Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis membandingkan antara teori dengan asuhan keperawatan di
Puskesmas Pal 3, Pontianak Kota. Berikut akan diuraikan pelaksanaan keperawatan pada Tn.S
dengan diagnosa Diabetes mesllitus sesuai fase dalam proses keperawatan yang meliputi:
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta dilengkapi
pembahasan dokumentasi keperawatan Analisa Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait
Dengan KKMP dan konsep kasus terkait pengkajian pada Tn.S dilakukan dengan cara anamnesa
(keluhan utama, riwayat yang berhubungan dengan keluhan utama, pengkajian psikososial,
spiritual, observasi, wawancara pada keluarga klien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
diagnostik). Pengkajian adalah suatu usaha yang dilakukan perawat dalam menggali
permasalahan dari klien meliputi pengumpulan data tentang status kesehatan klien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan (Muttaqin, 2011). Menurut
Muttaqin (2008) pengkajian adalah tahap awal dari yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkjian
dilakukan pada tanggal 16 november 2019 pukul 15.48 Wib, pengkajian dilakukan dengan
metode allowanamnesa dan autoanamnesa, dimulai dari biodata klien, riwayat penyakit,
pengkajian pola fungsional kesehatan, pemeriksaan fisik head to toe, dan didukung hasil
laboratorium, hasil pemeriksaan penunjang dan terapi pengobatan. Dari hasil pengkajian dan
observasi, Tn. U alamat K.Kunig Jl.Tanjungbaru masuk ruangan diantar anak pada tanggal
pukul 15.48 Wib dengan. Sering buang air kecil, pasien juga mengeluh sering bekeringat dan
merasa panas, terkadang pasien merasa mual. penulis menemukan data Klien mengatakan sangat
suka merokok dan minum kopi. Klien juga suka makan yang manis-manis.klien mengeluh sering
ke kamar mandi.Saat pengkajian klien mengungkapkan bahwa klien selama ini tidak memahami
kalau merokok dan suka makan makanan manis dapat menimbulkan penyakit diabetes melitus.
Anak klien juga kurang terpappar informasi tentang diabetes melitus. Klien sebelum masuk
rumah sakit mengeluh sering kencing saat kencing aroma air kencing manis klien kira itu hal
biasa karena klien suka makanan yang manis. Saat pengkajian di dapatkan TD : 100 / 60
mmhg ,Nadi: 79 ×/menit, P : 23 ×/menit, S : 37 ͦC, GDS : 319 mg/dl. BB/TB : 68 kg/172cm .
Setelah diberikan relaksasi otot progresif gula darah selama 3x24 jam klien mengalami
penurunan dari 319 menjadi 204. Klien mengatakan kecemasan klien berkurang dan pengetahuan
klien terhadap penyakit bertambah.Dari hasil pengkajian didapatkan hasih pemeriksaan fisik
tidak ad masalah.Gula darah : 319 mr/dl Masalah keperawatan yang di ambil yang pertama
diagnose Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin yang
dibutktikan dengan kadar gula darah 319 mg/dl, didapatkan Data subjektif :Klien mengatakan
mudah lelah, Klien mengatakan sering merasa pusing, Klien mengatakan sering merasa lelah,
Klien mengatakan sering merasa haus Data objektif :Mulut klien tampak kering , Klien tampak
minum terus, Klien sering kencing, Out put : 2000 , Klien tampak bekeringat,Klien tampak
gelisah, Klien tampak gemetar. Sedangkan pada diagnose kedua Ansietas berhubungan dengan
kurang terpapar informasi dibuktikan klien tampak gelisah dan cemas dengan penyakit yang
diderita, Data subjektif :Klien mengatakan cemas dengan kondisi yang di alami sekarang, Klien
mengatakan sulit berkonsentrasi, Klien mengatakan sering pusing. Data objektif :Klien tampak
bingung,Klien tampak kwatir,Klien tampak gelisah,Klien tampak kurang tidur,Td : 100/60
mmhg,RR: 23x/menit.N: 79x/menit 61 Dan diagnosa ketiga Ketidakpatuhan berhubungan
dengan ketidakadekuatan pemahaman dengan mengidentifikasi keadaan emosional saat ini,
mengidentifikasi respon yang ditunjukkan berbagai situasi, mendiskusikan nilai-nilai yang
berkiontribusi terhadap konsep diri, mendiskusikan tentang pikiran, prilaku atau respon terhadap
kondisi, mendiskusikan dampak penyakit pada konsep diri, motivasi dalam meningkatkan
kemampuan belajar, menganjurkan mengenali pikiran dan perasaan tentang diri, anjurkan
mengungkapkan perasaan ( mis: marah atau depresi) dan ajarkan cara membuat prioritas hidup.
Didapatkan data DS: klien menolak mengikuti anjuran yang diberikanDO:Klien tampak tidak
mematuhi anjuran yang di berikan, Tampak tidak memahami anjuran yang di berikan, Anak
klien mengatakan klien susah untuk mengatur makan, Masih aktif merokok Diagnosa terakhir
kesiapan peningkatan manajemen kesehatan dengan mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi mengidentifikasi faktor- faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat, menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
mejadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan memberikan kesempatan untuk
bertanyamenjelaskan faktor risiko yang dapat mepengaruhi kesehatan, mengajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat,mengajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat. Dapat data DS :Anak klien mengatakan ingin mengetahui bagaimana
cara menanggualangi penyakit yang di derika ayahnya., Klien mengatakan ingin hidup lebih
sehat DO : Klien tampak ingin memahami tentang penyakit, Klien mulai menanyakan hal yang
berhubungan dengan penyakit Analisa Salah Satu Intervensi Dengan Konsep Dan Penelitian
Terkait Berdasarkan empat diagnosa keperawatan yang diatas yang dimana Ketidakstabilan
kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin dan Ansietas berhubungan dengan
kurang terpapar informasi penulis memberikan terapi relaksasi otot progresif untuk menurunkan
kecemasan dan menurunkan kadar gula darah. Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar
yang pernah dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari
kehidupan sehari-hari.Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang
merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya
(Sutardjo Wiramihardja, 2005:66). Pada pasien diabetes mellitus sering merasakan stres, baik
stres fisik maupun neurogenik, akan merangsang pelepasan ACTH (adrenocorticotropic
hormone) dari kelenjar hipofisis anterior. Selanjutnya, ACTH akan merangsang kelenjar adrenal
untuk melepaskan hormon adrenokortikoid yaitu kortisol. Hormon kortisol ini kemudian akan
menyebabkan peningkatan kadara glukosa dalam darah. Hormon ini meningkatkan katabolisme
asam amino di hati dan merangsang enzim-enzim kunci pada proses glukoneogenesis. Akibatnya
proses glukoneogenesis meningkat. Selain itu, stres juga merangsang kelenjar adrenal untuk
menyekresikan epinefrin. Epinefrin menyebabkan glikogenolisis dihati dan otot dengan
menstimulasi enzim fosforilase Relaksasi merupakan suatu upaya meredakan ketegangan
emosional sehingga individu dapat berpikir lebih rasional. Dengan demikian produksi gula hati
dapat terkontrol dengan baik, dengan begitu gula darah dapat stabil normal. Salah satu bentuk
cara meredakan ketegangan emosional serta sesak yang cukup mudah dilakukan adalah relaksasi
otot progresif (Suyamto, dkk, 2009). Teknik relaksasi otot progresif mengaktifkan sitem saraf
parasimpatis dan menghentikan kerja saraf simpatis sehingga hormon kortisol menurun yang
pada akhirnya glukosa darah menurun. Penelitian Pawlow (2015) menyatakan relaksasi otot
berpengaruh terhadap kadar salivary cortisol dan bila dilakukan teratur akan menurunkan risiko
komplikasi diabetes mellitus.Relaksasi otot progresif merupakan suatu prosedur untuk
mendapatkan relaksasi pada otot melalu dua langkah, yaitu memberikan tegangan pada suatu
kelompok otot dan menghentikan tegangan tersebut kemudian memusatkan perhatian terhadap
bagaimana otot tersebut menjadi rileks, merasakan sensasi rileks dan ketegangan menghilang.
Relaksasi otot progresif sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan untuk menghindari rasa
ngantuk (Richmond, 2007). 62 Hal ini di buktikan oleh penelitian Ridha Hidayanti (2018)
dengan judul pengaruh progresif muscle relaxation terhadap gula darah pada pasien diabetes
mellitus tipe 2 di panti social tresna werda sebai nan aluih sicincin . Rata-rata kadar glukosa
darah sebelum latihan 267,83 mg/dl dan rata-rata setelah terapi relaksasi otot progresif
mengalami penurunan menjadi 208,33 mg/dl sehingga dapat disimpulkan bahwa ada penurunan
kadar glukosa darah sebelum dan setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif. Hasil
penelitian ini sejalan dengan Herina (2017), dengan judul relaksasi otot progresif terhadap
penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Didapatkan perbedaan gula
darah sebelum dan setelah diberikan relaksasi otot progresif dengan kadar gula darah rata-rata
sebelum diberikan relaksasi otot progresif 234,47 mg/dl dan kadar gula darah setelah diberikan
relaksasi oto progresif 155,73 mg/dl. Sehingga dapat disimpulkan bahwa relaksasi otot
progresifmempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan gula darah pada pasien
diabetes mellitus. Alternatif Pemecahan Yang Dapat Dilakukan Peran perawat dalam
penanganan masalah DM dengan tingkat kecemasan tidak stabil tergantung pada kerja sama
yang baik antara perawat, pasien dan keluarga. Maka perawatan pada penderita yang dapat
diberikan secara komprehensif yaitu dengan menjalin hubungan saling percaya antara perawat
dan pasien, dan perawat sebisa mungkin membantu pasien untuk merasa lebih rileks dan
mongtrol kecemasan yang di rasakan dengan cara non farmakologi yang bisa dilakukan antara
perawat, pasien dan keluarga. Ketika pasien DM mengetahui kondisi penyakitnya yang susah
disembuhkan dan dapat mengancam kehidupan, hal ini akan mengakibatkan kecemasan pada
pasien, sehingga di peran keluarga juga penting dalam tingkat keberhasilan terapi, semakin baik
peran yang dimainkan oleh keluarga dalam pelaksanaan program medik pada pasien DM maka
semakin baik pula hasil yang akan dicapai. Peran keluarga terdiri dari peran sebagai motivator,
edukator dan peran sebagai perawat. 63 BAB V PENUTUP Setelah dilakukan pengkajian tidak
semua pemeriksaan fisik yang ada diteori ditemukan pada pasien. 5.1 Kesimpulan 1.
TelahmemahamikonsepdiabetesmelitusdanrelaksasiototprogresifdiRSUDHHanafie Ma. Bungo
Tahun 2019. 2. Telahmelakukan pengkajian diabetes melitus dan relaksasi otot progresif di
RSUD H. Hanafie Ma.Bungo tahun 2019 3. Telahmerumuskan diagnosa keperawatan pada pada
pasien diabetes melitus di RSUD H.Hanafie Ma. Bungo tahun 2019 4. Telah mmenerapkan salah
satu intervensi terkait dari jurnal tentang teknik relaksasi otot progresif untuk penurunan kadar
gula darah di RSUD H.Hanafie Ma.Bungo tahun 2019 5. Telah menerapkan implementasi dari
hasil jurnal tentang teknik relaksasi otot progresif untuk penurunan kadar gula darah di RSUD
H.Hanafie Ma.Bungo tahun 2019 6. Telah mengevaluasi dan menganalisis dari hasil jurnal
tentang teknik relaksasi otot progresif untuk penurunan kadar gula darah di RSUD H.Hanafie
Ma.Bungo tahun 2019 7. Telah melakukan pendokumentasian dari hasil jurnal tentang teknik
relaksasi otot progresif untuk penurunan kadar gula darah di RSUD H.Hanafie Ma.Bungo tahun
2019 5.2 Saran 64 1. Bagi pasien diabetes mellitus tipe II Makalah ini dapat dijadikan tambahan
informasi dan dapat menambah pengetahuan tentang penyakit diabetes mellitus tipe II, serta
dapat menyikapi dan mengatasi penderita dengan penyakit diabetes mellitus tipe II. 2. Bagi
profesi keperawatan Makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit diabetes mellitus tipe II, sehingga dapat
dilakukan tindakan keperawatan yang segera untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pasien
dengan penyakit diabetes mellitus tipe II seperti melakukan latihan otot progresif. 3. Bagi
pembaca Makalah ini dapat memberikan pengertian atau pengetahuan dan pengembalian
keputusan yang tepat kepada pembaca. Khususnya dalam menyikapi diabetes mellitus tipe II. 4.
Bagi Mahasiswa Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman
mahasiwa yang lebih mendalam dalam memberikan asuhan keperawatan menurunkan kadar gula
darah dengan relaksasi otot progresif.

Anda mungkin juga menyukai