Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA ANAK DENGAN DHF DI RUANG SANDAT


RUMKIT TINGKAT II UDAYANA

Oleh
Adinda Amelia
(KP1219024)

Program Studi DIII Keperawatan


Sekolah Tinggi Kesehatan Kesdam IX/Udayana
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA ANAK DENGAN DHF DI RUANG SANDAT
RUMAH SAKIT TINGKAT II UDAYANA DENPASAR

1. Konsep Dasar Penyakit


a. Definisi Penyakit
Demam dengue/DF dan Demam Berdarah Dengue/DBD (Dengue
Haemorrhagic Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus Dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi
yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi ( peningkatan hematocrit) atau penumpukan cairan
dirongga tubuh. (Sudoyo Aru, dkk 2019)
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang terdapat pada
anak-anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama dan apabila timbul
rejatan (flek) angka kematian akan cukup tinggi (Purnawan Junadi) (Ridha,
2014)
Dengue Haemoragic Fever adalah yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
pendarahan, nyeri otot dan sendiri. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus
(Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau
oleh Aedes Aebopictus Aebopictus. (Lestari, 2016)

b. Epidemiologi
Salah satu penyakit menular yang sering muncul dan berkembang di
daerah tropis adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Indonesia sebagai
salah satu negara tropis di kawasan Asia Tenggara seolah menjadi habitat
penyakit DBD. Departemen kesehatan Republik Indonesia mencatat insiden
DBD per 100.000 penduduk mulai tahun 1968 hingga sekarang menunjukkan
kecenderungan peningkatan (Kemenkes, 2010).(Mahfudhoh, 2015)
Provinsi Bali memiliki prevalensi penyakit demam berdarah dengue
(DBD) tertinggi di Indonesia. Tercatat angka penderita 56,16 per 100.000
penduduk, hanya Provinsi Bali yang masih memiliki angka kesakitan DBD
diatas target nasional yaitu 55 per 100.000 penduduk (Kementerian
Kesehatan RI, 2011). (Pratamawati, Irawan, & Widiarti, 2014)
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak
tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara
dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertiggi nomor dua di dunia
setelah Thailand (Depkes, 2010). Pada tahun 2007, jumlah kasus penyakit
DBD di Indonesia adalah 158.115 kasus, sedangkan pada tahun 2008, jumlah
kasus penyakit DBD adalah 136.339 kasus.
Menurut Word Health Organization (WHO) jumlah kematian oleh
penyakit DHF di dunia mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian
setiap tahunnya (WHO, 2012). Jumlah kasus kematian akibat penyakit DBD
di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1.01%, pada tahun 2008 jumlah
kematian 1.170 orang (CFR= 0,86% dan IR=60,06/100.000 penduduk.

c. Penyebab
Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang
terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar
penyakit ini. Virus dengue dibawah oleh nyamuk Aedes Agypty (Betina)
sebagai vector ketubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi
yang pertama kali dapat memberikan gejala sebagai dengue fever dengan
gejala utama demam, nyeri otot/sendi (Arief Mansjoer, 2000) (Ridha,
2014).Ada lebih dari 100 juta kasus baru demam berdarah setiap tahun di
seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang menjadi demam berdarah.
Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor
risiko untuk demam berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap virus
demam berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et al, 2014).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4
serotipe virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi,
2015).

d. Patofisiologi
Manifestasi terjadi DHF ialah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diatesis hemoregic. Pada kasus berat, renjatan terjadi
secara akut nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah pada penderita dengan renjatan
berat, volume plasma dapat menurun sampai lebih 30%. Renjatan
hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera
diatasi dapat mengakibatkan anoksia jaringan, asidosis metabolic dan
kematian. Kelainan yang paling sering ditemukan ialah perdarahan di kulit
berupa ptekie, perdarahan di saluran pencernaan, paru, dan jaringan
periodrenal, hati membesar, terdapat perlemakan, yang disertai perdarahan
atau sarang nekrosis hemoregik.
Virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti masuk ke
tubuh manusia, infeksi yang pertama kali dapat memberikan gejala sebagai
demam dengue. Apabila orang itu dapat memberikan gejala sebagai demam
dengue. Apabila orang itu dapat infeksi berulang oleh infeksi virus dengue
yang berlainan maka akan menimbulkan reaksi yang beda, terutama
konsistensi Retikoloindotel dan kulit secara Hemogen, tubuh akan
membentuk komplek virus antibody dalam sirkulasi darah sehingga akan
mengaktivasi system komplemen yang berakibat dilepaskannyoman
Anapilatoksin sehingga permeaabilitas dinding pembuluh darah meningkat.
Dimana juga terjadi agregasi trombosit. Trombosit melepaskan vaso aktif
yang bersifat trombosit faktor hagemen (faktor XII). Akan menyebabkan
pembekuan intraveskuler dan meningkatkan permebilitas dinding pembuluh
darah.(Lestari, 2016)

e. Pathway

Hipertermia

Defisit Nutrisi

Hipovolemia

Nyeri Akut
Intoleransi
Aktivitas

f. Klasifikasi
Menurut Ridha (2014) klasifikasi penderita DHF (Dengue Haemoragic
Fever) yaitu :
Pada kasus DHF yang dijadikan pemeriksaan penunjang yaitu
menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari Hemoglobin,
PCV dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya tropositopenia
(100.00/ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak 20% atau lebih
dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa konvaselen.
1. Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan
2. Sumsum tulang pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi
hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke
10 sudah kembali normal untuk semua system.

Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:


1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia,
himokonsentrasi.
2. Derajat II :
Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
3. Derajat III :
Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah,
tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan kulit dingin
dan gelisah.
4. Derajat IV :
Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur.

g. Gejala Klinis
Menurut Aziz Alimul (2006:123) manifestasi Klinik DHF sangat
bervariasi yaitu:
1. Demam, penyakit ini didahului oleh demam yang tinggi atau panas
mendadak berlangsung 3-8 hari kemudian turun secara cepat.
2. Ruam biasannya 5-12 jam sebelum naiknya suhu pertama kali, dan
berlangsung selama 3-4 hari.
3. Pembesaran hati yang terjadi pada permulaan demam (sudah dapat
diraba sejak permulaan sakit).
Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan
sistolik menurun sampai 80mmHg atau kurang) disertai kulit yang terasa
dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki.
Menurut Ridha (2014) gejala klinis pada penderita DHF (dengue
Haemoragic Fever) yaitu
1. Demam tinggi selama 5-7hari
2. Pendarahan terutama pendarahan dibawah kulit, hematoma
ecyymosis
3. Epistaksis, hematomesisi melena, hematuria.
4. Mual, muntah, nafsu makan menurun, diare, konstipasi
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati
6. Sakit kepala
7. Pembengkakan sekitar mata
8. Pembesaran hati, limfa dan kelenjar getah bening
9. Tanda-tanda rejatan (sianosis, kulit lembap dan dingin, tekanan
darah menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah)
Menurut Lestari (2016) masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata
5-8 hari dengan gejala klinis :
1. Demam akut yang tetap tinggi (2-7 hari) disertai gejala tidak
spesifik seperti anoreksia, malaise
2. Manifestasi pendarahan : Uji Turniquet positif atau Ruple Leed
positif, pendarahan gusi, Ptechiase, epistaksis hematemesis atau
malena
3. Pembesaran hati, nyeri tekan tanpa icterus
4. Terjadi renjatan/tidak
5. Kenaikan nilai hemokonsentrasu yaitu sedikit 205 dan penurunan
nilai trombosit (Trombitopenia 100.00/mm atau kurang)
6. Pada foto rontgen : Pulmonary vaskuler congestion dan plural
effusion pada paru kanan.
h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade)
Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat,
dan kulit tampak biru.

Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin,
dan lembab.
1) Kuku sianosis/tidak
2) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami
hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
3) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi
pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan
IV.
4) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
5) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
i. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Menurut Lestari (2016) pemeriksaan diagnostic pada penderita DHF
(Dengue Haemoragic Fever) yaitu :
a. Darah
1) Pada demam Dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari
ketiga
2) Pada demam berdarah terdapat Trombositpenia dan
Hemokonsentrasi
3) Pada pemeriksaan kimia darah : Hipoproteinemia hipokloremia,
SGPT, SGOT, ureum dan pH darah mungkin meningkat
b. Urine
Mungkin ditemukan albuminuria ringan

Menurut (Centers for Disease Control and Prevention, 2009), Pada


setiap penderita dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Pada penderita yang
disangka menderita DHF dilakukan pemeriksaan hemoglobin, hematocrit,
dan trombosit setiap 2-4 jam pada hari pertama perawatan. Selanjutnya
setiap 6-12 jam sesuai dengan pengawasan selama perjalanan penyakit.
Misalnya dengan dilakukan uji tourniquet.
1. Uji tourniquet
Perocbaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan
cara mengenakan pembendungan kepada vena sehingga darah menekan
kepada dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu penyebab kurang
kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu keluar
dari kapiler dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga Nampak
sebagai bercak kecil pada permukaan kulit.
Pandangan mengenai apa yang boleh dianggap normal sering
berbeda-beda. Jika ada lebih dari 10 petechia dalam lingkungan itu maka
test biasanya baru dianggap abnormal, dikatakan juga tes itu positif.
Seandainya dalam lingkungan itu tidak ada petechial, tetapi lebih jauh
distal ada, percobaan ini (yang sering dinamakan Rumpel-Leede) positif
juga,
2. Hemoglobin
Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam
cara yaitu dengan cara sahli dan sianmethemoglobin. Dalam laboratorium
cara sianmethemoglobin (foto elektrik) banyak dipakai karena dilihat dari
hasilnya lebih akurat disbanding sahli, dan lebih cepat. Nilai normal untuk
pria 13-15 gr/dl dan wanita 12-14 gr.dl.
Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau
sedikit menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti
peningkatan hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi paling
awal yang dapat ditemukan pada penderita demam berdarah atau yang
biasa disebut dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau DHF.
3. Hematokrit
Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah
dan disebut dengan persen dan dari volume darah itu. Biasanya nilai itu
ditentukan dengan darah vena atau darah kapiler. Nilai normal untuk pria
40-48 vol% dan wanita 37-43 vol%. penetapan hematocrit dapat dilakukan
sangat teliti, kesalahan metodik rata-rata kurang lebih 2%. Hasil itu
kadang-kadang sangat penting untuk menentukan keadaan klinis yang
menjurus kepada tindakan darurat.
Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari
perjalanan penyakit dan makin meningkat sesuai dengan proses perjalanan
penyakit demam berdarah. Seperti telah disebutkan bahwa peningkatan
nilai hematocrit merupakan manifestasi hemokonsentrasi yang terjadi
akibat kebocoran plasma. Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi
berkurang yang dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik dan
kegagalan sirkulasi. Pada kasus-kasus berat yang telah disertai perdarahan,
umumnya nilai hematocrit tidak meningkat bahkan menurun. Telah
ditentukan bahwa pemeriksaan Ht secara berkala pada penderita DHF
mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
a. Pada saat pertama kali seorang anak dicurigai menderita DHF,
pemeriksaan ini turut menentukan perlu atau tidaknya anak itu dirawat.
b. Pada penderita DHF tanpa rejatan pemeriksaan hematocrit berkala ikut
menentukan perlu atau tidaknya anak itu diberikan cairan intravena.
c. Pada penderita DHF pemeriksaan Ht berkala menentukan perlu atau
tidaknya kecepatan tetesan dikurangi, menentukan saat yang tepat untuk
menghentikan cairan intravena dan menentukan saat yang tepat untuk
memberikan darah.
4. Trombosit
Trombosir sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar
dibedakan deari kotoran kecil. Lagi pula sel-sel itu cenderung melekat pada
permukaan asing (bukan endotel utuh) dan menggumpal-gumpal.
Jumlah trombosit dalam keadaan normal sangat dipengaruhi oleh cara
menghitungnya, sering dipastikan nilai normal itu antara 150.000 –
400.000/µl darah. Karena sukarnya dihitung, penelitian semukuantitatif
tentang jumlah trombosit dalam sediaan apus darah sangat besar artinya
sebagai pemeriksaan penyaring. Cara langsung menghitung trombosit
dengan menggunakan electronic particle counter mempunyai keuntungan
tidak melelahkan petugas laboratorium (Sofiyatun, 2008).
Diagnosis tegas dari infeksi dengue membutuhkan konfirmasi
laboratorium, baik dengan mengisolasi virus atau mendeteksi antibodi-
dengue spesifik. untuk virus isolasi atau deteksi DENV RNA dalam serum
spesimen oleh serotipe tertentu, real-time terbalik transcriptase polymerase
chain reaction (RT-PCR), an-fase akut spesimen serum harus dikumpulkan
dalam waktu 5 hari dari onset gejala. Jika virus tidak dapat diisolasi atau
dideteksi dari sampel ini, spesimen serum fase sembuh diperlukan
setidaknya 6 hari setelah timbulnya gejala untuk membuat diagnosis
serologi dengan tes antibodi IgM untuk dengue dengan IgM antibodi-
capture enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-ELISA) (Centers for
Disease Control and Prevention, 2009).
Pemeriksaan diagnosis dari infeksi dengue dapat dibuat hanya dengan
pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada isolasi virus, terdeteksinya
antigen virus atau RNA di dalam serum atau jaringan, atau terdeteksinya
antibody yang spesifik pada serum pasien.
Pada fase akut sample darah diambil sesegera mungkin setelah
serangan atau dugaan penyakit demam berdarah dan pada fase sembuh
idealnya sample diambil 2-3 minggu kemudian. Karena terkadang sulit
untuk mendapatkan sampel pada fase sembuh, bagaimanapun, sampel darah
kedua harus selalu diambil dari pasien yang dirawat pada saat akan keluar
dari rumah sakit.

j. Diagnosis
Diagnosis demam dengue atau dengue fever (DF) ditegakkan
berdasarkan anamnesis perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik termasuk
tanda vital dan tanda perdarahan, serta pemeriksaan penunjang konfirmasi
diagnosis gold standard. Tingkat keparahan penyakit juga harus ditentukan,
apakah DF yang self limited disease atau pasien mengalami gejala berat, baik
demam berdarah dengue atau dengue haemorrhagic fever (DHF) maupun
dengue shock syndrome (DSS) yang mengancam nyawa.

2. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1) Pengkajian dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue
menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah
Dengue untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak
lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil, dan saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya
panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah.
Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan,
mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa
pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade
3 dan 4), melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah
Dengue, anak bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah
Dengue dengan tipe virus yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue
dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk
dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu
makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai
dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan
baju di kamar).
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu
makan berkurang, napsu makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak
mengalami diare atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah
Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.
i. Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering
kencing sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam
Berdarah Dengue grade IV sering terjadi hematuria.
j. Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
k. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersikan
tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti. Perilaku dan tanggapan
bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
m. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan
tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik
anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah,
tanda-tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
dan perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga,
serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur,
ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.
n. Sistem integument
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin, dan lembab.
3) Kuku sianosis/tidak
4) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam
(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa
mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing ( pada
Grade II, III, IV).
6) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto
thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah
kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya
terdapat pada grade III dan IV.
7) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali),
asites.
8) Ekstremitas
9) Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

b. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
2. Hipovolemia berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan memasukkan dan
mencerna makanan karena faktor biologis (anoreksia)
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

c. Rencana Asuhan Keperawatan (tujuan, intervensi, dan rasional)


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
keperawtan Hasil
1 (D.0130) Setelah dilakukan (1. 15506)
Hipertemia asuhan keperawatan 1. Identifikasi 1. Memantau
b.d proses selama …x 24 jam penyebab penyebab dari
penyakit diharapkan hipertermi hipertermia hipertermia
menurun, dengan (mis. Dehidrasi)
kriteria hasil (L.14134): 2. Monitor suhu 2. Mengetahui
1. Menggigil pada tubuh perubahan suhu
pasien menurun tubuh pasien
2. Suhu tubuh dan kulit 3. Sediakan 3. Untuk
membaik lingkungan yang memudahkan
3. Tekanan darah dingin pasien untuk
membaik menyesuaikan
lingkungan
4. Longgarkan atau 4. Untuk
lepaskan menghindari
pakaian pasien terjadinya
dehidrasi
5. Berikan cairan 5. Membantu
oral pemenuhan
cairan tubuh
6. Lakukan 6. Membantu agar
pendinginan suhu tubuh
eksternal (mis. pasien kembali
Selimut stabil
hipotermia atau
kompres dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila)
7. Anjurkan tirah 7. Menghindari
baring gerakan yang
berlebihan
8. Kolaborasi 8. Membantu
pemberian memenuhi
cairan dan kebutuhan
elektrolit cairan dalam
intravena tubuh
2 (D.0023) Setelah dilakukan (1. 03116)
Hipovolemi asuhan keperawatan 1. Periksa tanda dan 1. Memantau /
a b.d selama …x 24 jam gejala mencegah
kegagalan diharapkan pemenuhan hipovolemia terjadinya
mekanisme cairan terpenuhi, (mis. Turgor dehidrasi
pengaturan dengan kriteria hasil kulit menurun,
(Status cairan membrane
L.03028) : mukosa kering,
1. Kekuatan nadi lemah)
meningkat 2. Hitung 2. Memonitor
2. Turgor kulit kebutuhan cairan intake dan
meningkat output cairan
3. Dispnea menurun 3. Berikan asupan 3. Membantu
4. Frekuensi nadi cairan oral memenuhi
membaik asupan cairan
5. Tekanan darah dan 4. Anjurkan 4. Menghindari
nadi membaik menghindari terjadinya syok
6. Membran mukosa perubahan posisi
membaik mendadak
7. Kadar Hb dan Ht 5. Kolaborasi 5. Memenuhi
membaik pemberian cairan kebutuhan
iv cairan
3 (D.0019) Setelah dilakukan (1. 03119)
Defisit asuhan keperawatan 1. Identifikasi 1. Mencegah
nutrisi b.d selama …x 24 jam status nutrisi terjadinya syok
ketidakma diharapkan nutrisi anafilatik
mpuan terpenuhi, dengan 2. Fasilitasi 2. Agar
memasukka kriteria hasil menentukan memudahkan
n dan (Status nutrisi L. pedoman diet pasien untuk diet
mencerna 03030) : (mis. Piramida sesuai kebutuhan
makanan makanan tubuhnya
karena
faktor 1. Porsi makanan yang 3. Ajarkan diet 3. Agar pasien
biologis dihabiskan yang mengikuti diet
(anoreksia) meningkat diprogramkan yang sudah
2. Diare menurun diprogramkan
3. Indeks Massa Tubuh 4. Kolaborasi 4. Untuk
membaik dengan ahli gizi menentukan
4. Bising usus untuk memenuhi jumlah kalori
membaik jumlah kalori dan dan jenis nutrient
5. Membrane mukosa jenis nutrien yang dibutuhkan
membaik
4 (D.0077) Setelah dilakukan (1. 08238)
Nyeri akut asuhan keperawatan 1. Kaji nyeri secara 1. Mengetahui
b.d agen selama …x 24 jam komperhensif nyeri, skala,
cedera diharapkan nyeri yang intensitas,
biologis dirasakan pasien frekuensi dan
berkurang, dengan tanda gejala
kriteria hasil
(L. 08066) : 2. Ajarkan teknik 2. Mengurangi
1. Mampu mengontrol nonfarmakologi nyeri dengan
nyeri teknik nafas
2. Melaporkan nyeri dalam
berkurang 3. Berikan 3. Mengurangi
3. Menyatakan rasa analgetik untuk nyeri dengan
nyaman setelah mengurangi bantuan obat
nyeri berkurang nyeri
4. Vital sign dalam
batas normal
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, T. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.


Mahfudhoh, B. (2015). The Components of Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
Surveillance System in Health Department of Kediri City. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 3(1), 95–108. https://doi.org/10.20473/jbe.v3i12015.95-108
Pratamawati, D. A., Irawan, A. S., & Widiarti. (2014). Relationship Between
Knowledge of Vector With Household Insecticide Usage Behavior in Dengue
Hemorrhagic Fever Endemic Areas in Bali Province. Jurnal Vektora, 4(2), 99–
116. https://doi.org/10.22435/vektora.v4i2Okt.3503.99-116
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan criteria hasil keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
WHO.Demam Berdarah Dengue.Jakarta:EGC
Mahasiswa

Adinda Amelia
(KP1219024)

Mengetahui,

CI/Pembimbimbing Praktik CT/Pembimbing Akademik

Ns. Ni Wayan Sudiani,S.Kep Ns. I Kadek Agus Dwija Putra, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai