DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. AMELDA ZASKIA SALSABILA 20176523005
2. DHEA RISKY APRILLIANTI 20176522020
3. ENY MUTAFSIROH 20176523023
4. HERDIANUS NEO 20176513031
5. INTAN JUNI ANDINI 20176523037
6. RIO JURIANSYAH 20176513093
7. SILVIA MAWARDANI 20176523100
8. MAYANG PUSPITA SARI 20176523056
9. WIDAD AULIA 20176523112
PONTIANAK 2020/2021
VISI
DIPLOMA IV KEPERAWATAN
MISI
DIPLOMA IV KEPERAWATAN
Jurusan : Keperawatan
Penyusun,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “ Komunikasi Dalam Keperawatan Gawat
Darurat”. Selama pembuatan makalah pun kami juga mendapat banyak dukungan
dan juga bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu kami haturkan banyak terima
kasih kepada :
1. Bapak Didik Hariyadi SGz. Msi selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak
2. Ibu Ns.Nurbani M.Kep selaku ketua jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes
Pontianak
3. Ibu Puspa Wardhani M.Kep selaku ketua prodi D-IV Keperawatan Poltekkes
Pontianak
4. Bapak Sudarto, S.Kp. M.PH selaku penanggung jawab mata kuliah Gadar Lanjut
yang memberikan bimbingan, saran, dan juga ide
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan oleh
karena itu, penulis mohon maaf dan mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan rencana pembelajaran semester ini.
Penyusun
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
Table of Contents
VISI...................................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3
A.LatarBelakang...........................................................................................................3
B.RumusanMasalah......................................................................................................4
C.Tujuan.......................................................................................................................4
D.ManfaatPenulisan......................................................................................................4
BAB II..............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................5
BAB III...........................................................................................................................53
PENUTUP......................................................................................................................53
Daftar Pustaka.................................................................................................................56
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi yang
disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Ketoasidosis diabetik juga
merupakan komplikasi akut diabetes mellitus yang ditandai dengan dehidrasi,
kehilangan elektrolit, dan asidosis. Ketoasidosis diabetik ini diakibatkan oleh
defisiensi berat insulin dan disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan
lemak. Keadaan ini merupakan gangguan metabolisme yang paling serius pada
diabetes ketergantungan insulin.
Ketoasidosis diabetukum lebih sering terjadi pada usia <65 tahun. Ketoasidosis
diabetikum lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki. Surveillance
Diabetes Nasional Program Centers for Disease Control (CDC) memperkirakan bahwa
ada 115.000 pasien pada tahun 2003 di Amerika Serikat, sedangkan pada tahun 1980
jumlahnya 62.000. Di sisi lain, kematian KAD per 100.000 pasien diabetes menurun
antara tahun 1985 dan 2002 dengan pengurangan kematian terbesar di antara mereka
yang berusia 65 tahun atau lebih tua dari 65 tahun. Kematian di KAD terutama
disebabkan oleh penyakit pengendapan yang mendasari dan hanya jarang komplikasi
metabolik hiperglikemia atau ketoasidosis.
Adanya gangguan dalam regulasi insulin dapat cepat menjadi ketoasidosis
diabetik manakala terjadi diabetik tipe I yang tidak terdiagnosa, ketidakseimbangan
jumlah intake makanan dengan insulin, adolescen dan pubertas, aktivitas yang tidak
terkontrol pada diabetes, dan stress yang berhubungan dengan penyakit, trauma, atau
tekanan emosional.
Perawatan pada pasien yang mengalami KAD antara lain meliputi rehidrasi,
pemberian kalium lewat infus, dan pemberian insulin. Beberapa komplikasi yang
mungkin terjadi selama pengobatan KAD adalah edema paru, hipertrigliseridemia,
infark miokard akut, dan komplikasi iatrogenik. Komplikasi iatrogenik tersebut ialah
hipoglikemia, hipokalemia, edema otak, dan hipokalsemia.
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Asuhan Keperawatan Kegawat daruratan sistem
endokrin dengan Ketoacidosis?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan tentang
Keperawatan Kegawat daruratan yang berkaitan dengan Asuhan Keperawatan
Kegawat daruratan pada Sistem Endokrin
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan klien dengan status Ketoacidosis
D. Manfaat Penulisan
1. Prodi D IV Keperawatan Pontianak
Manfaat penulisan untuk menambah literatur dan daftar pustaka.
2. Penulis
Manfaat penulisan untuk menambah wawasan mengenai Asuhan Keperawatan
Kegawatdaruratan pada sistem Endokrin .
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KAD merupakan komplikasi akut diabetes melitus tipe 1 yang ditandai oleh
hiperglikemia, lipolisis yang tidak terkontrol (dekomposisi lemak), ketogenesis
(produksi keton), keseimbangan nitrogen negatif, deplesi volume vaskuler,
hiperkalemia dan ketidakseimbangan elektrolit yang lain, serta asidosis metabolik.
Akibat defisiensi insulin absolut atau relatif, terjadi penurunan uptake glukosa oleh
sel otot, peningkatan produksi glukosa oleh hepar, dan terjadi peningkatan
metabolisme asam lemak bebas menjadi keton. Walaupun hiperglikemia, sel tidak
mampu menggunakan glukosa sebagai sumber energi sehingga memerlukan
konversi asam lemak dan protein menjadi badan keton untuk energi.
Kebanyakan kasus KAD dicetuskan oleh infeksi umum, antara influenza dan
infeksi saluran kemih. Infeksi tersebut menyebabkan peningkatan kebutuhan
metabolik dan peningkatan kebutuhan insulin. Penyebab umum KAD lainnya adalah
kegagalan dalam mempertahankan insulin yang diresepkan dan/atau regimen diet dan
dehidrasi.
5
b. Etiologi
Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM) atau diabetes melitus tergantung
insulin disebabkan oleh destruksi sel B pulau langerhans akibat proses autoimun.
Sedangkan non insulin dependen diabetik melitus (NIDDM) atau diabetes melitus
tidak tergantung insulin disebabkan kegagalan relatif sel B dan resistensi insulin.
Resistensu insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati. Sel B tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
sepenuhnya. Artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat
dari berkurangnya sekresi insulin pada perangsangan sekresi insulin, berarti sel B
pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk
pertama kali. Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat
dikenali adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam
pengobatan dan pencegahan ketoasidosis berulang.
c. Faktor pencetus
Faktor pencetus yang berperan untuk terjadinya KAD adalah pankreatitis akut,
penggunaan obat golongan steroid, serta menghentikan atau mengurangi dosis
insulin. Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang
dapat disebabkan oleh :
6
d. Patofisiologi
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang juga . Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali.
7
Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan
kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan
menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik
yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq
natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan
keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan
mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila
bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis
metabolic.
8
Kadar kalium total tubuh turun akibat poliuria dan muntah berkepanjangan dan
untah-muntah.
e. Manifestasi Klinis
1. Hiperglikemi
Hiperglikemi pada ketoasidosis diabetik akan menimbulkan;
a. Poliuri dan polidipsi (peningktan rasa haus)
b. Penglihatan yang kabur
c. Kelemahan
d. Sakit kepala
e. Pasien dengan penurunan volume intravaskuler yang nyata mungkin
akan menderita hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik
sebesar 20 mmHg atau lebih pada saat berdiri).
f. Penurunan volume dapat menimbulkan hipotensi yang nyata disertai
denyut nadi lemah dan cepat.
g. Anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen.
9
h. Pernapasan Kussmaul ini menggambarkan upaya tubuh untuk
mengurangi asidosis guna melawan efek dari pembentukan badan keton.
i. Mengantuk (letargi) atau koma.
j. Glukosuria berat.
k. Asidosis metabolik.
l. Diuresis osmotik, dengan hasil akhir dehidrasi dan penurunan elektrolit.
m. Hipotensi dan syok.
n. Koma atau penurunan kesadaran.
f. WOC
10
g. Pemeriksaan Penunjang
a. Glukosa
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien
mungkin memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan sebagian
lainnya mungkin memiliki kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih yang
biasanya bergantung pada derajat dehidrasi. Harus disadari bahwa ketoasidosis
diabetik tidak selalu berhubungan dengan kadar glukosa darah. Sebagian pasien
dapat mengalami asidosis berat disertai kadar glukosa yang berkisar dari 100 –
200 mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin tidak memperlihatkan
ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya mencapai 400-500
mg/dl.
b. Natrium
c. Kalium.
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan
perawatan. EKG dapat digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem di tingkat
potasium.
d. Bikarbonat
11
pengukuran keton dalam darah dan urin. Gunakan tingkat ini dalam
hubungannya dengan kesenjangan anion untuk menilai derajat asidosis.
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau ditandai
pergeseran kiri mungkin menyarankan mendasari infeksi.
g. Keton
h. β-hidroksibutirat
i. Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi
infeksi saluran kencing yang mendasari.
12
j. Osmolalitas
k. Fosfor
m. Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga dapat
terjadi pada dehirasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar
kreatinin dan BUN serum yang terus berlanjut akan dijumpai pada pasien yang
mengalami insufisiensi renal.
h. Pemeriksaan Fisik
FJ: takikardi
1. Kulit:
Kering, kemerahan
13
Turgor kulit menurun
2. Pulmoner:
Paru-paru bersih
3. Abdomen:
4. Muskuloskeletal:
Kelemahan
i. Temuan Diagnostik
pH darah <7,3
Kalium serum pada awalnya mungkin normal atau tinggi, tetapi akan menurun
kembali ke dalam kompartemen intraselular.
1. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya
tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat
dibawah kondisi stress.
2. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
14
3. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya
aterosklerosis.
1. Cairan
Pasien penderita KAD biasanya mengalami depresi cairan yang hebat. NaCl
0,9 % diberikan 500-1000 ml/jam selama 2-3 jam. Pemberian cairan normal salin
hipotonik (0,45 %) dapat digunakan pada pasien-pasien yang menderita hipertensi
atau hipernatremia atau yang beresiko mengalami gagal jantung kongestif. Infus
dengan kecepatan sedang hingga tinggi (200-500 ml/jam) dapat dilanjutkan untuk
beberapa jam selanjutnya.
2. Insulin
3. Potassium
15
Meskipun ada kadar potassium serum normal, namun semua pasien penderita
KAD mengalami depresi kalium tubuh yang mungkin terjadi secara hebat. Input
saline fisiologis awal yang tinggi yakni 0.9% akan pulih kembali selama defisit
cairan dan elektrolite pasien semakin baik. Insulin intravena diberikan melalui
infusi kontinu dengan menggunakan pompa otomatis, dan suplemen potasium
ditambahkan kedalam regimen cairan. Bentuk penanganan yang baik atas seorang
pasien penderita KAD (ketoasidosis diabetikum) adalah melalui monitoring klinis
dan biokimia yang cermat.
k. Komplikasi
16
4. Kelainan Jantung
5. Hipoglikemia
6. Impotensi
17
Walau demikian diabetes millitus mempunyai pengaruh jelek pada proses
kehamilan. Pengaruh tersebut diantaranya adalah mudah mengalami
keguguran yang bahkan bisa terjadi sampai 3-4 kali berturut-turut, berat bayi
saat lahir bisa mencapai 4 kg atau lebih, air ketuban yang berlebihan, bayi lahir
mati atau cacat dan lainnya.
7. Hipertensi
8. Komplikasi lainnya
l. Prognosis
18
tinggi. Di negara maju angka kematian dapat ditekan menjadi sekitar 12%.
Ketoasidosis diabetik sebesar 14% dari seluruh rumah sakit penerimaan pasien
dengan diabetes dan 16% dari seluruh kematian yang berkaitan dengan
diabetes. Angka kematian keseluruhan adalah 2% atau kurang saat ini. Pada
anak-anak muda dari 10 tahun, ketoasidosis diabetikum menyebabkan 70%
kematian terkait diabetes.
Tujuan Terapi
Terapi insulin
19
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Ketoacidosis Diabetik (KAD)
A. Pengkajian
1) Riwayat Keperawatan
Usia, Jenis kelamin, Berat Badan, Tinggi Badan. Riwayat Penyakit
Keluarga, Riwayat KDA
2) Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, Kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istirahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau
aktifitas, Letargi/disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, Klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas, Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama,
Takikardia
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, Nadi yang
menurun/tidak ada, Disritmia, Krekels, Distensi vena jugularis, Kulit
panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
20
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, Rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISSK baru/berulang, Nyeri
tekan abdomen, Diare
Tanda :Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang
menjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), Urin berkabut, bau
busuk (infeksi), Abdomen keras, adanya asites, Bising usus lemah dan
menurun, hiperaktif (diare)
e. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, Mual/muntah, Tidak mematuhi diet,
peningkattan masukan glukosa/karbohidrat, Penurunan berat badan lebih
dari beberapa hari/minggu, Haus, penggunaan diuretik (Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, Kekakuan/distensi
abdomen, muntah, Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik
dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas
aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, Kesemutan, kebas, kelemahan
pada otot, parestesia, Gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap
lanjut). Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, Refleks tendon
dalam menurun (koma), Aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, Frekuensi
pernapasan meningkat
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
21
Tanda : Demam, diaforesis, Kulit rusak, lesi/ulserasi, Menurunnya
kekuatan umum/rentang erak, Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot
pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
j. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), Masalah impoten pada
pria, kesulitan orgasme pada wanita
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang, Lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik
(thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa
darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan
l. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam
pengatuan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap
glukosa darah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Hiperventilasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
faktor biologis
C. Intervensi Keperawatan
22
n harian dan pantau
gejala
d. Monitor hasil
b. Serum elektrolit
laboratorium yang
Dikaji 3
relevan dengan
Tujua 5
keseimbangan cairan
n
(misalnya hematocrit,
BUN, albumin, protein
c. Hematocrit total, osmolalitas serum,
Dikaji 3 dan urin spesifik tingkat
Tujua 5 gravitasi).
n e. Batasi cairan yang
sesuai
f. Berikan resep diet yang
d. Edema perifer
tepat untuk cairan
Dikaji 3
tertentu atau pada
Tujua 4 ketidakseimbangan
n elektrolit (rendah
sodium, cairan dibatasi,
n dialysis (penempatan
kateter untuk dialysis),
yang sesuai.
h. Intruksikan pasien
dan keluarga mengenai
alasan untuk
pembatasan cairan,
tindakan hidrasi atau
administrasi elektrolit
tambahan.
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 2. Manajemen Jalan Nafa
pola nafas keperawatan selama 3 x 24 jam a. Posisikan pasien
23
berhubungan dengan diharapkan nutrisi pasien untuk
Hiperventilasi terpenuhi dengan kriteria : memaksimalkan
ventilasi
1. Status Pernafasan :
b. Monitor status
Ventilasi
pernafasan dan
a. Frekuensi Pernafasan oksigenasi
Dikaji 2 sebagaimana
Tujua 4 mestnya
n c. Berikan terapi
pksigen
d. Periksa nilai AGD
b. Irama Pernafasan
Dikaji 2
Tujua 4
n
c. Dispnea
Dikaji 1
Tujua 4
n
3. Ketidak seimbangan Setelah dilakukan tindakan 3. Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3 x 24 jam a. tentukan status gizi
kebutuhan nutrisi diharapkan nutrisi pasien pasien dan
berhubungan dengan terpenuhi dengan kriteria : kemampuan psien
faktor biologis ungtuk memenuhi
1. Status Nutrisi
kebutuhan gizi
a. Asupan Makanan b. Anjurkan pasien
Dikaji 3 terkait dengan
Tujua 4 kebutuhan diet
n untuk kondisi sakit
(dengan penyakit
ginjal, pembatasan
b. Asupan Cairan
natrium, kalium,
Dikaji 3
24
Tujua 4 protein dan cairan)
n c. Monitor kalori dan
asupan makanan
d. Monitor
c. Rasio BB
kecenderungan
Dikaji 3
terjadinya penurunan
Tujua 4
dan kenaikan berat
n
badan.
III. Konsep Asuhan Keperawatan Kasus Ketoacidosis Diabetik (KAD)
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Ny. B
Umur : 71 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pekayon RT 03/08, Jakarta Timur
Tgl/ Jam masuk RS : 09-11-2018 / 09.00 WIB
Tgl/ Jam Pengkajian : 12-11-2018 / 09.00 WIB
Diagnosa medis : Penurunan Kesadaran, Ketoasidosis DM
Dokter penanggung jawab :
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. S
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pekayon RT 03/08, Jakarta Timur
Hubungan dengan klien : Anak
2. Keluhan Utama
25
Pasien terlihat lemas dan tidak menjawab saat ditanyakan
Pasien tidak sadarkan diri sebelum masuk RS, menurut keluarga pasien sudah
terlihat lemah sejak 4 hari sebelum masuk RS. Aktivitas saat di rumah hanya di
kasur saja dan memberat sejak kemarin. Sebelumnya pasien masih bisa aktivitas
tetapi dibantu, muntah (+).
26
4. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk ruang ICU pada pukul 22.45 WIB tgl 19-11-2018 pada saat di IGD pasien tidak sadar, GCS 10 / E: 3, V: 2, M: 5,
TD: 100/60 mmHg, RR: 28x/ menit, N: 133x/menit, S: 37 OC. Diperoleh hasil laboratorium yaitu Hemoglobin: 10,6 , Hematokrit 32,
Leukosit 14.000, Trombosit: 256.000, SGOT: 20, SGPT: 21, Ureum: 36, Creatinin: 0,71, GDS: 504 mg/dl, Keton: (+) 1. Pada saat
pengkajian tgl 12-11-2018 kesadaran pasien somnolen dengan Gcs: 11 / E: 3, V: 3, M: 5. TD: 152/84 mmHg, HR: 138x/menit, RR:
26x/menit, terpasang NRM 10 ltr, CRT < 3detik, Saturasi oksigen: 92%.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat CVD + 4 tahun yang lalu, menurut keluarga stroke karena sumbatan pembuluh darah. Pasien pernah
memiliki riwayat jatuh + 4 bulan yang lalu. Tedapat fraktur pada radius ulna sinistra. Pasien memiliki riwayat DM dan sejak 2 tahun
yang lalu tidak minum obat.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dikeluarga tidak ada yang memiliki penyakit yang sama derngan pasien.
5. Pengkajian Primer
27
7. Pasang NPA (Nasopharyngeal Airway)
8. Pasang LMA (Laryngeal Mask Airway)
9. Pasang ETT (Endotracheal Tube)
2. Breathing 1. Ketidakefektifan pola napas 10. Berikan oksigen 3 liter/menit
Kontrol 2. Gangguan pertukaran gas 11. Berikan oksigen dengan Rebreathing Mask
pernapasan 12. Berikan Oksigen Dengan Non-Rebreathing Mask (NRM)
RR:26x/mnt 13. Ventilasi dengan Bag Valve Mask
SO2: 92% 14. Pasang pulse oksimetri
Klien terlihat lemah 15. Periksa nilai Analisa Gas Darah (AGD)
Terdapat otot bantu
napas
AGD
3. Circulation 1. Penurunan curah jantung 1. Lakukan bantuan hidup dasar (BHD)
Kontrol 2. Resiko syok 2. Pasang IV line 2 jalur
pendarahan 3. Resiko perdarahan 3. Resusitasi cairan berikan oksigen
CRT < 3 dtk 4. Hipertermia 4. Hentikan perdarahan, tekan, elevasi, pasang torniquet
N: 138x/mnt 5. Hipotermia 5. Kolaborasi pemberian diuretik
TD: 152/84 6. Kekurangan volume cairan
mmhg 7. Kelebihan volume cairan
Akral dingin
cairan
4. Disabillity 1. Ketidakefektifan perfusi 1. Periksa kesadaran (compos mentis, apatis, somnolen,
Kesadaran jaringan serebral koma)
28
somnolen Gcs: 11 /E: 2. Periksa nilai GCS (Eye: 3, Motorik: 5, Verbal: 3)
3, V: 3, M: 5 3. Cek pupil
Pupil isokor 4. Berikan oksigen
SO2: 92% 5. Periksa saturasi oksigen
6. Pantau tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
5. Exposure 1. Nyeri akut 1. Tutup luka
Kekuatan otot 2. Nyeri kronis 2. Atasi perdarahan
5555 0000 3. Kerusakan integritas kulit 3. Stabilisasi luka
3333 0000 4. Resiko trauma 4. Lakukan jahitan hecting pada luka
Terdapat fraktur area 5. Resiko cedera 5. Stabilisasi fraktur
sinistra radius-ulna 6. Resiko jatuh 6. Pasang restrain
Hemiparese 7. Intoleransi aktivitas 7. Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam, massage, guide
ekstremitas atas& 8. Hambatan mobilitas fisik imagery, dll)
bawah sinistra 8. Kolaborasi pemberian analgesik
Riw. Jatuh 4 bulan yg
lalu
6. Foleys 1. Gangguan eliminasi urin 1. Identifikasi pola berkemih
chateter 2. Inkontinensia urin 2. Pasang foleys chateter
3. Retensi urin 3. Pertahankan cairan 2L/hari
4. Berikan kompres hangat pada abdomen bagian bawah
5. Pertahankan kulit tetap kering \
6. Kolaborasi pemberian diuretik
7. Gastric tube 4. mual 7. kaji penyebab mual
29
Kesadaran 5. ketidakseimbangan nutrisi 8. ajarkan makan secara perlahan
somnolen Gcs: 11 /E: kurang dari kebutuhan tubuh 9. Ajarkan makan untuk membatasi minum 1 jam sebelum, 1
3, V: 3, M: 5 6. ketidakseimbangan nutrisi jam setelah, dan selama makan
Terpasang lebih dari kebutuhan tubuh 10. Berikan perawatan mulut (oral hygiene)
NGT 7. gangguan menelan 11. Timbang berat badan
BB: 34 kg 12. Pasang NGT
Gigi sedikit 13. Kolaborasi pemberian antiemetic
kotor 14. Kolaborasi dengan ahli gizi
Caries (+)
Tidak ada nyeri
tekan abdomen
8. Heart monitor 1. Penurunan curah jantung 1. Pantau denyut nadi perifer, suhu, dan warna ekstremitas
TD: 152/84 2. Pantau intake dan ouput (balance cairan)
mmHg 3. Berikan dan pantau cairan dan obt intravena
HR:138x/mnt 4. Berikan oksigen
RR:26x/mnt 5. Berikan dan titrasikan obat antiaritmia, inotropic, NTG dan
EKG: sinus vasodilator
takikardi
6. Pengkajian sekunder
30
a. Pemeriksaan head to toe
31
elastis, akral dingin
b. Vital sign
Tekanan darah : 152/84 mmHg
Nadi : HR: 138x/menit
Pernapasan : RR:26x/mnt
Suhu : 35,8OC
No Pengkajian Hasil
sekunder
1. SIGN pasien sudah terlihat lemah sejak 4 hari sebelum
masuk RS. Aktivitas saat di rumah hanya di kasur
saja, pasien tidak mengkonsumsi obat DM sejak
2 tahun lalu
2. ALERGIC Pasien tidak memiliki alergi makanan atau obat
3. MEDICATION Jenis obat yang dikonsumsi pada saat sakit DM
adalah metformin
4. PAST ILLNESS Pasien memiliki riwayat CVD + 4 tahun yang
32
lalu, pasien pernah dirawat sebelumnya pada
tahun 2013 dengan hipoglikemi.
5. LAST MEAL Pada saat dirumah pasien makan bubur dan hanya
makan sedikit.
6. ENVIRONMENT Pasien mengalami muntah 1 kali dan pada saat
dirumah pasien hanya makan sedikit.
d. Pemeriksaan penunjang
No Pengkajian Hasil
tersier
1. Laboratorium Tgl 9-11-2018
Gas darah+elektrolit
PH 7,534
PCO2 36,0 mmHg
PO2 249,0 mmHg
HCO3 30,2 mmol/L
TCO2 31 mmol/L
BE 7,30 mmol/L
Saturas 99,60
i O2 %
Laktat 1,7
33
mg/dl
Tgl 12-11-2018 jam 06.00 WIB
Hematologi
Hemoglob 11,5 g/dl
in
Hematokrit 37%
Eritrosit 4,0 juta/ul
Leukosit 24.100/ul
Trombosit 247.000/ul
Gas darah+elektrolit
Na (natrium) 147
mmol/L
K (kalium) 2,8
mmol/L
Cl (klorida) 102
mmol/L
2. Rontgen Tidak ada data rontgen
3. USG Tidak ada data USG
4. CT Scan Tidak ada data CT scan
5. MRI Tidak ada data MRI
6. EKG Sinus takikardi
7. Terapi
Oral :
KSR 3x600 mg
34
Concord 1x25 mg
Simvastatin 1x20 mg
Parenteral:
Omeprazole 2x40mg
Citicoline 3x500 mg
N.ace 3x1 amp
Meropenem 3x2gr
Nacl 0,9% /8jam
Lantus 0-0-12 unit
B. Analisa Data
36
- Hemiparese
ekstremitas atas& bawah
sinistra
- Riw. Jatuh 4 bulan yg
lalu
- usia pasien 71 tahun
- pasien memiliki riw.
CVD + 4 tahun yang lalu
5 senin/12-11- DS: - Gangguan sensori Gangguan
2018 DO: motorik eliminasi urin
11.00 wib Kesadaran: somnolen
GCS: 11 /E: 3, V: 3M: 5
Pasien terpsang DC
Balance cairan +
549/24jam
Diuresis:
0,9 cc/kgBB/24jam
gas darah+elektrolit:
N 147mmol/L
a
K 2,8mmol/L
Cl 102mmol/L
37
C. Prioritas Diagnosa Keperawatan (PES)
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas
3. Gangguan eliminasi urin b.d gangguan sensori motorik
4. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan muskuloskeletal
38
D. Intervensi Keperawatan
39
ditingkatkan: 4 analisa gas darah
3. PH arteri untuk pemeriksaan
saat dikaji: 2 berkala
ditingkatkan: 3 Terapi oksigen
4. Saturasi oksigen 1. Berikan oksigen
saat dikaji: 3 dengan NRM 10
ditingkatkan: 4 liter
2 Senin/12-11- Setelah dilakukan Manajemen
2018 tindakan keperawatan cairan
11.00 wib selama 3x24 jam 1. Timbang BB pasien
diharapkan penurunan dan monitor status
curah jantung dapat pasien
teratasi dengan kriteria 2. Jaga intake/output
hasil: yang akurat Monitor
Status sirkulasi status hidrasi
1. Tekanan darah sistole Monitor hemodinamik
Saat dikaji: 2 1. Monitor tanda-tanda
Ditingkatkan: 3 vital
2. Tekanan darah 2. Monitor saturasi
diastole oksigen
Saat dikaji: 2 3. Monitor apa ada
Ditingkatkan: 3 edema perifer
40
3. Tekanan nadi 4. Kolaborasi
Saat dikaji: 2 pemberian obat
Ditingkatkan: 4 jantung
4. Saturasi oksigen
Saat dikaji: 2
Ditingkatkan: 4
5. Capilarry refill
Saat dikaji: 3
Ditingkatkan: 4
3. Senin/12-11- Setelah dilakukan Manajemen
2018 tindakan keperawatan cairan
11.00 wib selama 3x24 jam 1. Timbang berat
diharapkan gangguan badan an
eliminasi urin dapat monitor status
teratasi dengan kriteria pasien
hasil: 2. Hitung jumlah
Eliminasi urin urin yang keluar
1. Intake cairan 3. Jaga
Saat dikaji: 3 intake/asupan
Ditingkatkan: 4 yang akurat
2. Jumlah urin catat output
Saat dikaji: 2 4. Monitor status
41
Ditingkatkan: 4 hidarasi
5. Berikan diuretik
yang diresepkan
Berikan
terapi IV sesuai
yang ditentukan
4 Senin/12-11- Setelah dilakukan Perawatan tirah
2018 tindakan keperawatan baring
11.00 wib selama 3x24 jam 1. Mobilisasi pasien
diharapkan hambatan setiap 3 jam sekali
mobilitas fisik dapat 2. Balikan pasien
teratasi dengan kriteria sesuai kondisi kulit
hasil: 3. Lakukan rentang
Pergerakan gerak pasif pada
1. Gerakan otot pasien
Saat dikaji: 2 4. Monitor komplikasi
Ditingkatkan: 3 tirah baring
2. Gerakan sendi
Saat dikaji: 2
Ditingkatkan: 3
42
E. Implementasi Keperawatan
DS: -
12.15 DO: RR: 24/menit
I - Pasien menggunakan otot bantu napas,
sat O2?
DS:
DO: -Pasien diposisikan semi fowler
43
12.15 -Pasien terlihat lebih nyaman
I
DS: -
DO: Diit DM yang diberikan: susu
diabetasol dengan dosis 100cc
II
DS: -
DO: 169 mg/dl
44
DS: -
III DO:
input : 521
Output: 590
Balance (-) 69/3jam
III Diuresis: 1,7cc/kgBB/3jam
IV Melakukan mobilisasi pasien DS: -
Memberikan oksigen nasal kanul 3 DO: - pasien diubah posisinya
liter - pasien terlihat nyaman
Mengecek gula darah sewaktu
Memberikan makan melalui NGT DS: -
I Memonitor tanda-tanda vital DO: RR: 18x/menit
DS: -
DO: Diit DM yang diberikan: susu
III diabetasol dengan dosis 100cc
45
DS: -
DO: TD: 108/58mmHg
II N: 73x/menit
S: 36,5OC
RR: 18x/menit
SO2: 100%
DS: -
DO:
input : 521
Output: 590
III Balance (-) 69/3jam
Diuresis: 1,7cc/kgBB/3jam
F. Evaluasi
46
na
m
a
1 Senin/14-11- S: -
. 2018 O: RR: 28x/menit
14.00 Saturasi oksigen 95%
I Pasien masih menggunakan otot bantu napas
Pasien diposisikan semi fowler
A: Belum Teratasi
P: intervensi dilanjutkan:
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Posisikan pasien semi fowler
3. Ambil spesimen darah arteri (AGD)
S: -
O:
TD: 102/72 mmHg
II
N: 98x/menit
36,3OC
SO2: 95%
EKG: sinus rythm
47
CRT <3detik
A: penurunan curah jantung belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan:
1. Memonitor tanda-tanda vital pasien
2. Jaga intake/output
3. Monitor hemodinamik pasien
2 Selasa/13- S: -
. 11-2018 O:
14.00 RR: 22x/menit
Saturasi oksigen 92%
I Pasien diposisikan semi fowler untuk
memaksimalkan ventilasi
Hasil AGD:
PH 7,427
PCO 36,4 mmHg
2
PO2 98mmHg
HCO 24,7 mmol/L
3
TCO 23 mmol/L
2
BE +2,6 mmol/L
II Satur 95,0 %
asi
48
O2
Lakt 1,6 mg/dl
at
S: -
O:
IV
TD: 105/82 mmHg
HR: 72x/menit
SO2: 98%
S: 36OC
EKG sinus rythm
CRT <3detik
A: penurunan curah jantung teratasi
sebagian
P: intervensi dilanjutkan:
Monitor intake output
49
Monitor hemodinamik
S: -
O:
Tidak ada luka dekubitus
Mobilisasi dilakukan tiap 3 jam sekali
50
II S: -
O:
TD: 110/83 mmHg
HR: 77x/menit
S: 36,1OC
SO2: 100%
Ekg sinus rythm
CRT <3detik
IV S: -
O:
Tidak ada luka tirah baring
Pasien dilakukan mobilisasi setiap 3 jam
51
52
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Intervensi Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi dalam perencanaannya dibuat sesuai dengan pengetahuan penulis yang
mengacu pada Nanda NIC NOC dan kebiasaan rumah sakit serta kebutuhan
klien. Hal ini karena diagnosa ini tidak ditemukan dalam tinjauan teoritis.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
Pada diagnosa tersebut intervensi yang dilakukan sesuai dengan NIC yaitu
Manajemen cairan dan Monitor hemodinamik serta melakukan tindakan
kilaborasi dengan dokter.
c. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan gangguan sensori motorik
Pada diagnosa ini intervensi yang akan dilakukan adalah manajemen
cairan.
53
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
Sedangkan untuk diagnosa hambatan mobilitias perawat memantu pasien
untuk perawatan tirah baring pada pasien untik meminimalkan terjadinya
komplikasi seperti dekubitus.
4. Implementasi Keperawtan
Pelaksanaan seluruh tindakan keperawatan yang dilakukan selalu berorientasi
pada rencana yang telah dibuat terlebih dahulu. Pelaksanaan tindakan keperawatan
yang terdapat dalam perencanaan keperawatan semuanya dapat dilaksanakan
dengan baik, hal ini disebabkan karena klien dan keluarga kooperatif terhadap setiap
tindakan yang dilakukan dan partisipasi aktif dari petugas ruangan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi
meliputi hasil dan proses pada kasus ini menunjang adanya kemajuan atau
keberhasilan dari masalah yang dihadapi oleh pasien/keluarga.
Pada kasus yang ditangani dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan sebagai metode pemecahan masalah, pada evaluasi setelah dirawat
selama dua hari yaitu sejak tanggal 12 sampai dengan 14 November 2018
menunjukkan dari 4 diagnosa yang ditegakkan oleh penulis, dua diagnosa
keperawatan yang dapat teratasi/tidak terjadi yaitu kurang pengetahuan tentang
kondisi, prognosis dan pengobatan serta resiko terjadi infeksi sekunder. Diagnosa
keperawatan belum dapat diatasi.
54
B. Saran
Untuk klien dan keluarga
Setelah mengetahui tentang penyakit KAD serta komplikasi yang ada maka
klien perlu menyadari keadaan dirinya, sehingga perlu melakukan kontrol diet,
aktifitas yang seefektif mungkin untuk mencegah terjadinya peningkatan gula darah
dan diharapkan keluarga dapat bekerja sama dalam hal ini.
Harus ada kerjasama dan komunikasi yang baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan klien, perawat dan tim kesehatan lain dalam melaksanakan asuhan
keperawatan sebab dengan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik, dapat
membantu mempercepat proses penyembuhan klien.
3. Untuk masa yang akan datang, penulis menyarankan jika memungkinkan bahwa
dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk penulisan karya tulis ini perlu diberi
waktu lebih lama agar memudahkan dalam melakukan evaluasi.
55
Daftar Pustaka
Amin, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
Nic- Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction Publishing.
Diabetik Berulang : Laporan Kasus Berbasis Bukti. Jurnal Dokter Keluarga Indonesia ,
Volume, 2. No, 1
Roostati, R. L., & Rusli, J. (2016). Asidosis Laktat pada Ketoasidosis Diabetik Berat di
Instalasi Perawatan Intensif. ISSN , Vol. 43 No. 7.
Santoso, F., & Saewondo, P. (2016). Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Ketoasidosis
56