Anda di halaman 1dari 15

KEBUTUHAN OKSIGENASI

POSTED ON 15.46 BY ADMIN | 1 COMMENT


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis oksigenasi
merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel
tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila
lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak
yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kebutuhan oksigenisasi?
2. Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan oksigenisasi?
3. Bagaimana terjadinya proses oksigenisasi beserta?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan oksigenisasi?
5. Seperti apa jenis pernafasan dan pengukuran fungsi paru?
6. Bagaimana proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenisasi?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan oksigenisasi
Untuk mengetahui jenis pernafasan dan pengukuran fungsi paru
Untuk mengetahui proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenisasi
1.4 Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan, berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah, rumusan
masalah, maksud dan tujuan, sistematika penulisan, metode penulisan.
Bab II. Pembahasan, berisi pembahasan yang menjelaskan tentang kebutuhan aktivitas
Bab III. Penutup, berisi kesimpulan, dan saran.
1.5 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi kepustakaan. Studi
kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mencari, mengumpulkan, dan

mempelajari materi-materi dari buku maupaun dari media informasi lainnya dalam hal ini yang
berkaitan dengan kebutuhan oksigenisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebutuhan Oksigenasi
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya
oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat
menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling
utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen
akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen.
Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang
menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti
adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya
oksigen.
2.2 Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi
Saluran pernapasan bagian atas:
a. Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung.
b. esophagus.
c. Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring.
d. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat proses menutup.
Saluran pernapasan bagian bawah:
a. Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrae torakalis
kelima.
b. Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi bronchus kanan dan
kiri.
c. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
d. Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigen dengan

karbondioksida.
e. Paru-Paru (Pulmo), Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan.
2.3 Proses Oksigenasi
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke
atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara
atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian
sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil. Complience merupakan
kemampuan paru untuk mengembang. sedangkan recoil adalah kemampuan CO2 atau kontraksi
menyempitnya paru. Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat dipengaruhi
oleh ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer
2. Adanya kondisi jalan napas yang baik
3. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi atau
kembang kempis.
b. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler paru dan co2 di kapiler
dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa paktor, yaitu luasnya permukaan
paru, tebal membran respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial
(keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan
tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh
karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena
pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).
c. Transfortasi Gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan Co2
jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu curah
jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan sel darah
dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.

2.4 Jenis Pernapasan


1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari tubuh, sering
disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini dimulai dari masuknya oksigen melalui
hidung dan mulut pada waktu bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa
bronchial ke alveoli, lalu oksigen akan menembus membrane yang akan diikat oleh Hb sel darah
merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh
untuk kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.
2. Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan dengan cairan
sekitarnya yang sering melibatkan proses Semua hormon termasuk derivate catecholamine dapat
melebarkan saluran pernapasan.
2.5 Pemeriksaan Fungsi Paru Dengan Alat Spirometri
Respirasi (Pernapasan atau ventilasi) sebagai suatu siklus inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi
pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang mengangkut kurang lebih 5
liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih rendah dari kisaran normal seringkali
menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume dan kapasitas paru diukur dengan alat berupa
spirometer atau spirometri, sedang hasil rekamannya disebut dengan spirogram.
Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak 500 ml
disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang sangat bervariasi tergantung
pada saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350 ml) dari volume tidal secara nyata
dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam
proses pertukaran gas. Sedang sisanya sebanyak 30% (150 ml) menetap di ruang rugi (anatomic
dead space).
Volume total udara yang ditukarkan dalam satu menit disebut dengan minute volume of
respiration (MVR) atau juga biasa disebut menit vantilasi. MVR ini didapatkan dari hasil kali
antara volume tidal dan frekuensi pernapasan normal permenit. Rata-rata MVR dari 500 ml
volume tidal sebanyak 12 kali pernapasan permenit adalah 6000 ml/menit.
Volume pernapasan yang melebihi volume tidal 500 ml dapat diperoleh dengan mengambil nafas
lebih dalam lagi. Penambahan udara ini biasa disebut volume cadangan inspirasi (Inspiratory

reserve volume) sebesar 3100 ml dari volume tidal sebelumnya, sehingga volume tidal totalnya
sebesar 3600 ml.
Meskipun paru dalam keadaan kosong setelah fase ekspirasi maksimal, akan tetapi sesungguhnya
paru-paru masih memiliki udara sisa yang disebut dengan volume residu yang mempertahankan
paru-paru dari keadaan kollaps, besarnya volume residu sekitar 1200 ml.
Berikut cara pemeriksaan vital paru dengan alat spirometri :
1. Siapkan alat spirometri
2. Nyalakan alat terlebih dahulu dengan memencet tombol ON. Masukkan data seperti umur,
seks, TB, BB
3. Kemudian masukkan mouthpiece yang ada dalam alat spirometri kedalam mulutnya dan
tutuplah hidung dengan penjepit hidung.
4. Untuk mengatur pernapasan, bernapaslah terlebih dahulu dengan tenang sebelum melakukan
pemeriksaan.
5. Tekan tombol start jika sudah siap untuk memulai pengukuran.
6. Mulai dengan pernapasan tenang sampai timbul perintah dari alat untuk ekspirasi maksimal
(tidak terputus). Bila dilakukan dengan benar maka akan keluar data dan kurva pada layar
monitor spirometri.
7. Kemudian ulangi pengukuran dengan melanjutkan inspirasi dalam dan ekspirasi maksimal.
8. Setelah selesai lepaskan mouthpiece, periksa data dan kurva kemudian dilanjutkan dengan
mencetak hasil rekaman (tekan tombol print pada alat spirometri).
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh memerlukan oksigen yang
banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup dan status kesehatan.
1. Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah
perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut mengakibatkan panas banyak
dikeluarkan melalui kulit. Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan
kebutuhan oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah
mengalami konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan

kebutuhan oksigen.
Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian tempat. Pada tempat
tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga tekana oksigen juga turun. Implikasinya, apabila
seseorang berada pada tempat yang tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter diatas
permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli berkurang. Ini menindikasikan kandungan
oksigen dalam paru-paru sedikit. Dengan demikian, pada tempat yang tinggi kandungan
oksigennya berkurang. Semakin tinggi suatu tempat maka makin sedikit kandungan oksigennya,
sehingga seseorang yang berada pada tempat yang tinggi akan mengalami kekurangan oksigen.
Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara. Udara yang dihirup pada
lingkungan yang mengalami polusi udara, konsentrasi oksigennya rendah. Hal tersebut
menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara optimal. Respon tubuh
terhadap lingkungan polusi udara diantaranya mata perih, sakit kepala, pusing, batuk dan merasa
tercekik.
2. Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung dan respirasi rate
sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.
3. Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga kebutuhan oksigen
meningkat.
4. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang sebab merokok dapat
memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam
rokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah darah
koroner. Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
5. Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi dengan baik sehingga
dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai
penyakit jantung ataupun penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen tubuh.
2.7 Gangguan Oksigenasi

Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari adanya gangguan
yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologis dari organ-organ
respirasi. Permasalahan dalam pemenuhan tersebut dapat disebabkan adanya gangguan pada
sistem tubuh lain, misalnya sistem kardiovaskuler.
Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh peradangan, obstruksi,
trauma, kanker, degeneratif dan lain-lain. Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan
oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat. Secara garis besar, gangguan-gangguan
respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama/frekuensi pernapasan, insufisiensi
pernapasan dan hipoksia.
a. Gangguan irama/frekuensi pernapasan
1. Gangguan irama pernapasan antara lain:
a) Pernapasan Cheyne-stokes yaitu siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula dangkal,
makin naik kemudian menurun dan berhenti. Lalu pernapasan dimulai lagi dengan siklus baru.
Jenis pernapasan ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongesti, peningkatan tekanan
intrakranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis, jenis pernapasan ini terutama terdapat pada
orang di ketinggian 12.000-15.000 kaki di atas permukaan laut dan pada bayi saat tidur.
b) Pernapasan Biot yaitu pernapasan yang mirip dengan pernapasan Cheyne-stokes, tetapi
amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan pernapasan ini kadang ditemukan pada penyakit
radang selaput otak.
c) Pernapasan Kussmaul yaitu pernapasan yang jumlah dan kedalamannya meningkat sering
melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asiidosis
metabolik dan gagal ginjal.
2. Gangguan frekuensi pernapasan
a) Takipnea/hiperpnea, yaitu frekuensi pernapasan yang jumlahnya meningkat di atas frekuensi
pernapasa normal.
b) Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana ferkuensi pernapasan yang jumlahnya
menurun dibawah frekuensi pernapasan normal.
b. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu:
1. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:

a) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomielitis, transeksi servikal.


b) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema, TBC dan lain-lain.
2. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru:
a) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang, misalnya kerusakan jaringan
paru, TBC, kanker dan lain-lain.
b) Kondisi yang menyebabkan penebalan membran pernapasan, misalnya pada edema paru,
pneumonia, dan lain-lain.
c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak normal dalam beberapa
bagian paru, misalnya pada trombosis paru.
3. Kondisi paru yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-paru ke
jaringan yaitu:
a) Anemia dimana berkurangnya jumlah total hemoglobin yang tersedia untuk transpor oksigen.
b) Keracunan karbondioksida dimana sebagian besar hemoglobin menjadi tidak dapat mengankut
oksigen.
c) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh karena curah jantung yang rendah.
c. Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan oksigen di jaringan. Istilah ini lebih tepat daripada anoksia. Sebab,
jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan. Hipoksia dapat dibagi ke dalam
empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia dan hipoksia
histotoksik.
1. Hipoksemia
Hipoksemia adalah kekurangan oksigen di darah arteri. Terbagi atas dua jenis yaitu hipoksemia
hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonik (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik
terjadi dimana tekanan oksigen arteri rendah karena karbondioksida dalam darah tinggi dan
hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi dimana oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang
dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini terdapat pada kondisi anemia, keracunan
karbondioksida.
2. Hipoksia Hipokinetik (stagnat anoksia/anoksia bendunagn)
Hipoksia hipokinetik yaitu hipoksia yang terjadi akibat adanya bendunagn atau sumbatan.
Hipoksia hipokinetik dibagi kedalam dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik ischemic dan hipoksia

hipokinetik kongestif. Hipoksia hipokinetik ischemic terjadi dimana kekurangan oksigen pada
jaringan disebabkan karena kuarngnya suplai darah ke jaringan tersebut akibat penyempitan
arteri. Hipoksia hipokinetik kongestif terjadi akibat penumpukan darah secara berlebihanatau
abnormal baik lokal maupun umum yang mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terganggu,
sehingga jarinagn kekurangan oksigen.
3. Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang berlebihan sehingga
kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunaannya.
4. Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan dimana darah di kapiler jaringan mencukupi, tetapi jaringan
tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan
oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal (oksigen
darah vena meningkat).
2.8 Masalah Keperawatan Berkaitan dengan kebutuhan oksigen
a. Tidak efektifnya jalan napas
Masalah keperawatan ini menggambarkan kondisi jalan napas yang tidak bersih, misalnya karena
adanya sumbatan, penumpukan sekret, penyempitan jalan napas oleh karena spasme bronkhus
dan lain-lain.
b. Tidak efektifnya pola napas
Tidak efektifnya pola napas ini merupakan suatu kondisi dimana pola napas, yaitu respirasi dan
ekspirasi menunjukan tidak normal. Penyebabnya bisa karena kelemahan neoromuskular, adanya
sumbatan di trakheo-bronkhial, kecemasan dan lain-lain.
c. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara
oksigen yang dihirup dengan karbondioksida yang dikeluarkan pada pertukaran gas antara
alveoli dan kapiler. Penyebabnya bisa karena perubahan membran alveoli, kondisi anemia,
proses penyakit dan lain-lain.
d. Penurunan perfusi jaringan
Adalah suatu keadaan dimana sel kekurangan suplai nutrisi dan oksigen. Penyebabnya dapat

terjadi karena kondisi hipocolemia, hipervolemia, retensi karbondioksida, penurunan cardiac


output dan lain-lain
e. Intoleransi aktivitas
Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan
aktivitasnya. Penyebabnya antara lain karena ketidakseimbangan antara suolai dan kebututhan
oksigen, produksi energi yang dihasilkan menurun dan lain-lain.
f. Perubahan pola tidur
Gangguan kebutuhan oksigen dapat mengakibatkan pola tidur terganggu. Kesulitan bernapas
(sesak napas) menyebakan seseorang tidak bisa tidur pada jam biasa tidur. Perubahan pola tidur
juga dapat terjadi karena kecemasan dengan penyakit yang dideritanya.
g. Risiko terjadinya iskemik otak
Gangguan oksigenasi mengakibatkan suplai darah ke otak berkurang. Hal tersebut disebabkan
oleh cardiac output yang menurun, aliran darah ke otak berkurang, gangguan perfusi otak, dan
lain-lain. Akibatnya, otak kekurangan oksigen sehingga berisiko terjasi kerusakan jaringan otak.
2.9 Metode pemenuhan kebutuhan oksigen
1. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam paru-paru melalui
saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui tiga
cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian oksigen tersebut bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
Persiapan Alat dan Bahan :
1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
2. Nasal kateter, kanula, atau masker
3. Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly)
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Cek flowmeter dan humidifier
4. Hidupkan tabung oksigen

5. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien.
6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker.
7. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu berikan
lubrikan dan masukkan.
8. Catat pemberian dan lakukan observasi.
9. Cuci tangan
2. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindak keperawatan yang terdiri atas perkusi, vibrasi
dan postural drainage.
a. Perkusi
Disebut juga clapping adalah pukualn kuat, bukan berarti sekuat-kuatnya, pada dinding dada dan
punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk.
Tujuannya, secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronkhus.
Prosedur:
1. Tutup area yang akan dilakkan perkusi dengan handuk atau pakaian untuk mengurangi
ketidaknyamanan.
2. Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
3. Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit
4. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah cedera seperti :
mammae, sternum dan ginjal.
b. Vibrasi
Getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang diletakkan datar pada
dinding dada klien.
Tujuannya, vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan
melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan bergantian dengan perkusi,
Prosedur:
1. Letakkan telapak tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan di
drainage. Satu tangan diatas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi.
Cara yang lain: tangan bisa diletakkan secara bersebelahan.
2. Anjurkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan napas secara

lambat lewat mulut atau pursed lips.


3. Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan gunakan hampir semua
tumit tangan. Getarkan (kejutkan) tangan keaarh bawah. Hentikan getaran jika klien melakukan
inspirasi.
4. Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan sekret ke dalam tempat sputum.
c. Postural drainage
Merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru-paru
dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang terbaik utnuk melakukannya yaitu
sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari. Postural
drainage harus lebih sering dilakukan apabila lendir klien berubah warnanya menjadi kehijauan
dan kental atau ketika klien menderita demam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural drainage yaitu:
a. Batuk 2 atau 3 kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi
b. Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.
c. Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit sebelum melakukan postural
drainage
d. Lakukan latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan lendir.
Peralatan:
a. Bantal
b. Papan pengatur posisi
c. Tisu wajah
d. Segelas air
e. Sputum pol
Prosedur:
1. cuci tangan
2. pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian semua area paru, data
klinis dan chest X-ray.
3. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.
4. Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
5. Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan vibrasi dada diatas
area yang di drainage

6. Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Bila tidak bisa batuk,
lakukan suction. Tampung sputum di sputum spot.
7. Minta klien istirahat sebentar bila perlu
8. Anjurkan klien istirahat sebentar bila perlu.
9. Anjurkan klien minum sedikit air.
10. Ulangi langkah 3-8 sampai semua area tersumbat telah ter drainage
11. Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.
12. Cuci tangan
13. Dokumentasikan
3. Napas dalam dan batuk efektif
a. Napas dalam
Yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari atas pernapasan abdominal (diafragma) dan purse
lips breathing.
Prosedur:
1. Atur posisi yang nyaman
2. Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen
3. Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga
4. Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung samapi 3 selama inspirasi
5. Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips braething) secara perlahan-lahan
b. Batuk efektif
Yaitu latihan batuk untuk mengeluarkan sekret.
Prosedur:
1. Tarik napas dalam lewat hidung dan tahan napas untuk beberapa detik
2. Batukkan 2 kali. Pada saat batuk tekan dada dengan bantal. Tampung sekret pada sputum pot.
3. Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena dapat menyebabkan fatigue dan
hipoksia.
4. Suctioning (pengisapan lendir)
Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan
sekret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk membersihkan jalan napas

dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.


Persiapan Alat dan Bahan :
1. Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan
2. Kateter pengisap lendir
3. Pinset steril
4. Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan
5. Kasa steril
6. Kertas tisu
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring ke arah perawat
4. Gunakan sarung tangan
5. Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
6. Hidupkan mesin penghisap
7. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke dalam kom berisi
akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.
8. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
9. Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
10. Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
11. Lakukan hingga lendir bersih
12. Catat respon yang terjadi
13. Cuci tangan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya
oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat
menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling
utama dan sangat vital bagi tubuh.

Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen
akan mengalami gangguan.
3.2 Saran
Dalam mempelajari materi ini, harusnya mahasiswa dan pembaca dapat mencari berbagai
referensi agar isi tidak menyimpang dari materi dan sesuai dengan yang seharusnya pada BPKM.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien,
Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai