Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

SISTEM RESPIRASI

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5 INDRALAYA :

ANGGELA (06091182126007)
DWI WAHDINI (06091282126027)
JANNATIL ALLIYAH AMANDA (06091382126074)
KEZIA ARDIAN ANJALI (06091282126051)
LISNA NEPRIANI (06091282126046)
REZKY FEBRIYANTI (06091182126012)
RONISHA NADHIRAH (06091282126033)

DOSEN PENGAMPU :

DR. DRS. ADENG SLAMET, M.SI.


DR. MASAGUS MUHAMMAD TIBRANI, S.PD., M.SI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2023
I. JUDUL
Sistem Respirasi pada Manusia

II. WAKTU DAN TEMPAT


6 September 2023 dan di area gedung B FKIP UNSRI

III. TUJUAN
1. Untuk mengetahui laju respirasi pada manusia
2. Untuk mengetahui faktor yang terlibat dalam sistem respirasi
3. Untuk mengetahuimekanisme pernapasan pada manusia

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Gelas kimia 250 ml 3 buah
2. Erlenmeyer 500 ml 3 buah
3. Stopwatch
4. Sumbatan
Bahan :
1. Indikator PP
2. Larutan NH3
3. Air kran
4. Vaseline
5. Sedotan
6. Kertas label

V. LANDASAN TEORI
Respirasi berarti satu inspirasi dan satu ekspirasi. Seorang dewasa normal
melakukan 14-18 kali respirasi setiap menit, dan dalam keadaan istirahat sebanyak
12-15 kali. Selama ini paru-paru mempertukarkan udara di dalamnyadenagn atmosfir.
Untuk mengukur volume udara yang dipertukarkan, dipergunakan spirometer
(respirometer).
Selama proses bernapas normal, kira-kira 500ml udara bergerak ke saluran
napas dalam setiap inspirasi, dan jumlah yang sama bergerak keluar dalam setiap
ekspirasi. Hanya kira-kira 350 ml volume tidal benar-benar mencapai alveoli,
sedangkan yang 150ml tetap berada di hidung, faring, trakhea, dan bronkhi, yang
disebut sebagai volume udara mati.

Bila kita melakukan inspirasi normal dan kemudian melakukan ekspirasi sekuat-
kuatnya, kita akan dapat mendorong keluar 1.200ml udara, volume udara ini
disebut volume cadangan ekspiratori. Susudah volume udara cadangan
ekspiratori dihembuskan, sejumlah udara masih tetap berada dalam paru-
paru karena tekanan intrapleural lebih rendah sehingga udara yang tinggal ini
dipakai untuk mempertahankan agar alveoli tetap sedikit menggembung, juga
beberapa udara masih tetap ada pada saluran udara pernapasan. Udara ini disebut
udara residu, jumlahnya kira-kira1.200ml.
Frekuensi pernapasan adalah intensitas memasukkan atau
mengeluarkan udara per menit. Pada umumnya intensitas pernapasan pada
manusia berkisar antara 16 - 18 kali. Frekuensi respirasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti: usia, jenis kelamin, aktifitas, kondisi fisik, suhu tubuh
dan posisi tubuh (Anonim, 2009).
Menurut Basoeki (2000), respirasi seorang dewasa normal adalah 14-18
kali per menit, sedangkan dalam keadaan istirahat 12-15 kali. Irama dasar
respirasi dikendalikan oleh sistem saraf dalam medula oblongata dan spons.
Usia: makin tambah usia, makin kecil frekuensi respirasi seseorang.
Anak-anak lebih banyak frekuensi pernafasannya daripada orang dewasa. Hal ini
disebabkan anak-anak masih dalam usia pertumbuhan sehingga banyak
memerlukan energi. Oleh sebab itu, kebutuhannya akan oksigen juga lebih
banyak dibandingkan orang tua (Anonim, 2009).

Jenis Kelamin: laki-laki lebih banyak frekuensi pernafasannya daripada


perempuan. semakin banyak energi yang dibutuhkan, berarti semakin banyak pula O2
yang diambil dari udara. Hal ini terjadi karena laki-laki umumnya beraktivitas lebih
banyak daripada perempuan (Anonim, 2009).
Aktifitas dan kondisi fisik: makin terlatih fisik seseorang, makin kecil
frekuensi respirasinya. Jika diperhatikan, orang yang melakukan aktivitas kerja
membutuhkan energi, memiliki frekuensi pernapasan yang besar pula. Berarti,
semakin berat kerjanya maka semakin banyak kebutuhan energinya, sehingga
frekuensi pernapasannya semakin cepat (Anonim, 2009).

Setelah melakukan aktivitas (misalnya: berlari), metabolisme dalam tubuh


meningkat terutama untuk metabolisme asam laktat dalam sel yang banyak
menghasilkan CO2 dan panas. Selama berlari, penggunaan O2 oleh otot yang
bekerja bertambah. Sehingga PO2 dalam jaringan dan dalam darah menurun.
Difusi O2 dan darah ke jaringan bertambah sehingga PO2 darah pada otot
berkurang dan pelepasan O2 dari hemoglobin meningkat. Selama olahraga,
penggunaan oksigen dapat meningkat sampai sebanyak 30 kali lipat. Harus ada
mekanisme untuk menyesuaikan usaha respirasi terhadaptuntutan metabolik.
Suhu tubuh: suhu yang tinggi, meningkatkan frekuensi respirasi. Semakin
tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi pernapasan akan semakin cepat. Di
lingkungan yang panas tubuh mengalami peningkatan metabolisme untuk
mempertahankan suhu agar tetap stabil. Untuk itu tubuh harus lebih banyak
mengeluarkan keringat agar menurunkan suhu tubuh. Aktivitas ini membutuhkan
energi yang dihasilkan dari peristiwa oksidasi dengan menggunakan oksigen
sehingga akan dibutuhkan oksigen yang lebih banyak untuk meningkatkan
frekuensi (Anonim,2009).
Posisi tubuh, posisi berbaring frekuensi respirasi 13/menit, dan pada
posisi duduk 18/menit dan 22/menit pada posisi berdiri. Frekuensi pernapasan
meningkat saat berjalan atau berlari dibandingkan posisi diam. frekuensi
pernapasan posisi berdiri lebih cepat dibandingkan posisi duduk. Frekuensi
pernapasan posisi tidur terlentang lebih cepat dibandingkan posisi tengkurap
(Anonim, 2009).

Namun, masih banyak factor-faktor lain yang lebih dominan mempengaruhi


frekuensi pernapasan yaitu.
 Emosi seseorang

 Perasaan seseorang

 Kejiwaan seseorang.

 Energi dan aura seseorang

 Latihan dan kebatinan seseorang


Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau menghirup dan
menghembuskan udaradalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume
udara pernapasan (kapasitas tidal = ± 500 cc). Fase ekspirasi merupakan fase
berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisisemula, mengembang) sehingga
rongga dada mengecil dan tekanan menjadilebih besar, akibatnya udara keluar dari
paru-paru (Mrwaldi, 2009).

Sel-sel tubuh terus menerus menggunakan O2 untuk reaksi metabolik yang


melepaskan energi dari molekul nutrien dan menghasilkan ATP. Pada saat yang
sama, reaksi ini juga melepaskan Karbon dioksida. Karena jumlah
karbondioksida yang berlimpah akan menghasilkan keasaman yang bersifat racun
bagi tubuh, maka CO2 yang berlimpah harus dibuang dengan cepat dari sel tubuh.
Pusat kontrol yang ada di medulla oblongata juga membantu mempertahankan
homeostasis dengan cara memonitor kadar CO2 dalam darah dan mengatur
jumlah CO2 yang dibuang oleh alveoli saat ekspirasi. Petunjuk utama mengenai
konsentrasi CO2 datang dari munculnya sedikit perubahan pH darah dan cairan
jaringan yang menggenangi otak. CO2 bereaksi dengan H2O untuk membentuk
H2CO3, yang akan menurunkan pH. Ketika pusat control yang ada di medulla
oblongata mendeteksi adanya penurunan pH, pusat control tersebut akan
meningkatkan kedalaman dan laju pernapasan.n Kelebihan CO2 dibuang dalam
udara ekspirasi. Peningkatan konsentrasi CO2 umumnya merupakan indikasi kuat
mengenai adanya penurunan konsentrasi O2, karena CO2 dihasilkan melalui
proses yang sama dengan proses konsumsi O2, yakni respirasi seluler (Alvyanto,
2009).

VI. LANGKAH KERJA


 Praktikum 1
1. Ketika posisi kita sedang normal belum melakukan kegiatan apapun hitunglah
jumlah nafas yang dihembuskan melalui hidung dengan cara menutup mulut
selama 1 menit. Kemudian catat hasilnya.
2. Selanjutnya lakukan aktivitas berjalan selama 2 menit setelah selesai hitunglah
jumlah nafas yang dihembuskan melalui hidung dengan cara menutup mulut
selama 1 menit. Kemudian catat hasilnya.
3. Selanjutnya lakukan aktivitas naik turun tangga selama 2 menit setelah selesai
hitunglah jumlah nafas yang dihembuskan melalui hidung dengan cara
menutup mulut selama 1 menit. Kemudian catat hasilnya.
 Praktikum 2
1. Siapkan 3 buah tabung erlenmeyer yang diberi label A, B dan C
2. Kemudian di beri larutan kapur sebanyak 100 ml pada tabung A, B dan C
3. Beri vaselin dipinggir sumbatan erlenmeyer agar tidak ada udara yang keluar
masuk. Setelah itu tutup tabung erlenmeyer dengan sumbat karet
4. Masukkan pipet ke dalam lubang sumbatan yang ada di bagian atas tabung
erlenmeyer A dan B, pastikan pipet pada tabung A tidak terkena air kapur dan
pipet tabung B menyentuh kedalam air kapur
5. Hisap pipet pada tabung erlenmeyer A menggunakan mulut lalu tahan,
kemudian hembuskan pada tabung B dengan melalui pipet
6. Setelah itu, lakukan secara berulang hingga terjadi perubahan warna pada air
kapur
7. Kemudian amati perbedaan perubahan warna air kapur pada ketiga tabung
erlenmeyer tersebut.
 Praktikum 3
1. Bacalah petunjuk praktikum secara cermat dan lakukan praktikum sesuai
prosedur pengerjaannya
2. Tuangkan 200 ml air suling pada gelas dan teteskan indicator phenolphathalein
4 atau 5 tetes
3. Tambahkan larutan naoh 0,04 % tetes demi tetes pada gelas lalu digoyang-
goyang sampai warna merah muda tidak hilang selama 1 menit
4. Masukkan sedotan plastic pada gelas tadi, kemudian tiuplah sedotan plastic
tersebut sampai warna merah muda hilangdan larutan berubah jernih
5. Segera tambahkan larutan NaOH tetes demi tetes lalu digoyang-goyang
sampai larutan berwarna merah muda selama 1 menit tulislah pada tabel
jumlah tetes naoh 0,04 % yang diperlukan untuk menghasilkan warna merah
muda tetap
6. Ulangilah kegiatan tadi, akan tetapi peniupan sedotan plastic dilakukan setelah
siswa melakukan jogging selama 10 menit catatlah tetes NaOH
7. Yang diperlukan ke dalam tabel setiap kegiatan diulangi 3 kali agar data yang
didapat lebih menyakinkan
8. Catatlah hasil percobaan pada table yang tersedia di lembar kerja praktikum
yang tersedia.

VII. HASIL PRAKTIKUM


a. Hasil praktikum I

No Nama Mahasiswa Normal Jalan kecil


Naik Turun
Tangga

1. Anggela 17 23 27

2. Dwi Wahdini 19 24 41

Jannatil Aliyah
3. 19 26 30
Amanda

4. Kezia Ardian Anjali 18 22 26

5. Lisna Nepriani 17 20 27

6. Rezky Febriyanti 18 22 36

7. Ronisha Nadhira 18 23 26

Total 126 160 213

Rata rata 18 22,85 30,42

Diagram batang hasil percobaan I


b. Hasil praktikum II
Perlakuan dihirup dan dihembuskan dilakukan selama 5 menit sebanyak 6
kali.

Tabung Erlenmeyer Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan

Tabung A Jernih Cukup keruh

Tabung B Jernih Sangat keruh

Tabung C Jernih Jernih

c. Hasil praktikum III

Naik turun
Keadaan normal Jalan santai
tangga

Jumlah indicator
10 tetes - -
PP

Jumlah NaOH 16 tetes 16 tetes 16 tetes

Waktu tetes
NaOH hingga 22 detik 25 detik 22 detik
berubah warna

Jumlah tiupan 31 kali 55 kali 39 kali

Waktu tiup 45 detik 40 detik 44 detik

VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang berjudul sistem respirasi pada manusia dimana
terdapat tiga praktikum sekaligus dalam pertemuan ini. Praktikum ini dilaksanakan
pada tanggal 6 September 2023 di area gedung B FKIP UNSRI dengan tujuan untuk
mengetahui laju respirasi pada manusia, untuk mengetahui faktor yang terlibat dalam
sistem respirasi pada manusia dan untuk mengetahui mekanisme pernapasan pada
manusia.

Pada praktikum pertama terdapat tiga aktivitas yaitu aktivitas pertama ketika
posisi kita sedang normal belum melakukan kegiatan apapun. Lalu hitunglah jumlah
nafas yang dihembuskan melalui hidung dengan cara menutup mulut selama 1 menit.
Selanjutnya lakukan aktivitas berjalan selama 2 menit. Lalu hitunglah jumlah nafas
yang dihembuskan melalui hidung dengan cara menutup mulut selama 1 menit.
Terakhir lakukan aktivitas naik turun tangga selama 2 menit setelah selesai hitunglah
jumlah nafas yang dihembuskan melalui hidung dengan cara menutup mulut selama 1
menit. Dari hasil praktikum satu dengan jumlah anggota kelompok yang terdiri dari 7
mahasiswa (Anggela, Dwi Wahdini, Jannatil Aliyah Amanda, Kezia Ardian Anjali,
Lisna Nepriani, Rezky Febriyanti dan Ronisha Nadhira) memperoleh rata-rata 18
untuk kondisi normal, 22,85 untuk jalan kecil dan 30,42 untuk naik turun tangga.

Respirasi berarti satu inspirasi dan satu ekspirasi. Seorang dewasa normal
melakukan 14-18 kali respirasi setiap menit dan dalam keadaan istirahat sebanyak
12-15 kali. Selama ini paru- paru mempertukarkan udara di dalamnya denagn
atmosfir. Untuk mengukur volume udara yang dipertukarkan, dipergunakan
spirometer (respirometer).

Selama proses bernapas normal, kira-kira 500ml udara bergerak ke saluran


napas dalam setiap inspirasi, dan jumlah yang sama bergerak keluar dalam setiap
ekspirasi. Hanya kira-kira 350 ml volume tidal benar-benar mencapai alveoli,
sedangkan yang 150ml tetap berada di hidung, faring, trakhea, dan bronkhi, yang
disebut sebagai volume udara mati.

Bila kita melakukan inspirasi normal dan kemudian melakukan ekspirasi


sekuat-kuatnya, kita akan dapat mendorong keluar 1.200ml udara, volume udara ini
disebut volume cadangan ekspiratori. Susudah volume udara cadangan ekspiratori
dihembuskan, sejumlah udara masih tetap berada dalam paru-paru karena tekanan
intrapleural lebih rendah sehingga udara yang tinggal ini dipakai untuk
mempertahankan agar alveoli tetap sedikit menggembung, juga beberapa udara masih
tetap ada pada saluran udara pernapasan. Udara ini disebut udara residu, jumlahnya
kira-kira 1.200ml.
Menurut Basoeki (2000), respirasi seorang dewasa normal adalah 14-18 kali
per menit, sedangkan dalam keadaan istirahat 12-15 kali. Irama dasar respirasi
dikendalikan oleh sistem saraf dalam medula oblongata dan spons.

Usia: makin tambah usia, makin kecil frekuensi respirasi seseorang. Anak-
anak lebih banyak frekuensi pernafasannya daripada orang dewasa. Hal ini
disebabkan anak-anak masih dalam usia pertumbuhan sehingga banyak memerlukan
energi. Oleh sebab itu, kebutuhannya akan oksigen juga lebih banyak dibandingkan
orang tua (Anonim, 2009).

Jenis Kelamin: laki-laki lebih banyak frekuensi pernafasannya daripada


perempuan. semakin banyak energi yang dibutuhkan, berarti semakin banyak pula O2
yang diambil dari udara. Hal ini terjadi karena laki-laki umumnya beraktivitas lebih
banyak daripada perempuan (Anonim, 2009).

Aktifitas dan kondisi fisik: makin terlatih fisik seseorang, makin kecil
frekuensi respirasinya. Jika diperhatikan, orang yang melakukan aktivitas kerja
membutuhkan energi, memiliki frekuensi pernapasan yang besar pula. Berarti,
semakin berat kerjanya maka semakin banyak kebutuhan energinya, sehingga
frekuensi pernapasannya semakin cepat (Anonim, 2009).

Setelah melakukan aktivitas (misalnya: berlari), metabolisme dalam tubuh


meningkat terutama untuk metabolisme asam laktat dalam sel yang banyak
menghasilkan CO2 dan panas. Selama berlari, penggunaan O2 oleh otot yang bekerja
bertambah. Sehingga PO2 dalam jaringan dan dalam darah menurun. Difusi O2 dan
darah ke jaringan bertambah sehingga PO2 darah pada otot berkurang dan pelepasan
O2 dari hemoglobin meningkat. Selama olahraga, penggunaan oksigen dapat
meningkat sampai sebanyak 30 kali lipat. Harus ada mekanisme untuk menyesuaikan
usaha respirasi terhadap tuntutan metabolik.

Pada praktikum kedua dengan menyiapkan 3 buah tabung erlenmeyer yang


diberi label A, B dan C. Kemudian di beri larutan kapur sebanyak 100 ml pada
tabung A, B dan C. Selanjutnya diberi vaselin dipinggir sumbatan erlenmeyer agar
tidak ada udara yang keluar masuk. Setelah itu tutup tabung erlenmeyer dengan
sumbat karet. Lalu masukkan pipet ke dalam lubang sumbatan yang ada di bagian
atas erlenmeyer A dan B, pastikan pipet pada tabung A tidak terkena air kapur dan
pipet tabung B menyentuh ke dalam air kapur. Kemudian hisap pipet pada tabung
erlenmeyer A menggunakan mulut lalu tahan, kemudian hembuskan pada tabung B
dengan melalui pipet. Setelah itu, lakukan secara berulang hingga terjadi perubahan
warna pada larutan kapur.

Perlakuan dihirup dan dihembuskan ini dilakukan selama 5 menit sebanyak 6


kali. Dari praktikum ini diperoleh hasil pada ketiga tabung erlenmeyer sebelum
perlakuan tampak jernih sedangkan sesudah perlakuan tabung A agak keruh, tabung
B sangat keruh dan tabung C tetap jernih.

Larutan kapur yang digunakan pada percobaan bertujuan untuk mengikat


adanya CO2 pada udara pernapasan. Sehingga, peran dari larutan kapur ini dapat
dijadikan sebagai indikator untuk membuktikan bahwa terdapat kandungan CO2 pada
udara pernapasan. Dari percobaan, dapat terlihat bahwa setelah tabung A dihisap
udaranya, perubahan warna terjadi, awalnya tabung A jernih, namun setelah dihisap
warna larutan kapur menjadi agak sedikit keruh. Sedangkan pada tabung B, larutan
kapur menjadi sangat keruh, hal ini terjadi akibat udara dari tabung A dihisap lalu
dihembuskan udara tersebut ke tabung B. Alasan tabung B lebih keruh dibandingkan
tabung A yaitu karena pada tabung A tidak terkena larutan kapur dan pipet tabung A
tidak menyentuh ke dalam air kapur. Hal ini menjadi bukti bahwa respirasi
menghasilkan CO2, sebab larutan kapur yang sebelumnya jernih menjadi keruh pada
tabung B. Sesuai dengan peran dari larutan kapur yang mengikat CO2, larutan
tersebut mengikat karbondioksida yang dihembuskan ke tabung B dari udara yang
dihisap pada tabung A. Sehingga, semakin besar atau semakin tinggi kandungan CO2
dalam udara pernapasan, maka larutan kapur akan semakin keruh dan hal ini pun
berlaku sebaliknya. Namun, tidak terjadi apapun pada tabung C, sebab tabung C
hanya dijadikan sebagai variabel kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan apapun.

Pada praktikum ketiga dilakukan untuk membuktikan adanya CO2 yang keluar
dari dalam tubuh manusia saat bernafas. Praktikum yang dilakukan menggunakan
indikator PP dan beberapa tetes NaOH sebagai indikator. Praktikum ini dilakukan
dengan tiga aktivitas, yang pertama saat kondisi normal, kedua saat berjalan santai
selama 2 menit dan aktivitas ketiga saat naik turun tangga selama 2 menit. Dari
praktikum yang sudah dilakukan didapatkan hasil dalam keadaan normal jumlah
NaOH yang diteteskan sampai air berubah warna menjadi pink keungunan yaitu 16
tetes NaOH. Kemudian saat kondisi normal air ditiup dan dengan waktu 45 detik air
berubah warna menjadi bening kembali. Selanjutnya, saat percobaan kedua air
ditetesi kembali dengan NaOH sampai berubah warna lagi menjadi pink keungguan
sebanyak 16 tetes. Setelah dilakukan jalan santai selama 2 menit, lalu air ditiup
membutuhkan waktu selama 40 detik untuk air sampai menjadi bening kembali. Pada
prcobaan ketiga, air ditetesi kembali dengan NaOH sebanyak 16 tetes sampai berubah
warna menjadi pink keungguan dan saat ditiup membutuhkan waktu selama 44 detik
hingga air berubah warna kembali menjadi bening.

Untuk membuktikan adanya CO2 yang dikeluarkan pada saat kita bernafas dilakukan
dengan air kapur atau dengan menggunakanan indikator kimia asam-basa seperti
fenolfthalien atau brom timol blue. Disini kami menggunakan fenolfhalien dan juga
NaOH. Dapat dilihat dari hasil praaktikum jika ada perubahan warna dari air yang
sudah ditetesi oleh indikator ketika diberikan tiupan yaitu terjadinya perubahan
warna. CO2 jika larut dalam air akan membentuk asam sehingga akan merubah
warna larutan air.

Adanya juga perbedaan aktivias ketika meniup menunjukkan bahwa Setelah


melakukan aktivitas (misalnya: berlari), metabolisme dalam tubuh meningkat
terutama untuk metabolisme asam laktat dalam sel yang banyak menghasilkan CO2
dan panas.

IX. KESIMPULAN
Aktifitas dan kondisi fisik: makin terlatih fisik seseorang, makin kecil frekuensi
respirasinya. Jika diperhatikan, orang yang melakukan aktivitas kerja membutuhkan
energi, memiliki frekuensi pernapasan yang besar pula. Berarti, semakin berat
kerjanya maka semakin banyak kebutuhan energinya, sehingga frekuensi
pernapasannya semakin cepat (Anonim, 2009). aktivias ketika meniup menunjukkan
bahwa Setelah melakukan aktivitas (misalnya: berlari), metabolisme dalam tubuh
meningkat terutama untuk metabolisme asam laktat dalam sel yang banyak
menghasilkan CO2 dan panas.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2012. Biologi. Jakarta:Erlangga.


Effendi, Mulyati. 2015. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Bogor :
UNPAK.
Ganong, William F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 14, Jakarta : EGC.
Guyton, Arthur C & Hall, John E. 1997. Fisiologi Kedokteran, Terjemahan Irawati
Setiawan. Jakarta: EGC.
Noback, C.R. 1991. Anatomi Susunan Saraf Manusia. Jakarta: EGC.

Syaifudin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC.

Tambayong, Jan. 2001. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Susunan Saraf Manusia. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai