DISUSUN OLEH :
SUPRIADI
891201025
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit DM merupakan kondisi dimana insulin yang tidak terkontrol
meningkatkan konsentrasi gula dalam darah dan akibat ketidakmampuan tubuh
dalam memproduksi insulin memperberat kondisi tersebut, situasi ini dikenal
dengan hiperglikemia. Kadar gula dalam darah yang tinggi tersebut akan
mempengaruhi terjadinya kerusakan pada tubuh serta kegagalan berbagai
jaringan dan organ (Landani, 2018).
Penderita diabetes mellitus yang melakukan latihan fisik dengan teratur
akan meningkatkan toleransi insulin terhadap gula darah (Landani, 2018).
Kestabilan kadar glukosa darah saat ini belum bisa dilakukan karena kurangnya
kesadaran masyarakat untuk melakukan aktifitas fisik seperti olahraga ringan
yang sangat berperan dalam pengaturan kadar glukosa darah (Astuti, 2017).
Penderita diabetes mellitus di Indonesia didapatkan hasil data
Internasional Diabetes Federation (2017) yang mencapai angka 10,3 juta orang,
angka tersebut akan diprediksi terus meningkat menjadi 16,7 juta orang pada
tahun 2045. Hasil riset kesehatan dasar menyebutkan pemeriksaan gula darah
oleh penderita DM di Indonesia sebanyak 10,9% (RISKESDAS, 2018).
Penyakit DM dikota Pontianak pada tahun 2017 masuk dalam daftar sepuluh
penyakit terbanyak diderita. Jumlah kasusnya terbanyak 11.936 dengan jumlah
kasus terbanyak kedua sejumlah 2.041 di wilayah Pontianak Kota (Dinkes
Kota Pontianak, 2017).
Dampak yang ditimbulkan oleh penyakit diabetes mellitus antara lain
hipoglikemia, ketoasidosis diabetik, sindrom hiperglikemi hiperosmolar
nonketotik (HHNK), kerusakan retina mata, kerusakan ginjal, kerusakan
syaraf, komplikasi pembuluh darah besar dan penyakit serebrovaskuler
(PERKENI, 2015). Komplikasi penyakit DM dapat menyebabkan kematian
dan merupakan penyakit yang akan diderita seumur hidup (IDF,2015).
Komplikasi penyakit DM dapat dicegah dengan cara mengendalikan kadar gula
dara, salah satunya dengan melakukan aktifitas fisik secara rutin (Astuti, 2017).
Jenis diabetes melitus Tipe 1 (IDDM = Insulin-Dependent-Diabetes-
Mellitus), merupakan penyakit Diabetes melitus yang disebabkan oleh
penyakit autoimun. Dimana sistem kekebalan tubuh dapat menyerang dan
menghancurkan sel-sel beta pada pankreas untuk menghasilkan insulin.
Meskipun ada dugaan hal ini dipicu oleh genetik atau
lingkungan, penyebab pasti diabetes melitus tipe 1 tidak sepenuhnya diketahui.
Jenis Diabetes Melitus Tipe 2 (NIDDM = Non-Insulin-Dependent-Diabetes-
Mellitus), yaitu Jenis diabetes melitus yang paling berkembang secara bertahap
seiring dengan usia yang ditandai dengan menolak sinyal dari hormon insulin
dalam tubuh, karena kinerja insulin tidak berfungsi dengan baik, beberapa
sel lemak tubuh, sel hati, dan sel-sel otot tidak dapat mengambil dan
menyimpan glukosa. Kegagalan penyimpanan glukosa ini mengakibatkan
kadar glukosa berada dalam darah sangat tinggi. Penumpukan gula darah
(glukosa) yang berlebihan dapat menyebabkan resiko infeksi
dan gangguan fungsi pada tubuh. Diabetes Gestational di artikan sebagai jenis
diabetes melitus yang terjadi pada saat ibu hamil akibat dari peningkatan gula
darah selama kehamilan. Diabetes gestasional telah diketahui dapat
mempengaruhi sekitar 3-8% wanita. Diabetes Gestasional tidak diobati, maka
dapat menyebabkan masalah seperti berat lahir bayi besar (lebih dari 4
kilogram), masalah pernapasan pada bayi dan kesulitan saat persalinan normal
(Astuti, 2017).
Diabetes melitus tipe 2 banyak terjadi pada orang yang kelebihan berat
badan karena lemak yang dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk
menggunakan insulin. Namun demikian, tipe 2 juga dapat terjadi pada orang
kurus dan orang tua. Kisah keluarga dapat memainkan sebuah peran utama
dalam diabetes melitus tipe 2 dikombinasikan dengan pola hidup yang tidak
sehat. Pola hidup yang tidak sehat tersebut meliputi aktivitas fisik yang kurang
dan pola makan yang tidak sehat (Astuti, 2017).
Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung
oleh situasi. Kecemasan merupakan alat peringkat internal yang memberikan
tanda bahaya kepada individu (Videbeck, 2008). Kecemasan akan meningkat
ketika individu membayangkan terjadinya perubahan dalam hidupnya dimasa
depan akibat penyakit atau akibat dari proses penanganan suatu penyakit, serta
mengalami kekurangan informasi mengenai sifat suatu penyakit dan
penanganannya dengan cara terapi murrotal (Lubis, 2009).
Terapi murottal memiliki aspek yang sangat diperlukan dalam mengatasi
kecemasan, yakni kemampuannya membentuk koping baru untuk mengatasi
kecemasan. Terapi murottal memiliki dua poin penting, yaitu memiliki irama
yang indah dan juga secara psikologis dapat memotivasi dan memberikan
dorongan semangat dalam menghadapi masalah yang sedang dihadapi.
(Faradisi, 2012). Sebagaimana Allah Subhanu Wa Ta’alamenurunkan Al-
Qur’an kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai penyembuh
bagi kaum mukmin. Sesuai dengan Firmannya : “Ketahuilah, hanya dengan
mengingat Allah (zikrullah) hati menjadi tenang”. Q-s Ar-Ra’d ayat 28.
Niscaya hati akan merasakan getaran iman, hati tetap selalu tenang, sehingga
tidak larut memikirkan beban perasaan dan kecemasan.
Murottal merupakan rekaman suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh
seorang qori’. Suara Al-Qur’an ibarat gelombang suara yang memiliki ketukan
dan gelombang tertentu, menyebar dalam tubuh kemudian menjadi getaran
yang bisa mempengaruhi fungsi gerak sel dan membuat keseimbangan di
dalamnya. Menurut Abdurrachman (2008) stimulan murottal Al-Qur’an dapat
dijadikan alternatif terapi relaksasi bahkan lebih baik dibandingkan terapi
audio lainnya karena stimulan Al-Qur’an dapat memunculkan gelombang delta
sebesar 63%, gelombang delta merupakan gelombang yang mengindikasikan
bahwa kondisi responden dalam kodisi sangat rileks. Sehingga dapat
mengurangi kecemasan, nyeri, dan mempercepat proses penyembuhan
penyakit.
Hasil penelitian yang telah dilakukan Dr. Al Qadhi, direktur utama
Islamic Medicine Institute For Education and Research di Florida, Amerika
Serikat, tentang pengaruh mendengarkan ayat suci Al-Qur’an pada manusia
terhadap perspektif fisiologis dan psikologis. Berhasil membuktikan hanya
dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dapat merasakan perubahan
fisiologis dan psikologis yang sangat besar. Dari hasil penelitian tersebut
menunjukkan 97%, bahwa mendengarkan ayat suci Al-Qur’an mampu
mendatangkan ketenangan dan menurunkan ketegangan urat syaraf reflektif
(Faradisi, 2012).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penulisan karya ilmiah akhir ners yang berjudul analisis praktik
klinik keperawatan pada pasien diabetes mellitus (DM) dengan intervensi
kombinasi aromaterapi mawar dan murottal al qur’an surah ar rahman terhadap
kecemasan pasien di Puskesmas.
B. Perumusan masalah
“Bagaimanakah analisis penerapan terapi murottal al qur’an (surah ar-
rahman) terhadap penurunan tanda dan gejala kecemasan pada Tn. S dengan
penyakit diabetes melitus di Pontianak Kota?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penulisan karya ilmiah akhir ners (KIAN) ini bertujuan untuk melakakukan
analisa terhadap kasus kelolaan pada kecemasan klien diabetes melitus yang
dilakukan di Puskesmas Kota Pontianak.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisa kasus kelolaan pada kecemasan klien dengan diagnosa
diabetes melitus di Puskesmas Pontianak Kota.
b. Menganalisis intervensi inovasi teknik Murottal Al Quran Surah Ar
Rahman terhadap kecemasan di Puskesmas Pontianak Kota.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pasien
Diharapkan intervensi inovasi aromaterapi mawar dan murottal al qur’an ini
dapat diterapkan oleh pasien sebagai salah satu tindakan alternatif untuk
mengurangi tingkat kecemasan yang dirasakan pasien.
2. Bagi Perawat
Diharapkan intervensi ini dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan
pasien dengan diabetes melitus dengan menggunakan teknik murottal al
quran surah ar rahman dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh perawat khususnya.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan intervensi ini dapat diaplikasikan dan juga bisa memotivasi
untuk memberikan intervensi yang lainnya.
4. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam melakukan analisa
intervensi murottal al qur’an surah ar rahman terhadap penurunan
kecemasan pada pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan
pula obatnya. Ada yang tahu, dan ada juga yang tidak tahu “ (H.R.
Ahmad, shahih)
Hadist di Atas menerangkan bahwa “Untuk setiap penyakit ada
obatnya” memberikan penguatan jiwa kepada orang sakit. Dan juga
memberikan dorongan untuk mencari obat Karena jika seorang yang
sakit meyakini bahwa ada obat yang dapat menyembuhkan penyakitnya,
maka terbukalah pintu harapan baginya dan hilanglah keputusasaan dari
dalam dirinya. Ketika semangat telah meningkat, maka daya tahan
tubuh yang mendukung tubuhnya juga akan meningkat sehingga mampu
mengatasi, bahkan menolak penyakit.
8. Komplikasi Diabetes Melitus
Menurut Purnomo (2009), kadar gula darah yang tinggi dapat
menimbulkan komplikasi jika tidak dikendalikan. Peningkatan kadar gula
darah dalam waktu yang lama bisa merusak pembuluh darah, jantung, otak,
mata, ginjal, saraf, kulit, dan jaringan tubuh lainnya. Beberapa komplikasi
diabetes melitus tersebut sebagai berikut.
a. Hipertensi dan penyakit jantung
Gula yang terlalu tinggi dalam darah dapat menempel pada dinding
pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menebal. Kadar gula darah
yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan kadar lemak dalam darah
meningkat. Hal ini akan mempercepat terjadinya pembuluh darah.
Akibatnya, tekanan darah meningkat dan terjadinya hipertensi.
b. Katarak
Katarak adalah penyakit atau kerusakan pada mata yang menyebabkan
lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh, sehingga
cahaya tidak dapat menembusnya. Kaitannya dengan penyakit diabetes
melitus, katarak merupakan efek sekunder yang timbul dari penyakit lain.
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal terjadi ketika kedua ginjal mengalami kerusakan permanen
dan tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya, yaitu untuk
menyaring darah. Kaitannya dengan penyakit diabetes melitus, kadar
gula darah yang tinggi akan memperberat kerja ginjal dalam menyaring
darah. Jika keadaan ini terus berlanjut, maka dapat menyebabkan gagal
ginjal.
d. Gangguan pada saraf
Jika saraf yang terhubung ke tangan,tungkai, dan kaki mengalami
kerusakan, maka penderita akan sering mengalami sensasi kesemutan
atau nyeri, seperti terbakar, dan terasa lemah pada lengan dan tungkai.
Kerusakan saraf juga dapat menyebabkan kulit lebih sering mengalami
cedera, karena penderita tidak dapat merasakan perubahan tekanan
maupun suhu.
e. Luka yang susah sembuh dan gangren
Berkurangnya aliran darah ke sel-sel kulit juga bisa menyebabkan
penderita mudah luka dan proses penyembuhan luka berjalan lambat.
Luka di kaki bisa sangat dalam dan rentan mengalami infeksi, karena
masa penyembuhannya agak lama. Dalam beberapa kasus, sebagian
tungkai penderita harus di amputasi untuk menyelamatkan jiwanya.
D. Tinjauan tentang Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Tingkat
Kecemasan
Para ilmuwan menemukan bahwa sel-sel tubuh dipengaruhi oleh
berbagai getaran, salah satunya adalah gelombang suara. Gelombang suara
ini menyebar di udara dan kemudian ditangkap oleh telinga, kemudian
berubah menjadi sinyal elektrik dan bergerak melalui saraf suara menuju
kulit accoustic bark pada otak, sel-sel terkait dengan gelombang tersebut
dan bergerak ke dalam berbagai bagian otak, terutama di bagian depan,
semua bagian ini bekerjasama sesuai dengan sinyal-sinyal tersebut dan
menerjemahkan mereka ke dalam bahasa yang dipahami oleh manusia.
Dengan demikian, otak menganalisa sinyal-sinyal tersebut dan memberikan
perintah-perintah ke berbagai bagian tubuh untuk terhubung dengan sinyal-
sinyal itu.
Suara yang didengar manusia terdiri dari getaran mekanik yang
mencapai telinga kemudian sel-sel otak yang terhubung dengan getaran-
getaran itu dan mengubah getaran-getarannya sendiri. Dengan demikian,
suara dianggap sebuah kekuatan penyembuhan yang efektif, tergantung
pada sifat suara dan frekuensinya. Manusia bisa menemukan kekuatan
penyembuhan itu di dalam Al- Qur’an karena itu kitab Allah (Ayudiah,
2013).
Hans Jenny (1960) menemukan bahwa suara mempengaruhi berbagai
material dan memperbarui partikel-partikelnya, dan bahwa setiap sel tubuh
memiliki suaranya sendiri dan akan terpengaruh oleh pembaruan suara serta
meterial di dalamnya. Berkaitan dengan hal itu, Fabien Maman dan
Sternheimer (1974) mengemukakan bahwa setiap bagian tubuh memiliki
sistem getaran sendiri, sesuai dengan hukum fisika. Beberapa tahun
kemudian, Febian dan Grimal, menemukan bahwa suara mempengaruhi sel-
sel terutama sel-sel kanker, dan bahwa suara-suara tertentu memiliki
pengaruh yang kuat (Hadi, 2010).
Djohan (2009) mengatakan, Suara memiliki efek terapeutik pada
pikiran dan tubuh, serta mempengaruhi fisiologi tubuh pada aktivasi
sekunder pada neokorteks, dan beruntun ke dalam sistem limbik,
hipotalamus, dan sistem saraf otonom. Lantunan ayat suci Al-Qur’an
menciptakan sekelompok frekuensi yang mencapai telinga kemudian
bergerak ke sel-sel otak dan mempengaruhinya melalui medan-medan
elektromagnetik. Frekuensi ini yang dihasilkan dalam sel- sel ini. Sel-sel itu
akan merespon medan-medan tersebut dan memodifikasi getaran-
getarannya, perubahan pada getaran ini adalah apa yang manusia rasakan
dan pahami setelah mengalami dan mengulang. Hal ini adalah sistem alami
yang Allah ciptakan pada sel-sel otak dan merupakan sistem keseimbangan
alami (Hadi, 2010).
Mekanisme terjadinya penurunan tingkat kecemasan pasien Dibetes
Melitus yang diberikan terapi murottal Al-Qur’an, yaitu suara murottal Al-
Qur’an didengar melalui telinga, suara tersebut ditransmisikan melalui
Ossicles di telinga tengah, dan melalui cairan cochlear, berjalan menuju
telinga dalam, yaitu di membran basilaris cochlea yang merupakan area
resonansi dan berperan terhadap frekuensi getaran yang bervariasi. Rambut
silia sebagai sensori reseptor akan mengubah frekuensi getaran tersebut
menjadi getaran elektrik yang akan terhubung lansung dengan ujung nervus
pendengaran (nervus auditori), nervus auditori tersebut menghantarkan
sinyal ini ke korteks auditori di lobus temporal. Kemudian korteks auditori
primer menerima input dan mempersepsikan pitch/irama tersebut.
Selanjutnya korteks auditori sekunder lebih lanjut memproses interpretasi
suara tersebut, kemudian merespon terapi murottal Al- Qur’an sebagai
tafsirannya (Ayudiah, 2013).
Lantunan Al-Qur’an dapat menurunkan hormon-hormon stress,
mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan
mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas, dan tegang, memperbaiki
sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta
memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktifitas
gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih lambat tersebut sangat baik
menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan
metabolisme yang lebih baik. Murottal Al-Qur’an mampu memacu sistem
saraf parasimpatis yang mempunyai efek berlawanan dengan sistem saraf
simpatis. Sehingga terjadi keseimbangan pada kedua sistem saraf otonom
tersebut. Hal inilah yang menjadi prinsip dasar dari timbulnya respon
relaksasi, yakni terjadi keseimbangan antara sistem saraf simpatis dan saraf
parasimpatis (Indrajati, 2013).
E. Tinjauan Tentang Kecemasan Pada Pasien Diabetes Melitus
Individu yang mengidap diabetes mellitus pada umumnya menghadapi
masalah yang cukup kompleks berkaitan dengan penyakit yang diderita
sehingga dapat dipastikan bahwa segi emosional seorang pasien diabetes
sangat mellitus sangat bergejolak, banyak sikap yang akan dimunculkan dan
salah satunya adalah munculnya rasa cemas terhadap komplikasi akibat
diabetes, dan sebagainya.
Manajemen emosional yang kurang baik pada individu justru akan
meningkatkan kadar gula darah yang jauh lebih cepat dibandingkan akibat
pengonsumsian makanan secara sembrono. Diabetes pasien akan semakin
memburuk saat pasien dalam keadaan cemas dan masalah emosional ini
menyebabkan kadar gula berada dalam keadaan tinggi secara kronis
(Christian, 2007). Saat gula darah pasien diabetes mellitus mulai meningkat
akan muncul beberapa gejala yang menandai meningkatnya kadar gula
darah dalam tubuh seseorang, pasien sadar bahwa suatu hari nanti ada
kemungkinan pasien akan mengalami salah satu dari beberapa komplikasi
dari penyakit diabetes mellitus, dan komplikasi tersebut akan membawa
pasien pada kematian.