan dapat mengakibatkan
kelayuan yang berakhir dengan kematian (Simanjuntak, 2013).
Proses transpirasi dapat mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi
bumi, juga panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air
dan penguapan ini akan membantu membantu menurunkan suhu tanaman. Selain
mengenai hal tersebut, melalui proses transpirasi tanaman juga akan terus
mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan
hidup tanaman dapa terus terjamin (Imiliyana, 2012)
Laju transpirasi mempunyai relasi dengan jenis tanaman dan populasi
tanaman. Perbedaan jenis tanaman berpengaruh terhadap laju transpirasinya. Tiap
vegetasi mempunyai struktur akar dan tajuk yang berbeda-beda. Struktur tajuk,
fisiologi tanaman, indeks luas daun dan conductance stomata berpengaruh
terhadap transpirasi. Volume air tanah yang mampu diserap oleh tanaman sangat
bergantung pada pola perakaran, semakin tinggi penetrasi akar pada tanah maka
akan semakin banyak air yang mampu diserap oleh tanaman sehingga volume air
yang mengalami transpirasi juga semakin tinggi (Prijono, 2016).
2.3 Tipe-Tipe Transpirasi
Terdapat dua tipe transpirasi yaitu transpirasi kutikula dan transpirasi
stomata. transpirasi kutikula merupakan peristiwa evaporasi air yang terjadi secara
langsung melalui kutikula epidermis. Transpirasi stomata merupakan penguapan
yang berlangsung melalui stomata (Loveless, 1991).
Menurut Lakitan (2002) tipe-tipe transpirasi sebagai berikut :
1. Transpirasi Kutikula
Transpirasi kutikula adalah evaporasi (pengupan) air yang tejadi secara
langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus
air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10
persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena
itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.
2. Transpirasi Stomata
Transpirasi stomata adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi
diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-
dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke
ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-
ruang antar sel ke atmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi
membuat ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi
uap air ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama
lembab.
3. Transpirasi Lentikuler
Transpirasi lentikuler adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang
tersusun lepas yang dikenal sebagai alat komplementer, uap air yang hilang
melalui jaringan ini sebesar 0.1 % dari total transpirasi.
4. Mekanisme Transpirasi
Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang
lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun
umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas
pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan
bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan
banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya.
2.4 Mekanisme Transpirasi Melalui Daun
Menurut Lovelesss (1991), Mekanisme pada transpirasi terjadi melalui dua
tahapan, yaitu :
1. Evaporasi
Proses ini akan terus berlangsung sampai rongga antar sel jenuh dengan uap
air. Sel-sel yang menguapkan air ke rongga antar sel akan kekurangan air
sehingga potensial airnya menurun. Pada tahap inilah air yang diserap oleh akar
akan dibawa naik melalui pembuluh xylem sampai bagian daun.
2. Difusi.
Di samping mengeluarkan air dalam bentuk uap air, tumbuhan dapat pula
mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut gutasi dengan
melalui alat yang disebut hidatoda, yaitu yaitu suatu lubang yang terdapat pada
ujung urat daun yang sering kita jumpai pada spesies tumbuhan tertentu.
Peristiwa transpirasi melalui daun dimulai dengan penguapan oleh air sel-sel
mesofil ke rongga antar sel dimana rongga ini terdapat di dalam daun tumbuhan.
Dalam hal ini, rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang
besar, sehingga dalam hal ini rongga yang besar dapat menampung air dalam
volume yang banyak. Peristiwa penguapan air ini akan terus berlangsung selama
rongga antar sel belum jenuh. Sel-sel yang menguap airnya akan mengalami
kekurangan air, sehingga yang dapat terjadi pada potensial akhirnya akan
mengalami suatu penurunan (Prijono, 2016).
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transpirasi
Menurut Lakitan (2017), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
transpirasi, antara lain:
1. Radiasi matahari
Dari radiasi matahari yang diserap oleh daun, 1-5% digunakan untuk
fotosintesis dan 75-85% digunakan untuk memanaskan daun dan untuk
transpirasi.
2. Temperatur
Kenaikan suhu dari 180 sampai 200F cenderung untuk meningkatkan
penguapan air sebesar dua kali. Suhu daun di dalam ruang yang lebih gelap
kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang terkena sinar matahari
mempunyai suhu 100 – 200F lebih tinggi dari pada suhu udara.
3. Kelembaban
Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air
yang hilang, dengan demikian seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan
menurun dengan meningkatnya kelembaban udara. Apabila stomata dalam
keadaan terbuka maka kecepatan difusi dari uap air keluar tergantung pada
besarnya perbedaan tekanan uap air yang ada di dalam rongga-rongga antar sel
dengan tekanan uap air di atmosfer. Jika tekanan uap air di udara rendah, maka
kecepatan difusi dari uap air di daun keluar akan bertambah besar begitu pula
sebaliknya. Pada kelembaban udara relatif 50% perbedaan tekanan uap air di daun
dan atmosfer 2 kali lebih besar dari kelembaban relatif 70%.
4. Angin
Angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, yaitu melalui
penyapuan uap air. Transpirasi terjadi apabila air berdifusi melalui stomata.
Apabila aliran udara (angin) menghembus udara lembab di permukaan daun,
perbedaan potensial air di dalam dan tepat di luar lubang stomata akan meningkat
dan difusi bersih air dari daun juga meningkat.
2.6 Mekanisme Toleransi Tanaman pada Proses Transpirasi
Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel sel mesofil ke rongga antar
sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang
merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah
banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga
antar sel belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga
antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya
menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun,
yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima
dari akar dan seterusnya (Lakitan, 2002).
Mekanisme toleransi (drought tolerance) yaitu kemampuan tanaman
melakukan penyesuaian osmotik sel, agar pada kondisi potensial air, sel yang
menurun disebabkan oleh kekeringan, turgiditas tetap tinggi. Turgiditas sel dapat
dipertahankan dengan meningkatkan potensial osmotik sel dengan meningkatkan
kadar bahan larut di dalam sel. Salah satu bahan larut yang kadarnya meningkat
selama kekeringan adalah asam amino prolin. Oleh karena itu, genotipe yang
toleran kekeringan memiliki prolin yang lebih tinggi (Man et al. 2011).
Mekanisme transpirasi air akan mudah dipahami kalau kita mengenal juga
anatomi daun tumbuhan. Daun merupakan organ paling penting untuk pertukaran
gas stomata merupakan alat istimewah pada tumbuhan, terutama bila
dibandingkan antar tumbuhan yang lingkungan hidupnya cukup kontras. Melalui
stomata tumbuhan menunjukkan kemampuan adaptifnya terhadap perubahan dari
lingkungannya. Banyaknya transpirasi pada air yang keluar disebabkan
dibutuhkannya CO2 dari udara melalui membukannya stomata, kemudian dengan
terbukannya stomata air yang terdapat didaun akan keluar secara difusi melalui
pori pori stomata (Izza, 2016).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum pengaruh angin dan suhu terhadap transpirasi dilaksanakan di
laboratorium Agroklimatologi dan Statistika, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar pada hari Sabtu, 5 Oktober 2019 pukul 13.00 WITA
sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu spoit ukuran besar, pipet ukur
1 ml, lampus sorot, kipas angin kecil, hand sprayer, gunting, pulpen, cutter, tiang
penyangga, penjepit tabung, penjepit kertas, dan lap.
Bahan yang digunakan yaitu air dan tanaman cabai, aluminium foil, selang
plastik transparan, selotip bening, vaselin, wrapping, dan kertas
3.3 ProsedurPraktikum
Prosedur kerja praktikum ini yaitu :
1. Membersihkan alat dengan menggunakan lap kasar dan lap halus
2. Menyiapkan alat yang akan digunakan untuk setting alat transpirometer
3. Mengatur alat respirometer
4. Membuat penutup spoit dari steroform yang diberi lubang di tenghanya sesuai
diameter tanaman yang akan digunakan
5. Mencabut tanaman preparat secara hati-hati dari media, kemudian
membersihkan akar tanaman dari tanah
6. Memasang sumbat spoit pada pangkal batang dengan membelah sumbat
spoit, kemudian memasang pada spoit secara rapi
7. Mengoleskan vaselin pada penutup spoit dan yakinlah bawa tidak ada
kebocoran
8. Membungkus rapi penutup dengan kertas aluminium sehingga tidak ada lagi
kebocoran
9. Memasukkan air dengan menggunakan spoit dari ujung selang sampai pada
batas sumbat gabus pada spoit sehingga akar seluruhnya terendam air
kemudian menjepit dengan penjepit kertas
10. Memasang pipet ukur dengan rapi pada ujung selang, kemudian mengoleskan
vaselin pada pertemuan selang dengan pipet ukur
11. Mengukur pengaruh angin, menggunakan kipas angin kecil dan
memposisikan kipas angin sekitar 50-75 cm dari transpirometer menghadap
ke daun tanaman
12. Mengukur pengaruh cahaya, menggunakan lampu sorot dan memposisikan
lampu sorot sekitar 40 cm dari transpirometer menghadap ke daun tanaman
13. Mengukur pengaruh kelembaban daun, menyungkup tanaman dengan
menggunakan plastik transparan kemudian menyemprotkan air dengan hand
sprayer pada daun tanaman, kemudian mengikat kantong plastik sehingga
daun tetap lembab
14. Mencatat posisi air dalam pipet ukur pada semua instrument yang sudah diset
sebagai data awal (0 menit), kemudian menghidupkan lampu sorot dan kipas
angin
15. Mencatat posisi air setiap 10 menit pada semua instrument selama 30 menit
16. Melanjutkan percobaan tanpa akar tanaman, dengan memotong akar tanaman
pada batas leher akar
17. Memotong akar harus dilakukan di dalam air sehingga xylem tidak terisi oleh
udara
18. Melakukan kembali pengamatan sperti pada poin 14 dan 15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pada praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh hasil
sebagai berikut:

0.0009
Laju Transpirasi (ml / menit)

0.0008
0.0007
0.0006
0.0005
0.0004 Akar
0.0003 Tanpa Akar
0.0002
0.0001
0
Kontrol Kelembaban Angin Cahaya
(RH) (Suhu)

Gambar 4. Grafik Laju Transpirasi Tanaman Cabai pada Beberapa Perlakuan.


4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa laju
transpirasi tanaman cabai dengan akar dan tanpa akar yang diberi 4 perlakuan
berbeda yaitu kontrol, kelembaban, angin dan cahaya dengan parameter memiliki
laju transpirasi yang berbeda. Laju transpirasi pada tanaman cabai yang diamati
dengan akar memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding laju transpirasi cabai tanpa
akar. Sebab, pada saat proses transpirasi, juga terjadi proses penyerapan air oleh
akar, sehingga air juga masuk ke dalam akar. Hal ini sesuai dengan pendapat
Lubis dan Agus (2011) yang menyatakan bahwa tanaman mengalami peristiwa
penguapan air yang dikenal dengan transpirasi. Selama proses transpirasi, terjadi
juga proses penyerapan air oleh akar tanaman.
Dari keempat perlakuan yang diamati diketahui bahwa laju transpirasi
tanaman cabai dengan akar yang diberi perlakuan kelembaban dan suhu lebih
besar dibanding dengan perlakuan lainnya. Dimana intensitas sahaya sangat
berpengaruh terhadap proses transpirasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Linda
(2018) yang menyatakan bahwa intensitas cahaya berpengaruh terhadap kecepatan
transpirasi. Semakin besar intensitas cahaya, semakin tinggi kecepatan transpirasi.
Semakin rendah intensitas cahaya, semakin rendah kecepatan transpirasi.
Intensitas cahaya mempengaruhi kecepatan transpirasi karena mekanisme
membuka menutupnya stomata, yaitu pori pada daun yang menjadi tempat
keluarnya air sebagai uap air pada proses transpirasi, juga dipengaruhi oleh
adanya cahaya. Sebagian besar stomata tumbuhan membuka pada siang hari dan
menutup pada malam hari (kecuali pada tanaman sukulen). Timbul tekanan turgor
pada sel penutup akibat adanya zat terlarut, sel-sel penutup membesar, sehingga
membukalah stomata dan terjadilah proses transpirasi.
Laju transpirasi paling rendah dari tanaman cabai dengan akar ialah kontrol
dan angin. Angin berpengaruh dalam proses transpirasi dimana semakin tinggi
kekuatan angin, maka laju transpirasi semakin cepat. Dan pada tanaman cabai
mungkin kecepatan angina tidak begitu tinggi sehingga laju transpirasi pada
tanaman cabai lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Wardani (2019) yang
menyatakan bahwa semakin tinggi kecepatan angin, maka transpirasi juga
semakin meningkat, demikian juga sebaliknya.
Pada pengamatan tanaman cabai tanpa akar, laju transpirasi tertinggi yang
diberi perlakuan kontrol atau tanpa perlakuan apapun. Transpirasi memberi
pengaruh yang sangat besar bagi tubuh tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Wardani (2019) yang menyatakan bahwa transpirasi adalah pelepasan air dalam
bentuk uap melalui stomata ke udara bebas. Transpirasi mempunyai peran besar
dalam mengatur berbagai kondisi dalam tubuh tumbuhan dan lingkungan
sekitarnya.
Laju transpirasi terendah pada pengamatan tanaman cabai tanpa akar adalah
yang diberi perlakuan angin. Dimana tidak ditemukan kehilangan air pada media
yang diujikan. Atau bisa dikatakan bahwa laju transpirasi tanaman cabai tanpa
akar adalah 0. Hal ini bergantung pada kecepatan angin. Perlakuan angin yang
diberikan pada pengamatan di laboratorium tidak cepat sehingga tidak
berpengaruh dalam proses transpirasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Wardani
(2010) yang menyatakan bahwa semakin cepat angin, transpirasi semakin cepat.
Vaseline dalam percobaan ini berfungsi sebagai lapisan yang dapat
memperlambat proses transpirasi, karena semakin menebalnya permukaan maka
uap air akan sulit keluar. Hal ini sesuai dengan literature Salisbury dan Ross
(1992) yang menyatakan bahwa adanya lapisan lilin akan memperlambat laju
transpirasi akibat tebalnya permukaan sehingga uap air akan sulit berdifusi keluar
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Pengamatan Jumlah Air dan Laju Transpirasi

Perlakuan
Tanaman Waktu
Cabai Pengamatan Kelembaban Cahaya
Kontrol Angin
(RH) (Suhu)
10 menit 0,3 0.4 0.1 0.2
Dengan 20 menit 0,2 0.3 0.1 1.2
Akar 30 menit 0,2 0.1 0.1 1,8
Laju Transpirasi 0,0003 0.0004 0.0003 0.0008
10 menit 0,5 0.1 0 0.1
20 menit 0,1 0.1 0 0.2
Tanpa Akar
30 menit 0,1 0 0 0.4
Laju Transpirasi 0,0003 0.0001 0 0.0002
DAFTAR PUSTAKA
Advinda Linda. 2018. Buku Pintar: Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.
Yogyakarta: CV Budi Utama
Aryulina, Dyah. 2006. Biologi 2. Erlangga. Jakarta.

Astuningsih, 2006. Kamus Biologi untuk SMA. Jakarta: Kawan Pustaka.

Campbell Neil A, Jane B Reece, Lawrence G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi


Kelima. Erlangga. Jakarta.

Imiliyana, A. 2012. Penghijauan Butuh Transpirasi. Jakarta Rajawali Press.

Izza, Faisatul dan Ainun Nikmati Laily. 2016. Karakteristik Stomata Tempuyung
(Sonchus arvensis L.) dan Hubungannya dengan Transpirasi Tanaman di
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Lakitan, B. 2017. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Loveless, A.R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 1.


Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Man, D., Y. X. Bao, and L. B. Han. 2011. Drought tolerance associate with
proline and hormone metabolism in two tall fescue cultivars. Hort Science
46(7): 1027-1032.

Mulyani, Sry. 2010. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius

Prijono, Sugeng. Moh. Teguh Satya Laksmana. 2016. Studi Laju Transpirasi
Peltophorum dassyrachis dan Gliricidia sepium Pada Sistem Budidaya
Tanaman Pagar Serta Pengaruhnya Terhadap Konduktivitas Hidrolik
Tidak Jenuh. J-PAL, Vol. 7, No. 1.
Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1992. Plant Physiology. Wadsworth Publishing
co,California
Simanjuntak, E. T. 2013. AlAT Pengukur Laju Transpirasi pada Daun
Berbasis Mikrokontroler. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Sumardi, I., Nugroho, H., dan Purnomo. 2010. Struktur dan Perkembangan
Tumbuhan. Jakarta Penebar Swadaya.
Wardhani, Sitipramitha Retno. 2019. Intisari Biologi Dasar. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai