Anda di halaman 1dari 27

KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH

Dosen :
YULIATI AMPERANINGSIH,.SKM,.M.Kes

Disusun Oleh :

1. Sindi Artika 1914301065


2. Feni Meliani 1914301085
3. Agil Cahya Batara 1914301098
4. Wayan Yuli 1914301071
5. Relly Alfina 1914301070

Kelas :
Sarjana Terapan TK 3 Reguler 2

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pada mata
kuliah Keperawatan Jiwa. Makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa Harga
Diri Rendah.”
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen Yuliati Amperaningsih,.SKM,.M.Kes. serta
teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide sehingga makalah ini dapat
disusun dengan baik.
Kami berharap, makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun supaya makalah selanjutnya
dapat lebih baik lagi.

Bandar Lampung, 24 Agustus 2021

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian HDR.........................................................................................2
2. Upaya yang dapat dilakukan......................................................................3
3. Etiologi ......................................................................................................5
4. Tanda dan gejala .......................................................................................6
5. Rentang respon ..........................................................................................6

BAB III TINJAUAN KASUS.........................................................................................8


BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan..............................................................................................20
2. Saran ........................................................................................................20
Daftar Pustaka...............................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Harga diri adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal mencapai keinginan
(menurut keliat, 1998). Menurut klasifikasi diagnostic and statisyical manual of mental disorder
text revision (DSM IV, TR 2000), harga diri rendah merupakan salah satu jenis gangguan jiwa
ketegori gangguan kepribadian (Rusly, 2014). Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap
dirinya sendiri menyebabkan kehilangan rasa percaya diri, pesimis dan tidak berharga
dikehidupan. Harga diri rendah adalah evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
disertai kurangnya perawatan diri tidak berani menatap lawan bicara lebih banyak menunduk,
berbicara lambat dan suara lemah (Meryana, 2017)
Keperawatan jiwa adalah suatu proses interpersonal dengan tujuan untuk meningkatkan dan
memelihara perilaku-perilaku yang mendukung terwujudnya suatu kesatuan yang harmonis
(integrated). Klienya dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau masyarakat
(Direja, 2011).
Adapun peran perawat jiwa yang harus dilakukan meliputi : peran promotif adalah meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan atau menurunkan angka kesakitan dengan cara memberikan
penyuluhan tentang kesehatan, peran preventif adalah mengidentifikasi prilaku khusus dan
menghindari kegagalan peran, peran kuratif adalah menyediakan lingkungan yang kondusif,
memecahkan masalah, merawat kesehatan fisik atau mencegah usaha bunuh diri melalui terapi
psikoterapi dan terapi medik, peran perawat rehabilitatif adalah dengan mengikut sertakan klien
dalam kelompok, mendorong tanggung jawab klien terhadap lingkungan dan melatih
keterampilan klien sehingga Harga Diri Rendah dapat ditangani dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian harga diri rendah ?
2. Apa upaya yang dapat dilakukan untuk pasien dengan harga diri rendah?
3. Apa penyebab dari harga diri rendah ?
4. Apa tanda dan gejala harga diri rendah ?
5. Bagaimana rentang respon harga diri rendah ?
6. Bagaimana bentuk asuhan keperawatan pasien dengan harga diri rendah ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian harga diri rendah
2. Mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk pasien dengan harga diri rendah
3. Mengetahui etiologi dari harga diri rendah
4. Mengetahui tanda dan gejala mengenai harga diri rendah
5. Mengetahui rentang respon harga diri rendah
6. Memahami bentuk asuhan keperawatan pasien dengan harga diri rendah

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Menurut Keliat, 1998, Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah hati dan rendah diri yang berkepanjngan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal
karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Iyus Yosep, 2016).
Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri
rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain yang mengancam
dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam
rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi
lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta
cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkunagn
dengan cara negatif menganggap sebagai ancaman dengan pendapat Barbara Kozier
berikut:
Level of self esteem range from high to low. A person who has high self esteem deals
actively with the environment, adapts effectively to change, and feels secure. A person
with low self esteem sees the environment as negative and threatening (Driver dalam
Barbara Kozier, 2003:845).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti an rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Adanya hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan
sesuai ideal diri. Ganguan harga diri yang disebut sebagain harga diri rendah dapat terjadi
secara: (Mukhripah Damaiyanti, 2014)
a. Situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami atau istri, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
b. Kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri berlangsung lama, yaitu sebelum sakit
atau dirawat. Klien ini mempunyai cara yang berpikir yang negatif. Kejadian sakit
dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini

2
mengakibatkan respon mal yang adaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien
gangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai dengan ideal diri.
Ganguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang. perlakuan orang
lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Harga diri meningkat bila
diperhatikan atau dicintai dan dihargai atau dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang
berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Harga diri tinggi positif ditandai dengan
ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Individu
yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu
beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman sedangkan
individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan
menganggap sebagai ancaman.

2. Upaya yang dapat dilakukan


Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan untuk melakukan kegiatan
pada pasien yang mengalami harga diri rendah adalah dengan terapi kreasi seni
menggambar yang merupakan salah satu bagian dari terapi lingkungan. Terapi
lingkungan berkaitan erat dengan stimulasi psikologis seseorang yang akan berdampak
pada kesembuhan fisik mampu psikologis seseorang yang akan berdampak pada
kesembuhan baik pada kondisi fisik maupun psikologis seseorang.

Berbagai jeneis terapi spesialis yang diberikan untuk pasien dengan harga diri rendah
kronis meliputi tiga kategori yaitu untuk individu, keluarga, dan kelompok terapi
spesialis imndividu yang dapat diberikan pada pasien dengan harga diri rendah kronis
adalah Cognitive Behaviour Therapy (CBT) atau terapi kognitif perilaku dan
Logotherapy. Terapi kelompok yang dapat diimplemaentasikan pada pasien dengan harga
diri rendah kronis adalah Supportive Therapy atau terapi supportif dan Self Help Group
(SHG) atau kelpmpok swabantu. Untuk keluarga pasien, perawat spesialis jiwa dapat

3
memberikan terapi spesialis Psikoedukasi keluarga dan Triangle Therapy (Widianti et.al,
2017).
a) Terapi lingkungan dapat membantu pasien untuk mengembangkan rasa harga diri,
mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, membantu
mempercayai orang lain. Terapi lingkungan dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu terapi
rekreasi, terapi kreasi seni, pettherapy dan plantherapy. Jenis terapi lingkungan yang
tepat diterapkan pada pasien harga diri rendah adalah yang pertama terapi rekreasi,
tujuan dari terapi tersebut adalah agar pasien dapat melakukan kegiatan secara
konstruktif dan menyenangkan, dan mengembangkan kemampuan hubungan sosial,
yang kedua adalah terpi kreasi seni, dalam terapi kreasi seni terbagi menjadi empat
bagian yaitu terapi menari, atau dance, terapi musik, terapi menggambar atau melukis
terapi literatur atau biblio. Keempat jenis terapi ini membantu pasien untuk
mengkomunikasikan tentang perasaan-perasaan dan kebutuhankebutuhanya,
memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekpresikan tentang apa yang terjadi
dengan dirinya serta memberikan kesempatan pada pasien untuk mengembangkan
wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan pikiran dan perilaku sesuai dengan
norma yang baik.
b) Terapi kreasi seni menggambarkan diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa
pasien harga diri rendah akan dapat mengekspresikan perasaan melalui terapi
lingkungan seni menggambar dari dengan ekspresi verbal. Dengan terapi kreasi seni
menggambar perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional pasien
dengan harga diri rendah, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk
mengatasi masalah pasien harga diri rendah tersebut. Upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kegiatan pada pasien yang mengalami harga diri rendah adalah
dengan terapi kreasi seni menggambar yang merupakan salah satu terapi lingkungan.
Terapi kreasi seni menggambar berkaitan erat dengan stimulasi psikologis seseorang
yang akan berdampak pada kesembuhan baik pada kondisi fisik maupun psiologis
seseorang.
c) Terapi kognitif diberikan dalam tiga sesi yaitu sesi: (Febriana et. al, 2016).
1) Identifikasi pikiran otomatis negative
2) Penggunaan tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis negative

4
3) Manfaat tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis yang negatif
Pelaksanaan terapi kognitif menggunakan pendekatan interpersonal peplau yang terdiri
dari orientasi, identifikasi, eksploitasi dan resolusi. Pendekatan peplau sangat dalam
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian orientasi dan identifikasi, eksploitasi
perencanaan dan implementasi, resolisi atau evaluasi. Begitu juga dengan tahap
komunikasi terapeutik yang digunakan dalam terapi kognitif yaitu: orientasi, kerja dan
terminasi. Atas dasar kesesuaian tersebut menggunakan interpersonal peplau sebagai
kerangka penyelesaian masalah pasien harga diri rendah dengan terapi kognitif (Mubin.
2009).

3. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang dalam
tinjaun life span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa
kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu
mencapain masa remaja keberadaanya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan.
Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih
dari kemampuanya.
Menurut Stuart, 2006, faktor- faktor yang mengakibatkan harga diri rendah kronik
meliputi factor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berkut:
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereo type peran gender,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakkepercayaan orang
tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.

b. Faktor Presipitasi

5
Menurut yosep, 2009. Faktor presipitasi terjadi haga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau
produktifitas yang menurun. Secara umum, ganguan konsep diri harga diri rendah ini
dapat terjadi secara stuasional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang
muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau
dipenjara. Termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah
disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien
tidak nyaman. Harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.

c. Perilaku Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang
objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam diri klien sendiri.
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah salah satunya mengkritik diri
sendiri, sedangkan keracuan identitasseperti sifat kepribadian yang bertentangan serta
depersonalisasi Stuart, 2006.

4. Tanda dan Gejala


Menurut Damaiyanti 2008, tanda dan gejala harga diri rendah kronik adalah sebagai
berikut:
a. Mengkritik diri sendiri.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimis.
d. Penurunan produktifitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri

5. Rentang Respon
Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan
konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan
interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep diri yang
negatif dapat dilihat dari hubungan individu an sosial yang maladaptif.

6
Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima. Konsep diri positif
merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada pada dirinya meliputi citra
dirinya. Ideal dirinya harga dirinya, penampilan peran serta identitas dirinya secara
positif. Hal ini akan menunjukan bahwa individu itu akan menjadi individu yang sukses.
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, termasuk
kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak, berguna, pesimis tidak ada harapan dan
putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah yaitu
mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang
diarahkan kepada orang lain, ganguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa
bersalah, perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara
sosial, khawatir, serta menarik diri dari realitas.
Keracuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
Adapun perilaku yang berhubungan dengan keracuan identitas yaitu tidak ada kode
moral, sifat kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal eksploitatif, perasaan
hampa. Perasaan mengambang tentang diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidak
mampuan untuk empati terhadaapa orang lain.
Despersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis dimana klien tidak dapat
membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya. Individu mengalami kesulitan untuk
membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan
asing baginya.

7
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 24 Agustus 2021


Tanggal Masuk : 16 Juli 2021
Ruang : Perkasa

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 31 Tahun
Alamat : Klaten
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidika : SMP
Pekerjaan : Petani
No. CM : 010137
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. B
Hubungan dengan Klien : Ibu Kandung
Alamat : Klaten

II. KELUHAN UTAMA


Klien mengatakan disuruh ibunya untuk melanjutkan berobat, sering menyendiri dikamar,
bicara sedikit, sulit komunikasi.

III. ALASAN MASUK


2 bulan sebelum masuk RSJ klien sering menyendiri, membakar barang, bicara sedikit,
sulit kominikasi, bicara sendiri dan sulit tidur.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa ±3 tahun yang lalu, pernah rawat jalan di
RSJD.SOEDJARWADI KLATEN.
2. Kontrol tidak rutin, pengobatan kurang berhasil
3. Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.

8
4. Klien mempunyai pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan yaitu ia pernah
ditinggalkan kekasihnya.

V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5 ºC
Pernafasan : 26 x/menit
B. Ukuran
Tinggi badan : 179 cm
Berat badan : 62 Kg
C. Kondisi Fisik :
Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, tidak ada kelainan fisik.

VI. PSIKOSOSIAL
A. Genogram

Ket : : Laki-laki : Klien


: Perempuan : Meninggal
: Tinggal serumah
Jelaskan : klien tinggal bersama kedua orang tua, kakak dan adik nya, tidak ada keluarga yang
mengalami masalah gangguan mental seperti klien

B. Konsep Diri
Citra Tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah mata
karena bisa melihat.

9
Identitas : Klien mengatakan anak ke-2 dari 3 bersaudara.
Peran : Klien mengatakan di dalam keluarganya atau dirumah sebagai anak.
Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, merasa bosan
dan ingin bekerja lagi.
Harga diri : Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan orang lain
selain ibu dan adiknya,klien merasa tidak pantas jika berada
diantara orang lain, kurang interaksi sosial.
Masalah Keperawatan : harga diri rendah

C. Hubungan Sosial
Orang yang dekat dengan klien adalah ibu dan adiknya.
Peran serta kelompok / masyarakat : Sebelum klien sakit sering mengikuti gotong
royong didesanya.
Hambatan dalam hubungan dengan orang lain: Selama klien rawat jalan / berobat
jalan temannya berkurang karena
klien malu berkomunikasi.
Masalah Kepeawatan : Menarik diri

D. Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat dalam 5x sehari, jika sholat klien shabis sholat
klien berdoa agar cepat sembuh.

VII. STATUS MENTAL


A. Penampilan : Penampilan klien kurang rapi, rambut jarang disisir, klien
menggunakan baju yang disediakan diRSJ.
B. Pembicaraa : Klien berbicara lambat tetapi dapat tercapai dan dapat dipahami.
C. Aktivitas Motorik : Klien labih banyak menunduk, aktivitas klien menyesuaikan.
D. Alam perasaan : Klien mengatakan bosan diRSJ ingin cepat sembuh dan pulang,
klien sedih belum bisa bertemu ibu.
E. Afek : Klien tidak sesuai dalam berfikir, bicara klien lambat
F. Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang karena menunduk,sesekali
klien menengadah,selalu menjawab jika ditanya.
G. Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
H. Pola Fikir : Tidak ada waham.

10
I. Tingkat kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat pengkajian, hari
jum’at tanggal 11 januari 2013 jam 16.30 WIB,hari
berikutnya juga klien sadar hari sabtu tanggal 12 januari
2013.
J. Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.
K. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien berhitung lancar, contoh 20 – 15= 5
L. Kemampuan Penilaian : Klien mampu menilai antara masuk kamar setelah
makan atau membiarkan kursi tidak rapi, klien
memilih membereskan kursi.
M. Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah sakit jiwa.

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore, minum ± 6 gelas / hari, mandiri.
2. BAB / BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ± 4x sehari, mandiri.
3. Mandi
Klien mandi 2x sehari, pagi dan sore, gosok gigi setiap kali mandi, mandiri.
4. Berpakaian / berhias
Klien mampu berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain.
5. Istirahat dan Tidur
s s
Klien lebih banyak tiduran, tidur siang 12.30 15.00 WIB,tidur malam jam 20.00
d d
04.30 WIB.
6. Penggunaan obat
Klien minum obat 3x sehari setelah makan. Haloperidol 2x5 mg, trihexiperidine 2x2 mg.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien sudah pernah periksa diRSJD SOEDJARWADI KLATEN tetapi rawat jalan.
8. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien dirumah membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah

IX. MEKANISME KOPING


A. Klien mampu berbicara dengan orang lain,terlihat malu
B. Klien mampu menjaga kebersihan diri sendiri
C. Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain,lebih suka diam.
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.

11
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
A. Masalah berhubungan dengan lingkungan : Klien menarik diri dari lingkungan
B. Masalah dengan kesehatan (-)
C. Masalah dengan perumahan :Klien tinggal dengan kedua orang tua dan 2 saudaranya.
D. Masalah dengan Ekonomi : Kebutuhan klien dipenuhi oleh ibunya.

XI. ASPEK MEDIK


A. Diagnosa Medis
Schizofrenia
B. Terapi
- Haloperidol 2x5 mg
- Trihexiperidine 2x2 mg

XII. MASALAH KEPERAWATAN


A. Harga Diri Rendah
B. Menarik Diri
C. Koping Individu Tidak Efektif
XIII. POHON MASALAH
Iaolasi social : Menarik Diri ( Efek )

Harga Diri Rendah ( Core problem )

Koping Individu Tidak Efektif ( Causa / Penyebab )

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Harga Diri Rendah
2. isolasi social: menarik diri
3. Koping Individu Tidak Efektif

XV. ANALISA DATA


No Data Problem
1. Ds : Harga Diri Rendah
- Klien mengatakan reman berkurang

12
semenjak sakit
- Klien malu dengan teman karena
klien merasa tidak pantas diantara
mereka
Do :
- Klien tampak malu saat berbicara
2. DS : Isolasi social :
- Klien mengatakan sering Menarik Diri
menunduk, kurangnya interaksi
sosial
DO :
- Klien tampak menyendiri

3 DS : Koping Tidak Efektif


- Klien mampu jika ada masalah (Individu)
tidak menceritakan kepada orang
lain,lebih suka diam
DO :
- Klien tampak malu saat bicara

13
XVI. RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. A DX Medis : Skizofrenia


RM No. : 010137 Ruangan : Perkasa

No Dx. Rencana Tindakan keperawatan Rasionalisasi


Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
. Keperawatan
1. Gangguan TUM
Dkonsep diri : Klien dapat

harga Diri berhubungan dengan


orang lain secara
Rendah
optimal.

 Klien ekspresi wajah


TUK 1 1. Beri salam / panggil nama Hubungan saling percaya sebagai
bersahabat.
2. yang disukai dasar iteraksi yang terapeutik antara
Klien dapat membina  Klien menunjukan rasa
3. Jelaskan BHSP dengan perawat dan klien
hubungan saling percaya senang.
komunikasi terapeutik
 Klien mau kontak mata.
4. Memperkenalkan diri dengan
 Klien mau berjabat
sopan
tangan.
5. Tanyakan nama lengkap dan
 Klien mau membalas
panggilan tujuan
salam.
6. Jujur dan menepati janji
 Klien mau duduk
7. Tunjukan sikap empati dan
berdampingan dengan
menerima klien apa adanya
perawat.
8. Lakukan kontak singkat tapi
 Klien mau menyebut
14
nama dan mau sering
mengutaraka masalah
yang dihadapi.
TUK 2  Klien mampu 1. Diskusikan kemampuan dan
Klien dapat mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki
mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki 2. Hindarkan dari penilaian yang

kemampuan dan aspek  Aspek positif keluarga negative Utamakan pemberian


 Aspek positif lingkungan pujian yang realistic
positif yang dimiliki
yang dimilii klien
TUK 3 Klien mampu menilai 1. Diskusikan kemampuan yang
Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki dapat digunakan selama sakit
kemampuan yang dimiliki selama sakit 2. Diskusikan kemampuan yang
dapat ditunjukan penggunaannya

TUK 4 Klien dapat membuat 1. Rencanakan bersama klien


Klien dapat menetapkan rencana kegiatan harian aktifitas yang dapat dilakukan
perencanaan kegiatan setiap hari

sesuai dengan 2. Kegiatan mandiri


3. Dibantu sebagian
kemampuannya
4. Dengan bantuan total
5. Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan toleransi kondisi klien
6. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh klien
lakukan
TUK 5 Klien melakukan kegiatan 1. Berikesempatan klien untuk
Klien dapat melakukan yang sesuai dengankondisi mencoba kegiatan yang telah
kegiatan sesuai kondisi direncanakan
15
sakit dan kemampuannya sakit dan kemampuannya 2. Beri pujian atas keberhasilan
klien
3. Diskusikan kemungkinan
melaksanakan dirumah
TUK 6  Klien dapat 1. Beri pendidikan kesehatan cara
Klien dapat memanfaatkan memanfaatkan system perawatan klien dengan Harga
sistem pendukung yang pendukung dikeluarga Diri Rendah

ada secara optimal 2. Bantu keluarga menyiapkan


 Klien daoat lingkungan di rumah.
memanfaatkan system
pendukung dilingkungan
sekitar

2. Isolasi sosial : TUM :


Menarik diri Klien dapat berhubungan
dengan orang lain secara
optimal

TUK 1 :
Klien dapat membina Ekspresi wajah bersahabat, Bina hubungan saling percaya Memotivasi klien memandang dirinya
hubungan saling percaya menunjukkan rasa senang, dengan komunikasi terpeutik: secara positif.
ada kontak mata, mau a. Salam terpeutik
berjabat tangan, b. Perkenalkan diri
menyebutkan nama, c. Jelaskan tujuan interaksi
manjawab salam, klien d. Ciptakan lingkungan yang
mau duduk berdampingan tenan
16
dengan perawat. e. Buat kontrak yang jelas
f. Tepati waktu

TUK 2 : Setelah 4x pertemuan Diskusikan kemampuan Penilaian negatif semakin menambah


Klien dapat klien dapat dan aspek positif yang rasa tidak percaya diri
mengidentifikasi mengidentifikasi dimiliki klien Pemberian pujian dapat meningkatkan
kemampuan positif yang kemampuan dan aspek Setiap bertemu klien harga diri klien
dimiliki positifyang dimiliki : dihindarkan dari memberi Memotivasi klien mengidentifikasi
a. Aspek intelektual penilaian negatif kegiatan selama sakit
b. Aspek sosial Utamakan memberi pujian
budaya yang realistis
c. Aspek fisik
d. Aspek emosional /
kepribadian yang
dimiliki klien

TUK 3 Setelah 6x pertemuan Diskusikan dengan klien Membantu klien mengembangkan


Klien dapat menilai klien dapat kemampuan yang masih kemampuan yang ada pada dirinya
kemampuan yang menyebutkan dapat digunakan selama
digunakan kemampuan yang sakit
dapat digunakan. Diskusikan dengan klien
kemampuan yang dapat
diperlihatkan
penggunaannya

17
TUK 4 Setelah 7x pertemuan Rencanakan bersama klien Membantu klien mengembangkan
Klien dapat (menetapkan) klien dapat membuat aktifitas yang dapat kemampuan yang ada pada dirinya
merencanakan kegiatan rencana kegiatan dilanjutkan setiap hari
sesuai dengan kemampuan harian sesuai kemampuan:
yang dimiliki a. Kegiatan mandiri
b. Kegiatan dengan
bantuan sebagian
c. Kegiatan yang membu
tuhkan bantuan total

Tingkatkan kegiatan sesuai


dengan toleransi kondisi
klien
Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan yang
klien lakukan

TUK 5 Setelah 10x pertemuan 1. Beri kesempatan pada klien Memberikan klien gambaran tentang
Klien dapat melakukan klien dapat melakuan untuk mencoba kegiatan kemampuannya
kegiatan sesuai kondisi kegiatan sesuai dengan yang telah direncanakan Memberi rol model bagi klien
sakit dan kemampuannya kondisi sakit dan 2. Beri pujian atas keberhasilan sehingga mudah bagi klien untuk
kemampaunnya klien melakukan kegiatan
3. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan dirumah
TUK 6 Setelah 11 x Beri pendidikan kesehatan Untuk memotivasi dan
18
Klien dapat memanfatkan pertemuan klien dapat pada keluarga tentang cara mempertahankan aspek positif dan
system pendukung yang memanfaatkan sytem merawat klien dengan harga keluarga mempunyai arti penting bagi
ada pendukung yang ada diri klien
dikeluarga Bantu keluarga memberi
dukungan selama klien
dirawat, bantu keluarga
menyiapkan lingkungan
dirumah
4. Koping Individu TUM
Tidak Efektif Klien dapat melakukan
keputusan yang efektif untuk
mengendalikan situasi
kehidupan yang demikian
menurunkan perasaan rendah
diri

TUK 1  Klien mampu duduk 1. Lakukan pendekatan dengan


Klien dapat menbina berdampingan dengan baik, menerima klien apa
hubungan terapeutik perawat adanya dan bersikap empati

dengan perawat  Klien mampu berbincang 2. Cepat mengendalikan perasaan


- bincang dengan perawat dan reaksi perawatan diri
Klien mampu merespon sendiri misalnya rasa marah

tindakan perawat ,empati.


3. Sediakan waktu untuk
berdiskusi dan bina hubungan
yang sopan.

19
4. Berikan kesempatan kepada
klien untuk merespon.
TUK 2  Klien dapat 1. Tunjukan emosional yang
Klien dapat mengenali dan mengungkapkan sesuai
mengekspresikan perasaannya 2. Gunakan tekhnik komunikasi

emosinya  Klien mampu mengenali terapeutik terbuka,


emosinya dan dapat 3. Bantu klien mengekspresikan
mengekspresikannya perasaannya
4. Bantu klien
mengidentifikasikan situasi
kehidupan yang tidak berada
dalam kemampuan dan
mengontrolnya
5. Dorong untuk menyatakan
secara verbal perasaan –
perasaan yang berhubungan
dengan ketidak mampuannya.
TUK 3  Klien dapat 1. Diskusikan masalah yang
Klien dapat memodifikasi mengidentifikasi dihadapi klien dengan
pola kognitif yang negative pemikiran yang negatif memintanya untuk
Klien dpat menurunkan menyimpulkannya

penilaian yang negatifpada 2. Identifikasi pemikiran negatif

dirinya. klien dan bantu untuk


menurunkan melalui interupsi
dan substitusi
3. Evaluasi ketetapan persepsi
logika dan kesimpulan yang

20
dibuat klien
4. Kurangi penilaian klien yang
negatif terhadap dirinya
5. Bantu klien menerima nilai
yang dimilikinya atau
perilakunya atau perubahan
yang terjadi pada dirinya.
TUK 4  Klien mampu 1. Libatkan klien dalam
Klien dapat berpartisipasi menentukan kebutuhan menetapkan tujuan yang ingin
dalam mengambil untuk perawatan pada dicapai

keputusan yang berkenan dirinya 2. Motivasi klien untuk membuat


 Klien dapat berpartisipasi jadwal aktivitas perawatan
dengan perawatan dirinya
dalam pengambilan dirinya
keputusan 3. Berikan privasi sesuai kebutuhan
yang ditentukan
4. Berikan reinsforcement posotif
tentang pencapaian kegiatan
yang telah sesuai dengan
keputusan yang ditentukannya

XVII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


No. Diagnosa No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan/
Tujuan
Gangguan 1. Bina hubungan saling percaya dengan : S:
konsep diri :  Menyapa klien dengan ramah  Klien menjawab salam dan mengatakan selamat
21
Harga diri  Memperkenalkan diri dengan sopan pagi,menyebutkan nama dan alamat
rendah  Menanyakan nama lengkap serta alamat O:
klien  Klien mau berjabat tangan
 Menunjukan sikap empati, jujur dan  Klien mau duduk berdampingan dengan perawat
menempati janji  Klien mau mengutarakan masalahnya
 Menanyakan masalah yang dihadapi
A : SP 1 tercapai
Pp :
Lanjutkan SP 2 adakan kontrak waktu pertemuan berikutnya.
Pk :
Anjurkan klien untuk dapat menyapa perawat jika bertemu dan
percaya jika perawat akan membantu masalah yang dihadapi
Isolasi 2. Bina hubungan terapeutik dengan perawat S :
sosial : dengan :  Klien mau duduk berdampingan dengan perawat
Menarik diri  Pendekatan dengan baik ,menerima klien apa O :
adanya  Klien mampu berbincang – bincang dengan perawat
 Mengidentifikasi perasaan dan reaksi  Klien mampu merespon tindakan perawat.
perawatan diri sendiri A : SP 2 tercapai
 Menyediakan waktu untuk bina hubungan P :
yang sopan - Lanjutkan SP 3 adakan kontrak waktu pertemuan berikutnya.
 Menberikan kesempatan untuk merespon
- Anjurkan klien mampu berkomunikasi,mampu memulai
berbicara dan tidak janggung.
3. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek S :
positif yang dimiliki dengan :  Klien mengatakan cara penilaian positif tidak boleh berfikir
 Membantu mengidentifikasi dengan jelek terhadap orang lain,sopan santun dan ramah yang
aspek yang positif diutamakan.
 Mendorong agar berpenilaian positif O:
 Membantu mengungkapkan perasaannya  Klien dapat mengungkapkan perasaannya
A : SP 3 teratasi sebagian
P:
- lanjutkan SP 1 keluarga
- Anjurkan klien untuk mempertahankan hubungan saling
percaya berinteraksi secara terarah.

22
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Harga diri rendah pada klien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan pola pikir
terhadap diri sendiri dan orang lain. Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap
dirinya sendiri menyebabkan kehilangan rasa percaya diri, pesimis dan tidak berharga
dikehidupan. Harga diri rendah adalah evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
disertai kurangnya perawatan diri tidak berani menatap lawan bicara lebih banyak menunduk,
berbicara lambat dan suara lemah (Meryana, 2017)

2. Saran
Keluarga dapat ikut serta dalam memberikan asuhan keperawatan klien harga diri rendah
sehingga klien merasa ada dukungan yang dapat mempercepat penyembuhan penyakitnya.
Perawat diharapkan mampu berkoordinasi dengan tim kesehatan yang lain yakni dokter, dan ahli
gizi karena menangani klien membutuhkan asuhan keperawatan yang mengutamakan rasa
nyaman , care, kepedulian dan kesabaran pada umumnya dan khususnya pada klien Harga diri
rendah diharapkan tenaga kesehatan lebih mengutamakan pelayanan yang mampu membina
hubungan saling percaya dan hubungan terapeutik guan memberikan rasa nyaman dan
keterbukaan sehingga masalah cepat tertasi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti & Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika


Aditama
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Febriana et.al, 2016. Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap Harga Diri Remaja Korban
Bullying Vol. 4, No. 1. Jurnal Ilmu Keperawatan.

24

Anda mungkin juga menyukai