Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA TN. M DENGAN GSP HALUSINASI

DI RUMAH SAKIT X

Disusun Oleh :

EKA LATUCONSINA ( 21219058 )

FITRIA OKTARINA ( 21219061 )

RESMINAR SITOMPUL ( 21219076 )

CHRISTINA KUSUMANINGRUM ( 21219039 )

ARVI ISWANTO ( 21219037 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah seminar yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Tn. M dengan Masalah Utama Halusinasi Penglihatan diRS X“. Makalah seminar ini
merupakan salah satu bentuk penugasan dalam profesi keperawatan jiwa yang kami laksanakan
selama 3 minggu, dari tanggal 11 - 29 Januari 2021

Penyusunan makalah seminar ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. Feronika Hardanty, MARS, selaku kepala RSU Bunda Jakarta

2. Kepala ruangan dan staff di ruangan HCU RSU Bunda Jakarta


3. Ibu Maryat, S.Sos.,MARS selaku pembimbing mata ajar Keperawatan Jiwa
4. Bapak Rian Agus Setiawan, S.Kep.,Ns Pembimbing mata ajar Keperawatan Jiwa
5. Teman-teman kelompok yang telah mengerjakan dan berusaha semaksimal mungkin untuk
menyelesaikan makalah seminar ini
6. Rekan-rekan seangkatan yang mengikuti profesi keperawatan yang telah banyak memberikan
dorongan, masukan dan bantuan
7. Seluruh pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.

Jakarta, 28 Januari 2021


Penulis

Kelompok
Bunda-Bintaro

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................1
B. TUJUAN.......................................................................................................................2
1. Tujuan Umum.........................................................................................................2
2. Tujuan Khusus........................................................................................................2
C. PROSES PEMBUATAN MAKALAH........................................................................2
BAB II GAMBARAN KASUS......................................................................................................4
A. PENGKAJIAN..............................................................................................................4
B. MASALAH KESEHATAN..........................................................................................5
C. POHON MASALAH DAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN....................................7
BAB III LANDASAN TEORI.......................................................................................................8
A. PROSES TERJADINYA MASALAH.........................................................................8
B. TINDAKAN KEPERAWATAN................................................................................11
BAB IV PELAKSANAAN TINDAKAN....................................................................................16
A. Isolasi Sosial...............................................................................................................16
B. Defisit Perawatan Diri: Kebersihan Diri, Berpakaian................................................17
C. Koping Keluarga Inefektif..........................................................................................17
BAB V PEMBAHASAN............................................................................................................19
BAB VI PENUTUP.....................................................................................................................21
A. KESIMPULAN...........................................................................................................21
B. SARAN.......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................23
LAMPIRAN

iii
2

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut undang-undang nomor 18 tahun 2014, kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi
dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja
secara produktif, dan mampu memberikan konstribusi untuk komunitasnya (Kementerian
hukum dan HAM, 2014).

Selama ini masyarakat menganggap bahwa masalah kesehatan jiwa hanya terjadi pada orang-
orang yang memiliki gangguan jiwa saja atau yang kerap disebut orang awam sebagai orang
gila. Padahal, kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan, yang
mempunyai cakupan yang lebih luas dan merupakan kebutuhan bagi setiap orang, baik orang
yang sehat jiwa, seseorang dengan risiko psikososial maupun orang dengan gangguan jiwa
berat atau yang sering disebut gangguan jiwa (Mawaddah & Muhith, 2018).

Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang terjadi pada seseorang
dan dikaitkan dengan adanya distresss atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area
fungsi yang penting) disertai peningkatan risiko kematian. Gangguan jiwa menyebabkan
penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak lagi menguasai dirinya
untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak/menyakiti dirinya sendiri (Khariza,
2015).

Gangguan jiwa yang utama terjadi di negara-negara berkembang adalah skizofrenia yang
merupakan gangguan jiwa yang mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi
dan perilaku (Andalusia et al., 2017).

Skizofrenia adalah salah satu penyakit yang memengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya
pikiran, persepsi, emosi gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu (Videbeck, 2015).
Gejala klinis skizofrenia: gejala negatif menunjukan ketiadaan atau tidak mencukupinya
perilaku normal, gejala ini termasuk menarik diri secara emosional maupun sosial, apatis,
miskin pembicaraan dan pemikiran. Gejala positif ditandai oleh waham, bicaranya yang kacau,
gangguan perilaku seperti katatonia atau agitasi dan halusinasi (Mirza et al, 2015).

Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Putri &
3

Trimusarofah, 2018).

Data statistik yang dikemukakan oleh World Health Organization (WHO) menyebutkan
bahwa sekitar 35 juta orang di dunia mengalami depresi, 60 juta orang mengalami bipolar, 21
juta orang mengalami skizofrenia, serta 47,5 juta orang mengalami demensia (Kemenkes,
2016).

Prevalensi angka kejadian gangguan jiwa skizofrenia atau psikosis dari tahun 2013-2018
menunjukan angka kejadian (1,7%) pada tahun 2013 meningkat menjadi (7%) pada tahun
2018. Provinsi Bali menjadi wilayah tertinggi dengan angka kejadian (11%) dan Provinsi
Kepulauan Riau menjadi wilayah terendah dengan angka kejadian (3%), sedangkan
Kalimantan Utara berada di urutan ke 16 dengan angka kejadian (7%) (Kemenkes, 2018).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan asuhan keperawatan dalam mengatasi permasalahan kesehatan
masalah utama halusinasi

2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu:
a. Memahami lebih dalam mengenai konsep yang mendasari halusinasi.
b. Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi penglihatan
berdasarkan teori yang ada.

c. Dapat mendesiminasikan asuhan keperawatan dengan masalah utama halusinasi


penglihatan

C. PROSES PEMBUATAN MAKALAH


Mahasiswa melaksanakan praktek keperawatan jiwa selama 15 hari yaitu mulai tanggal
11 Januari 2021. Selama praktik mahasiswa mengidentifikasi klien yang menunjukkan
perilaku halusinasi. Kelompok tertarik dengan kasus yang dialami oleh Tn. M karena
kasus yang dialami oleh pasien cukup kompleks. Tn. M (34 th) klien mengatakan
sering melihat wujud, dan mengikuti perintah wujud tersebut misalkan disuruh melepaskan set infus,
melompat dari atas tempat tidur .Hal ini memacu mahasiswa untuk melakukan asuhan
keperawatan sesuai teori yang ada.

Asuhan keperawatan pada Tn. M dilakukan sejak tanggal 14 Januari 2021 Strategi yang
4

dilakukan kelompok adalah menunjuk salah satu anggota kelompok untuk memulai
interaksi untuk membina hubungan saling percaya dengan klien. Selanjutnya
implementasi dan evaluasi dilakukan sesuai masalah yang ditemukan secara bergantian
oleh anggota kelompok yang lain. Pada setiap terminasi, tim melakukan tindak lanjut
pada klien dan evaluasi oleh anggota kelompok yang selanjutnya kelompok melakukan
diskusi untuk membahas masalah keperawatan klien. dan dikonsultasikan dengan
pembimbing akademik dan pembimbing ruangan untuk mendapat masukan atau saran
sehingga malakah/laporan ini diseminarkan pada tangggal 29 Januari 2021 secara online
dengan pembimbing
BAB II

GAMBARAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Bapak M umur 34 tahun sudah menikah ± 4 tahun, pasien mengatakan Pendidikan


sampai dengan S2, alasan masuk rumah sakit pasien sering melihat sosok yang tidak
nyata ,pasien suka menyendiri, kurang bersosialisasi. Saat pengkajian diperoleh data
bahwa pasien sudah mengalami gangguan kejiwaan sejak Oktober 2020, Selama
pandemic covid 19 pasien ini melakukan pekerjaan mengajarnya secara , tetapi
setiap ada kegiatan di kampus ataupun rapat pasien sebagai dosen tidak pernah
dilibatkan, kondisi kejiwaan pasien makin memburuk ketika pasien beserta istrinya
berencana untuk melakukan program untuk mempunyai keturunan. Selama ± 1.5
tahun program di dokter kandungan tidak mendapat kanhasil yang diinginkan,
karena pasien mempunyai gangguan sistem reproduksi dimana kualitas sperma tidak
baik dan ejakulasi dini yang dialami pasien.

Ketika mengalami masalah tersebut pasien mulai merasa rendah diri, menyendiri,
tidak berososialisasi, mulai melihat wujud – wujud yang tidak nyata. Pasien
mengatakan setiap melihat wujud tersebut ia hanya diam dan mengikuti perintah.
Pasien mengatakan di dalam keluarga pasien berperan sebagai seorang suami , dan
– satunya dari kedua oangtuanya, pasien merasa belum bisa menjadi suami dan anak
yang baik bagi keluarganya.

Dari hasil wawancara dengan keluarga, pasien merupakan anak satu – satunya,
tinggal dengan istrinya ,namun terkadang suka berkunjung kerumah orang tuanya.
Keluarga pasien mengatakan sudah pernah membawa pasien berobat kepsikiater dan
dikatakanpasienmengidapskizofrenia.Setelahitukeluargarutinmembawapasienberoba
t , dan rutin membantu pasien meminum obatnya, selama ±5 bulan mengikuti
pengobatan pasien tampak lebih tenang, namun selanjutnya pasien sudah tidak mau
berobat dan meminum obat – obatan dengan rutin.

Pasien mengatakan orang terdekat adalah ibu dan ayahnya. Pasien mengakan sakit
seperti ini sudah kedua kalinya dirasakan, dan ini yang kedua kalinya masuk
kerumah sakit pada tanggal 14 januari2021,Pasien mengatakan ketika meminum
obat terasa mual, sehingga tidak rutin dalam meminum obat.

Hasil observasi didapatkan data pasien terlihat melepas infus, alat tensi ,ingin turun
dari tempat tidur, pasien tampak tidak dapat memulai pembicaraan , lemah , tidak
bersemangat, afek datar, menyendiri. Kulit dan gigi pasien tampak bersih, pasien
harus selalu diingatkan perawat setiap kali minum obat

B. MASALAH KESEHATAN
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Penglihatan

Data Subyektif:

- Klien mengatakan sering didatangi orang india yang mengatakan agar


klien melepas tensi atau alkes yng terpasang bahkan hampir melompat
dari tempat tidur dan melepas infus, dan tidak perlu meminum obat

Data Obyektif :

- Klien tampak melepas alat tensi dan mengatakan tidak mau mengkonsumsi obat
karena disuruh oleh orang india tersebut

2. Isolasi Sosial

Data Subyektif:

- Klien mengatakan tidak semangat untuk melakukan kegiatan apapun

- Klien mengatakan lebih senang di dalam kamar dan sendiri

Data Obyektif :

- Kontak mata kurang saat diwawancara

- Klien tampak tidak terlalu suka bersosialisasi

3. Harga diri rendah

Data Subyektif

- Klien mengatakan hidupnya tidak berguna


- klien mengatakan tidak bisa menjadi dosen ataupun suami yang baik

- Klien mengatakan merasa tidak berguna karena tidak pernah dilibatkan dalam
kegaiatan di kampus

- Klien mengatakan bila ada masalah lebih banyak menyimpan sendiri

Data Obyektif :

- Klien selalu mengulang dirinya gagal

-Saat berkomunikasi klien lebih banyak menunduk, kontak mata kurang, Afek datar

4. Resiko mencederai diri sendiri ,orang lain dan lingkungan.

Data Subyektif

Klien mengatakan sering didatangi orang india yang mengatakan agar klien melepas
tensi atau alkes yang terpasang bahkan hampir melompat dari tempat tidur dan
melepas infus, dan tidak perlu meminum obat

Data Obyektif :

- Klien tampak ingin melompat ke tempat tidur, melepas infus dan melempar obat2an
yng diberikan

- Klien terpasang restrain di kaki dan tangan

C. POHON MASALAH DAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

GSP Halusinasi
Penglihatan

Isolasi sosial

Harga Diri Rendah

Diagnosa keperawatan
1. Gangguan sensori persepsi Halusinasi Penglihatan

2. Isolasi social

3. Harga diri rendah

4. Resiko mencederai diri sendiri , orang lain dan lingkungan


BAB III
BAB IV

PELAKSANAAN TINDAKAN

Pada kasus Tn. M dengan diagnosa keperawatan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Penglihatan telah dilaksanakan tindakan keperawatan mulai dari SP I hingga SP IV dan
diagnosa keperawatan isolasi sosial, harga diri rendah, koping keluarga inefektif, defisit
perawatan diri SP IP dan resiko perilaku kekerasan. Tujuannya umum : Klien dapat
mengontrol atau mengendalikan halusinasi yang dialaminya dan klien dapat berhubungan
sosial dengan orang lain.

A. Tindakan keperawatan

1. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Penglihatan

a. SP I P

SP I untuk klien yaitu membina hubungan saling percaya antara perawat dan
klien, mengidentifikasi jenis halusinasi klien, mengidentifikasi isi halusinasi
klien, mengidentifikasi waktu halusinasi klien, mengidentifikasi frekuensi
halusinasi, mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi,
mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi dan mengajarkan klien
menghardik, serta menganjurkan klien memasukan ke dalam jadwal kegiatan
harian.

Pada pertemuan pertama 14 januari 2021 perawat melakukan evaluasi tindakan


yang sudah dilakukan klien mengatakan sering didatangi orang india yang
menyuruh untuk melepas selang infus, tidak mau minum obat dan bangun dari
tempat tidur. Penglihatan itu muncul terutama malam hari dan terutama suasana
sedang sepi. Respon klien hanya bisa berdoa agar penglihatan itu hilang, serta
klien terlihat senyum-senyum sendiri. Setelah klien diajarkan cara menghardik,
klien mengikuti cara menghardik dengan bantuan perawat “ Pergi.. pergi saya
tidak mau melihat lagi, kamu bukan wujud yang asli !”. “ Pergi.. pergi saya tidak
mau lihat, kamu bayangan palsu !”. Selanjutnya menganjurkan klien
memasukkan cara menghardik halusinasinya dalam jadwal kegiatan harian. Klien
tampak menghardik secara mandiri. Klien sudah mampu untuk melakukan
dengan menghardik.

b. SP II P

SP II yang dilakukan yaitu mengevaluasi kemampuan klien dalam


mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, mengajarkan klien mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain, menganjurkan klien
memasukan cara bercakap-cakap dengan orang lain ke dalam jadwal kegiatan
harian dan memberikan reinforcement atas keberhasilan klien.

Pada pertemuan kedua tanggal 15 januari 2021, perawat mengevaluasi


kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, klien
masih mengingat cara yang diajarkan dan sudah melakukan menghardik
sebanyak dua kali yaitu saat pagi dan malam hari. Perawat mengajarkan
mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Misalkan
seperti ini “ suster saya melihat wujud yang mengganggu saya , bisakah kita
berbicang – bincang agar wujud ini menghilang?Nanti perawat akan mengajak
bapak berbincang – bincang sampai wujud itu menghilang dengan sendirinya.
Klien tampak mencoba cara bercakap cakap dengan orang lain. Klien bercakap-
cakap dengan perawat “A” dan pasien “D”. Menganjurkan klien memasukan cara
bercakap-cakap dengan orang lain dalam jadwal kegiatan harian. Memberikan
reinforcement atas keberhasilan klien. Klien mampu melakukan cara bercakap-
cakap dengan orang lain.

c. SP III P

SP III yang dilakukan yaitu mengevaluasi kemampuan klien dalam


mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain,
mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan,
menganjurkan klien mengisi jadwal kegiatan harian dan memberikan
reinforcement atas keberhasilan klien.

Pada pertemuan ke tiga tanggal 18 januari 2021 perawat mengevaluasi


kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Klien masih mengingat cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap- cakap dengan orang lain. Klien mampu bercakap-cakap dengan teman
sekamarnya. Selanjutnya perawat mengajarkan cara yang ketiga mengontrol
halusinasi dengan cara melakukan kegiatan aktivitas serta mengisi jadwal
kegiatan harian. Klien tampak mencoba melakukan kegiatan menggambar
pemandangan di kertas lalu mengisi jadwal kegiatan harian. Klien tampak
mampu mengisi jadwal kegiatan harian baik dibantu maupun secara mandiri.
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan serta
mengisi jadwal kegiatan harian.

d. SP IV P

SP IV yang dilakukan yaitu mengevaluasi kemampuan klien dalam


mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat, perawat mengajarkan klien
mengontrol halusinasi dengan pendidikan tentang mengenal penggunaan obat
secara teratur , menganjurkan klien mengisi jadwal kegiatan harian dan
memberikan reinforcement atas keberhasilan klien.

Pada pertemuan keempat tanggal 19 januari 2021 perawat mengevaluasi


kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan
serta mengisi jadwal kegiatan harian. Klien masih ingat cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan serta mengisi jadwal kegiatan harian.
Perawat melanjutkan dengan mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan
cara pendidikan tentang mengenal penggunaan obat secara teratur. Menganjurkan
klien memasukan cara mengontrol halusinasi dengan mengenal penggunaan obat
secara teratur. Perawat melakukan evaluasi kepada klien, klien mengulangi 5
macam obat dengan bantuan perawat, klien lupa warna obat, klien minum obat
dengan bantuan perawat.

2. Defisit Perawatan Diri

a. SP 1 P

SP I untuk klien yaitu membina hubungan saling percaya antara perawat


dan klien, menjelaskan pentingnya kebersihan diri, menjelaskan cara menjaga
kebersihan diri, membantu klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan
diri dan menganjurkan klien memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian.

Pada pertemuan kelima tanggal 19 januari 2021 perawat melakukan


mengidentifikasi tentang personal higiene klien. Klien mengatakan kepalanya
gatal, tampak ada kutu, rambut kusut. Perawat melanjutkan dengan
mengajarkan cara menjaga kebersihan diri dengan cara menjelaskan
pentingnya kebersihan diri. Menganjurkan klien memasukan cara menjaga
kebersihan diri dengan cara menjelaskan pentingnya kebersihan diri. Perawat
melakukan evaluasi kepada klien, klien mengulangi peralatan untuk
membersihkan diri dan melakukan cara melakukan membersihan diri.
Selanjutnya menganjurkan klien memasukkan cara menjaga kebersihan diri
ke dalam jadwal kegiatan harian. Klien mampu melakukan cara menjaga
kebersihan diri dan mampu mempraktekkan cara melakukan kebersihan diri.
BAB V

PEMBAHASAN

A. Proses Terjadinya Masalah


1. Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi

Menurut teori terdapat 3 faktor predisposisi terjadinya halusinasi yaitu faktor


biologis, psikologis dan sosial budaya. Pada klien Tn.M faktor predisposisi yang
mempengaruhi halusinasinya adalah psikologis, bersumber pada keluarga dimana
klien sudah menikah dan belum dikaruniai anak .

Menurut teori terdapat 3 faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi yaitu


faktor biologis, stres lingkungan dan sumber koping. Pada klien Tn.M faktor
presipitasi yang mempengaruhi adalah faktor Stress dalam pekerjaan, dimana klien
merasa tidak pernah dilibatkan dalam proses kampus, hanya diberi tugas mengajar
daring dan tidak pernah dilibatkan dalam hal sepeti rapat.

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 14 januari 2021 klien mengatakan sering
melihat dan didatangi orang seperti orang india yang selalu mangjak untuk melepas
infus, menolak minum obat dan keluar dari tempat tidur . penglihatan itu sering
muncul terutama malam hari dan menjelang pagi hari. mendengar . respon klien
hanya bisa berdoa agar penglihatan itu hilang. Sehingga terdapat masalah
keperawatan Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi Pendengaran.
Resiko Perilaku Kekerasan

GSP : Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

2. Isolasi sosial

Menurut teori terdapat 3 faktor predisposisi terjadinya isolasi sosial yaitu faktor
perkembangan, biologis dan sosio kultural. Pada klien Tn.M faktor predisposisi
yang mempengaruhinya adalah faktor perkembangan karena kurangnya
kepercayaan diri klien terhadap pernikahanya, dimana klien sudah menikah 4 tahun
belum dikaruniai anak, klien merasa seperti tidak berguna

Menurut teori terdapat 3 faktor presipitasi terjadinya isolasi sosial yaitu Stressor
Sosiokultural, Stressor psikologik, Stressor intelektual dan Stressor fisik. Pada klien
Tn.M faktor presipitasi yang mempengaruhi adalah Stressor intelektual,
ketidakmampuan klien membangun kepercayaan dengan orang lain akan persepsi
yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan berhubungan dengan orang
lain.

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 14 januari 2021 Klien hanya memiliki
temen didalam satu ruang perawatan HCU serta perawat HCU , klien lebih sering
melamun di kasur. Klien tidak dapat memulai pembicaraan dan hanya sedikit
berbicara. Klien kurang menatap mata saat diajak bicara dengan perawat. Dari data
yang telah dijelaskan, klien memiliki masalah keperawatan Isolasi Sosial.

3. Harga Diri Rendah

Menurut teori terdapat 3 faktor predisposisi terjadinya Harga Diri Rendah yaitu
faktor gangguan citra tubuh, gangguan harga diri, gangguan peran dan gangguan
identitas diri. Pada Klien Tn. M faktor predisposisi yang mempengaruhi adalah
faktor gangguan harga diri kurangnya penghargaan terhadap usaha klien dalam
membahagiakan kedua orang tuanya serta istrinya untuk mempunyai keturunan.

Menurut teori terdapat 5 faktor presipitasi terjadinya Harga Diri Rendah yaitu
Trauma dan Ketegangan peran. Pada klien Nn.M faktor presipitasi yang
mempengaruhi adalah faktor ketegangan peran yang bersumber pada transisi peran
perkembangan, Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan
keluarga

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 14 januari 2021 Klien mengatakan malu
dalam hal hubungan suami istri, karena klien tidak bisa ejakulasi, klien juga merasa
kurang di hargai dalam pekerjaanya. klien tampak lebih menyendiri tidak bergaul
dengan pasien lain. klien saat diajak berbicara ekspresi klien datar, saat diajak
berbicara kadang tidak menunjukan kontak mata. Sehingga terdapat masalah
keperawatan Harga Diri rendah.

4. Resiko Perilaku Kekerasan

Menurut teori terdapat 2 faktor predisposisi terjadinya Resiko Perilaku Kekerasan


yaitu teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural. Pada klien Tn.M faktor
predisposisi yang mempengaruhi adalah Teori Psikologik, tidak terpenuhinya
kebutuhan klien untuk mendapatkan kepuasan mengakibatkan tidak berkembangnya
ego dan membuat konsep diri rendah. Sehingga menimbulkan perilaku agresif pada
klien.

Menurut teori terdapat 6 faktor presipitasi terjadinya Resiko Perilaku Kekerasan yaitu
ekspresi diri, ekspresi, kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu, ketidaksiapan
seorang ibu, adanya riwayat perilaku anti sosial dan kematian anggota keluarga yang
terpenting. Pada klien Tn. M faktor yang mempengaruhi adalah kesulitan klien dalam
mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog untuk
memecahkan masalah.

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 14 januari 2021 menurut perawat ruangan
bahwa klien dibawa ke RS karena dirumah sering marah-marah serta mengurung diri
dikamar. Sehingga terdapat masalah keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan.

B. Tindakan Keperawatan
Pada kasus Tn. M dengan diagnosa keperawatan Gangguan Sensori Persepsi :
Halusinasi Penglihatan telah dilaksanakan tindakan keperawatan mulai dari SP I
hingga SP IV dan diagnosa keperawatan isolasi sosial, harga diri rendah, koping
keluarga inefektif, defisit perawatan diri SP I P dan resiko perilaku kekerasan.
Tujuannya umum : Klien dapat mengontrol atau mengendalikan halusinasi yang
dialaminya dan klien dapat berhubungan sosial dengan orang.
1. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Penglihatan

Pada tanggal 14 sampai 19 januari 2021 klien mampu melakukan SP 1P


Menghardik dengan satu kali pertemuan. Selanjutnya klien mampu melakukan SP
2P bercakap-cakap dengan satu kali pertemuan, klien mampu melakukan SP 3P
melakukan aktivitas dengan satu kali pertemuan dan klien mampu melakukan SP
4P patuh minum obat dengan satu kali pertemuan.

2. Isolasi Sosial

Pada tanggal 19 januari 2021 klien mampu bersosialisasi dengan temen satu
ruangan dan beberapa perawat.

C. Hambatan
Pada kasus klien Tn.M kelompok menemukan hambatan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan dikarenakan komunikasi klien kadang kurang kooperatif dan hanya mau
berbicara dengan orang tertentu saja. Klien sering tiba tiba berubah mood pada, tetapi
klien mampu mengikuti apa yang kelompok ajarkan dengan baik ditunjukkan dengan
evaluasi hasil klien mampu mempraktikan SP 1P sampai SP 4P halusinasi dengan baik
dan SP 1P defisit perawatan diri.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian diperoleh bahwa klien mengalami beberapa masalah keperawatan
diantaranya halusinasi penglihatan, isolasi sosial, harga diri rendah, dan resiko
perilaku kekerasan. Pada core problem klien saat ini adalah halusinasi penglihatan,
klien mengatakan sering didatangi orang india untuk melepas infus, menolak minum
obat dan keluar dari tempat tidur. Penglihatan itu muncul terutama malam dan
menjelang pagi. respon klien hanya bisa berdoa agar penglihatan itu hilang.
2. Diagnosa keperawatan adalah penilaian kesimpulan yang diambil dari pengkajian
yang penulis angkat pada kasus Tn.M adalah dengan halusinasi penglihatan.
3. Implementasi diatas penulis dapat memberikan 4 SP, yaitu SP 1 mengenal
halusinasi yang dialami (mengidentifikasi jenis halusinasi, isi, waktu, frekuensi,
situasi, respon) dan mengontrol halusinasi (mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik), SP 2P bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi datang, SP
3P dengan melakukan kegiatan harian, SP 4 mengetahui manfaat minum obat secara
teratur.

B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, kelompok memberi saran sebagai berikut:
1. Bagi perawat

Diharapkan dapat meningkatkan prinsip asuhan keperawatan pada klien dengan


halusinasi dapat menghadirkan realita, menurunkan kecemasan pada klien,
melindungi klien dari bahaya halusinasi klien, melakukan validasi terhadap persepsi
klien, bicara tidak mengancam.
2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat meningkatkan bimbingan klinik secara maksimal sehingga


mahasiswa mendapatkan gambaran dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
benar.

3. Bagi kelompok

kelompok dapat meningkatkan pengkajian dengan baik lagi melalui makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M. d. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditam.

Iyus, Y. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT refika Aditama. .

Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Lestari Weny, W. Y. ( 2014). Stigma dan Penanganan Penderita Gangguan Jiwa Berat yang
Dipasung. 157–66.

Mukhripah Damayanti, I. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Ngadiran, A. (2010). Studi Fenomena Pengalaman Keluarga Tentang Beban dan Sumber
Dukungan Keluarga Dalam Merawat Klien Dengan Halusinasi. Thesis.FIK UI.

Prabowo, E. ( 2014 ). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. ogyakart: Nuha Medika.

Simanjuntak, J. (2012). Konseling Gangguan Jiwa Dan Okultisme (Membedakan Gangguan


Jiwa Dan Kerasukan Setan). Jakart: Pt Gramedia Pustaka Utama.

Sundeen, S. A. (2011). Keperawatan Jiwa Edisi III. Jakarta: EGC.

Wijayaningsih, K. s. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta


Timu: TIM.

Videback, Sheila, L. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Y, K. F. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai