DI RUMAH SAKIT X
Disusun Oleh :
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah seminar yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Tn. M dengan Masalah Utama Halusinasi Penglihatan diRS X“. Makalah seminar ini
merupakan salah satu bentuk penugasan dalam profesi keperawatan jiwa yang kami laksanakan
selama 3 minggu, dari tanggal 11 - 29 Januari 2021
Penyusunan makalah seminar ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.
Kelompok
Bunda-Bintaro
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................1
B. TUJUAN.......................................................................................................................2
1. Tujuan Umum.........................................................................................................2
2. Tujuan Khusus........................................................................................................2
C. PROSES PEMBUATAN MAKALAH........................................................................2
BAB II GAMBARAN KASUS......................................................................................................4
A. PENGKAJIAN..............................................................................................................4
B. MASALAH KESEHATAN..........................................................................................5
C. POHON MASALAH DAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN....................................7
BAB III LANDASAN TEORI.......................................................................................................8
A. PROSES TERJADINYA MASALAH.........................................................................8
B. TINDAKAN KEPERAWATAN................................................................................11
BAB IV PELAKSANAAN TINDAKAN....................................................................................16
A. Isolasi Sosial...............................................................................................................16
B. Defisit Perawatan Diri: Kebersihan Diri, Berpakaian................................................17
C. Koping Keluarga Inefektif..........................................................................................17
BAB V PEMBAHASAN............................................................................................................19
BAB VI PENUTUP.....................................................................................................................21
A. KESIMPULAN...........................................................................................................21
B. SARAN.......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................23
LAMPIRAN
iii
2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut undang-undang nomor 18 tahun 2014, kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi
dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja
secara produktif, dan mampu memberikan konstribusi untuk komunitasnya (Kementerian
hukum dan HAM, 2014).
Selama ini masyarakat menganggap bahwa masalah kesehatan jiwa hanya terjadi pada orang-
orang yang memiliki gangguan jiwa saja atau yang kerap disebut orang awam sebagai orang
gila. Padahal, kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan, yang
mempunyai cakupan yang lebih luas dan merupakan kebutuhan bagi setiap orang, baik orang
yang sehat jiwa, seseorang dengan risiko psikososial maupun orang dengan gangguan jiwa
berat atau yang sering disebut gangguan jiwa (Mawaddah & Muhith, 2018).
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang terjadi pada seseorang
dan dikaitkan dengan adanya distresss atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area
fungsi yang penting) disertai peningkatan risiko kematian. Gangguan jiwa menyebabkan
penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak lagi menguasai dirinya
untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak/menyakiti dirinya sendiri (Khariza,
2015).
Gangguan jiwa yang utama terjadi di negara-negara berkembang adalah skizofrenia yang
merupakan gangguan jiwa yang mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi
dan perilaku (Andalusia et al., 2017).
Skizofrenia adalah salah satu penyakit yang memengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya
pikiran, persepsi, emosi gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu (Videbeck, 2015).
Gejala klinis skizofrenia: gejala negatif menunjukan ketiadaan atau tidak mencukupinya
perilaku normal, gejala ini termasuk menarik diri secara emosional maupun sosial, apatis,
miskin pembicaraan dan pemikiran. Gejala positif ditandai oleh waham, bicaranya yang kacau,
gangguan perilaku seperti katatonia atau agitasi dan halusinasi (Mirza et al, 2015).
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Putri &
3
Trimusarofah, 2018).
Data statistik yang dikemukakan oleh World Health Organization (WHO) menyebutkan
bahwa sekitar 35 juta orang di dunia mengalami depresi, 60 juta orang mengalami bipolar, 21
juta orang mengalami skizofrenia, serta 47,5 juta orang mengalami demensia (Kemenkes,
2016).
Prevalensi angka kejadian gangguan jiwa skizofrenia atau psikosis dari tahun 2013-2018
menunjukan angka kejadian (1,7%) pada tahun 2013 meningkat menjadi (7%) pada tahun
2018. Provinsi Bali menjadi wilayah tertinggi dengan angka kejadian (11%) dan Provinsi
Kepulauan Riau menjadi wilayah terendah dengan angka kejadian (3%), sedangkan
Kalimantan Utara berada di urutan ke 16 dengan angka kejadian (7%) (Kemenkes, 2018).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan asuhan keperawatan dalam mengatasi permasalahan kesehatan
masalah utama halusinasi
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu:
a. Memahami lebih dalam mengenai konsep yang mendasari halusinasi.
b. Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi penglihatan
berdasarkan teori yang ada.
Asuhan keperawatan pada Tn. M dilakukan sejak tanggal 14 Januari 2021 Strategi yang
4
dilakukan kelompok adalah menunjuk salah satu anggota kelompok untuk memulai
interaksi untuk membina hubungan saling percaya dengan klien. Selanjutnya
implementasi dan evaluasi dilakukan sesuai masalah yang ditemukan secara bergantian
oleh anggota kelompok yang lain. Pada setiap terminasi, tim melakukan tindak lanjut
pada klien dan evaluasi oleh anggota kelompok yang selanjutnya kelompok melakukan
diskusi untuk membahas masalah keperawatan klien. dan dikonsultasikan dengan
pembimbing akademik dan pembimbing ruangan untuk mendapat masukan atau saran
sehingga malakah/laporan ini diseminarkan pada tangggal 29 Januari 2021 secara online
dengan pembimbing
BAB II
GAMBARAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Ketika mengalami masalah tersebut pasien mulai merasa rendah diri, menyendiri,
tidak berososialisasi, mulai melihat wujud – wujud yang tidak nyata. Pasien
mengatakan setiap melihat wujud tersebut ia hanya diam dan mengikuti perintah.
Pasien mengatakan di dalam keluarga pasien berperan sebagai seorang suami , dan
– satunya dari kedua oangtuanya, pasien merasa belum bisa menjadi suami dan anak
yang baik bagi keluarganya.
Dari hasil wawancara dengan keluarga, pasien merupakan anak satu – satunya,
tinggal dengan istrinya ,namun terkadang suka berkunjung kerumah orang tuanya.
Keluarga pasien mengatakan sudah pernah membawa pasien berobat kepsikiater dan
dikatakanpasienmengidapskizofrenia.Setelahitukeluargarutinmembawapasienberoba
t , dan rutin membantu pasien meminum obatnya, selama ±5 bulan mengikuti
pengobatan pasien tampak lebih tenang, namun selanjutnya pasien sudah tidak mau
berobat dan meminum obat – obatan dengan rutin.
Pasien mengatakan orang terdekat adalah ibu dan ayahnya. Pasien mengakan sakit
seperti ini sudah kedua kalinya dirasakan, dan ini yang kedua kalinya masuk
kerumah sakit pada tanggal 14 januari2021,Pasien mengatakan ketika meminum
obat terasa mual, sehingga tidak rutin dalam meminum obat.
Hasil observasi didapatkan data pasien terlihat melepas infus, alat tensi ,ingin turun
dari tempat tidur, pasien tampak tidak dapat memulai pembicaraan , lemah , tidak
bersemangat, afek datar, menyendiri. Kulit dan gigi pasien tampak bersih, pasien
harus selalu diingatkan perawat setiap kali minum obat
B. MASALAH KESEHATAN
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Penglihatan
Data Subyektif:
Data Obyektif :
- Klien tampak melepas alat tensi dan mengatakan tidak mau mengkonsumsi obat
karena disuruh oleh orang india tersebut
2. Isolasi Sosial
Data Subyektif:
Data Obyektif :
Data Subyektif
- Klien mengatakan merasa tidak berguna karena tidak pernah dilibatkan dalam
kegaiatan di kampus
Data Obyektif :
-Saat berkomunikasi klien lebih banyak menunduk, kontak mata kurang, Afek datar
Data Subyektif
Klien mengatakan sering didatangi orang india yang mengatakan agar klien melepas
tensi atau alkes yang terpasang bahkan hampir melompat dari tempat tidur dan
melepas infus, dan tidak perlu meminum obat
Data Obyektif :
- Klien tampak ingin melompat ke tempat tidur, melepas infus dan melempar obat2an
yng diberikan
GSP Halusinasi
Penglihatan
Isolasi sosial
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan sensori persepsi Halusinasi Penglihatan
2. Isolasi social
PELAKSANAAN TINDAKAN
Pada kasus Tn. M dengan diagnosa keperawatan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Penglihatan telah dilaksanakan tindakan keperawatan mulai dari SP I hingga SP IV dan
diagnosa keperawatan isolasi sosial, harga diri rendah, koping keluarga inefektif, defisit
perawatan diri SP IP dan resiko perilaku kekerasan. Tujuannya umum : Klien dapat
mengontrol atau mengendalikan halusinasi yang dialaminya dan klien dapat berhubungan
sosial dengan orang lain.
A. Tindakan keperawatan
a. SP I P
SP I untuk klien yaitu membina hubungan saling percaya antara perawat dan
klien, mengidentifikasi jenis halusinasi klien, mengidentifikasi isi halusinasi
klien, mengidentifikasi waktu halusinasi klien, mengidentifikasi frekuensi
halusinasi, mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi,
mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi dan mengajarkan klien
menghardik, serta menganjurkan klien memasukan ke dalam jadwal kegiatan
harian.
b. SP II P
c. SP III P
d. SP IV P
a. SP 1 P
PEMBAHASAN
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 14 januari 2021 klien mengatakan sering
melihat dan didatangi orang seperti orang india yang selalu mangjak untuk melepas
infus, menolak minum obat dan keluar dari tempat tidur . penglihatan itu sering
muncul terutama malam hari dan menjelang pagi hari. mendengar . respon klien
hanya bisa berdoa agar penglihatan itu hilang. Sehingga terdapat masalah
keperawatan Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi Pendengaran.
Resiko Perilaku Kekerasan
Isolasi Sosial
2. Isolasi sosial
Menurut teori terdapat 3 faktor predisposisi terjadinya isolasi sosial yaitu faktor
perkembangan, biologis dan sosio kultural. Pada klien Tn.M faktor predisposisi
yang mempengaruhinya adalah faktor perkembangan karena kurangnya
kepercayaan diri klien terhadap pernikahanya, dimana klien sudah menikah 4 tahun
belum dikaruniai anak, klien merasa seperti tidak berguna
Menurut teori terdapat 3 faktor presipitasi terjadinya isolasi sosial yaitu Stressor
Sosiokultural, Stressor psikologik, Stressor intelektual dan Stressor fisik. Pada klien
Tn.M faktor presipitasi yang mempengaruhi adalah Stressor intelektual,
ketidakmampuan klien membangun kepercayaan dengan orang lain akan persepsi
yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan berhubungan dengan orang
lain.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 14 januari 2021 Klien hanya memiliki
temen didalam satu ruang perawatan HCU serta perawat HCU , klien lebih sering
melamun di kasur. Klien tidak dapat memulai pembicaraan dan hanya sedikit
berbicara. Klien kurang menatap mata saat diajak bicara dengan perawat. Dari data
yang telah dijelaskan, klien memiliki masalah keperawatan Isolasi Sosial.
Menurut teori terdapat 3 faktor predisposisi terjadinya Harga Diri Rendah yaitu
faktor gangguan citra tubuh, gangguan harga diri, gangguan peran dan gangguan
identitas diri. Pada Klien Tn. M faktor predisposisi yang mempengaruhi adalah
faktor gangguan harga diri kurangnya penghargaan terhadap usaha klien dalam
membahagiakan kedua orang tuanya serta istrinya untuk mempunyai keturunan.
Menurut teori terdapat 5 faktor presipitasi terjadinya Harga Diri Rendah yaitu
Trauma dan Ketegangan peran. Pada klien Nn.M faktor presipitasi yang
mempengaruhi adalah faktor ketegangan peran yang bersumber pada transisi peran
perkembangan, Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan
keluarga
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 14 januari 2021 Klien mengatakan malu
dalam hal hubungan suami istri, karena klien tidak bisa ejakulasi, klien juga merasa
kurang di hargai dalam pekerjaanya. klien tampak lebih menyendiri tidak bergaul
dengan pasien lain. klien saat diajak berbicara ekspresi klien datar, saat diajak
berbicara kadang tidak menunjukan kontak mata. Sehingga terdapat masalah
keperawatan Harga Diri rendah.
Menurut teori terdapat 6 faktor presipitasi terjadinya Resiko Perilaku Kekerasan yaitu
ekspresi diri, ekspresi, kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu, ketidaksiapan
seorang ibu, adanya riwayat perilaku anti sosial dan kematian anggota keluarga yang
terpenting. Pada klien Tn. M faktor yang mempengaruhi adalah kesulitan klien dalam
mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog untuk
memecahkan masalah.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 14 januari 2021 menurut perawat ruangan
bahwa klien dibawa ke RS karena dirumah sering marah-marah serta mengurung diri
dikamar. Sehingga terdapat masalah keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan.
B. Tindakan Keperawatan
Pada kasus Tn. M dengan diagnosa keperawatan Gangguan Sensori Persepsi :
Halusinasi Penglihatan telah dilaksanakan tindakan keperawatan mulai dari SP I
hingga SP IV dan diagnosa keperawatan isolasi sosial, harga diri rendah, koping
keluarga inefektif, defisit perawatan diri SP I P dan resiko perilaku kekerasan.
Tujuannya umum : Klien dapat mengontrol atau mengendalikan halusinasi yang
dialaminya dan klien dapat berhubungan sosial dengan orang.
1. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Penglihatan
2. Isolasi Sosial
Pada tanggal 19 januari 2021 klien mampu bersosialisasi dengan temen satu
ruangan dan beberapa perawat.
C. Hambatan
Pada kasus klien Tn.M kelompok menemukan hambatan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan dikarenakan komunikasi klien kadang kurang kooperatif dan hanya mau
berbicara dengan orang tertentu saja. Klien sering tiba tiba berubah mood pada, tetapi
klien mampu mengikuti apa yang kelompok ajarkan dengan baik ditunjukkan dengan
evaluasi hasil klien mampu mempraktikan SP 1P sampai SP 4P halusinasi dengan baik
dan SP 1P defisit perawatan diri.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian diperoleh bahwa klien mengalami beberapa masalah keperawatan
diantaranya halusinasi penglihatan, isolasi sosial, harga diri rendah, dan resiko
perilaku kekerasan. Pada core problem klien saat ini adalah halusinasi penglihatan,
klien mengatakan sering didatangi orang india untuk melepas infus, menolak minum
obat dan keluar dari tempat tidur. Penglihatan itu muncul terutama malam dan
menjelang pagi. respon klien hanya bisa berdoa agar penglihatan itu hilang.
2. Diagnosa keperawatan adalah penilaian kesimpulan yang diambil dari pengkajian
yang penulis angkat pada kasus Tn.M adalah dengan halusinasi penglihatan.
3. Implementasi diatas penulis dapat memberikan 4 SP, yaitu SP 1 mengenal
halusinasi yang dialami (mengidentifikasi jenis halusinasi, isi, waktu, frekuensi,
situasi, respon) dan mengontrol halusinasi (mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik), SP 2P bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi datang, SP
3P dengan melakukan kegiatan harian, SP 4 mengetahui manfaat minum obat secara
teratur.
B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, kelompok memberi saran sebagai berikut:
1. Bagi perawat
3. Bagi kelompok
kelompok dapat meningkatkan pengkajian dengan baik lagi melalui makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Lestari Weny, W. Y. ( 2014). Stigma dan Penanganan Penderita Gangguan Jiwa Berat yang
Dipasung. 157–66.
Ngadiran, A. (2010). Studi Fenomena Pengalaman Keluarga Tentang Beban dan Sumber
Dukungan Keluarga Dalam Merawat Klien Dengan Halusinasi. Thesis.FIK UI.
Prabowo, E. ( 2014 ). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. ogyakart: Nuha Medika.
Videback, Sheila, L. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.