Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

Efek penyalahgunaan Trihexyphenidil

Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel dan


Pengunaan Zat Psikoaktif Lainnya (F19.0)

Penyaji :
dr. Marwita Pratama
NIM 1514058202

Pembimbing:
dr. I Gusti Ngurah Putra Astawa, SpKJ
dr. H.Made Sugiharta Jasa, SpKJ (K)
dr. N.K. Sri Diniari, SpKJ

PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI
APRIL 2017
TINJAUAN PUSTAKA

Efek Penyalahgunaan Trihexyphenidil

Trihexyphenidyl

Trihexyphenidyl (Artane, Apo-Trihex, Parkin, Pacitane), juga dikenal

sebagai benzhexol dan trihex, adalah obat antiparkinson dari golongan obat

antikolinergik atau antimuskarinik, yang bekerja menghambat reseptor asetilkolin

muskarinik. Trihexypenidil ini bekerja menghambat sistem saraf parasimpatis dan

memiliki efek relaksasi pada otot polos. Triheksifenidil cepat diserap dari saluran

pencernaan. Permulaan tindakan dalam waktu 1 jam setelah pemberian oral.

Aktivitas puncak dicatat setelah 2 sampai 3 jam. Durasi dosis tunggal adalah 6

sampai 12 jam tergantung dosis, diekskresikan dalam urin.

Trihexyphenidyl biasanya digunakan untuk mengobati gejala penyakit

Parkinson atau gerakan tak disengaja karena efek samping dari obat kejiwaan

tertentu (antipsikotik seperti chlorpromazine / haloperidol). Trihexyphenidyl

termasuk dalam kelompok antikolinergik yang bekerja dengan cara memblokir

asetilkolin. Asetilkolin ini menghambat impuls saraf tertentu dan membantu

mengurangi kekakuan otot, berkeringat, dan produksi air liur, dan membantu

memperbaiki kemampuan berjalan pada orang-orang dengan penyakit Parkinson.

Dosis yang biasanya dikonsumsi bervariasi tergantung dari keluhan dan

diagnosa yang ditegakkan. Adapun pembagian dosis yang bisa diberikan antara

lain:

a. Parkinson idiopatik: Dosis awal 1 mg (hari pertama), kemudian

ditingkatkan menjadi 2 mg, 2-3 x sehari selama 3-5 hari atau sampai
tercapai dosis terapi;

b. Pasca ensefalitis: 12-15 mg/hari;

c. Parkinson karena obat (gangguan ekstrapiramidal): Dosis harian total

5-15mg/hr, pada awal terapi dianjurkan 1 mg/dosis.

d. Pasien > 65 thn perlu dosis lebih kecil.

Pengobatan Trihexyphenidil ini memiliki beberapa efek samping antara

lain mengantuk, pusing, sembelit, pembilasan, mual, gugup, penglihatan kabur,

atau mulut kering bisa terjadi. Sedangkan gejala overdosis meliputi detak jantung

yang cepat / lambat, pernapasan lambat / dangkal, tidak sadar, kejang, kehilangan

koordinasi, demam, kulit panas/kering /memerah, pupil yang melebar, perubahan

penglihatan, perubahan jumlah urin, kebingungan, dan halusinasi.

Seperti yang telah disampaikan, obat ini bekerja menghambat reseptor

asetilkolin. Diduga, sistem kolinergik terlibat dalam pengaturan mood seseorang,

yang menyebabkan peningkatan perasaan. Ada beberapa laporan yang

mengatakan bahwa obat golongan antikolinergik yang beraksi sentral (di otak)

memiliki efek meningkatkan mood (euforia), walaupun efek ini tidak selalu terjadi

dan seringkali tidak terkontrol. Adapula efek halusinogenik yang mungkin

ditimbulkan oleh obat ini termasuk jarang, yaitu 2-4% pasien saja yg akan

mengalami, dan pada lansia kejadiannya bisa mencapai 19%. Sedangkan efek

euforia baru akan tercapai pada dosis tinggi.

Antikolinergik

Sistem saraf otonom atau sistem saraf tidak sadar mengatur kerja otot

yang terdapat pada organ dan kelenjar. Contohnya fungsi vital seperti denyut

jantung, salivasi dan pencernaan yang berlangsung terus-menerus diluar kesadaran


baik waktu bangun maupun waktu tidur. Sistem saraf otonom dapat dibagi

kedalam dua kelompok besar yang umumnya satu sama lain saling

menyeimbangkan. Kedua sestem saraf tersebut adalah sistem saraf simpatik dan

sistem parasimpatik. Pada saraf simpatik mempunyai sel saraf pre ganglion lebih

pendek daripada sel saraf post ganglionnya.

Pada sistem saraf parasimpatik memiliki sel saraf pre ganglion lebih

panjang daripada sel saraf post ganglionnya. Pada sistem saraf ini

neurotransmitter yang dilepaskan oleh ujung sel saraf adalah asetilkolin yang akan

bereaksi dengan reseptor asetilkolin muskarinik ataupun pada reseptor asetilkolin

nikotinik. Reseptor nikotinik terdapat pada semua ganglia saraf otonom (celah

antara sel saraf preganglion dan postganglion), pada neuromuscular junction

(celah antara sel saraf somatik dan sel otot skeletal), dan pada sel kromafin

medula adrenal. Sedangkan reseptor muskarinik terdapat pada sel organ efektor

saraf kolinergik, misalnya sel parietal lambung, jantung, saluran pencernaan.

Aktifitas obat antagonis berarti melawan, yaitu melawan dari aksi

neurotransmitter : asetilkolin. Secara definitif berarti obat yang menghambat atau

mengurangi aktifitas dari asetilkolin atau persarafan kolinergik.


Antagonis kolinergik (disebut juga obat penyekat kolinergik atau obat

antikolinergik) mengikat koffloseptor tetapi tidak memicu efek intraselular yang

diperantarai oleh reseptor seperti lazimnya yang paling bermanfaat dari obat

golongan ini adalah menyekat sinaps muskarinik pada saraf parasimpatis secara

selektif. Oleh karena itu, efek persarafan parasimpatis menjadi terganggu, dan

kerja simpatis muncul tanpa keseimbangan. Kelompok kedua obat ini, penyekat

ganglionk menyekat reseptor nikotinik pada ganglia simpatis dan parasmpatis.


Obat antikolinergik (dikenal juga sebagai obat antimuskatrinik,
parasimpatolitik, penghambat parasimpatis). Berdasarkan efek yang ditimbulkan

senyawa antikolinergik dibagi menjadi empat kelompok yaitu:


a. Obat antispasmodik
Obat antispanmodik (spasmolitik umum) adalah senyawa yang

dapat menurunkan tonus dan pergerakan sauran cerna dan

urogenial. Obat antispasmodik digunakan sebagai penunjang

pengobatan tukak lambung da usus, serta untuk meringankan

spasme viseral. Antikolinergik yang digunakan sebagai obat anti

spasmodik obat antispasmodik dibagi enjadi tiga kelompok yaitu

alkoloida salonacea dan turunanya, senyawa amonium kuartener

siteti dan senyawa amin tersier sintetik.


b. Senyawa antisekresi
Efek antisekrsi dapat dihasilkan oleh senyawa antikolinergik dan

digunakan sebagai obat tambahan pada pengobatan tukak lambung

dan usus serta untuk meringankan spasme viseral contoh:

klidinium klorida, fentonium bromida, isopropamid iodida, metalin

bromida, dan propentelin bromida.


c. Obat anti parkinson
Obat anti-parkinson adalah senyawa yang digunakan untuk

pengobatan gejala penyakit parkinson. Pada individu normal ada

keseimbangan antara kadar dopamin dan asetilkolin diotak. Adanya

ketidak seimbangan kadar kedua senyawa diatas, terutama

kekurangan dopamin disriatum otak dapat menyebabkan penyakit

parkinson.
Berdasarkan mekanisme kerjanya obat anti parkinson dibagi

menjadi tiga kelompok yaitu senyawa antikolinergik pusat,

senyawa yang mempengaruhi kadar dopamin diotak dan senyawa

yang menurunkan metabolisme dopamin.


d. Midriatik
Antikolinergik kuat digunakan seeccara setempat pada mata karna

menimbulkan efek midriasis (dilatasi pupil) dan siklopelgia

(paralisis akomodasi). Midriatik dan efek sikloplegik digunakan

untuk membantu pembiasan dan pemeriksaaan bagian dalam mata,

membantu prosedur diagnostik sebelum, selama dan sesudah oprasi

intrakular serta untuk untuk pengobatan glaukoma sekunder,

contoh : atropin sufat, hematropin HBr, hisin metil bromida, dan

tropikamid, contoh obat-obat antikolinergik adalah atropin,

skopolamin, ekstrak beladona, oksifenonium bromida dan

sebagainya. Indikasi penggunaan obat ini untuk merangsang

susunan saraf pusat (merangsang nafas, pusat vasomotor dan

sebagainya, antiparkinson), mata (midriasis dan sikloplegia),

saluran nafas (mengurangi sekret hidung, mulut, faring dan

bronkus, sistem kardiovaskular (meningkatkan frekuensi detak

jantung, tak berpengaruh terhadap tekanan darah), saluran cerna

(menghambat peristaltik usus/antispasmodik, menghambat sekresi

liur dan menghambat sekresi asam lambung).

Obat antikolinergik sintetik dibuat dengan tujuan agar bekerja lebih

selektif dan mengurangi efek sistemik yang tidak menyenangkan. Beberapa jenis

obat antikolinergik misalnya homatropin metilbromida dipakai sebagai

antispasmodik, propantelin bromida dipakai untuk menghambat ulkus peptikum,

karamifen digunakan untuk penyakit parkinson.

Berikut ini golongan obat antikolinergik yang biasa dipakai:

1. Obat Dopaminergik sentral.


i. Levodopa.
ii. Bromokriptin.
iii. Carbidopa

2. Obat antikolinergik sentral; Triheksifenidil


3. Penghambat MAO ; Selegiline
4. Penghambat DOPA Decarboxylase; Bensarizide
5. ObatDopamino-antikolinergik;Pramipexole.
6. Penghambat catechol-O-methyltransferase; Entacapone

Berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi:

1. Obat anti muskarinik, seperti triheksifenidil/benzheksol, digunakan

pada pasien dengan gejala ringan dimana tremor adalah gejala yang

dominan.
2. Obat anti dopaminergik, seperti levodopa, bromokriptin. Untuk

penyakit parkinson idiopatik, obat pilihan utama adalah levodopa.


3. Obat anti dopamin antikolinergik, seperti amantadine.
4. Obat untuk tremor essensial, seperti haloperidol, klorpromazine,

primidon

Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alami maupun

sintesis, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan sistem

saraf pusat, dan dapat menimbulkan ketergantungan atau ketagihan. Zat yang

termasuk golongan psikotropika di antaranya adalah amfetamin, ekstasi, dan sabu-

sabu. Sedangkan penggolongan psikotropika dan contohnya secara lengkap

diterangkan dengan UU No. 5 tahun 1997.Menurut UU No. 5 tahun 1997 tentang

psikotropika, definisi psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah atau sintetis

bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku.

Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997, narkoba jenis psikotropika


dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu:

Golongan I, mempunyai potensi yang sangat kuat dalam

menyebabkan ketergantungan dan dinyatakan sebagai barang terlarang. Contoh:

ekstasi (MDMA = 3,4-Methylene-Dioxy Methil Amphetamine), LSD (Lysergic

Acid Diethylamid), dan DOM.

Golongan II, mempunyai potensi yang kuat dalam menyebabkan

ketergantungan. Contoh: amfetamin, metamfeamin (sabu), dan fenetilin.

Golongan III, mempunyai potensi sedang dalam menyebabkan

ketergantungan, dapat digunakan untuk pengobatan tetapi harus dengan resep

dokter. Contoh: amorbarbital, brupronorfina, dan mogadon (sering

disalahgunakan).

Golongan IV, mempunyai potensi ringan dalam menyebabkan

ketergantungan, dapat digunakan untuk pengobatan tetapi harus dengan resep

dokter. Contoh: diazepam, nitrazepam, lexotan (sering disalahgunakan), pil koplo

(sering disalahgunakan), obat penenang (sedativa), dan obat tidur (hipnotika).

Macam-macam Jenis Psikotropika dapat digolongkan menjadi:

1. Obat Perangsang (Stimulan)

Obat perangsang atau stimulan adalah obat-obatan yang dapat

menimbulkan rangsang tertentu pada pemakainya. Obat ini bekerja dengan

memberikan rangsangan terhadap otak dan saraf. Obat rangsang dapat berupa

amphetamine atau turunannya. Stimulan yang sering beredar di pasaran adalah

ekstasi dan shabu-shabu. Pemakaian amphetamine sebagian besar dimanfaatkan

untuk menekan nafsu makan berlebih, mengobati penderita hiperaktif, dan


penderita narcolepsy, yaitu serangan rasa mengantuk berat yang tiba-tiba dan tidak

terkontrol. Akan tetapi, stimulan juga banyak disalahgunakan dalam bentuk

konsumsi di luar batas takaran yang dianjurkan. Pada tahap awal pemakaian, akan

timbul perasaan senang berlebihan, rasa percaya diri yang besar, dan semangat

yang terlalu tinggi. Pada pemakaian dalam dosis berlebih akan menunjukkan

gejala-gejala seperti kejang-kejang, panik, muntah-muntah, diare, bola mata

membesar, halusinasi yang menakutkan, tidak dapat mengendalikan emosi, dan

koma, yang jika dibiarkan dapat menyebabkan kematian.

a. Ekstasi

Ekstasi atau methylenedioxy amphetamine (MDMA) merupakan zat

kimia turunan amphetamine yang memiliki reaksi yang lebih kuat dibandingkan

dengan amphetamine. Ekstasi mempunyai rumus kimia C11H15NO2. Ekstasi juga

disebut pil setan, karena pengaruhnya seperti setan yang merusak sistem saraf

pusat dan sel-sel otak. Selain itu, pil ini juga dapat menyebabkan ketergantungan.

Ekstasi yang banyak diperdagangkan biasanya berupa kapsul berwarna kuning

dan merah muda atau berupa tablet berwarna coklat dan putih. Ekstasi dapat

dikategorikan sebagai kelompok obat yang mudah dimodifikasi struktur kimianya

untuk memperoleh bahan aktif yang lebih ampuh khasiatnya. Jika ekstasi

diminum maka akan segera timbul gejala-gejala berikut:

1) Perasaan menjadi sangat gembira, tersanjung, bersemangat, dan puas diri serta

menjadi lebih terbuka kepada orang lain.

2) Tubuh gemetar, gigi gemeletuk, keluar keringat dingin, dan detak jantung tidak

normal.

3) Nafsu makan hilang, pandangan kabur, dan keluar air mata terusmenerus.
4) Badan panas luar biasa (hipertermia), yang apabila dibiarkan akan

menimbulkan ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh yang disebut dengan

hipnotermia. Jika terjadi komplikasi dapat menimbulkan kematian.

b. Shabu-shabu

Salah satu turunan amphetamine yang lain adalah metamphetamine yang

memiliki rumus kimia C10H15N. Zat ini juga dikenal sebagai shabu-shabu.

Bentuknya yang berupa kristal tidak berwarna dan tak berbau sangat mudah larut

dalam. Shabu-shabu memiliki efek yang sangat keras pada susunan saraf. Efek

yang dapat ditimbulkan cenderung lebih cepat dan lebih hebat daripada ekstasi.

Secara psikis shabu-shabu dapat menimbulkan efek-efek berikut.

1) Timbulnya perasaan sehat, percaya diri, bersemangat, dan rasa gembira

yang berlebihan.

2) Muncul perasaan berkuasa disertai peningkatan konsentrasi semu.

3) Nafsu makan menurun, sulit tidur, dan biasanya muncul halusinasi.

Mirip seperti jika mengonsumsi alkohol, pemakai ekstasi dapat dalam

jangka lama dapat mengalami penurunan berat badan terus-menerus,

kerusakan organ dalam, stroke, bahkan kematian. Jika orang sudah

kecanduan, ia akan terus-menerus gelisah, ketakutan, sensitif, bingung,

dan putus asa.

2. Obat Penekan Saraf Pusat (Depresan)

Obat jenis depresan adalah obat yang bereaksi memperlambat kerja

sistem saraf pusat. Obat jenis ini biasanya berupa obat tidur dan obat penenang.

Obat ini biasanya diminum untuk mengurangi rasa cemas atau untuk membuat

pikiran menjadi lebih santai. Obat ini juga dipakai untuk mengatasi insomnia
(penyakit kesulitan tidur). Contoh obat penekan saraf pusat antara lain diazepam

(valium), nitrazepam (mogadon), luminal, dan pil KB. Di Indonesia para pengedar

menamakan obat-obatan ini sebagai pil koplo. Penyalahgunaan obat penekan saraf

dapat menimbulkan berbagai macam efek, antara lain perasaan menjadi labil,

bicara tak karuan dan tidak jelas, mudah tersinggung, serta daya ingat dan

koordinasi motorik terganggu sehingga jalannya menjadi limbung.

3. Halusinogen (Obat Halusinasi)

Obat jenis halusinogen adalah obat yang jika dikonsumsi dapat

menyebabkan timbulnya halusinasi. Halusinogen paling terkenal adalah lysergic

acid diethylamide (LSD). Selain itu, ada juga halusinogen yang tak kalah

hebatnya dalam menciptakan halusinasi bagi pemakainya, yaitu psilocybin, yang

dihasilkan dari spesies jamur tertentu, dan mescaline, yang dihasilkan dari sejenis

kaktus yang bernama peyote. Efek yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan obat

halusinasi ini adalah sebagai berikut:

a. Keringat berlebihan, denyut jantung menjadi cepat dan tak teratur, timbul

perasaan cemas.
b. Pupil mata melebar dan pandangan mata kabur.
c. Terjadi gangguan koordinasi motorik dan terjadi halusinasi.
LAPORAN KASUS1
dr. Marwita Pratama2

I. Alasan Pengajuan kasus


Mendiskusikan diagnosis dan terapi yang tepat
Mendiskusikan psikodinamika yang tepat

II. IDENTITAS PASIEN


Nama : Andi Saputra
Baru/Ulangan : Baru
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 23 tahun
Status Perkawinan : Duda
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia

1 Dibawakan pada pertemuan Ilmiah Bagian Psikiatri FK UNUD Denpasar tanggal 26 April
2017
2 Dokter Residen yang sedang mengikuti pendidikan Spesialis 1 Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa
dibimbing oleh dr. I.G.P.N Astawa, SpKJ dan dr H.M Sugiharta Jasa, SpKJ (K)
Alamat : Denpasar

III. RIWAYAT PSIKIATRI


Data diperoleh dari autoanamnesis dan heteroanamnesis tanggal 10 April 2017
selama dirawat di Rumah sakit Jiwa Provinsi Bali.

A. Keluhan utama
Autoanamnesis : Mengamuk
Heteroanamnesis : Mengamuk

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien diantar ke IGD RSJ Bangli oleh orang tua beserta adik dan
keluarga dari ibu dengan menggunakan mobil. Pasien datang dalam
keadaan diikat, pasien diwawancara dalam posisi duduk di kursi. Pasien
mengenakan kaos hitam lengan pendek, celana panjang berwarna abu tanpa
alas kaki. Penampilan pasien tampak kurang rapi dengan dengan rambut
pasien berwarna hitam pendek tampak berantakan berantakan, raut wajah
sesuai usia dan tampak bersemangat dan sangat senang, tidak tercium bau
urine, feces, alkohol maupun bau tidak sedap lainnya dari tubuh pasien.
Pasien berperawakan sedang, kulit berwarna sawo matang. Pasien
diwawancara menggunakan bahasa Indonesia. Pasien ketika dilakukan
wawancara mampu mempertahankan konsentrasi terhadap pemeriksa
namun selama wawancara pasien tampak tersenyum tertawa dan sesekali
menunduk dan merasa gelisah selama orang tuanya menceritakan
masalahnya. Pasien dapat memperhatikan dan menjawab pertanyaan yang
diberikan pemeriksa dengan intonasi bicara tinggi dan cepat namun dapat
dimengerti. Perilaku pasien gelisah dengan peningkatan aktivitas tubuh
seperti menggaruk kepala, sikap terhadap pemeriksa kooperatif namun
sesekali menanyakan jam dan meminta makan.
Pasien dapat menjawab siapa namanya dengan benar serta
mengetahui dirinya saat ini sedang ada dimana dan waktu wawancara
adalah pagi hari, pasien juga mengingat siapa yang membawanya ke
Rumah Sakit Jiwa Bali dan alasan di bawa ke RS.
Saat ditanya sewaktu masa sekolah pasien bersekolah sampai kelas
berapa, pasien dapat mengingat yaitu sampai kelas 3 SMK namun
dikeluarkan. Pasien mengatakan Mendingan bekerja mencari uang namun
nanti saya mau masuk sekolah kedokteran. Ketika ditanyakan siapa
presiden saat ini pasien menjawab Pak Jokowi. Ketika ditanya siapa
presiden sebelumnya, pasien menjawab Pak SBY dan pasien mengetahui
presiden pertama yaitu Pak Soekarno. Saat pasien diminta berhitung
pengurangan 100-7, pasien dapat menjawab 93, dan pasien dapat menjawab
dengan benar saat diminta untuk mengurangi 7 lagi pada angka tersebut
seanyak 4 kali yaitu 86, 79, 72 dan 65. Pasien sempat bertanya siapa dokter
yang memeriksa dan kemudian ketika ditanya kembali masih mengingat
siapa dokter yang diawal mewawancarainya. Ketika ditanya peribahasa
ada udang dibalik batu, pasien dapat menyebutkan artinya yaitu pamrih
ada maunya.
Pasien datang dengan keluhan mengamuk karena kedua orang
tuanya bodoh tidak bisa baca dan tulis terutama ayahnya, sehingga pasien
menjadi kesal dan bertengkar dengan ayah dan adiknya karena seminggu
yang lalu ada riwayat meminum obat berwarna putih berlabel Y, ketika
ditanya alasannya kenapa minum dari pasien menyatakan ketika minum
akan menjadi semangat kerja dan apabila tidak minum akan lemas agar bisa
mencari uang pagi malam dan apabila tidak mengonsumsi pil Y pasien
mencoba membeli obat batuk Komix satu lusin yang dicampur dengan
extrajoss atau kratingdeng dan juga saat itu ada riwayat meminum alkohol
(arak) dirumah temannya sebanyak satu botol 1.5 liter sampai sempat
muntah. Pasien memiliki riwayat mengonsumsi pil y sejak sekolah dan
sampai seminggu kemaren rutin mengonsumsinya sebanyak 3 kali per hari,
sekali minum 2 tablet, sabu-sabu selama satu tahun terakhir sebanyak satu
gram yang dibeli seharga lima ratus ribu, pil dextro (DMP) berwarna
kuning sejak kelas 5 SD yang dioplos dengan extrajoss atau kratingdeng,
riwayat minum alkohol sejak kelas 5 SD dikenalkan oleh teman-temannya
dan saat sebelum dibawa ke RSJ Bangli meminum arak sebanyak 1.5 liter
satu botol dengan teman temannya, pasien juga pernah mencoba minum
bensin, ngelem, merokok rata-rata 3 bungkus perhari, minum kopi 3 gelas.
Pasien juga ada riwayat mengkonsumsi ganja ketika di Padang Pariaman
saat pasien di bangku SMP. Pasien mengatakan Saya dulu pernah menjadi
boss di media periklanan dan memiiki banyak villa, sebelumnya pasien
mengaku ingin menikah dengan suli. Pasien mengatakan pernah menikah
dulu namun bercerai karena istrinya meninggalkannya dan menggugurkan
anaknya saat SMK.
Pasien memeluk agama Islam namun jarang sembahyang hanya
sholat dalam hati serta sering melewatkan hari besar keagamaan seperti Idul
Fitri karena merasa orang tuanya gila. Pasien mengatakan memiliki
masalah dengan adiknya karena berebut pacar di Bali dan mengaku pernah
berhubungan seksual dengan banyak wanita.
Ketika ditanyakan perasaan pasien, pasien merasa sangat senang
dan bersemangat, ketika dilihat juga raut wajah pasien tersenyum dan
gelisah sambil bercanda dengan orang sekitarnya. Pasien diantara jawaban
pertanyaan tiba-tiba menyatakan dia adalah orang kaya dan memiliki villa,
istrinya bercerai dengannya karena anaknya digugurkan tanpa dirinya, serta
menyatakan bahwa orang tuanya lah yang gila dan adiknya adalah pecandu
dan mengetahui semua tempat untuk membeli obat stimulansia tersebut,
serta mengatakan bahwa dia bersaudara berempat dan kakak kakaknya lah
pengedar sabu-sabu dan NAPZA lainnya. Pasien ketika ditanya tidak
pernah mendengar suara yang tidak ada sumbernya atau melihat bayangan
yang tidak ada wujudnya.
Pasien mengaku tidak merasa mengalami gangguan tidur namun
mata pasien tampak sayu dan menguap lalu kemudian menyatakan 3 hari
ini merasa tidak memerlukan tidur, namun ketika dia ingin tidur akan tidur
pulas, pasien juga disertai marah marah karena lapar dan ngantuk baik
sebelum atau setelah pemeriksaan. Pasien mengatakan saat dirumah ingin
memukul ayah dan adiknya tanpa alasan setelah seminggu yang lalu
menggunakan pil Y. Pasien merasa sangat sehat dan mengaku keluarganya
lah yang biasa menggunakan obat dan membutuhkan suntikan.

Heteroanamnesis (Keluarga Pasien)


Pasien dikatakan mengamuk sudah tiga kali sejak satu minggu
yang lalu pasien mengamuk sampai menonjok ayah dan adiknya sampai
berdarah. Selain mengamuk pasien juga sering berteriak teriak dan
ngomong sendiri, pada saat mengamuk pasien keluyuran sampe diluar
rumah sampai jam 12 malam. Setiap pasien mengamuk biasanya pasien
mabuk dan ditemukan pil di kantung celana pasien. Ayah pasien
mengatakan seminggu yang lalu pasien sempat berpamitan ke ibu dan
bapaknya untuk pergi ke ubud setelah pulang dari ubud pasien mulai
mengamuk, kemudian ibu pasien memeriksa kantong celana pasien dan
ditemukan plastik kecil dan pasien ditanya adalah plastik kecil berisi obat
Y dan cuma meminum 2 pil. Pasien tidak ada sakit fisik yang pernah
dialainya.
Pasien sebelumnya ada riwayat masuk ke Rumah Sakit dan tempat
rehabilitasi selama 13 hari pada tahun 2014 di rumah sakit di Padang
Pariaman, Sumatera Barat kemudian sembuh dan dibawa ke Jawa selama 4
bulan, masih tahun 2014 pasien bekerja di Bali kemudian kambuh kembali
mengonsumsi pil dan masuk ke Rumah Sakit Sanglah sekitar bulan
Desember kemudian diizinkan pulang namun seminggu kemudian kembali
diopname kembali. Setelah keluar dari Rumah Sakit namun tidak membaik
pasien dibawa ke Jawa, disana pasien di bawa ke pusat rehabilitasi di
Rumah Sakit Jiwa Banyuwangi selama 4 bulan. Selama sebelas bulan
tidak ada kegiatan hanya tidur makan merokok pasien dibawa ke Bali
(2015) selama 2 bulan di Bali, pasien kembali mengonsumsi pil Y. Ayah
pasien mengatakan sebelum pasien sering menggunakan pil Y pasien
adalah orang yang pendiam, tetapi setelah menggunakan pil Y pasien akan
merasa bangga dan semangat.
Pasien sempat menikah pada tahun 2012 hanya selama 4 bulan
setelah itu cerai karena istri pasien tidak tahan dengan pasien yang suka
mengkonsumsi pil Y dan mabuk-mabukkan.
Sebelumnya pasien merupakan anak yang pendiam dan lugu, pola
asuh menurut ibu baik, namun pada masa sekolah pasien memiliki riwayat
dibully oleh teman sekelasnya, ada riwayat dikeroyok dimana satu orang
memegang kedua anggota geraknya kemudian dipukuli hingga pernah
benjol sebesar bola tenis pada kepalanya. Pasien ikut dengan pamannya
pada tahun 2014 ke Sumatera setelah putus sekolah dan bekerja di media
periklanan, namun karena setelah bekerja pasien kembali mengkonsumsi
pil Y kembali, pasien dipindahkan di Bali dan dikurung di rumahnya
selama beberapa bulan, karena dirasa sudah membaik orang tua pasien
membiarkan pasie untuk bekerja di toko bangunan AR di ubung.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Psikiatrik
Pasien tidak ada sakit fisik yang pernah dilaluinya dan ada riwayat
MRS selama 13 hari pada tahun 2014 di rumah sakit di Padang
Pariaman, Sumatera Barat kemudian sembuh dan dibawa ke Jawa
selama 4 bulan, masih tahun 2014 pasien bekerja di Bali kemudian
kambuh kembali mengonsumsi pil dan MRS di Rumah Sakit Sanglah
sekitar bulan Desember kemudian diizinkan pulang namun
seminggunya kembali lagi MRS. Setelah keluar dari RS namun tidak
membaik dibawalah ke Jawa direhabilitasi di Rumah Sakit Jiwa
Banyuwangi selama 4 bulan. Selama sebelas bulan tidak ada kegiatan
hanya tidur makan merokok kemudian pasien dibawa ke Bali.

2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien memiliki riwayat mengonsumsi zat psikoaktif barupa pil y atau
ecstasy sejak sekolah dan sampai seminggu kemaren rutin
mengonsumsinya 2 pagi 2 sore dan 2 malam, sabu-sabu selama satu
tahun terakhir sebanyak satu gram seharga lima ratus ribu, pil dextro
(DMP) berwarna kuning sejak 5 SD yang dioplos dengan extrajoss
atau kratingdeng, riwayat minum alcohol sejak 5 SD dikenalkan dan
saat sebelum dibawa ke RSJ Bangli meminum arak sebanyak 1.5 liter
satu botol atau 600 ml sebanyak dua botol dengan teman temannya,
pasien juga pernah mencoba minum bensin, ngelem, merokok 3 kotak
minum kopi 3 gelas ketika minum pil dan konsumsi ganja ketika di
padang pariaman.

3. Riwayat Penyakit Terdahulu


Tidak ada penyakit yang menyertai

4. Riwayat Kepribadian Sebelumnya


Sering membuat masalah sejak kecil dan pergaulannya dengan teman
sebaya yang nakal. Jika mempunyai masalah lebih banyak dipendam
dan menggunakan kekerasan. Sering membolos dan tidak lulus SMK
karena sering bolos.

D . Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Kondisi kesehatan ibu dalam keadaan baik sewaktu hamil dan
melahirkan. Pasien lahir ditolong bidan dengan berat dikatakan normal.
Tidak ada riwayat panas ataupun kejang. Pasien adalah anak yang
diharapkan, langsung menangis oleh bidan.
2. Riwayat Masa Kanak Awal ( 0-3 tahun)
Pertumbuhan pasien dikatakan normal. Pasien diberikan ASI sampai
umur 3 bulan. Tumbuh kembang sesuai dengan umur.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( usia 3- 11 tahun)
Pasien sejak kelas 5 SD sudah sering berkelahi dengan teman
sekolahnya dan mulai mengenal alkohol dan rokok. Pasien dibully oleh
teman sekelasnya, ada riwayat dikeroyok dimana satu orang
memegang kedua extremitasnya kemudian dipukuli hingga pernah
benjol sebesar bakso tennis pada kepalanya. Pasien dikatakan tidak
pernah ada masalah dengan sekolahnya.
4. Riwayat masa Kanak Akhir dan Remaja
Pasien melanjutkan sampai SMK namun tidak sampai selesai karena
pasien sering bolos. Pasien mengatakan pasien menghamili pacarnya.
Setelah pasien tahu pacarnya hamil pasien akan bertanggung jawab
lalu berhenti sekolah. Pasien juga suka mabuk-mabukan dan berkelahi.
Pasien tidak pernah bekerja setelah keluar dari sekolah.
5. Riwayat masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah sampai SMK namun tidak tamat. Pasien sering
berkelahi dan membolos.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja namun berpindah-pindah pekerjaan.
c. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam, pasien jarang beribadah.
d. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah saat SMK karena pacar pasien sudah hamil terlebih
dahulu. Namun pacar pasien tersebut menggugurkan
kandungannya. Setelah menikah beberapa bulan pasien bercerai
dengan istrinya karena tidak tahan dengan sikap pasien yang sering
mabuk-mabukan dan konsumsi obat-obatan.
e. Riwayat Psikoseksual
Pasien mimpi basah umur 11 tahun. Pertama kali menyukai lawan
jenis saat SD kelas 2. Berhubungan seksual pertama kali kelas 5
SD dengan pacarnya. Pasien mengatakan pacaran sudah dengan
banyak wanita. Berhubungan dengan wanita pekerja seksual
disangkal oleh pasien.
f. Riwayat Aktifitas sosial
Pasien merupakan orang yang mudah bergaul, mempunyai teman
disekitar yang sama-sama mengkonsumsi alkohol dan rokok serta
zat lainnya.
g. Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum.
h. Riwayat penggunaan waktu luang
Pasien sebelum sakit sering berkumpul bersama teman-temannya
i. Riwayat Kehidupan Sekarang
Kunjungan rumah dilakukan tanggal 23 April 2017 di rumah orang
tua pasien. Pasien tinggal di rumah Denpasar bersama orang tua
dan 1 orang adiknya. Sementara pasien tidak bekerja untuk
pemulihan terlebih dahulu. Rumah pasien tampak kumuh dan kecil
hanya berbatas dengan seng. 1 rumah dihuni oleh adik dan kedua
orang tuanya. Tidak ada kamar khusus, dikatakan semua tidur di
satu ruangan saja.
j. Riwayat Keluarga
Adik pasien mengkonsumsi NAPZA seperti pasien.

Keterangan
: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal Dunia

: Riwayat gangguan Jiwa

: Pasien

k. Persepsi Pasien tentang Diri dan kehidupannya


Pasien merasa adalah orang yang hebat dan merasa paling berani
diantara keluarganya.
l. Impian Fantasi dan Nilai-nilai
Pasien ingin membahagiakan kedua orang tuanya. Ingin
mendapatkan uang untuk membiayai segala keperluan orang
tuanya.

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Status Interna (tanggal 10 April 2017)
Status Present : Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 88 x / menit
Respirasi : 20 x / menit
Temperatur axila : 36,5 0C

Status Generalis : Kepala : Normocepali


Mata : anemi -/-, ikterus -/-, reflex
pupil +/+ isokor
THT : hidung discharge -/-
Leher : Pembesaran kelenjar getah
bening
tidak ada
Thorak : Cor : S1S2 tunggal, reguler,
murmur tidak ada. Pulmo :
vesikuler +/+, ronkhi -/-,
wheezing -/-
Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus
(+) normal, hepar/lien tidak ada
pembesaran
Extremitas : Hangat + + , edema - -
+ + - -
Laboratorium :
WBC : 5,5 g/L Bilirubin total : 1,27 mg/dL
HGB : 15 g/dL Bilirubin direk : 0,55 mg/dL
HCT : 42,5 % SGOT : 33 U/L
PLT : 297 g/L SGPT : 25 U/L
RBC : 5,27 g/L Fosfatase alkali : 73 U/L
Ureum : 17 mg/dL Glukosa sewaktu : 90 mg/dL
kreatinin : 0,9 mg/dL Asam urat : 3,6 mg/dL

B. Status Neurologi
GCS : E4 M5 M6
Meningeal Sign tidak ada
Motorik :

Tenaga 555 555


555 555

Tonus : N N
N N

Tropik : N N
N N

Reflek Patologis - - Reflek Fisiologi + +


- - + +

V. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (Diperiksa tanggal 10 April 2017)


A . Deskripsi Umum :
1. Penampilan
Seorang laki-laki 23 tahun, berpenampilan tidak wajar, roman muka
sesuai umur, kuku tampak bersih, rambut pendek tampak acak-acakan.
2 .Perilaku dan aktifitas psikomotor
Meningkat
3. Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif
.
B.Pembicaraan
Selama wawancara pasien menjawab dengan bahasa Indonesia, apa yang
ditanyakan oleh pemeriksa dapat dijawab oleh pasien dengan benar.

C.Mood dan Afek


1. Mood / Afek : Euforia /inappropriate
2. Keserasian : Tidak Serasi

D. Proses Pikir
1. Bentuk Pikir : Non Logis Non realis
2. Arus Pikir : Asosiasi Longgar
3. Isi Pikir : Waham Kebesaran +

E. Gangguan Persepsi
Halusinasi dan ilusi disangkal. Depersonalisasi dan Derealisasi tidak ada.

F. Sensorium dan Koginitif


1. Kesadaran dan kesigapan : jernih,
2. Orientasi:
- Waktu : Baik, pasien mengetahui saat diwawancara adalah pagi
hari
- Tempat : Baik, pasien mengetahui dimana saat ini berada
- Orang : Baik, pasien dapat mengenali keluarga yang menunggui

3. Daya ingat :
o Daya ingat jangka segera : Pasien dapat menyebutkan kembali
tiga benda yang disebutkan pemeriksa
o Daya ingat jangka pendek : Pasien dapat mengingat menu sarapan
pagi
o Daya ingat jangka menengah : pasien dapat menyebutkan
pendidikan terakhirnya
o Daya ingat jangka panjang : Pasien dapat mengingat tahun
kelahirannya
4. Konsentrasi : Baik, pasien dapat melakukan pengurangan 3 dari 100
secara berurutan sebanyak 5 kali.
5. Perhatian : baik, pasien mampu mengeja kata WAHYU dari belakang
dengan baik
6. Kemampuan membaca dan menulis : baik.
7.Kemampuan visuospasial : baik.
8. Pikiran abstrak : baik.
9. Kapasitas Intelegensia : baik
10.Bakat kreatif : tidak ada
11.Kemampuan menolong diri sendiri : baik.

G. Dorongan Instingtual : Insomnia ada tipe early, hipobulia tidak ada, raptus
ada
H. Kemampuan mengendalikan impuls : Baik.
I. Daya Nilai Tilikan :
- Daya nilai sosial : baik, pasien tahu mencuri itu tidak baik.
- Uji daya Nilai : baik, pasien akan mengembalikan dompet jika
menemukannya di jalan
- Penilaian realita : baik
- Tilikan : derajat 1 (menyangkal bahwa dirinya sakit)
J. Taraf dapat dipercaya : Pasien kurang dapat dipercaya

VI. PEMERIKSAAN PSIKOMETRI ( 20 April 2017)


1. Tes HTP ( House Tree Person ) :
- Saat menggambar orang, gambar orang tidak lengkap, dan kecil
mengindikasikan pasien adalah orang yang kurang percaya diri dan tidak
bertanggung jawab serta melawan akan aturan.
- Obyek pohon kecil dibandingkan lebar kertas dan pohon tidak lengkap
menandakan kepercayaan diri dan kurangnya rasa antusias serta kurang
mengenal akan sosok ayah.
- Rumah tampak tidak lengkap, tidak ada detail dan tampak kecil
dibandingkan kertas yang disediakan menandakan pasien merupakan orang
yang sangat tertutup,tidak dekat dengan keluarganya dan merasa dirinya tidak
berarti/ terbuang.

2. Tes mengarang
Isi:
Nama saya Andi Saputra kehidupan saya terlalu banyak rintangan siksaan
kapan ak berakhirdari penderitaan ini yaallah aku pengen hidup tenang gak
banyak musuh dan yang aku mau Cuma hidup indah terus pada waktunya.
Sudah 4 tahun aku diam dalam kehidupan tersiksa ya allah aku pengen
banget hidup tenang. Alhamdulillah sekarang hutang2 ayah dan ibu ku
sudah lunas tinggal sepeda beat tapi habis tahun ini udah lunas.
Yaalah panjangkan umurku aku pengen ayah ibuku naik haji tahun depan
amin. Sekarang aku udah tenng dan tinggal mencari pendamping lagi toh
aku udah bisa kerja udah saatnya aku menikah lagi gak perlu cantik yang
penting dia setia n nerima aku apa adanya. Aku memang duda, tapi aku
duda karena pilihanku sendiri biar ibuku bahagia n ayahku. Aku andi
berjanji akan bahagiain orang tuaku dan membuat rumah besar. Ayah saya
bung karno Hattah.
3. Tes Wartegg

intrepretasi : kepekaan terhadap stimulus kurang, sebagian tidak mengikuti


stimulus, menggambarkan pasien tidak dapat mengikuti perintah dan aturan
yang berlaku. Pasien menggambar hampir semua kotak dengan gambar benda
mati yang melambangkan hubunga interpersonal pasien dengan
lingkungannya tidak baik. Dalam satu kotak pasien menggambarkan banyak
benda yang melambangkan ide pasien yang banyak namun tidak detail.
Gambar mempunyai garis yang tegas namun dibuat dengan asal jadi,
menunjukkan pasien orangnya ingin pekerjaan cepat selesai biarpun hasil
tidak bagus.

VII. IKTHIAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien AS, laki-laki berumur 23 Tahun, asal Banyuwangi, seorang duda,
beragama Islam, suku Jawa Bangsa Indonesia, orang tua bekerja sebagai
pemotong padi, pendidikan terakhir SMP, datang ke IGD RSJ Bangli diantar
oleh keluarganya dengan keluhan mengamuk karena penggunaan obat Y yang
dicampur dengan alkohol. Berpenampilan tidak wajar dan kontak verbal/visual
dengan pemeriksa cukup. Pasien memiliki beberapa gejala yang khas seperti
berkurangnya waktu tidur, memiliki power yang kuat, irritable, merasa
bersemangat, dan penggunaan zat stimulansia atau alkohol dan zat lainnya
yang menunjukkan pengarahan ke beberapa diagnosis banding antara lain
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel dan
Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya (F19.0), Psikotik akut dan sementara
lainnya (F23.8), dan Gangguann manik dengan gejala psikotik (F30.0). Pasien
sebelum menggunakan zat-zat tersebut diatas adalah orang yang pendiam dan
memiliki mekanisme pertahanan diri berupa proyeksi dan represi yang
berkaitan dengan Gangguan Kepribadian antisosial. Pasien ketika dilakukan
wawancara baik autoanamnesis atau heteroanamnesis tidak ada riwayat
penyakit fisik dan tidak memberikan ide mengenai stressor atau pencetus
penyakitnya. GAF score atau Global Assessment of Functioning dari pasien ini
dikategorikan 20-11 karena sempat mengamuk dan memukul orang tuanya
sedangkan untuk tahun ini dikategorikan 70-61 dimana terdapat beberapa
gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi namun secara umum
kondisi pasien baik.

VIII. DIAGNOSIS BANDING


1. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel
dan Pengunaan Zat Psikoaktif Lainnya (F19.0)

2. Gangguan Psikotik akut dan sementara lainnya (F23.8)

3. Gangguan Manik dengan Gejala Psikotik ( F30.2)

IX. FORMULASI DIAGNOSTIK ( menurut PPDGJ III )


Pada penderita ini, ditemukan adanya gangguan pada proses pikir,
perasaan dan perilaku yang secara klinis cukup bermakna dan menimbulkan
suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan,
fungsi social, penggunaan waktu luang sehingga dapat disimpulkan penderita
mengalami gangguan jiwa.
Dari anamnesis dan berbagai pemeriksaan fisik yang dilakukan tidak
didapatkan gangguan medis umum yang secara fisiologis dapat menimbulkan
disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita saat ini maka
Gangguan Mental Organik dapat disingkirkan.
Pada penderita terdapat penggunaan zat psikoaktif stimulansia (obat pil
Y) 2 tablet setiap kali minum maka pada axis I, Gangguan Mental dan Perilaku
Akibat Penggunaan Zat Multipel dan Pengunaan Zat Psikoaktif Lainnya.
Pasien merupakan pribadi yang sering berkelahi, pernah di bully oleh
teman-teman sekelasnya. Pasien sering membolos dan minum alkohol bersama
teman-temannya. Pasien sekolah hanya sampai SMK namun tidak tuntas. Jika
ada masalah pasien akan memendamnya sendiri, berdasarkan hal tersebut
maka pasien memiliki aksis II mengarah kepada ciri kepribadian antisosial
dengan mekanisme pembelaan ego proyeksi.
Pada aksis III, tidak ada diagnosis
Pada aksis IV, stressor tidak jelas
Pada aksis V, berdasarkan skala GAF didapatkan saat pemeriksaan
GAF 20-11 yaitu bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat
dalam komunikasi dan mengurus diri. Sedangkan GAF setahun terakhir 70-61
dimana terdapat beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik.

X. FORMULASI PSIKODINAMIKA
Dilihat secara organobiologi, pasien tidak memiliki kelainan organik.
Dari segi genetik, tidak ditemukan adanya riwayat gangguan jiwa pada
keluarga. Pasien lahir normal ditolong bidan dengan pertumbuhan saat balita
berjalan normal.
Dilihat dari psikologis, pasien merasa iri dan kesal terhadap anggota
keluarganya, adiknya memiliki kerjaan yang baik di sebuah bengkel, pasien
pernah ada riwayat di bully saat masih sekolah.
Dari segi pola asuh, diasuh oleh ibunya, pasien mendapat ASI sampai
umur 6 bulan. Ibu menyayangi dan memperhatikan pasien. Kondisi ekonomi
keluarga kurang baik. Kedua orang tua merupakan orang yang sibuk bekerja
keras sebagai petani di tahap umur 0-1 tahun (trust vs mistrust).
Pada usia 6-11 tahun (industry vs inferiority), sewaktu SD sering
berkelahi dan di bully oleh teman sekelasnya.
XI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL ( menurut PPDGJ III )
Aksis I : Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Multipel dan Pengunaan Zat Psikoaktif Lainnya (F19.0)

Aksis II : Gangguan Kepribadain antisosial, MPE: Proyeksi


Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Stressor tidak jelas
Aksis V : GAF saat ini 20-11
GAF 1 Tahun Terakhir 70-61

XII. DAFTAR MASALAH


Organobiologis :
Tidak ada faktor genetik, tidak ada keluarga yang memiliki
gangguan jiwa.
Psikologis :
Pasien merasa kondisi keuangannya kurang biarpun
sebenarnya selama ini cukup sehingga meminum komix.
Ciri kepribadian antisosial dengan mekanisme pembelaan ego
proyeksi.
Sosial Ekonomi :
Keluarga pasien sekarang termasuk golongan ekonomi
menengah ke bawah. Pasien tipe orang yang mudah
terpengaruh oleh teman-temannya.

XIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam: dubia ad malam
Quo ad sanationam: dubia ad malam
Faktor yang meringankan prognosis :
Dukungan keluarga baik untuk pengobatan pasien
Tidak ada faktor genetik dalam keluarga
Pasien kooperatif

Faktor yang memberatkan prognosis :


Respon terhadap pengobatan baik
Onset usia dewasa
Stressor tidak jelas
Tilikan diri 1
Faktor ekonomi kurang
Kejadian ulangan
Ciri kepribadian antisosial dengan mekanisme pembelaan ego
proyeksi

XIV. TERAPI
A. PSIKOFARMAKA PSIKIATRI
Clozapine 2x12.5 mg

B. NON PSIKOFARMAKA
Kepada pasien
Psikoedukasi
Menjelaskan gangguan yang dialami pasien, rencana penatalaksanaan
yang akan diberikan, baik psikofarmaka maupun psikoterapi dengan
penekanan pada kepatuhan terhadap terapi yang diberikan.
Psikoterapi suportif
Memberi kesempatan pada pasien untuk melakukan ventilasi tentang
keluhan yang dialami juga memberikan penenteraman (reassurance) agar
pasien merasa lebih nyaman. Memberikan persuasi yaitu penerangan yang
masuk akal tentang timbulnya gejala-gejala yang dialami pasien dan
memberikan sugesti kepada pasien bahwa kondisi ekonomi pasien selama
ini baik-baik saja.

Kepada keluarga
Psikoedukasi
Memberikan informasi tentang gangguan yang dialami oleh pasien secara
keseluruhan dan menjelaskan mengenai penatalaksanaan yang akan
diberikan baik psikofarmaka maupun psikoterapi dengan penekanan pada
kepatuhan terhadap terapi yang diberikan dan mendukung memberikan
masukan agar pasien tidak mengulangi lagi perbuatannya. Diharapkan
keluarga dapat mendukung proses terapi dan mengawasi minum obat
selama rawat jalan.

DAFTAR PUSTAKA
Darmansjah, I., Setiawati, A., dan Gan, S, 1995, Obat Otonom, dalam
Ganiswarna, S.G., Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 24-27, PT. Elex Media
Komputindo, Gramedia, Jakarta.
Gan, V., 1995, Obat penyakit Parkinson dan Pelemas Otot yang Bekerja Sentral,
dalam Ganiswarna, S.G., Farmakologi dan Terapi , Edisi IV, 182-183, PT.
Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta.
Ganiswarna, 1998. Farmakologi dan Terapi , Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : Jakarta
Joewana, S, 2000, Penyalahgunaan NAPZA, Lokakarya dan Pelatihan
Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan NARKOBA, 11-14 Mei,
Cipanas.
Noviastuti, A., 2000, Aspek Psikiatri Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika,
dan Zat Adiktif Lain (NAPZA), Seminar Mengatasi Penderita
Penyalahgunaan Narkoba Secara Tepat dan Benar, 19 Februari 2000,
Semarang.
Tan Hoan Tjay, Kirana R, 2001, Obat-Obat Penting, Khasiat dan Penggunaan ,
DirJen POM RI : Jakarta.
Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-efek Sampingnya, Edisi IV, 419-425, PT. Elex Media Komputindo,
Gramedia, Jakarta.
Zubaedi, 2003, Indonesia dalam Status Bahaya Psikotropika,
Http:/www.suaramerdeka.com/kha2.htm

Anda mungkin juga menyukai