Anda di halaman 1dari 12

Pertemuan 7

Tutor : Ns. Riska Amalya, M.Kep, Sp.Kep Jiwa

Waktu: 2 x 60 menit

Submateri pertemuan:
1. Obat-Obatan Jiwa
2. Fase Berduka
3. SP Jiwa
4. Faktor Presipitasi dan Predisposisi

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 1


OBAT-OBATAN JIWA

Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada susunan saraf pusat. Efek
utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, yang biasanya digunakan untuk pengobatan
gangguan kejiwaan. Terdapat banyak jenis obat psikofarmaka dengan farmako kinetik khusus
untuk mengontrol dan mengendalikan perilaku pasien gangguan jiwa. Golongan dan jenis
psikofarmaka ini perlu diketahui perawat dapat mengembangkan upaya kolaborasi
pemberian psikofarmaka, mengidentifikasi dan mengantisipasi terjadinya efek samping, serta
memadukan dengan berbagai alternatif terapi lainnya. Berdasarkan efek klinik, obat
psikotropika dibagi menjadi golongan antipsikotik, antidepresan, antiansietas, dan antimanik
(mood stabilizer).

A. Antipsikotik
Obat ini dahulu disebut neuroleptika atau major tranqullizer. Indikasi utama obat
golonganini adalah untuk penderita gangguan psikotik (skizofrenia atau psikotik
lainnya). Klasifikasinya antara lain sebagai berikut.
1. Derivat fenotiazin
Rantai samping alifatik Rantai samping piperazin Rantai samping piperidin
Contoh : Contoh : Contoh:
1) Chlorpromazine 1) Trifluoperazin Thioridazin (Melleril)
(Largatil, ethibernal) (Stelazine)
2) 2) Levomepromazine 2) Perfenazin (Trilafon)
(Nozinan) 3) Flufenazin (Anatensol)

2. Derivat butirofenon
Contoh: Haloperidol (Haldol, Serenace)
3. Derivat thioxanten
Contoh: Klorprotixen (Taractan)
4. Derivat dibenzoxasepin
Contoh: Loksapin
5. Derivat difenilbutilpiperidin
Contoh Pimozide (Orap)
6. Derivat benzamide
Contoh: Sulpirid (dogmatil)
7. Derivat benzisoxazole
Contoh: Risperidon (Risperdal)
8. Derivat dibenzoxasepin (antipsikotik atipikal)
Contoh: Clozapin (Leponex)

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 2


Efek utama obat antipsikotik adalah menyupresi gejala psikotik seperti gangguan proses
pikir (waham), gangguan persepsi (halusinasi), aktivitas psikomotor yang berlebihan
(agresivitas), dan juga memiliki efek sedatif serta efek samping ekstrapiramidal.
Timbulnya efek samping sangat bervariasi dan bersifat individual. Efek samping yang
dapat terjadi antara lain sebagai berikut.
1. Gangguan neurologik
a. Gejala ekstrapiramidal
a) Akatisia
Kegelisahan motorik, tidak dapat duduk diam, jalan salah duduk pun tak enak.
b) Distonia akut
Kekakuan otot terutama otot lidah (protusio lidah), tortikolis (otot leher
tertarikke satu sisi), opistotonus (otot punggung tertarik ke belakang), dan
okulogirikrisis (mata seperti tertarik ke atas).
c) Sindroma Parkinson/Parkinsonisme
Terdapat rigiditas otot/fenomena roda bergerigi, tremor kasar, muka
topeng,hipersalivasi, disartria.
d) Diskinesia tardif
Gerakan-gerakan involunter yang berulang, serta mengenai bagian
tubuh/kelompok otot tertentu yang biasanya timbul setelah pemakaian
antipsikotik jangka lama.

b. Sindroma neuroleptika maligna


Kondisi gawat darurat yang ditandai dengan timbulnya febris tinggi, kejang-
kejang,denyut nadi meningkat, keringat berlebihan, dan penurunan kesadaran.
Sering terjadi pada pemakaian kombinasi antipsikotik golongan Butirofenon
dengan garam lithium.

c. Penurunan ambang kejang


Perlu diperhatikan pada penderita epilepsi yang mendapat antipsikotik.

2. Gangguan otonom
a. Hipotensi ortostatik/postural
Penurunan tekanan darah pada perubahan posisi, misalnya dari keadaan
berbaring kemudian tiba-tiba berdiri, sehingga dapat terjatuh atau
syok/kesadaran menurun.
b. Gangguan sistem gastrointestinal
Mulut kering, obstipasi, hipersalivasi, dan diare.
c. Gangguan sistem urogenital
Inkontinensia urine.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 3


d. Gangguan pada mata
Kesulitan akomodasi, penglihatan kabur, fotofobia karena terjadi mydriasis.
e. Gangguan pada hidung
Selaput lendir hidung edema sehingga pasien mengeluh hidungnya mampet.

3. Gangguan hormonal
a. Hiperprolaktinemia
b. Galactorrhoea
c. Amenorrhoea
d. Gynecomastia pada laki-laki

4. Gangguan hematologi
a. Agranulositosis
b. Thrombosis
c. Neutropenia

5. Lain-lain
Dapat terjadi ikterus obstruktif, impotensia/disfungsi seksual, alergi, pigmentasi
retina,dermatosis.

B. Antidepresan
Merupakan golongan obat-obatan yang mempunyai khasiat mengurangi atau
menghilangkangejala depresif.Pada umumnya bekerja meningkatkan neurotransmitter
norepinefrin dan serotonin.

Klasifikasinya antara lain sebagai berikut.


1.Golongan trisiklik
Contoh:
a. Imipramin (Tofranil)
b. Amitriptilin (Laroxyl)
c. Clomipramin (Anafranil)
2.Golongan tetrasiklik
Contoh: Maprotilin (Ludiomil)
3.Golongan monoaminoksidase inhibitor (MAOI)
Contoh: Rima/Moclobemide (Auroric)
4.Golongan serotonin selective reuptake inhibitor (SSRI)
Contoh:
a. Setralin (Zoloft)
b. Paroxetine (Seroxal)
c. Fluoxetine (Prozax)

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 4


Untuk gangguan depresi berat dengan kecenderungan bunuh diri, perlu
dipertimbangkanpenggunaan ECT sebagai pendamping pemberian antidepresan.
Efek samping yang sering terjadi pada pemberian antidepresan antara lain
sebagaiberikut.
1. Gangguan pada sistem kardiovaskular.
a. Hipotensi, terutama pada pasien usia lanjut.
b. Hipertensi (sering terjadi pada antidepresan golongan MAOI yang klasik).
c. Perubahan pada gambaran EKG (kardiotoksik terutama pada antidepresan
golongantrisiklik).
2. Gangguan sistem atonom akibat efek antikolinergik.
Obstipasi, mulut dan tenggorokan kering, mual, sakit kepala, serta lain-lain.

C. Antiansietas (Anxiolytic Sedative)


Obat golongan ini dipakai untuk mengurangi ansietas/kecemasan yang patologis tanpa
banyakberpengaruh pada fungsi kognitif.Secara umum, obat-obat ini berefek sedatif
dan berpotensimenimbulkan toleransi/ketergantungan terutama pada golongan
Benzodiazepin.

Klasifikasinya adalah sebagai berikut.


Derivat benzodiazepin Derivat gliserol Derivat barbitrat
Contoh: Contoh: Meprobamat Contoh: Fenobarbital
a. Klordiazopoksid (Deparon) (Luminal)
(Librium)
b. Diazepam (Valium)
c. Bromazepam
(Lexotan)
d. Lorazepam (Aktivan)
e. Clobazam (Frisium)
f. Alprazolam (Xanax)
g. Buspiron (Buspar)

Obat-obat golongan Benzodiazepam paling banyak disalahgunakan karena


efekhipnotiknya dan terjaminnya keamanan dalam pemakaian dosis yang berlebih.
Obat-obatgolongan ini tidak berefek fatal pada overdosis kecuali bila dipakai dalam
kombinasi denganantisiolitik jenis lain atau dicampur alkohol.
Efek samping yang sering dikeluhkan adalah sebagai berikut.
1. Rasa mengantuk yang berat.
2. Sakit kepala.
3. Disartria.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 5


4. Nafsu makan bertambah.
5. Ketergantungan.
6. Gejala putus zat (gelisah, tremor, bila berat bisa sampai terjadi kejang-kejang).

D. Antimanik (Mood Stabilizer)


Merupakan kelompok obat yang berkhasiat untuk kasus gangguan afektif bipolar
terutamaepisodik mania dan sekaligus dipakai untuk mencegah kekambuhannya. Obat
yang termasuk kelompok ini adalah sebagai berikut.
1. Golongan garam lithium (Teralith, Priadel)
2. Karbamazepin (Tegretol, Temporol)
3. Asam Valproat

Hal yang penting untuk diperhatikan pada pemberian obat golongan ini adalahkadarnya
dalam plasma. Misalnya pada pemberian lithium karbonat, dosis efektif antara0,8–1,2
meq/L. Hal ini perlu selalu dimonitor karena obat ini bersifat toksik terutamaterhadap
ginjal.Efek samping yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut.
1. Tremor halus
2. Vertigo dan rasa lelah
3. Diare dan muntah-muntah
4. Oliguria dan anuria
5. Konvulsi
6. Kesadaran menurun
7. Edema
8. Ataksia dan tremor kasar

Berbagai obat yang sering digunakan di rumah sakit jiwa dan tindakan keperawatanyang
dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Golongan Butirofenon (Haloperidol, Serenace)
a. Efek
Antipsikotik, sedasi psikomotor, mengontrol keseimbangan psikis dan
otomatik,menghambat gerakan-gerakan yang tidak terkendali dan
antiemetik.
b. Efek samping
Efek ekstrapiramidal, spasme otot, dan parkinson.
c. Tindakan keperawatan
Observasi ketat tingkah laku pasien, beri dukungan dan rasa aman kepada
pasien,berada dekat pasien. Selain itu, lakukan tindakan kolaboratif dengan
pemberianobat-obat antikolinergik untuk mengatasi spasme otot dan
dopamin agonis untukmengatasi parkinson.
d. Cara pemberian: per oral

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 6


2. Golongan Fenotiazin (Klorpromazin, Stelazine)
a. Efek
Penenang dengan daya kerja antipsikotik, antisiolitik, dan antiemetik yang kuat.
b. Efek samping
1) Efek antikolinergik: hipotensi orthostatik, konstipasi, mulut kering,
penglihatankabur.
2) Efek ekstrapiramidal pada pemakaian dosis tinggi atau pada pasien berusia
diatas 40 tahun seperti gelisah dan sukar tidur.
c. Tindakan keperawatan
1) Untuk efek antikolinergik
a) Observasi bising usus, beri diet tinggi serat, tingkatkan input cairan, danberi
aktivitas untuk mencegah konstipasi.
b) Monitor tekanan darah, tingkatkan volume cairan untuk
mengembangkanpembuluh darah dan beritahu pasien untuk berpindah
posisi perlahanlahanuntuk mengontrol hipotensi orthostatik.
c) Beri pelembap mulut secara berkala untuk mengurangi rasa kering,
misalnyagliserin.
d) Anjurkan pasien untuk tidak bekerja dengan alat berbahaya, benda
tajam,dan tidak bepergian untuk mengurangi kecelakaan akibat adanya
kekaburanpandangan.
e) Kolaborasi: pemberian kolinergik agonis dan laksatif.
2) Untuk efek ekstrapiramidal
a) Prinsip tindakan sama dengan pada pemberian haloperidol.
b) Untuk mengatasi sulit tidur dapat diberi susu hangat sebelum tidur atau
c) dengan cara lain.
d. Cara pemberian: per oral

3. Trihexifenidil yaitu obat yang digunakan untuk mengatasi efek ekstrapiramidal. Cara
pemberian: per oral

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 7


Kata Kunci
Obat yang biasa diberikan pada pasien halusinasi yaitu:
1. CPZ (Chlorpromazine)
Obat CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara yang selalu mengganggu pikiran
pasien.Efek samping obat CPZ adalah sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk,
hipotensi orthostatik,mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenorrhae pada
wanita. Warna obat orange.
2. THP (Trihexiphenidyl)
Obat THP gunanya untuk merileksasikan pikiran dan otot agar tidak kaku. Efek samping
obat THP adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih,gelisah. Warna obat putih.

3. HLP (Haloperidol)
Obat HLP gunanya untuk membuat pikiran menjadi tenang.Efek samping ekstrapiramidal:
gejala fisik, termasuk tremor , bicara cadel, akatisia, distonia , kecemasan, kesedihan,
paranoia.Warna obat merah jambu.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 8


FASE BERDUKA

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.Stroebe dan


Stroebe (1987) (dalam Moyle & Hogan, 2006) menganggap berduka sebagai situasi objektif
dari seorang individu yang baru saja mengalami kehilangan dari sesuatu yang sebelumnya ada
menjadi tidak ada.Berduka mengacu pada respons emosional terhadap kehilangan ini,
termasuk beberapa reaksi psikologis dan fisik (Buglass, 2010).Terdapat beberapa teori
mengenai tahap berduka.Salah satunya adalahteori yang dikemukan Kubler-Ross (1969)
(dalam Moyle & Hogan, 2006).Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross adalah
berorientasipada perilaku dan menyangkut lima tahap, yaitu sebagai berikut:

1) Fase pengingkaran (Denial)


Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis,gelisah, lemah, letih,
dan pucat.Individu bertindak seperti seolah tidakterjadi apa-apa dan dapat menolak untuk
mempercayai bahwa telahterjadi kehilangan.Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin
sepertiitu.” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umumnya dilontarkan klien.

2) Fase kemarahan (Anger)


Perasaan marah dapat diproyeksikan pada orang atau benda yangditandai dengan muka
merah, suara keras, tangan mengepal, nadicepat, gelisah, dan perilaku agresif.Individu
mempertahankankehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap orang dansegala
sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase iniindividu akan lebih sensitif
sehingga mudah sekali tersinggung danmarah. Hal ini merupakan koping individu untuk
menutupi rasakecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi
kehilangan.

3) Fase tawar menawar (Bargaining)


Individu mampu mengungkapkan rasa marah akan kehilangan, ia akanmengekspresikan
rasa bersalah, takut dan rasa berdosa. Individuberupaya untuk membuat perjanjian
dengan cara yang halus atau jelasuntuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, individu
sering kalimencari pendapat orang lain. Peran perawat pada tahap ini adalahdiam,
mendengarkan, dan memberikan sentuhan terapeutik.

4) Fase depresi (Depression)


Fase ini terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyatadari makna kehilangan
tersebut.Individu menunjukan sikap menarikdiri, tidak mau bicara, putus asa. Perilaku
yang muncul sepertimenolak makan, susah tidur, dan dorongan libido menurun.
Peranperawat pada fase ini tetap mendampingi individu dan tidak meninggalkannya
sendirian.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 9


5) Fase penerimaan (Acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang berpusat pada
objek kehilangan mulai berkurang. Peran perawat pada tahap ini menemani klien bila
mungkin, bicara dengan pasien,dan menanyakan apa yang dibutuhkan klien.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 10


SP JIWA

SP (Terlampir)

Kata Kunci:
Tindakan yang diberikan pada pasien harus disesuaikan dengan kondisi pasien pada saat itu
dan pasien berhak memilih tindakan apa yang akan diberikan oleh perawat.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 11


FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI

1. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi merupakan faktor yang menyebabkan individu mengalami gangguan jiwa (>6
bulan). Faktor predisposisi juga merupakan faktor risiko dan protektif yang mempengaruhi jenis
dan jumlah sumber yang dapat digunakan seseorang untuk mengatasi stress. Faktor predisposisi
terdiri dari aspek biologis, psikologis, dan sosial budaya.
a. Predisposisi biologis meliputi latar belakang genetik, status nutrisi, kepekaan biologis,
kesehatan secara umum, dan keterpaparan pada racun
b. Predisposisi psikologis meliputi intelegensi, keterampilan verbal, moral, kepribadian,
pengalaman masa lalu, konsep diri dan motivasi, pertahanan psikologis, dan fokus kendali
(suatu perasaan pengendalian terhadap nasib diri sendiri)
c. Predisposisi sosial budaya meliputi usia, gender, pendidikan, penghasilan, pekerjaan, latar
belakang budaya, keyakinan religi, afiliasi politik, pengalaman sosialisasi, dan tingkat integrasi
sosial

2. FAKTOR PRESIPITASI

Faktor presipitasi adalah stimulus yang menantang, mengancam, atau menuntut individu (faktor
pencetus waktu terjadi < 6 bulan). Mereka memerlukan energi tambahan dan mengakibatkan
suatu ketegangan dan stress. Stresor ini dapat bersifat biologis, psikologis, atau sosial budaya.
Stimulus ini berasal baik dari lingkungan internal maupun lingkungan eksternal manusia. Juga
penting untuk mengkaji waktu stresor, yang mencakup kejadian stresor, berapa lama seseorang
terpapar pada stresor, dan seberapa sering terjadi. Faktor terakhir adalah jumlah stresor yang
dialami individu dalam masa tertentu karena kejadian yang menimbulkaan stress mungkin lebih
sulit diatasi apabila terjadi beberapa kali dalam waktu berdekatan.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 12

Anda mungkin juga menyukai