Anda di halaman 1dari 11

GAMBARAN GDS PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2

(DMT2) YANG BEROLAHRAGA SEPEDA DI PONTIANAK

KOTA

Arnanda Putra Murtri Pratama


STIK MUHAMMADIYAH

ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit DMT2 merupakan kondisi dimana insulin yang tidak terkontrol
meningkatkan konsentrasi gula dalam darah dan akibat ketidakmampuan tubuh dalam
memproduksi insulin memperberat kondisi tersebut, situasi ini dikenal dengan hiperglikemia.
Kadar gula dalam darah yang tinggi tersebut akan mempengaruhi terjadinya. Tujuan: untuk
mengetahui gambaran gula darah sewaktu penderita diabetes mellitus tipe 2 yang melakukan
berolah raga bersepeda di Pontianak Kota. Metode: deskriptif kuantitatif artinya untuk
menggambarkan, menjelaskan, atau meringkaskan berbagai kondisi, situasi, fenomena, atau
berbagai variabel penelitian menurut kejadian sebagaimana adanya yang dapat dipotret,
diwawancara, diobservasi, serta yang dapat diungkapkan melalui bahan-bahan dokumenter.
Hasil: kadar gula darah sewaktu bersepeda sebanyak 28 orang (93.3%), sedangkan sebagian
kecil kadar glukosa darah mengalami kenaikan sebanyak 2 orang (6.7%). Kesimpulan:
adanya pengaruh bersepeda pada penderita diabetes mellitus tipe2, dapat menurunkan kadar
gula darah, karena sel-sel otot rangka tidak bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa,
hal ini terbukti dengan penurunan kadar glukosa darah dan konsentrasi HbA1c.

Kata kunci: Diabetes Militus tipe 2, bersepeda, kadar glukosa

IMAGE OF BLOOD SUGAR DURING TYPE 2 DIABETES

1
MELLITUS PATIENTS WHO EXERCISE BICYCLE IN
PONTIANAK CITY

Arnanda Putra Murtri Pratama


STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK

ABSTRACT
Background: Diabetes Mellitus (DMT2) is a condition where uncontrolled insulin increases
the concentration of sugar in the blood and due to the body's inability to produce insulin, this
condition is known as hyperglycemia. High blood sugar levels will affect the occurrence.
Objective: to determine the description of blood sugar when patients with type 2 diabetes
mellitus who do cycling exercise in Pontianak City. Method: quantitative descriptive means
to describe, explain, or summarize various conditions, situations, phenomena, or various
research variables according to events as they are that can be photographed, interviewed,
observed, and which can be expressed through documentary materials. Results: 28 people
(93.3%), blood sugar levels when cycling, while a small percentage of blood glucose levels
increased by 2 people (6.7%). Conclusion: the effect of cycling in patients with type 2
diabetes mellitus, can reduce blood sugar levels, because skeletal muscle cells do not depend
on insulin to absorb glucose, this is evidenced by a decrease in blood glucose levels and
HbA1c concentrations.

Keywords: type 2 diabetes mellitus, cycling, glucose levels

PENDAHULUAN kadar gula daranya dapat di


Penyakit diabetes mellitus yang normalkan dengan pengolahan yang
tidak bisa disembuhkan akan tetapi tepat dan benar (Uswatun, 2017).

2
Penyakit DMT2 merupakan kondisi kadar gula dara, salah satunya
dimana insulin yang tidak terkontrol dengan melakukan aktifitas fisik
meningkatkan konsentrasi gula dalam secara rutin (Astuti, 2017).
darah dan akibat ketidakmampuan Jenis diabetes melitus Tipe 1
tubuh dalam memproduksi insulin (IDDMT2 = Insulin-Dependent-
memperberat kondisi tersebut, situasi Diabetes-Mellitus), merupakan
ini dikenal dengan hiperglikemia. penyakit Diabetes melitus yang
Kadar gula dalam darah yang tinggi disebabkan oleh penyakit autoimun.
tersebut akan mempengaruhi Dimana sistem kekebalan tubuh dapat
terjadinya kerusakan pada tubuh serta menyerang dan menghancurkan sel-
kegagalan berbagai jaringan dan sel beta pada pankreas untuk
organ (Landani, 2018). menghasilkan insulin. Meskipun ada
Penderita diabetes mellitus yang dugaan hal ini dipicu oleh genetik atau
melakukan latihan fisik dengan teratur lingkungan, penyebab pasti diabetes
akan meningkatkan toleransi insulin melitus tipe 1 tidak sepenuhnya
terhadap gula darah (Landani, 2018). diketahui. Jenis Diabetes Melitus Tipe
Kestabilan kadar glukosa darah saat 2 (NIDDMT2 = Non-Insulin-
ini belum bisa dilakukan karena Dependent-Diabetes-Mellitus), yaitu
kurangnya kesadaran masyarakat Jenis diabetes melitus yang paling
untuk melakukan aktifitas fisik seperti berkembang secara bertahap seiring
olahraga ringan yang sangat berperan dengan usia yang ditandai dengan
dalam pengaturan kadar glukosa menolak sinyal dari hormon insulin
darah (Astuti, 2017). dalam tubuh, karena kinerja insulin
Penderita diabetes mellitus di tidak berfungsi dengan baik, beberapa
Indonesia didapatkan hasil data sel lemak tubuh, sel hati, dan sel-
Internasional Diabetes Federation sel otot tidak dapat mengambil dan
(2017) yang mencapai angka 10,3 juta menyimpan glukosa. Kegagalan
orang, angka tersebut akan diprediksi penyimpanan glukosa
terus meningkat menjadi 16,7 juta ini mengakibatkan kadar
orang pada tahun 2045. Hasil riset glukosa berada dalam darah sangat
kesehatan dasar menyebutkan tinggi. Penumpukan gula darah
pemeriksaan gula darah oleh (glukosa) yang berlebihan dapat
penderita DMT2 di Indonesia menyebabkan resiko infeksi
sebanyak 10.9% (RISKESDAS, 2018). dan gangguan fungsi pada tubuh.
Penyakit DMT2 dikota Pontianak pada Diabetes Gestational di artikan
tahun 2017 masuk dalam daftar sebagai jenis diabetes melitus yang
sepuluh penyakit terbanyak diderita. terjadi pada saat ibu hamil akibat dari
Jumlah kasusnya terbanyak 11.936 peningkatan gula darah selama
dengan jumlah kasus terbanyak kedua kehamilan. Diabetes gestasional telah
sejumlah 2.041 di wilayah Pontianak diketahui dapat mempengaruhi sekitar
Kota (Dinkes Kota Pontianak, 2017). 3-8% wanita. Diabetes Gestasional
Dampak yang ditimbulkan oleh tidak diobati, maka dapat
penyakit diabetes mellitus antara lain menyebabkan masalah seperti
hipoglikemia, ketoasidosis diabetik, berat lahir bayi besar (lebih dari 4
sindrom hiperglikemi hiperosmolar kilogram),
nonketotik (HHNK), kerusakan retina masalah pernapasan pada bayi dan
mata, kerusakan ginjal, kerusakan kesulitan saat persalinan normal
syaraf, komplikasi pembuluh darah (Astuti, 2017). 
besar dan penyakit serebrovaskuler Diabetes melitus tipe 2 banyak
(PERKENI, 2015). Komplikasi penyakit terjadi pada orang yang
DMT2 dapat menyebabkan kematian kelebihan berat badan karena lemak
dan merupakan penyakit yang akan yang dapat mengganggu kemampuan
diderita seumur hidup (IDF,2015). tubuh untuk menggunakan insulin.
Komplikasi penyakit DMT2 dapat Namun demikian, tipe 2 juga dapat
dicegah dengan cara mengendalikan terjadi pada orang kurus dan orang

3
tua. Kisah keluarga dapat memainkan mulai mengisi energi secukupnya lalu
sebuah peran utama dalam diabetes lanjutkan kembali perjalanan sesuai
melitus tipe 2 dikombinasikan dengan dengan target yang ingin dicapai.
pola hidup yang tidak sehat. Pola Dianjurkan untuk melakukan sarapan
hidup yang tidak sehat tersebut dengan menu sehat dengan makanan
meliputi aktivitas fisik yang kurang dan rendah lemak terlebih dahulu, jika
pola makan yang tidak sehat (Astuti, memang ingin melakukan Sepeda di
2017). pagi hari (Pawitri, 2019).
Latihan fisik mempunyai peranan Mahdia, Henry, Sakundarno
penting dalam pengaturan kadar (2018) menyimpulkan bahwa frekuensi
glukosa darah pada penderita DMT2 olahraga, jenis olahraga, dan durasi
tipe 2. Rasionalnya adalah respon dari olahraga terbukti berhubungan dengan
insulin yang berkurang (retensi insulin) kadar gula darah pada penderita
mengakibatkan glukosa tidak dapat diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) di
masuk ke dalam sel karena Puskesmas Rowosari. Waktu olahraga
permeabilitas membran terhadap merupakan waktu pelaksanaan
glukosa meningkat saat otot olahraga oleh responden, dimana hasil
berkontraksi karena kontraksi otot penelitian diperoleh bahwa waktu
memiliki sifat seperti insulin olahraga tidak terbukti berhubungan
(PERKENI, 2015). Penanganan dengan kadar gula darah pada
penyakit diabetes mellitus dapat penderita diabetes mellitus tipe 2
dikenal dengan empat pilar utama (DMT2) di Puskesmas Rowosari.
yaitu edukasi, pola makan, aktifitas Sampai saat ini belum ada ditemukan
fisik dan intervensi farmakologis penelitian yang terkait dengan
(Yanti, 2018). hubungan antara waktu berolahraga
Aktifitas fisik yang dianjurkan untuk dengan kadar gula darah pada pasien
penderita DMT2 adalah jalan kaki, diabetes mellitus tipe 2DMT2. Tidak
jalan cepat, joging, Sepeda, senam, adanya hubungan ini karena sebagian
berenang dan dansa aerobik. Sepeda besar responden melakukan olahraga
merupakan aktivitas fisik otot salah saat pagi atau sore hari, jarang ada
satu cara untuk mengendalikan DMT2 yang melakukan olahraga setelah
yang bisa dilakukan di lingkungan makan. (Pahra, et al., 2017)
rumah secara mandiri dan rutin dan menyatakan bahwa evaluasi
Sepeda ini termasuk golongan efektivitas olahraga singkat setelah
aktivitas fisik sedang yang dapat makan dan satu kali latihan harian
mengeluarkan kalori sebanyak 5 terhadap kontrol glikemik pada pasien
sampai dengan 7.4 kcal permenit dengan DMT2. Hasil penelitian
(Isrofah, Hurhayati dan Projo, 2015). tersebut membuktikan bahwa terjadi
Olivia (2020) saat memiliki target penurunan secara signifikan kadar
yang harus dicapai, maka penting gula darah dan HbA1c setelah latihan
untuk mulai mengurangi asupan baik yang dilakukan setelah makan.
makanan maupun sekedar minum Latihan setelah makan, misal jalan
ketika sedang mengayuh sepeda. cepat dengan intensitas sedang
Kebiasaan ini memang dianjurkan dan selama 15 menit, lebih efektif daripada
dirasa aman dilakukan, namun latihan rutin satu kali sehari selama 45
mengkonsumsi terlalu banyak justru menit berjalan cepat, terhadap kontrol
dapat menghambat proses glikemik pasien diabetes mellitus tipe
mendapatkan tubuh ideal. Demi 2 (DMT2), (Pahra, et al., 2017).
mendapatkan hasil maksimal, penting Hasil wawancara seorang Ny. A,
mengetahui cara menurunkan kadar usia 40 tahun riwayat penyakit
gula dengan Sepeda yang tepat diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) sejak
sebelum menerapkannya. 1 tahun lebih, Ny. A mengatakan
Durasi Sepeda efektif kurang dari setiap hari Sepeda dengan durasi 20-
60 menit. Jika dirasa energi sudah 25 menit, Ny. A mengatakan dengan
mulai habis, menepilah sebentar dan aktivitas dapat menyehatkan tubuh,

4
tetapi tidak dapat menurunkan kadar pengukuran data, serta analisis data.
gula darah Ny. A, Ny. A pergi ke Format utama penulisan ini terdiri dari 2
Puskesmas dan pihak dokter kolom, yang ditulis dengan MS Word,
Puskesmas menyarankan untuk di page size A4, 1 spasi, sentence case,
lakukan amputasi pada jari kaki kanan justify, regular, font arial 11.
Ny. A, setelah di lakukan persetujuan
pada Ny. A, dan akhirnya jari kaki Ny. HASIL
A di amputasi setelah di lakukan Gambaran Responden danTempat
amputasi selama 3 bulan, Ny. A, tetap
Penelitian
ingin melakukan aktivitas Sepeda
dalam waktu seminggu 2-3 kali Pada penelitian ini sampel yang di
dengan durasi 10-15 menit.
ambil sebanyak 30 responden. Data
Penderita DMT2 penting untuk
melakukan latihan fisik salah satunya umum penelitian ini merupakan
dengan melakukan Sepeda dengan
karakteristik responden DM tipe 2
dasar teori tersebut adanya perubahan
kepatuhan yang diharapkan terjadi, Pontianak Kota berdasarkan umur,
maka akan berpengaruh terhadap
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
kontrol atau perubahan kadar glukosa
darah pada penderita DMT2 dan gula darah sewaktu (GDS)
(Lestarina, 2016). Prinsip latihan
jasmani bagi penderita DMT2 sama A. Hasil penelitian karakteristik
dengan prinsip latihan jasmani secara
Usia
umum, yaitu memenuhi beberapa hal,
seperti frekuensi, intensitas, durasi, 1. Gambaran karakteristik
dan jenis. Frekuensi olahraga
Usia
sebaiknya dilakukan secara teratur 3-5
kali per minggu, intensitas ringan dan Tabel 4.1 Gambaran
sedang, durasi 30-60 menit, dan jenis karakteristik Usia
latihan jasmani endurans (aerobik) (n=30)
untuk meningkatkan kemampuan Usia Frekuensi Persentas
jantung dan paru-paru seperti jalan, e
jogging, berenang, dan Sepeda.
18-29 29 83
Manfaat olahraga untuk penderita Tahun
DMT2 dapat diarsakan dampak
30-40 1 17
baiknya saat melakukan Sepeda
Tahun
selama 30 menit sebanyak 3-5 kali
Total 30 100
dalam seminggu. Sepeda mengelilingi
komplek perumahan, atau Sumber: Data primer Juli 2021
menggunakan sepeda statis yang
Berdasarkan tabel 4.1 dari
digunakan di dalam ruangan (Ikhsania,
2019). total 30
Berdasarkan pembahasan
tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai pada usia
Gambaran GDS Penderita diabetes
tertinggi adalah usia
mellitus tipe 2 (DMT2) yang
Berolahraga Sepeda di Pontianak 18-29 tahun 29
Kota.
responden (83%).
METODE PENELITIAN 2. Gambaran Karakteristik
Metode penelitian menjelaskan Jenis kelamin
rancangan/ desain penelitian, tempat dan
waktu, populasi dan sampel, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan dan

5
Tabel 4.2 Gambaran Sumber: Data primer Juli 2021
karakteristik Jenis Berdasarkan
tabel 4.4 dari total 30,
Kelamin (n=30) pada pekerjaan
Jenis Frekuen Persenntase terbanyak adalah
Kelamin si mahasiswa 16
Laki-laki 19 63.3 responden (83%).
Perempua 11 6.7 5. Gambaran Karakteristik
n GDS
Tabel 4.5 Gambaran
Total 30 100 karakteristik Jenis
Sumber: Data primer Juli 2021 Kelamin (n=30)
Berdasarkan Kadar Frekuen Persenn
GDS si
tabel 4.2 dari total 30, Tinggi 0 0
pada jenis kelamin Normal 28 93.3
Tinggi 2 6.7
terbanyak adalah laki-
laki 19 responden Sumber: Data primer Juli
2021
(83%).
Berdasarkan
3. Gambaran Karakteristik
Pendidikan tabel 4.5 dari total 30,
Tabel 4.3 Gambaran pada kada gula darah
karakteristik Pendidikan
(n=30) sewaktu yang normal
28 responden (93.3%).
Pendidika Frekuen Persenntas
n si e
SMA 22 73.3
D3 5 16.7
S1 3 10.0
Total 30 100
Sumber: Data primer Juli 2021
Berdasarkan tabel 4.3 dari
total 30, pada pendidikan terbanyak
adalah SMA 22 responden (73.3%).

4. Gambaran Karakteristik PEMBAHASAN


Pekerjaan Hasil penelitian yang telah
Tabel 4.4 Gambaran
karakteristik Pekerjaan diuraikan diatas, pembahasan ini
(n=30)
Pekerjaan Frekuen Persentase digunakan untuk menjelaskan
si
Mahasiswa 16 53.3 hasil penelitian dan menjawab
Swasta 14 46.7
pertanyaan penelitian tentang
Total 30 100
gambaran GDS penderita

6
diabetes mellitus tipe 2 yang risiko untuk mengalami DM tipe
melakukan orlahraga bersepeda, 2 semakin tinggi. Proses menua
karakteristik berdasarkan tabel dapat mengakibatkan perubahan
4.1 ari total 30, pada usia sistem anatomi, fisiologi dan
tertinggi adalah usia 18-29 tahun biokimia tubuh yang salah satu
29 responden (83%). dampaknya adalah peningkatan
Berdasarkan tabel 4.2 dari resistensi insulin. Namun di
total 30, pada jenis kelamin dalam penelitian ini masih
terbanyak adalah laki-laki 19 ditemukan pula pasien yang tidak
responden (83%). Menurut Leslie tamat SD. Pendidikan dapat
(2013) menjelaskan bahwa laki- mempengaruhi kemampuan
laki lebih rentan terkena penyakit pasien dalam memberikan
DM tipe 2 dibandingkan dengan penilaian, termasuk mengartikan
perempuan tetapi kenyataan di mengenai pentingnya teratur
lapangan jumlah perempuan yang dalam melakukan self care
terkena DM tipe 2 lebih banyak management (kontrol kadar gula
dibandingkan dengan laki-laki. darah) (Lee, 2014) Semakin
Hal ini disebabkan perempuan tinggi pendidikan pasien maka
dimasyarakat mempunyai angka akan dapat meningkatkan
harapan hidup lebih tinggi kepatuhan pasien dalam
dibandingkan dengan laki-laki melakukan kontrol kadar gula
sehingga semakin banyak darah secara teratur (Meloh,
perempuan lanjut usia 2015). Dalam penelitian ini,
menyebabkan jumlah perempuan jumlah responden yang lulus
yang mengidap DM tipe 2 SMA lebih banyak tidak teratur
semakin tinggi. dalam melakukan kontrol kadar
Berdasarkan tabel 4.3 dari gula darah. Hal ini dapat
total 30, pada pendidikan dipengaruhi oleh bentuk
terbanyak adalah SMA 22 pendidikan aktif yang kurang
responden (73.3%). Menurut dilakukan misalnya kurang
Smeltzer & Bare (2014) bahwa membaca buku atau kurang
usia memiliki kaitan erat dengan mendapatkan penyuluhan dari
kenaikan jumlah gula darah, petugas kesehatan. Selain itu,
semakin bertambah usia maka terdapat faktor lain seperti faktor
7
ekonomi dan lingkungan yang di mana pada penelitian tersebut
mendukung terbentuknya didapatkan kadar gula darah
perilaku sehat yang dapat puasa terendah sebesar 90
mempengaruhi penerimaan mg/dL, dan tertinggi 184 mg/dl.
promosi kesehatan yang telah Pada penelitian ini hanya
didapatkan (soegiarto, 2012) dilakukan penghitungan gula
Berdasarkan tabel 4.4 dari darah sewaktu dikarenakan
total 30, pada pekerjaan alasan efisiensi dan fleksibilitas
terbanyak adalah mahasiswa 16 sampel penelitian. Terdapat satu
responden (83%). Pekerjaan subjek penelitian yang memiliki
sebagai mahasiswa bisa dibilang nilai gula darah sewaktu 192
sulit karena mahasiswa selalu mg/dL.
berada di rumah melakukan
KESIMPULAN
pekerjaan perkuliahan. Dalam
Umur tertinggi responden pada
melakukan aktifitasnya penelitian ini adalah 19-29 tahun dan
terendah 30-40 tahun, dengan Jenis
mahasiswa bisa mengalami stress kelamin subjek penelitian ditemukan
karena terlalu banyak tuntutan laki-laki sebanyak 19 orang (63.3%),
perempuan 11 orang (36.7%), hasil
pekerjaan kuliah, yang gula darah sewaktu dengan
bersepeda normal 28 orang (93.3%)
menyababkan mahasiswa mudah SARAN
mengalami stres, yang mana stres 1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan responden
merupakan salah satu yang dapat dapat mempertahankan dalam
pengontrolan kadar glukosa
menyebabkan kadar glukosa
darah sebulan sekali, serta
darah meningkat pada penderita membiasakan diri untuk
melakukan olahraga, seperti
diabetes mellitus. bersepeda, jalan kaki, atau
Berdasarkan tabel 4.5 dari aktivitas fisik lainnya dan disertai
melakukan diet diabetes mellitus
total 30, pada kada gula darah dengan prinsip diet diabetes
mellitus, yaitu perencanaan
sewaktu yang normal 28 makan mengacu pada 3J, yaitu
responden (93.3%). Pada Jumlah, Jenis dan Jadwal
makan.
penelitian ini didapatkan kadar 2. Bagi Dosen dan Mahasiswa STIK
Muhammadiyah
gula darah sewaktu terendah 41 Diharapkan dapat
mg/dl dan kadar gula darah melakukan pengabdian
masyarakat dengan melakukan
sewaktu tertinggi adalah 192 bersepeda karena hasil
penelitian ini dapat diterapkan
mg/dL. Hal ini cukup berbeda
bagi penderita diabetes mellitus
dengan penelitian PUTRI (2015), dalam melakukan pengontrolan

8
kadar gula darah. clinical applications. Nat Clin
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Pract Endocrinol P: 318–
Penelitian selanjutnya 327.
diharapkan dapat memodifikasi CDC Foundation. (2014). The
lagi tentang bersepeda dengan GATS Atlas: Global Adult
variabel dapat ditingkatkan Tobacco Survey. Geneva:
dengan menggunakan data gula World Health Organization.
darah, diet penderita diabetes Craig, R.G., dkk, (2004). Dental
mellitus dan melakukan Material. 8 th ed., Mosby Co.
penelitian secara mendalam hal. 65, 66, 73
dengan cara mengukur kadar Dharma, Kusuma Kelana. (2017).
glukosa darah dengan Metodologi Penelitian
melibatkan kelompok kontrol dan Keperawatan: panduan
kelompok perlakuan. melaksanakan dan
menerapkan hasil penelitian,
DAFTAR PUSTAKA 44 Jakarta, Trans infomedia.
Alimul Hidayat A.A., (2010). Dinkes Kota Pontianak (2017) ‘Profil
Metode Penelitian kesehatan’, pp. 14–15.
Kesehatan Paradigma Faiz Chalidzar. (2020). Pengaruh
Kuantitatif, Jakarta: Heath Aktivitas Fisik Menggunakan
Books YMCA Step Test terhadap
ADA (2010) ‘Exercise and type 2 perubahan Kadar Gula
diabetes: American Darah Sewaktu ada
College of Sports Medicine Mahasiswa Fakultas
and the American Diabetes Kedokteran Andalas
Association: Joint Position Farr, S.A., Poon, H.F., Dilek, D.A.,
Statement’, Medicine and Drake J., Banks, W.A.,
Science in Sports and Eyerman, E., Butterfield
Exercise, 42(12), pp. D.A., Morley, J.E. (2003),
2282–2303. doi: The Antioxidants α-lipoic
10.1249/MSS.0b013e3181 acid and N-acetylcysteine
eeb61c. Reverse Memory Impairment
Andra, S. W., & Yessie, M. P. and Brain Oxidative Stree in
(2013). KMB 1 Keperawatan Aged SAMP8 Mice. Journal
Medikal Bedah Keperawatan of Neurochemistry, 84 (5),
Dewasa Teori dan Contoh 1173-1183.
Askep. Yogyakarta: Nuha Hallal, P.C., Andersen L.B., and
Medika. Byrne, N.M., (2011).
Astuti. (2017). Pengaruh Aktivitas Physical activity and obesity
Fisik Terhadap Kadar in children, British journal of
Glula Darah Pada Pasien sports medicine, 45 (11),
Diabetes Mellitus di Poli 866-870.
Penyakit Dalam RSUD HarDMT2an & Stensel D.J. (2003).
Jombang’, Skrisi 6, pp. 5– Physical Activity and Health-
9. The Evidence Explained.
Björklund, A. dan Dunnett, S.B. Routledge Taylor & Francis
(2007). Dopamine neuron Group. London and
systems in the brain: an Newyork.
update. Trends in IDF (2017) ‘Internasional Diabetes
Neurosciences, 30: 194-202. F ederation’. International
Brennan AM, Mantzoros CS, Physical Activity
(2006). Drug Insight: the role Questionnaire. (2005).
of leptin in human Guidelines for Data
physiology and Processing and Analysis of
pathophysiology--emerging the International Physical

9
Activity Questionnaire Universitas Indonesia.
(IPAQ) Short and Long Montoye, H. and Maughan, R.
Forms: Geneva. (2008). Energy Costs of
Irianto K. (2015). Epidemiologi Exercise and Sport. Nutrition
Penyakit Menular dan Tidak in Sport, 1(4), pp. 23-28.
Menular Panduan Klinis. Nursalam (2013) ‘Metodelogi
Bandung: Alfabeta. Penelitian Ilmu
Isrofah, Hurhayati, dan P. A. Keperawatan Pendekatan
(2015) ‘Efektifitas Jalan Praktis'
Kaki 30 Menit Terhadap Nursalam (2016) ‘Metodelogi
Nilai Gula Darah Pada Penelitian Ilmu
Pasien Diabetes Mellitus Keperawatan Pendekatan
Tipe Ii Di Desa Karangsari Praktis'
Kecamatan Karanganyar Olivia Andiana. (2020). Hubungan
Kabupaten Pekalongan Tingkat Pengetahuan
Program Studi tentang Penyakit Diabetes
Keperawatan Fakultas Ilmu Melitus pada Penderita
Kesehatan Universitas terhadap Pengaturan Pola
Pekalongan Email : Makan dan Physical Activity.
isrofahunikal@gmail.com PERKENI. (2015). Pengelolaan dan
Abstract Background : Pencegahan Diabetes
Diabetes mellitus is a Melitus Tipe 2 di Indonesia.
disease with increase in PERKENI, Jakarta.
blood sugar levels’. Price, S.A., & Wilson.L.M. (2012).
Keating, J. Charles. (2002). Patofisiologi : Konsep Klinis
Kepemimpinan (Teori dan Proses-Proses Penyakit
Pengembangannya) Edisi 6 vol 2. Jakarta: EGC.
Terjemahan Mangunharjono. Saryono, (2010). Metode Penelitian
Yogyakarta: Kansius Kualitatif, PT. Alfabeta,
(anggota IKAPI) Bandung.
Kowalak. 2011. Buku Ajar Setiadi. (2007). Konsep dan praktik
Patofisiologi. Jakarta: EGC penulisan riset keperawatan
Landani (2018) ‘Hubungan edisi 2. Yogyakarta : Graha
Aktivitas Fisik Dengan Ilmu.
Gula Darah Puasa Sherwood L. (2012). Human
Terkontrol Pada Penderita Physiology From Cells to
Diabetes Melitus Tipe 2 Systems. 7th edition.
Peserta Prolanis di Bandar Canada : BROOKS / COLE
Lampung’. Available at: CENGAGE learning. p. 229,
http://e- 231.
journal.uajy.ac.id/14649/1/J Smeltzer SC, Bare BG. (2013).
URNAL.pdf. Buku Ajar Keperawatan
Mahdia Fany Fanna, Henry Medikal Bedah Brunner &
Setyawan Susanto, Sudarth. 8th ed. Jakarta:
M.Sakundarno. (2018). EGC.
Hubungan Antara Kebiasaan Soewondo,P, dkk. (2010).
Olahraga Dengan Kadar “Prevalence of Metabolic
Gula Darah Penderita Syndrome Using NCEP/ATP
Diabetes Melitus Tipe 2. III Criteria in Jakarta
Miles, Mattew B dan Amichael Indonesia: The Jakarta
Huberman. (2007). Analisis Primary NonCommunicate
Data Kualitatif Buku Sumber Disease Factor Surveillance
tentang Metode-Metode 2006 ”. Act.Med
Baru. Terjemahan Tjetjep IndonesIndones Journal
Rohendi Rohisi. Jakarta: Intern Med. Vol. 42. No. 4 :

10
199-203
Torres A., S. Ewig, (2011).
European Repiratory
Monograph : Nosocomial
and Ventilator-Associated
Pneumonia. Published by
European Repiratory, United
Kingdom
Wahyu Firmanningtyas. (2017).
Hubungan Olahraga dengan
Penyakit Diabates Mellitus di
Wilayah Kerja Puskesmas
Patihan Kota Madiun.
WHO (2010) ‘World Health
Statistics’.
Williams., & Wilkins. (2011).
Nursing:Menafsirkan Tanda-
Tanda dan Gejala Penyakit.
jakarta : PT Indeks.
Yanti, putri dan fitriani (2018) ‘MILD
Terhadap Perilaku Pasien
Diabetes Mellitus Di
Kelurahan Maharani Rumbai
Bukit Pekanbaru’, Jurnal
Endurance, 3(3), p. 490. doi:
10.22216/jen.v3i3.3098

11

Anda mungkin juga menyukai