Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

RESPIRASI

Disusun oleh :
Kelompok 5 Indralaya
Dwi Wahdini (06091282126027)
Desi Apriyanti (06091182126005)
Disa Almira Pabila (06091282126049)
Irma Cahyani Safitri (06091282126038)
Nabilah Afifah Putri (06091282126017)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Rahmi Susanti, M.Si.
Susy Amizera SB., M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2023
I. Judul Praktikum : Respirasi
II. Tanggal dan Tempat
Tanggal Praktikum : Kamis, 26 Oktober 2023
Tempat Praktikum : Lab Biologi
III. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui penbghasilan CO2 pada respirasi
IV. Alat dan Bahan :
• Botol Erlenmeyer
• Sumbat karet berlubang
• Larutan Bromtimol Blue (BTB)
• Pipa plastic
• Vaselin
• Kertas pH
• Thermometer
• Larutan Ca(OH)2
• Timbangan
V. Landasan Teori
a. Respirasi
Bernafas artinya melakukan pertukaran gas, yaitu mengambil oksigen (O2) ke dalam paru-
paru yang disebut proses inspirasi dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) serta uap air
(H2O) yang disebut proses ekspirasi. Sedangkan respirasi adalah seluruh proses sejak
pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi.
Pertukaran gas O2 dan gas CO2 berlangsung melalui proses difusi. Alat-alat pernafasan dapat
berupa paru-paru, insang, trakea maupun bentuk lain yang dapat melangsungkan pertukaran
gas O2 dan gas CO2.
Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui
pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan fungsi
hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari, respirasi dapat disamakan dengan
pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak
tercakup pada istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup,
mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan
dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak hanya melibatkan
oksigen.
Respirasi dapat berlangsung dengan 2 cara, yaitu :
1. Respirasi Aerob (Oksidasi)
Proses ini merupakan pemecahan molekul dengan menggunakan oksigen, reaksi umumnya
sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + 675 kalori
Pada umumnya dalam keadaan normal manusia menggunakan cara ini.
2. Respirasi Anaerob
Proses ini merupakan pemecahan molekul tidak menggunakan oksigen. Reaksi umumnya
sebagai berikut:
C6H12O6 → 2C2H5OH + CO2 + 28 Kalori
Pada proses respirasi anaerob terjadi pemecahan molekul yang sempurna, karena masih
dihasilkan zat organik sehingga energinya belum terbebaskan semua. Pada proses
tersebut hanya terhenti sampai glikolisis dan terbentuk asam laktat, sehingga energi
yang dihasilkan sedikit dan dampaknya mengakibatkan kelelahan pada tubuh. Proses ini
umumnya terjadi pada organisme tingkat rendah, yaitu pada ragi dan bakteri. Pada
organisme tingkat tinggi proses ini hanya berlangsung dalam keadaan darurat, yaitu
apabila persediaan oksigen kurang mencukupi. Ini terjadi ketika otot bekerja terlalu
keras dan berlebih.
b. Prinsip kerja
Dalam bereksperimen atau melakukan praktikum respirasi pada kecambah, diperlukan alat
yang berfungsi untuk mengukur kelajuan respirasi pada kecambah dengan mengukur rata –
rata pertukaran oksigen dan karbondioksida. Alat itu disebut respirometer. Respirometer
memungkinkan penyelidikan bagaimana faktor – faktor lain, seperti umur pada kecambah
dan cahaya mempengaruhi rata – rata pernapasan.
Alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernapasan, terdapat oksigen yang
digunakan oleh organisme dan terdapat pula karbon dioksida yang dikeluarkan oleh
organisme tersebut. Jika organisme yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan
karbon dioksida yang dikeluarkan organisme dalam ruang tertutup itu diikat (misalnya, oleh
kristal KOH), maka penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam
tabung itu dapat dicatat (diamati) pada pipa kapiler berskala pada respirometer.
c. Eksperimen
Selanjutnya yaitu langkah – langkah bereksperimen atau melakukan praktikum. Spesimen
yang akan digunakan dalam praktikum ini, sebaiknya kecambah yang masih segar dan tidak
layu (kecambah yang digunakan yaitu kecambah pendek atau kecambah soto). Kemudian,
tabung spesimen dipisahkan dari bagian berskala dan memasukkan zat pengikat 𝐶𝑂2, yaitu
kristal KOH yang dibalut dengan kapas tipis.
Setelah itu, spesimen dimasukkan ke dalam tabung (perlu diperhatikan bahwa jangan
meletakkan spesimen terlalu dekat atau bahkan menempel dengan balutan kapas 𝐶𝑂2,
karena bisa menyebabkan kecambah mati sebelum diamati laju respirasinya). Kemudian,
menutup rapat bagian tabung spesimen dengan tabung skala (bila diperlukan memakai
plastisin dengan tujuan untuk menghindari kebocoran udara).
Untuk mengetahui penyusutan udara dalam tabung, pada ujung terbuka pipa berskala diberi
tetesan air. Tetesan air ini akan bergerak ke arah tabung spesimen, karena terjadinya
penyusutan volume udara dalam ruang tertutup (tabung spesimen). Hal itu merupakan
akibat dari adanya pernapasan, yaitu 𝑂2 diserap dan 𝐶𝑂2 dihembuskan, tetapi diikat oleh
kristal KOH.
Kecepatan tetesan air yang bergerak ke dalam menunjukkan kecepatan pernapasan
organisme yang diselidiki. Perhitungan dilakukan untuk memperoleh angka kecepatan
respirasi kecambah dalam ml tiap satuan waktu. Data yang diambil berupa lama pernapasan
(diambil 2 menit sekali) dan jarak yang ditempuh oleh tetesan air yang bergerak.
d. Faktor yang mempengaruhi laju respirasi
1. Ketersediaan substrat
Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan
respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi
dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya, bila substrat tanaman tinggi, maka
akan melakukan respirasi dengan laju yang tinggi pula.
2. Ketersediaan oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh
tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada
tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak
mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk
berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
3. Suhu
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10,
dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu
sebesar 10oC. Namun hal ini tergantung pada masing – masing spesies.
4. Tipe dan umur tumbuhan
Masing – masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme. Dengan
demikian, kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing – masing
spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding
tumbuhan yang tua.
VI. Cara Kerja

1. Susunlah alat-alat seperti gambar di bawah ini


2. Masukkan masing-masing pada botol yang telah ditentukan (A1 dan A2).
3. Timbanglah 40 gr kecambah masing-masing yang segar dan yang direbus.
4. Isilah botol B1 dan B2 sampai setengahnya dengan larutan Ca(OH)2.
5. Tetesilah B1 dan B2 dengan 3 tetes BTB, ukurlah suhu udara luar dan pH.
6. Olesilah botol dengan vaselin
7. Amatilah perubahan yang terjadi setelas 1 jam dan ukurlah pH.
8. Diskusikanlah gejala yang anda amati dan laporkanlah.

Catatan: BTB dalam bisa bersama biru, dalam asam berwarna merah

VII. Hasil Pengamatan

No. pH pH Warna Awal Perubahan Warna Warna Larutan


Awal Akhir Akhir Akhir setelah ditetesi
IndikatorPP
B1 B2 B1 B2 B1 B2 B1 B2 B1 B2
1 12 12 12 12 Biru Biru Lebih Agak jernih Ungu Ungu
pekat pekat jernih dari dari warna muda pekat
warna biru biru
sebelumnya sebelumnya

Keterangan :
B1 : Larutan kapur dengan kecambah segar
B2 : Larutan kapur dengan kecambah rebus
Suhu : 34°
BTB : 20 tetes

VIII. Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu percobaan mengenai respirasi pada tumbuhan,
tumbuhan yang kami gunakan adalah kecambah yang masih segar dengan kecambah yang
telah di rebus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil antara
keduanya setelah di lakukan percobaan. Praktikum ini menggunakan larutan kapur karena
kapur adalah basa kuat, larutan kapur digunakan sebagai penyerap CO2 , ketika CO2
dihasilkan selama respirasi, maka ia akan bereaksi dengan kapur untuk membentuk endapan
kalsium karbonat. BTB merupakan indikator pH yang akan berubah warna saat larutan
menjadi asam atau basa. Ketika CO2 dihasilkan selama respirasi ua akan bereaksi dengan
larutan kapur, mengubah pH larutan, dan dengan itu dapat mengubah warna BTB sebagai
bentuk perubahan pH yang terjadi.
Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan 4 tabung erlenmeyer dimana 2 tabung berisi
larutan kapur dan 2 tabung sisanya di gunakan untuk meletakkan kecambah segar ataupun
kecambah rebus. Ketika penambahan BTB di larutan kapur sebaiknya di teteskan sebelum
larutan kapur dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer, hal ini untuk menghindari penetesan
yang tidak konsisten sehingga dapat berpengaruh pada hasil praktikum nantinya. Setelah
diteteskan BTB baru di tuang ke 2 tabung erlenmeyer dengan pembagian yang sama rata.
Kemudian hubungkan tabung dengan gabus yang ada selang nya, hubungkan tabung yang
berisi larutan kapur dengan yang berisi kecambah segar begitu pula pada tabung yang
lainnya. Lalu tunggu selama 1 jam untuk melihat perubahan yang akan terjadi pada larutan
kapur. Setelah menunggu 1 jam , untuk melihat lebih jelasnya lagi kami meneteskan
indikator fenolftalein (PP) sebanyak 1 tetes pada larutan kapur. Setelah diteteskan indikator
PP warna larutan pada kedua tabung tersebut langsung berubah.
Pada tabung yang berisi larutan kapur dan BTB yang di hubungkan dengan kecambah segar
larutan berubah warna menjadi ungu muda dan pada tabung satunya yang dihubungkan
dengan tabung berisi kecambah rebus, larutan berubah warna menjadi ungu yang lebih
pekat. Kecambah segar membuat larutan kapur dan BTB didalam tabung mengalami
pemudaran karena adanya ikatan dengan CO2 yang dihasilkan oleh kecambah segar
sehingga ketika CO2 dan larutan kapur dicampur, menghasilkan larutan yang bersifat basa.
Hal ini dikarenakan larutan kapur atau disebut juga kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
merupakan basa kuat yang dapat menetralkan asam.
Karbon dioksida (CO2) yang dilarutkan dalam air akan membentuk asam karbonat
(H2CO3), yang merupakan asam lemah. Ketika asam karbonat bereaksi dengan kalsium
hidroksida, membentuk kalsium karbonat (CaCO3), air (H2O), dan melepaskan gas karbon
dioksida (CO2). Hal itulah yang menyebabkan mengapa pada kecambah segar warna larutan
berubah menjadi ungu muda yang menunjukkan ke arah basa sedangkan pada kecambah
rebus tidak mengalami respirasi dan tidak menghasilkan CO2 sehingga air kapur berwarna
ungu pekat yang menandakan larutan masih bersifat sangat basa.
Perebusan yang terjadi pada kecambah membuat enzim didalamnya rusak dimana enzim ini
terlibat dalam proses respirasi. Untuk reaksi antara CO2 dengan kapur (Ca(OH)2) dapat
direpresentasikan dengan persamaan berikut:
Ca(OH)2 + CO2 → CaCO3 + H2O
Terbentuknya kalsium karbonat (CaCO3) menyebabkan larutan kapur menjadi kurang basa
dan lebih netral. Namun, reaksinya tidak sempurna, dan sebagian kalsium hidroksida tetap
berada dalam larutan, menjadikannya sedikit basa.
IX. Kesimpulan
Pada praktikum yang telah dilakukan mengenai respirasi pada tumbuhan dapat disimpulkan
bahwa kecambah segar mengalami respirasi dan menghasilkan karbondioksida (CO2).
Larutan kapur digunakan sebagai penyerap CO2 dalam percobaan, dimana CO2 akan
bereaksi dengan kapur untuk membentuk endapan kalsium karbonat (CaCO3).
Penggunaan BTB sebagai indikator pH memungkinkan pengamatan perubahan pH dalam
larutan kapur hasil dari reaksi dengan CO2 yang dihasilkan selama respirasi kecambah.
Kecambah segar menghasilkan CO2 selama respirasi , yang mengubah warna larutan kapur
dan BTB menjadi warna ungu muda setelah ditetesi indicator PP, hal tersebut menunjukkan
perubahan ke arah basa. Kecambah yang direbus tidak mengalami respirasi dan tidak
menghasilkan CO2, sehingga larutan kapur tetap bersifat sangat basa, ditandai dengan warna
ungu pekat setelah larutan kapur ditetesi indikator PP.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A, et.al. (2002). Biologi Edisi kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Henny, Dwika. (2010). Perkecambahan Biji. [online]. Tersedia:
http://dwikahenny24.wordpress.com/2010/02/07/perkecambahan-biji/
Iskandar, David. (2011). Respirasi. [online]. Tersedia:
http://blog.uad.ac.id/davidiskandar/2011/12/15/respirasi/
Lakitan, Benjamin. (2011). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Pers.
Yasa, I Komang Jaya Santika. (2009). Respirasi Dipengaruhi oleh Beberapa Faktor.
(Online),(http://www.idonbiu.com,)
LAMPIRAN
Alat dan Bahan

Kecambah Segar Kecambah Rebus

pH Awal pH Akhir

Keadaan Air pada Keadaan Air pada


Kecambah Segar Kecambah Rebus

Anda mungkin juga menyukai