Penyaji :
dr. Marwita Pratama
NIM 1514058202
Pembimbing:
dr. I Gusti Ngurah Putra Astawa, SpKJ
dr. H.Made Sugiharta Jasa, SpKJ (K)
dr. N.K. Sri Diniari, SpKJ
Trihexyphenidyl
sebagai benzhexol dan trihex, adalah obat antiparkinson dari golongan obat
memiliki efek relaksasi pada otot polos. Triheksifenidil cepat diserap dari saluran
Aktivitas puncak dicatat setelah 2 sampai 3 jam. Durasi dosis tunggal adalah 6
Parkinson atau gerakan tak disengaja karena efek samping dari obat kejiwaan
mengurangi kekakuan otot, berkeringat, dan produksi air liur, dan membantu
diagnosa yang ditegakkan. Adapun pembagian dosis yang bisa diberikan antara
lain:
ditingkatkan menjadi 2 mg, 2-3 x sehari selama 3-5 hari atau sampai
tercapai dosis terapi;
atau mulut kering bisa terjadi. Sedangkan gejala overdosis meliputi detak jantung
yang cepat / lambat, pernapasan lambat / dangkal, tidak sadar, kejang, kehilangan
mengatakan bahwa obat golongan antikolinergik yang beraksi sentral (di otak)
memiliki efek meningkatkan mood (euforia), walaupun efek ini tidak selalu terjadi
ditimbulkan oleh obat ini termasuk jarang, yaitu 2-4% pasien saja yg akan
mengalami, dan pada lansia kejadiannya bisa mencapai 19%. Sedangkan efek
Antikolinergik
Sistem saraf otonom atau sistem saraf tidak sadar mengatur kerja otot
yang terdapat pada organ dan kelenjar. Contohnya fungsi vital seperti denyut
kedalam dua kelompok besar yang umumnya satu sama lain saling
menyeimbangkan. Kedua sestem saraf tersebut adalah sistem saraf simpatik dan
sistem parasimpatik. Pada saraf simpatik mempunyai sel saraf pre ganglion lebih
Pada sistem saraf parasimpatik memiliki sel saraf pre ganglion lebih
panjang daripada sel saraf post ganglionnya. Pada sistem saraf ini
neurotransmitter yang dilepaskan oleh ujung sel saraf adalah asetilkolin yang akan
nikotinik. Reseptor nikotinik terdapat pada semua ganglia saraf otonom (celah
(celah antara sel saraf somatik dan sel otot skeletal), dan pada sel kromafin
medula adrenal. Sedangkan reseptor muskarinik terdapat pada sel organ efektor
diperantarai oleh reseptor seperti lazimnya yang paling bermanfaat dari obat
golongan ini adalah menyekat sinaps muskarinik pada saraf parasimpatis secara
selektif. Oleh karena itu, efek persarafan parasimpatis menjadi terganggu, dan
kerja simpatis muncul tanpa keseimbangan. Kelompok kedua obat ini, penyekat
parkinson.
Berdasarkan mekanisme kerjanya obat anti parkinson dibagi
selektif dan mengurangi efek sistemik yang tidak menyenangkan. Beberapa jenis
pada pasien dengan gejala ringan dimana tremor adalah gejala yang
dominan.
2. Obat anti dopaminergik, seperti levodopa, bromokriptin. Untuk
primidon
Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alami maupun
sintesis, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan sistem
saraf pusat, dan dapat menimbulkan ketergantungan atau ketagihan. Zat yang
psikotropika, definisi psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah atau sintetis
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
disalahgunakan).
memberikan rangsangan terhadap otak dan saraf. Obat rangsang dapat berupa
konsumsi di luar batas takaran yang dianjurkan. Pada tahap awal pemakaian, akan
timbul perasaan senang berlebihan, rasa percaya diri yang besar, dan semangat
yang terlalu tinggi. Pada pemakaian dalam dosis berlebih akan menunjukkan
a. Ekstasi
kimia turunan amphetamine yang memiliki reaksi yang lebih kuat dibandingkan
disebut pil setan, karena pengaruhnya seperti setan yang merusak sistem saraf
pusat dan sel-sel otak. Selain itu, pil ini juga dapat menyebabkan ketergantungan.
dan merah muda atau berupa tablet berwarna coklat dan putih. Ekstasi dapat
untuk memperoleh bahan aktif yang lebih ampuh khasiatnya. Jika ekstasi
1) Perasaan menjadi sangat gembira, tersanjung, bersemangat, dan puas diri serta
2) Tubuh gemetar, gigi gemeletuk, keluar keringat dingin, dan detak jantung tidak
normal.
3) Nafsu makan hilang, pandangan kabur, dan keluar air mata terusmenerus.
4) Badan panas luar biasa (hipertermia), yang apabila dibiarkan akan
b. Shabu-shabu
memiliki rumus kimia C10H15N. Zat ini juga dikenal sebagai shabu-shabu.
Bentuknya yang berupa kristal tidak berwarna dan tak berbau sangat mudah larut
dalam. Shabu-shabu memiliki efek yang sangat keras pada susunan saraf. Efek
yang dapat ditimbulkan cenderung lebih cepat dan lebih hebat daripada ekstasi.
yang berlebihan.
sistem saraf pusat. Obat jenis ini biasanya berupa obat tidur dan obat penenang.
Obat ini biasanya diminum untuk mengurangi rasa cemas atau untuk membuat
pikiran menjadi lebih santai. Obat ini juga dipakai untuk mengatasi insomnia
(penyakit kesulitan tidur). Contoh obat penekan saraf pusat antara lain diazepam
(valium), nitrazepam (mogadon), luminal, dan pil KB. Di Indonesia para pengedar
menamakan obat-obatan ini sebagai pil koplo. Penyalahgunaan obat penekan saraf
dapat menimbulkan berbagai macam efek, antara lain perasaan menjadi labil,
bicara tak karuan dan tidak jelas, mudah tersinggung, serta daya ingat dan
acid diethylamide (LSD). Selain itu, ada juga halusinogen yang tak kalah
dihasilkan dari spesies jamur tertentu, dan mescaline, yang dihasilkan dari sejenis
kaktus yang bernama peyote. Efek yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan obat
a. Keringat berlebihan, denyut jantung menjadi cepat dan tak teratur, timbul
perasaan cemas.
b. Pupil mata melebar dan pandangan mata kabur.
c. Terjadi gangguan koordinasi motorik dan terjadi halusinasi.
LAPORAN KASUS1
dr. Marwita Pratama2
1 Dibawakan pada pertemuan Ilmiah Bagian Psikiatri FK UNUD Denpasar tanggal 26 April
2017
2 Dokter Residen yang sedang mengikuti pendidikan Spesialis 1 Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa
dibimbing oleh dr. I.G.P.N Astawa, SpKJ dan dr H.M Sugiharta Jasa, SpKJ (K)
Alamat : Denpasar
A. Keluhan utama
Autoanamnesis : Mengamuk
Heteroanamnesis : Mengamuk
Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal Dunia
: Pasien
B. Status Neurologi
GCS : E4 M5 M6
Meningeal Sign tidak ada
Motorik :
Tonus : N N
N N
Tropik : N N
N N
D. Proses Pikir
1. Bentuk Pikir : Non Logis Non realis
2. Arus Pikir : Asosiasi Longgar
3. Isi Pikir : Waham Kebesaran +
E. Gangguan Persepsi
Halusinasi dan ilusi disangkal. Depersonalisasi dan Derealisasi tidak ada.
3. Daya ingat :
o Daya ingat jangka segera : Pasien dapat menyebutkan kembali
tiga benda yang disebutkan pemeriksa
o Daya ingat jangka pendek : Pasien dapat mengingat menu sarapan
pagi
o Daya ingat jangka menengah : pasien dapat menyebutkan
pendidikan terakhirnya
o Daya ingat jangka panjang : Pasien dapat mengingat tahun
kelahirannya
4. Konsentrasi : Baik, pasien dapat melakukan pengurangan 3 dari 100
secara berurutan sebanyak 5 kali.
5. Perhatian : baik, pasien mampu mengeja kata WAHYU dari belakang
dengan baik
6. Kemampuan membaca dan menulis : baik.
7.Kemampuan visuospasial : baik.
8. Pikiran abstrak : baik.
9. Kapasitas Intelegensia : baik
10.Bakat kreatif : tidak ada
11.Kemampuan menolong diri sendiri : baik.
G. Dorongan Instingtual : Insomnia ada tipe early, hipobulia tidak ada, raptus
ada
H. Kemampuan mengendalikan impuls : Baik.
I. Daya Nilai Tilikan :
- Daya nilai sosial : baik, pasien tahu mencuri itu tidak baik.
- Uji daya Nilai : baik, pasien akan mengembalikan dompet jika
menemukannya di jalan
- Penilaian realita : baik
- Tilikan : derajat 1 (menyangkal bahwa dirinya sakit)
J. Taraf dapat dipercaya : Pasien kurang dapat dipercaya
2. Tes mengarang
Isi:
Nama saya Andi Saputra kehidupan saya terlalu banyak rintangan siksaan
kapan ak berakhirdari penderitaan ini yaallah aku pengen hidup tenang gak
banyak musuh dan yang aku mau Cuma hidup indah terus pada waktunya.
Sudah 4 tahun aku diam dalam kehidupan tersiksa ya allah aku pengen
banget hidup tenang. Alhamdulillah sekarang hutang2 ayah dan ibu ku
sudah lunas tinggal sepeda beat tapi habis tahun ini udah lunas.
Yaalah panjangkan umurku aku pengen ayah ibuku naik haji tahun depan
amin. Sekarang aku udah tenng dan tinggal mencari pendamping lagi toh
aku udah bisa kerja udah saatnya aku menikah lagi gak perlu cantik yang
penting dia setia n nerima aku apa adanya. Aku memang duda, tapi aku
duda karena pilihanku sendiri biar ibuku bahagia n ayahku. Aku andi
berjanji akan bahagiain orang tuaku dan membuat rumah besar. Ayah saya
bung karno Hattah.
3. Tes Wartegg
X. FORMULASI PSIKODINAMIKA
Dilihat secara organobiologi, pasien tidak memiliki kelainan organik.
Dari segi genetik, tidak ditemukan adanya riwayat gangguan jiwa pada
keluarga. Pasien lahir normal ditolong bidan dengan pertumbuhan saat balita
berjalan normal.
Dilihat dari psikologis, pasien merasa iri dan kesal terhadap anggota
keluarganya, adiknya memiliki kerjaan yang baik di sebuah bengkel, pasien
pernah ada riwayat di bully saat masih sekolah.
Dari segi pola asuh, diasuh oleh ibunya, pasien mendapat ASI sampai
umur 6 bulan. Ibu menyayangi dan memperhatikan pasien. Kondisi ekonomi
keluarga kurang baik. Kedua orang tua merupakan orang yang sibuk bekerja
keras sebagai petani di tahap umur 0-1 tahun (trust vs mistrust).
Pada usia 6-11 tahun (industry vs inferiority), sewaktu SD sering
berkelahi dan di bully oleh teman sekelasnya.
XI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL ( menurut PPDGJ III )
Aksis I : Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Multipel dan Pengunaan Zat Psikoaktif Lainnya (F19.0)
XIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam: dubia ad malam
Quo ad sanationam: dubia ad malam
Faktor yang meringankan prognosis :
Dukungan keluarga baik untuk pengobatan pasien
Tidak ada faktor genetik dalam keluarga
Pasien kooperatif
XIV. TERAPI
A. PSIKOFARMAKA PSIKIATRI
Clozapine 2x12.5 mg
B. NON PSIKOFARMAKA
Kepada pasien
Psikoedukasi
Menjelaskan gangguan yang dialami pasien, rencana penatalaksanaan
yang akan diberikan, baik psikofarmaka maupun psikoterapi dengan
penekanan pada kepatuhan terhadap terapi yang diberikan.
Psikoterapi suportif
Memberi kesempatan pada pasien untuk melakukan ventilasi tentang
keluhan yang dialami juga memberikan penenteraman (reassurance) agar
pasien merasa lebih nyaman. Memberikan persuasi yaitu penerangan yang
masuk akal tentang timbulnya gejala-gejala yang dialami pasien dan
memberikan sugesti kepada pasien bahwa kondisi ekonomi pasien selama
ini baik-baik saja.
Kepada keluarga
Psikoedukasi
Memberikan informasi tentang gangguan yang dialami oleh pasien secara
keseluruhan dan menjelaskan mengenai penatalaksanaan yang akan
diberikan baik psikofarmaka maupun psikoterapi dengan penekanan pada
kepatuhan terhadap terapi yang diberikan dan mendukung memberikan
masukan agar pasien tidak mengulangi lagi perbuatannya. Diharapkan
keluarga dapat mendukung proses terapi dan mengawasi minum obat
selama rawat jalan.
DAFTAR PUSTAKA
Darmansjah, I., Setiawati, A., dan Gan, S, 1995, Obat Otonom, dalam
Ganiswarna, S.G., Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 24-27, PT. Elex Media
Komputindo, Gramedia, Jakarta.
Gan, V., 1995, Obat penyakit Parkinson dan Pelemas Otot yang Bekerja Sentral,
dalam Ganiswarna, S.G., Farmakologi dan Terapi , Edisi IV, 182-183, PT.
Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta.
Ganiswarna, 1998. Farmakologi dan Terapi , Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : Jakarta
Joewana, S, 2000, Penyalahgunaan NAPZA, Lokakarya dan Pelatihan
Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan NARKOBA, 11-14 Mei,
Cipanas.
Noviastuti, A., 2000, Aspek Psikiatri Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika,
dan Zat Adiktif Lain (NAPZA), Seminar Mengatasi Penderita
Penyalahgunaan Narkoba Secara Tepat dan Benar, 19 Februari 2000,
Semarang.
Tan Hoan Tjay, Kirana R, 2001, Obat-Obat Penting, Khasiat dan Penggunaan ,
DirJen POM RI : Jakarta.
Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-efek Sampingnya, Edisi IV, 419-425, PT. Elex Media Komputindo,
Gramedia, Jakarta.
Zubaedi, 2003, Indonesia dalam Status Bahaya Psikotropika,
Http:/www.suaramerdeka.com/kha2.htm