Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TANAMAN

PENGARUH SUHU TERHADAP KECEPATAN


RESPIRASI AEROB

Disusun oleh:

Nama : Wuryaninsih

NPM : 1510401018

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR

2016

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Respirasi adalah proses yang terjadi pada makhluk hidup karena terjadi
pembakaran karbohidrat (gula) oleh oksigen sehingga menghasilkan energi dalam bentuk
ATP. Semua sel yang hidup akan melakukan respirasi untuk memenuhi kebutuhan
energinya. Pada respirasi sel hidup akan menyerap O2 dan melepaskan CO2 dalam
volume yang sama. Namun seperti kita ketahui, respirasi lebih dari sekadar pertukaran
gas secara sederhana. Proses keseluruhan merupakan reaksi oksidasi-reduksi, yaitu
senyawa dioksidasi menjadi CO2 dan O2 yang diserap direduksi menjadi H2O.

Respirasi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adalah suhu lingkungan atau
suhu tubuh makhluk hidup yang melakukan respirasi. Pada suhu yang berbeda maka
kecepatan respirasi juga akan berbeda serta CO2 yang dihasilkan juga akan berbeda.
Praktikum ini dilakukan untuk mengrtahui pengaruh suhu yang berbeda terhadap
kecepayan respirasi dari kecambah kacang hijau.

B. Tujuan
Untuk mengetahui berapa besar pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi


senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel
dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen
dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana
oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti
alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi. Secara umum, respirasi karbohidrat
dapat dituliskan sebagai berikut:

C6H12O6 + O2 6CO2 + H2O + energi

respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Proses transport


gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara difusi. Oksigen yang
digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan difusi melalui
ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran sel. Demikian juga halnya dengan CO2
yang dihasilkan respirasi akan berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Hal
ini karena membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan sangat permeabel bagi kedua gas
tersebut. Setelah mengambil O2 dari udara, O2 kemudian digunakan dalam proses respirasi
dengan beberapa tahapan, diantaranya yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs,
dan transpor elektron. (Dwidjoseputro, D. 1980)

Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen respirasi terbagi atas 2 macam, yaitu


Respirasi anerob dan aerob, respirasi anerob tidak memerlukan oksigen tetapi penguraian
bahan organiknya tidak lengkap. Respirasi macam ini jarang terjadi hanya dalam keadaan
khusus. Dimana substrat respirasi anerob adalah glukosa, yang reaksinya adalah :

C6H12O6 2C2H5OH + 2 CO2 + ATP

Respirasi aerob memerlukan oksigen untuk menghasilkan tenaga (ATP), yang


reaksinya adalah :

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O Hc - 2880 kJ (Burhan, 1997).

Greulach dan Adam ( 1976 ) menyatakan bahwa produk akhir fotosintesis adalah
gula, oksigen dan air. Produk ini merupakan substansi yang nantinya digunakan dalam
respirasi aerobic, sedangkan hasil akhir dari respirasi adalah karbondioksida dan air yang
merupakan substansi yang digunakan dalam fotosintesis. Menurut Salisburry dan Ross (1978)
gas O2 pada respirasi aerobik digunakan untuk oksidasi reduksi bahan makanan. Pada
respirasi atau oksidasi akan dihasilkan CO2.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Bahan Dan Alat

Kecambah kacang hijau, larutan NaOH 0.2 N, HCI 0.1 N, BaCl2 0.01 M,
indikator PP, vaselin, kain kasa, botol Reagent bermulut besar, Buret, Erlenmeyer,
timbangan, gelas ukur, corong gelas, pipet, oven, kulkas, thermometer dan alat tulis.

B. Cara Kerja
1. Timbang 4 kelompok kecambah kacang hijau yang masing-masing beratnya 10
gram
2. Ambil 4 botol Reagent, isi dengan 50 ml NaOH 0,2 N dan tutup segera
3. Bungkus 3 kelompok kecambah dengan kain kasa dan masukkan kedalam botol
tersebut dan jangan sampai menyentuh larutan (bungkusan kecambah
digantungkan ke dalam botol)
4. Tutup dan segel dengan vaselin tipis masing-masing botol diletakkan dalam suhu
5, 25 dan 40. Dan juga satu botol untuk kontrol diamkan semuanya selama 24
jam
5. Sisa kecambah dibungkus kertas dan dikeringkan dengan suhu 105 C selama 24
jam, digunakan untuk kontrol berat kering
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berat Kecambah (g)


Suhu Mula- Setelah Berat Volume HCl (ml) CO2
mula perlakuan kering
5 C 10 9,92 5,16 11,5 10,9 11,8 57

25 C 10 9,04 4,18 15,9 16,6 15,4 79,8

40 C 10 9,12 5,08 19 21 20 100

Kontrol - - - 17 19 15 85
(25 C)

B. Pembahasan
Respirasi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adalah suhu lingkungan
atau suhu tubuh makhluk hidup yang melakukan respirasi. Pada suhu yang berbeda
maka kecepatan respirasi juga akan berbeda serta CO2 yang dihasilkan juga akan
berbeda.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa perbedaan suhu dapat
mempengaruhi kecepatan dari respirasi aerob. Rangkaian kecambah pada suhu yang
lebih tinggi yaitu 40C melepaskan lebih banyak CO2 dari pada rangkaian kecambah
pada suhu lainnya. Jumlah CO2 yang dilepaskan dapat dilihat dari banyaknya HCl
yang dibutuhkan saat titrasi.
Kecambah dibungkus dengan kain kasa, kain kasa memiliki pori-pori yang
cukup besar sehingga dapat digunakan untuk memberi ruang atau celah yang dapat
dilewati oleh oksigen dan karbon dioksida CO2 pada saat proses respirasi. Kecambah
dimasukkan kedalam botol yang ditutup rapat. Penutupan rapat ini bertujuan agar
tidak ada gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan seperti
oksigen dari luar yang masuk kedalam botol dan tidak ada CO2 yang keluar dari botol.
Larutan didalam botol merupakan basa kuat yaitu NaOH, NaOH berfungsi sebagai
larutan yang dapat berikatan dengan CO2 hasil dari respirasi kecambah. NaOH yang
mengikat CO2 akan membentuk natrium bikarbonat yang merupakan CO2 terlarut.
Pada percobaan diperoleh hasil bahwa semakin tinggi suhu maka CO2 yang
dihasilkan semakin besar. hal ini dikarenakan bahwa antara suhu dengan laju respirasi
aerob terdapat hubungan positif, yang artinya kenaikan suhu diikuti dengan kenaikan
laju respirasinya. Sehingga dapat dikatakan suhu memberikan pengaruh terhadap laju
respirasipada kecambah kacang hijau. Dari hasil percobaan ini dapat diketahui bahwa
semakin tinggi suhu maka laju respirasi semakin cepat. Maka dari itu CO2 yang
dihasilkan juga semakin tinggi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukandapat diambil beberapa kesimpulan,
yaitu :
1. Perbedan suhu dapat mempengaruhi kecepatan respirasi aerob dari kecambah
kacang hijau
2. semakin tinggi suhu maka laju respirasi semakin cepat. Maka dari itu CO2 yang
dihasilkan juga semakin tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Burhan, dkk. 1977, Fisiologi Tanaman, PT Bina Aksara, Jakarta

Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.

Greulach,V.A and J.E. Adam.1976, Plant and Introduction to Modern Botany, John
Willey and Sons, New York

Salisbury, Frank dan Ross, Cleon. 1978. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai