Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK
“DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)”

Disusun Oleh

Nama : Fenny Cahaya Khaerani


NIM : 72020040016
Kelas : Profesi Ners

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2020 / 2021

Jln. Ganesha I, Purwosari, Kudus 59316, Telp/Fax. 0291- 442993/437218


Website : http://www.stikesmuhkudus.ac.id
Email : sekretariat@stikesmuhkudus.ac.id
LAPORAN PENDAHULUAN
ASKEP PADA KLIEN DENGAN DHF

A. PENGERTIAN
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada
DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrome
renjatan dengue (dengue shock syndrome) adal demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif & Hardhi, 2015).
Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di
seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan
oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih
rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan
variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan urbanisasi yang
cepat tidak direncanakan (WHO, 2015).
Dengue adalah penyakit nyamuk yang disebabkan oleh salah satu dari
empat virus dengue yang terkait erat dengan (DENV-1, -2, -3, dan -4). Infeksi
dengan salah satu serotipe dari DENV memberikan kekebalan terhadap serotipe
tersebut untuk hidup, tapi tidak memberikan kekebalan jangka panjang untuk
serotipe lainnya. Dengan demikian, seseorang bisa terinfeksi sebanyak empat kali,
sekali dengan masing-masing serotipe. Virus dengue ditularkan dari orang ke
orang oleh nyamuk Aedes (paling sering Aedes aegypti) (Centers for Disease
Control and Prevention, 2009).
B. ETIOLOGI
Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam
berdarah. Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang
terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar
penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru demam berdarah setiap tahun di
seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang menjadi demam berdarah.
Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor
risiko untuk demam berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap virus demam
berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et al, 2014).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4
serotipe virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga
tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain.
Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi, 2015).
C. TANDA & GEJALA/ MANIFESTASI KLINIS
Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah, penyakit seperti flu berat
yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang menyebabkan
kematian. Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40 ° C / 104 ° F) disertai
dengan 2 dari gejala berikut: sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot
dan sendi, mual, muntah, pembengkakan kelenjar atau ruam. Gejala biasanya
berlangsung selama 2-7 hari, setelah masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari
nyamuk yang terinfeksi.
Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi mematikan karena
plasma bocor, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, pendarahan parah, atau
gangguan organ. Tanda-tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama
dalam hubungannya dengan penurunan suhu (di bawah 38 ° C / 100 ° F) dan
meliputi: sakit parah perut, muntah terus menerus, napas cepat, gusi berdarah,
kelelahan, kegelisahan dan darah di muntah. 24-48 jam berikutnya dari tahap
kritis dapat mematikan; perawatan medis yang tepat diperlukan untuk
menghindari komplikasi dan risiko kematian
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau
tempat lain.
c. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat
dan lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan
kulit dingin dan gelisah.
d. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
Terukur.
Menurut (Vyas et. Al 2014), gejala awal demam berdarah dengue
yang mirip dengan demam berdarah. Tapi setelah beberapa hari orang
yang terinfeksi menjadi mudah marah, gelisah, dan berkeringat. Terjadi
perdarahan: muncul bintik-bintik kecil seperti darah pada kulit dan patch
lebih besar dari darah di bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan
perdarahan. Syok dapat menyebabkan kematian. Jika orang tersebut
bertahan, pemulihan dimulai setelah masa krisis 1-hari.
I. Gejala awal termasuk:
a. Nafsu makan menurun
b. Demam
c. Sakit kepala
d. Nyeri sendi atau otot
e. Perasaan sakit umum
f. Muntah
II. Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh:
a. Bercak darah di bawah kulit
b. Bintik-bintik kecil darah di kulit
c. Ruam Generalized
d. Memburuknya gejala awal
III. Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan:
a. Dingin, lengan dan kaki berkeringat
b. Berkeringat
D. PATHOFISIOLOGI
Fenomena patologis menurut (Herdman , 2012), yang utama pada
penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang
mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan
permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang
secara otomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi (tekanan darah
rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi
(peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan (syok). Hal pertama yang terjadi
setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau
bitnik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti pembesaran limpa (splenomegali).
Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran
atau perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai hematocrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada
penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematocrit darah berkala untuk
mengetahuinya. Setelah pemberian cairan intravena peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya
edema paru dan gagal jantung.
Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk
bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera ditangani dengan baik
maka akan mengakibatkan kematian. Sebelumnya terjadinya kematian biasanya
dilakukan pemberian transfusi guna menambah semua komponen-komponen di
dalam darah yang telah hilang.
E. PATHWAY

Gambar 2 Pathway (Nurarif & Hardhi, 2015)


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu
menggunakandarah atau disebut lab serial yang terdiri dari hemoglobin,
PCV, dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya tropositopenia
(100.000 / mlatau kurang) dan hemotoksit sebanyak 20% atau lebih
dibandingkan dengannilai hematoksit pada masa konvaselen.
b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan.Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti
pada DHFdengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia,hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji serologi
hemaglutnasi (Brasierdkk 2012)
c. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga
d. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %
e. Protein rendah
f. Natrium rendah (hiponatremi)
g. SGOT/SGPT bisa meningkat
h. Asidosis metabolic
i. Eritrosit
dalam tinja hampir sering ditemukan
2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012) Sumsum tulang
padaawal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari
ke 5 dengangangguan maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali normal
untuk semua system
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya
posisilateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam
mendeteksi cairandibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan karena
tidakmenggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus
berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan pleura pada
pemeriksaan USG dapatdigunakan sebagai alat menentukan diagnosa penyakit
yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan melihat ketebalan dinding
kandung empedu dan penebalan pankreas.
5. Diagnosis Serologisa.
a. Uji Hemaglutinasi (Uji HI)
Tes ini adalah gold standart pada pemeriksaan serologis, sifatnya
sensitifnamun tidak spesifik. Artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus
yangmenginfeksi. Antibodi HI bertahan dalam tubuh lama sekali (<48
tahun)sehingga uji ini baik digunakan pada studi serologi epidemiologi.
Untukdiagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x lipat dari titer serum
akut atautinggi (>1280) baik pada serum akut atau konvalesen dianggap
sebagai pesumtif (+) atau diduga keras positif infeksi dengue yang baru
terjadi(Vasanwala dkk. 2012).
b. Uji komplemen Fiksasi (uji CF)
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit dan
butuh tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi bertahan
beberapatahun saja (sekitar 2-3 tahun).
c. Uji Neutralisasi Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus
Dengue. Dan biasanya memakai cara Plaque Reduction Neutralization
Test (PNRT)(Vasanwala dkk. 2012)
d. IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)
Banyak sekali dipakai, uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi virus
denguekarena IgM sudah timbul kemudian akan diikuti IgG. Bila IgM
negatif makauji harus diulang. Apabila sakit ke-6 IgM masih negatif maka
dilaporkansebagai negatif. IgM dapat bertahan dalam darah sampai 2-3
bulan setelahadanya infeksi (Vasanwala dkk. 2012)
e. Identifikasi Virus
Cara diagnostik baru dengan reverse transcriptase polymerase chain
reaction (RTPCR) sifatnya sangat sensitif dan spesifik terhadap serotype
tertentu, hasilcepat dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini dapat
mendeteksi virus RNAdari specimen yang berasal dari darah, jaringan
tubuh manusia, dan nyamuk(Vasanwala dkk. 2012)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasidan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5– 2 liter dalam 24
jam.Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik. Jika terjadi
kejangdiberikan antikonvulsan. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur <
12 bulan 50 mg IM, anak umur > 1tahun 75 mg. Jika kejang lebih dari 15
menit belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kgBB.
Infusdiberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien terus
menerusmuntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinyadehidrasi dan hematokrit yang cenderung meningkat.
b. Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai pengganti
cairanhilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL,
jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau
plasmaekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada pasien dengan renjatan
berat pemberian teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, maka tetesan infus
dikurangimenjadi 10 mL/kg BB/jam (Ngastiyah 2005)
c. Cairan (Rekomendasi WHO, 2007)
1) Kristaloid
Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Laktat
(D5/RL).
 Larutan Ringer Asetat (RA) ataucDextrose 5% dalam larutan
Ringer Asetat (D5/RA).
 Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam
larutanFaali (d5/GF).2).
2) Koloid
 Dextran 40
 Plasmainfus harus diguyur. Apabila syok telah teratasi, nadi sudah
jelas
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a) Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb
dantrombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5– 2 liter dalam 24 jam
dankompres hangat.
b) Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang
pada2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan
infustetap tidak lancar maka jika 2 tempat akan membantu memperlancar.
Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan plasma darah dan yang lain cairan
biasa
c) Derajat III dan IV
 Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit
(RL)dengan cara diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.
 Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2
 Pengawasan tanda–tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
 Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.
 Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk
tindakansecepatnya baik obat
 obatan maupun darah yang diperlukan.
 Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan
gastrointestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu
pengeluarandarah dari lambung. NGT bisa dicabut apabila perdarahan
telah berhenti.Jika kesadaran telah membaik sudah boleh diberikan
makanan cair 2.6
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
b. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
d. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
permeabilitas kapiler, muntah dan demam.
e. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
J. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan


Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan dengan : Thermoregulasi 1. Monitor suhu sesering
 penyakit/ trauma Setelah dilakukan tindakan mungkin
 peningkatan metabolisme keperawatan selama … x …. 2. Monitor warna dan suhu kulit
 aktivitas yang berlebih Jam diharapkan suhu tubuh 3. Monitor tekanan darah, nadi
 dehidrasi klien kembali normal dengan dan RR
kriteria hasil : 4. Monitor penurunan tingkat
DO/DS: a. Suhu tubuh dalam batas kesadaran
 kenaikan suhu tubuh normal dengan kreiteria hasil: 5. Monitor WBC, Hb, dan Hct
diatas rentang normal b. Suhu 36 – 37C 6. Monitor intake dan output
 serangan atau konvulsi c. Nadi dan RR dalam 7. Berikan anti piretik:
(kejang) rentang normal 8.Kelola Antibiotik:
 kulit kemerahan d. Tidak ada perubahan warna 9. Selimuti pasien
 pertambahan RR kulit dan tidak ada pusing, 10. Berikan cairan intravena
 takikardi merasa nyaman 11. Kompres pasien pada lipat
 Kulit teraba panas/ paha dan aksila
hangat 12. Tingkatkan sirkulasi udara
13. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
14. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
15. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
16. Monitor hidrasi seperti
turgor kulit, kelembaban
membran mukosa)
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan: a. Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri
Agen injuri (biologi, kimia, b. pain control, secara komprehensif termasuk
fisik, psikologis), c. comfort level lokasi, karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan frekuensi, kualitas dan faktor
DS: Setelah dilakukan tinfakan presipitasi
 Laporan secara verbal keperawatan selama … x …. 2. Observasi reaksi nonverbal
pasien tidak mengalami nyeri, dari ketidaknyamanan
DO: dengan kriteria hasil: 3. Bantu pasien dan keluarga
 Posisi untuk menahan a. Mampu mengontrol nyeri untuk mencari dan menemukan
nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu dukungan
 Tingkah laku berhati-hati menggunakan tehnik 4. Kontrol lingkungan yang
 Gangguan tidur (mata nonfarmakologi untuk dapat mempengaruhi nyeri
sayu, tampak capek, sulit mengurangi nyeri, mencari seperti suhu ruangan,
atau gerakan kacau, bantuan) pencahayaan dan kebisingan
menyeringai) b. Melaporkan bahwa nyeri 5. Kurangi faktor presipitasi
 Terfokus pada diri sendiri berkurang dengan nyeri
 Fokus menyempit menggunakan manajemen 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
(penurunan persepsi waktu, nyeri untuk menentukan intervensi
kerusakan proses berpikir, c. Mampu mengenali nyeri 7. Ajarkan tentang teknik non
penurunan interaksi dengan (skala, intensitas, frekuensi farmakologi: napas dala,
orang dan lingkungan) dan tanda nyeri) relaksasi, distraksi, kompres
 Tingkah laku distraksi, d. Menyatakan rasa nyaman hangat/ dingin
contoh : jalan-jalan, setelah nyeri berkurang 8. Berikan analgetik untuk
menemui orang lain dan/atau e. Tanda vital dalam rentang mengurangi nyeri:
aktivitas, aktivitas berulang- normal 9. Tingkatkan istirahat
ulang) Respon autonom f. Tidak mengalami gangguan 10. Berikan informasi tentang
(seperti diaphoresis, tidur nyeri seperti penyebab nyeri,
perubahan tekanan darah, berapa lama nyeri akan
perubahan nafas, nadi dan berkurang dan antisipasi
dilatasi pupil) ketidaknyamanan dari prosedur
 Perubahan autonomic 11. Monitor vital sign sebelum
dalam tonus otot (mungkin dan sesudah pemberian
dalam rentang dari lemah ke analgesik pertama kali
kaku)
 Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh
kesah)
 Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
Ketidakseimbangan nutrisi NOC: NIC
kurang dari kebutuhan a. Nutritional status: 1. Kaji adanya alergi makanan
tubuh Adequacy of nutrient 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : food untuk menentukan jumlah
Ketidakmampuan untuk and Fluid Intake kalori dan nutrisi yang
memasukkan atau mencerna c. Weight Control dibutuhkan pasien
nutrisi oleh karena faktor 3. Yakinkan diet yang dimakan
biologis, psikologis atau Setelah dilakukan asuhan mengandung tinggi serat untuk
ekonomi. keperawatan selama … x … mencegah konstipasi
DS: jam diharapkan nutrisi kurang 4. Ajarkan pasien bagaimana
a. Nyeri abdomen teratasi dengan indikator: membuat catatan makanan
b. Muntah a. Albumin serum harian.
c. Kejang perut b. Pre albumin serum 5. Monitor adanya penurunan
d. Rasa penuh tiba-tiba c. Hematokrit BB dan gula darah
setelah makan d. Hemoglobin 6. Monitor lingkungan selama
e. Total iron binding capacity makan
DO: f. Jumlah limfosit 7. Jadwalkan pengobatan dan
a. Diare tindakan tidak selama jam
b. Rontok rambut yang makan
berlebih 8. Monitor turgor kulit
c. Kurang nafsu makan 9. Monitor kekeringan, rambut
d. Bising usus berlebih kusam, total protein, Hb dan
e. Konjungtiva pucat kadar Ht
f. Denyut nadi lemah 10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
12. Monitor intake nuntrisi
13. Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
14. Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
15. Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
16. Kelola pemberan anti
emetik:.....
17. Anjurkan banyak minum
18. Pertahankan terapi IV line
19. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Berhubungan dengan: a. Fluid balance 1. Pertahankan catatan intake
 Kehilangan volume b. Hydration dan output yang akurat
cairan secara aktif c. Nutritional Status : Food 2. Monitor status hidrasi
 Kegagalan mekanisme and Fluid Intake ( kelembaban membran
pengaturan mukosa, nadi adekuat, tekanan
Setelah dilakukan tindakan darah ortostatik ), jika
DS : keperawatan selama … x …. diperlukan
 Haus Jam diharapkan defisit 3. Monitor hasil lab yang sesuai
volume cairan teratasi dengan dengan retensi cairan (BUN ,
DO: kriteria hasil: Hmt , osmolalitas urin,
 Penurunan turgor a. Mempertahankan urine albumin, total protein )
kulit/lidah output sesuai dengan usia dan 4. Monitor vital sign setiap
 Membran mukosa/kulit BB, BJ urine normal, 15menit – 1 jam
kering b. Tekanan darah, nadi, suhu 5. Kolaborasi pemberian cairan
 Peningkatan denyut nadi, tubuh dalam batas normal IV
penurunan tekanan darah, c. Tidak ada tanda tanda 6. Monitor status nutrisi
penurunan volume/tekanan dehidrasi, Elastisitas turgor 7. Berikan cairan oral
nadi kulit baik, membran mukosa 8. Berikan penggantian
 Pengisian vena menurun lembab, tidak ada rasa haus nasogatrik sesuai output (50 –
 Perubahan status mental yang berlebihan 100cc/jam)
 Konsentrasi urine d. Orientasi terhadap waktu 9. Dorong keluarga untuk
meningkat dan tempat baik membantu pasien makan
 Temperatur tubuh e. Jumlah dan irama 10. Kolaborasi dokter jika tanda
meningkat pernapasan dalam batas cairan berlebih muncul
 Kehilangan berat badan normal meburuk
secara tiba-tiba f. Elektrolit, Hb, Hmt dalam 11. Atur kemungkinan tranfusi
 Penurunan urine output batas normal 12. Persiapan untuk tranfusi
 HMT meningkat g. pH urin dalam batas 13. Pasang kateter jika perlu
 Kelemahan normal 14. Monitor intake dan urin
h. Intake oral dan intravena output setiap 8 jam
adekuat

Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


Berhubungan dengan : a. Self Care : ADLs 1. Observasi adanya
 Tirah Baring atau b. Toleransi aktivitas pembatasan klien dalam
imobilisasi c. Konservasi energi melakukan aktivitas
 Kelemahan menyeluruh 2. Kaji adanya faktor yang
 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan menyebabkan kelelahan
antara suplei oksigen dengan keperawatan selama … x…. 3. Monitor nutrisi dan sumber
kebutuhan jam diharapkan pasien energi yang adekuat
bertoleransi terhadap aktivitas 4. Monitor pasien akan adanya
Gaya hidup yang dengan Kriteria Hasil : kelelahan fisik dan emosi
dipertahankan. a. Berpartisipasi dalam secara berlebihan
DS: aktivitas fisik tanpa disertai 5. Monitor respon kardivaskuler
 Melaporkan secara verbal peningkatan tekanan darah, terhadap aktivitas (takikardi,
adanya kelelahan atau nadi dan RR disritmia, sesak nafas,
kelemahan. b. Mampu melakukan diaporesis, pucat, perubahan
 Adanya dyspneu atau aktivitas sehari hari (ADLs) hemodinamik)
ketidaknyamanan saat secara mandiri 6. Monitor pola tidur dan
beraktivitas. c. Keseimbangan aktivitas lamanya tidur/istirahat pasien
dan istirahat 7. Kolaborasikan dengan
DO : Tenaga Rehabilitasi Medik
 Respon abnormal dari dalam merencanakan progran
tekanan darah atau nadi terapi yang tepat.
terhadap aktifitas 8. Bantu klien untuk
 Perubahan ECG : aritmia, mengidentifikasi aktivitas yang
iskemia mampu dilakukan
9. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
10. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
12. Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
13. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual
K. PENGGUNAAN REFERENSI
Dongoes, E.Marlyn ,dkk. 2010. .Rencana Asuhan Keperawatan,
Pedoman nutuk Perawatan Dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien.Jakarta : EGC.

Meilani. 2010. Penyakit Menular di Sekitar Kita. Klaten: PT Intan Sejati.

Warsidi, E. 2009. Bahaya dan Pencegahan DBD. Bekasi: Mitra Utama.

Wilkinson, Judith. M. 2011. Buku saku diagnosa keperawatan: diagnosis


NANDA, Intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai