Waktu: 2 x 60 menit
Submateri pertemuan:
1. Obat-Obatan Jiwa
2. Fase Berduka
3. SP Jiwa
4. Faktor Presipitasi dan Predisposisi
Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada susunan saraf pusat. Efek
utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, yang biasanya digunakan untuk pengobatan
gangguan kejiwaan. Terdapat banyak jenis obat psikofarmaka dengan farmako kinetik khusus
untuk mengontrol dan mengendalikan perilaku pasien gangguan jiwa. Golongan dan jenis
psikofarmaka ini perlu diketahui perawat dapat mengembangkan upaya kolaborasi
pemberian psikofarmaka, mengidentifikasi dan mengantisipasi terjadinya efek samping, serta
memadukan dengan berbagai alternatif terapi lainnya. Berdasarkan efek klinik, obat
psikotropika dibagi menjadi golongan antipsikotik, antidepresan, antiansietas, dan antimanik
(mood stabilizer).
A. Antipsikotik
Obat ini dahulu disebut neuroleptika atau major tranqullizer. Indikasi utama obat
golonganini adalah untuk penderita gangguan psikotik (skizofrenia atau psikotik
lainnya). Klasifikasinya antara lain sebagai berikut.
1. Derivat fenotiazin
Rantai samping alifatik Rantai samping piperazin Rantai samping piperidin
Contoh : Contoh : Contoh:
1) Chlorpromazine 1) Trifluoperazin Thioridazin (Melleril)
(Largatil, ethibernal) (Stelazine)
2) 2) Levomepromazine 2) Perfenazin (Trilafon)
(Nozinan) 3) Flufenazin (Anatensol)
2. Derivat butirofenon
Contoh: Haloperidol (Haldol, Serenace)
3. Derivat thioxanten
Contoh: Klorprotixen (Taractan)
4. Derivat dibenzoxasepin
Contoh: Loksapin
5. Derivat difenilbutilpiperidin
Contoh Pimozide (Orap)
6. Derivat benzamide
Contoh: Sulpirid (dogmatil)
7. Derivat benzisoxazole
Contoh: Risperidon (Risperdal)
8. Derivat dibenzoxasepin (antipsikotik atipikal)
Contoh: Clozapin (Leponex)
2. Gangguan otonom
a. Hipotensi ortostatik/postural
Penurunan tekanan darah pada perubahan posisi, misalnya dari keadaan
berbaring kemudian tiba-tiba berdiri, sehingga dapat terjatuh atau
syok/kesadaran menurun.
b. Gangguan sistem gastrointestinal
Mulut kering, obstipasi, hipersalivasi, dan diare.
c. Gangguan sistem urogenital
Inkontinensia urine.
3. Gangguan hormonal
a. Hiperprolaktinemia
b. Galactorrhoea
c. Amenorrhoea
d. Gynecomastia pada laki-laki
4. Gangguan hematologi
a. Agranulositosis
b. Thrombosis
c. Neutropenia
5. Lain-lain
Dapat terjadi ikterus obstruktif, impotensia/disfungsi seksual, alergi, pigmentasi
retina,dermatosis.
B. Antidepresan
Merupakan golongan obat-obatan yang mempunyai khasiat mengurangi atau
menghilangkangejala depresif.Pada umumnya bekerja meningkatkan neurotransmitter
norepinefrin dan serotonin.
Hal yang penting untuk diperhatikan pada pemberian obat golongan ini adalahkadarnya
dalam plasma. Misalnya pada pemberian lithium karbonat, dosis efektif antara0,8–1,2
meq/L. Hal ini perlu selalu dimonitor karena obat ini bersifat toksik terutamaterhadap
ginjal.Efek samping yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut.
1. Tremor halus
2. Vertigo dan rasa lelah
3. Diare dan muntah-muntah
4. Oliguria dan anuria
5. Konvulsi
6. Kesadaran menurun
7. Edema
8. Ataksia dan tremor kasar
Berbagai obat yang sering digunakan di rumah sakit jiwa dan tindakan keperawatanyang
dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Golongan Butirofenon (Haloperidol, Serenace)
a. Efek
Antipsikotik, sedasi psikomotor, mengontrol keseimbangan psikis dan
otomatik,menghambat gerakan-gerakan yang tidak terkendali dan
antiemetik.
b. Efek samping
Efek ekstrapiramidal, spasme otot, dan parkinson.
c. Tindakan keperawatan
Observasi ketat tingkah laku pasien, beri dukungan dan rasa aman kepada
pasien,berada dekat pasien. Selain itu, lakukan tindakan kolaboratif dengan
pemberianobat-obat antikolinergik untuk mengatasi spasme otot dan
dopamin agonis untukmengatasi parkinson.
d. Cara pemberian: per oral
3. Trihexifenidil yaitu obat yang digunakan untuk mengatasi efek ekstrapiramidal. Cara
pemberian: per oral
3. HLP (Haloperidol)
Obat HLP gunanya untuk membuat pikiran menjadi tenang.Efek samping ekstrapiramidal:
gejala fisik, termasuk tremor , bicara cadel, akatisia, distonia , kecemasan, kesedihan,
paranoia.Warna obat merah jambu.
SP (Terlampir)
Kata Kunci:
Tindakan yang diberikan pada pasien harus disesuaikan dengan kondisi pasien pada saat itu
dan pasien berhak memilih tindakan apa yang akan diberikan oleh perawat.
1. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi merupakan faktor yang menyebabkan individu mengalami gangguan jiwa (>6
bulan). Faktor predisposisi juga merupakan faktor risiko dan protektif yang mempengaruhi jenis
dan jumlah sumber yang dapat digunakan seseorang untuk mengatasi stress. Faktor predisposisi
terdiri dari aspek biologis, psikologis, dan sosial budaya.
a. Predisposisi biologis meliputi latar belakang genetik, status nutrisi, kepekaan biologis,
kesehatan secara umum, dan keterpaparan pada racun
b. Predisposisi psikologis meliputi intelegensi, keterampilan verbal, moral, kepribadian,
pengalaman masa lalu, konsep diri dan motivasi, pertahanan psikologis, dan fokus kendali
(suatu perasaan pengendalian terhadap nasib diri sendiri)
c. Predisposisi sosial budaya meliputi usia, gender, pendidikan, penghasilan, pekerjaan, latar
belakang budaya, keyakinan religi, afiliasi politik, pengalaman sosialisasi, dan tingkat integrasi
sosial
2. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi adalah stimulus yang menantang, mengancam, atau menuntut individu (faktor
pencetus waktu terjadi < 6 bulan). Mereka memerlukan energi tambahan dan mengakibatkan
suatu ketegangan dan stress. Stresor ini dapat bersifat biologis, psikologis, atau sosial budaya.
Stimulus ini berasal baik dari lingkungan internal maupun lingkungan eksternal manusia. Juga
penting untuk mengkaji waktu stresor, yang mencakup kejadian stresor, berapa lama seseorang
terpapar pada stresor, dan seberapa sering terjadi. Faktor terakhir adalah jumlah stresor yang
dialami individu dalam masa tertentu karena kejadian yang menimbulkaan stress mungkin lebih
sulit diatasi apabila terjadi beberapa kali dalam waktu berdekatan.