Oleh
Adinda Amelia
(KP1219024)
b. Epidemiologi
Salah satu penyakit menular yang sering muncul dan berkembang di
daerah tropis adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Indonesia sebagai
salah satu negara tropis di kawasan Asia Tenggara seolah menjadi habitat
penyakit DBD. Departemen kesehatan Republik Indonesia mencatat insiden
DBD per 100.000 penduduk mulai tahun 1968 hingga sekarang menunjukkan
kecenderungan peningkatan (Kemenkes, 2010).(Mahfudhoh, 2015)
Provinsi Bali memiliki prevalensi penyakit demam berdarah dengue
(DBD) tertinggi di Indonesia. Tercatat angka penderita 56,16 per 100.000
penduduk, hanya Provinsi Bali yang masih memiliki angka kesakitan DBD
diatas target nasional yaitu 55 per 100.000 penduduk (Kementerian
Kesehatan RI, 2011). (Pratamawati, Irawan, & Widiarti, 2014)
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak
tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara
dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertiggi nomor dua di dunia
setelah Thailand (Depkes, 2010). Pada tahun 2007, jumlah kasus penyakit
DBD di Indonesia adalah 158.115 kasus, sedangkan pada tahun 2008, jumlah
kasus penyakit DBD adalah 136.339 kasus.
Menurut Word Health Organization (WHO) jumlah kematian oleh
penyakit DHF di dunia mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian
setiap tahunnya (WHO, 2012). Jumlah kasus kematian akibat penyakit DBD
di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1.01%, pada tahun 2008 jumlah
kematian 1.170 orang (CFR= 0,86% dan IR=60,06/100.000 penduduk.
c. Penyebab
Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang
terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar
penyakit ini. Virus dengue dibawah oleh nyamuk Aedes Agypty (Betina)
sebagai vector ketubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi
yang pertama kali dapat memberikan gejala sebagai dengue fever dengan
gejala utama demam, nyeri otot/sendi (Arief Mansjoer, 2000) (Ridha,
2014).Ada lebih dari 100 juta kasus baru demam berdarah setiap tahun di
seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang menjadi demam berdarah.
Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor
risiko untuk demam berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap virus
demam berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et al, 2014).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4
serotipe virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi,
2015).
d. Patofisiologi
Manifestasi terjadi DHF ialah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diatesis hemoregic. Pada kasus berat, renjatan terjadi
secara akut nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah pada penderita dengan renjatan
berat, volume plasma dapat menurun sampai lebih 30%. Renjatan
hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera
diatasi dapat mengakibatkan anoksia jaringan, asidosis metabolic dan
kematian. Kelainan yang paling sering ditemukan ialah perdarahan di kulit
berupa ptekie, perdarahan di saluran pencernaan, paru, dan jaringan
periodrenal, hati membesar, terdapat perlemakan, yang disertai perdarahan
atau sarang nekrosis hemoregik.
Virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti masuk ke
tubuh manusia, infeksi yang pertama kali dapat memberikan gejala sebagai
demam dengue. Apabila orang itu dapat memberikan gejala sebagai demam
dengue. Apabila orang itu dapat infeksi berulang oleh infeksi virus dengue
yang berlainan maka akan menimbulkan reaksi yang beda, terutama
konsistensi Retikoloindotel dan kulit secara Hemogen, tubuh akan
membentuk komplek virus antibody dalam sirkulasi darah sehingga akan
mengaktivasi system komplemen yang berakibat dilepaskannyoman
Anapilatoksin sehingga permeaabilitas dinding pembuluh darah meningkat.
Dimana juga terjadi agregasi trombosit. Trombosit melepaskan vaso aktif
yang bersifat trombosit faktor hagemen (faktor XII). Akan menyebabkan
pembekuan intraveskuler dan meningkatkan permebilitas dinding pembuluh
darah.(Lestari, 2016)
e. Pathway
Hipertermia
Defisit Nutrisi
Hipovolemia
Nyeri Akut
Intoleransi
Aktivitas
f. Klasifikasi
Menurut Ridha (2014) klasifikasi penderita DHF (Dengue Haemoragic
Fever) yaitu :
Pada kasus DHF yang dijadikan pemeriksaan penunjang yaitu
menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari Hemoglobin,
PCV dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya tropositopenia
(100.00/ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak 20% atau lebih
dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa konvaselen.
1. Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan
2. Sumsum tulang pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi
hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke
10 sudah kembali normal untuk semua system.
g. Gejala Klinis
Menurut Aziz Alimul (2006:123) manifestasi Klinik DHF sangat
bervariasi yaitu:
1. Demam, penyakit ini didahului oleh demam yang tinggi atau panas
mendadak berlangsung 3-8 hari kemudian turun secara cepat.
2. Ruam biasannya 5-12 jam sebelum naiknya suhu pertama kali, dan
berlangsung selama 3-4 hari.
3. Pembesaran hati yang terjadi pada permulaan demam (sudah dapat
diraba sejak permulaan sakit).
Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan
sistolik menurun sampai 80mmHg atau kurang) disertai kulit yang terasa
dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki.
Menurut Ridha (2014) gejala klinis pada penderita DHF (dengue
Haemoragic Fever) yaitu
1. Demam tinggi selama 5-7hari
2. Pendarahan terutama pendarahan dibawah kulit, hematoma
ecyymosis
3. Epistaksis, hematomesisi melena, hematuria.
4. Mual, muntah, nafsu makan menurun, diare, konstipasi
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati
6. Sakit kepala
7. Pembengkakan sekitar mata
8. Pembesaran hati, limfa dan kelenjar getah bening
9. Tanda-tanda rejatan (sianosis, kulit lembap dan dingin, tekanan
darah menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah)
Menurut Lestari (2016) masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata
5-8 hari dengan gejala klinis :
1. Demam akut yang tetap tinggi (2-7 hari) disertai gejala tidak
spesifik seperti anoreksia, malaise
2. Manifestasi pendarahan : Uji Turniquet positif atau Ruple Leed
positif, pendarahan gusi, Ptechiase, epistaksis hematemesis atau
malena
3. Pembesaran hati, nyeri tekan tanpa icterus
4. Terjadi renjatan/tidak
5. Kenaikan nilai hemokonsentrasu yaitu sedikit 205 dan penurunan
nilai trombosit (Trombitopenia 100.00/mm atau kurang)
6. Pada foto rontgen : Pulmonary vaskuler congestion dan plural
effusion pada paru kanan.
h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade)
Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat,
dan kulit tampak biru.
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin,
dan lembab.
1) Kuku sianosis/tidak
2) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami
hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
3) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi
pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan
IV.
4) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
5) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
i. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Menurut Lestari (2016) pemeriksaan diagnostic pada penderita DHF
(Dengue Haemoragic Fever) yaitu :
a. Darah
1) Pada demam Dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari
ketiga
2) Pada demam berdarah terdapat Trombositpenia dan
Hemokonsentrasi
3) Pada pemeriksaan kimia darah : Hipoproteinemia hipokloremia,
SGPT, SGOT, ureum dan pH darah mungkin meningkat
b. Urine
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
j. Diagnosis
Diagnosis demam dengue atau dengue fever (DF) ditegakkan
berdasarkan anamnesis perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik termasuk
tanda vital dan tanda perdarahan, serta pemeriksaan penunjang konfirmasi
diagnosis gold standard. Tingkat keparahan penyakit juga harus ditentukan,
apakah DF yang self limited disease atau pasien mengalami gejala berat, baik
demam berdarah dengue atau dengue haemorrhagic fever (DHF) maupun
dengue shock syndrome (DSS) yang mengancam nyawa.
Adinda Amelia
(KP1219024)
Mengetahui,