DIBETULKAN
JANGAN NYONTEK PNY ORG LAIN YG
SALAH.. MASA PNY ORG LAIN HNY
SAVE AS SJDOSEN : Prof. Dr. Teti Indrawati, Ms, Apt
KL MAU LULUS BETULKAN Disusun oleh SESUAI
:
ARAHAN Dyah
LIHAT LG KOREKSI
Nur Manggala 1 DAN
Apries Triwinarni 20344112
KOREKSI God
SKRNG
Bell Xaverius 20344113
Bintang Tia Warmani 20344114
Marlia Handayani 20344115
Masta ulina Panjaitan 20344116
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
penulisan Makalah ini sebagai tugas Mata kuliah Teknologi Sediaan. Saya telah menyusun
Tugas Makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Namun tentunya
sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan saya, semoga bisa
menjadi koreksi dimasa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya.
Tak lupa ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dosen Mata Kuliah Teknologi Farmasi
Prof. Dr. Teti Indrawati, Ms, Apt atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah di berikan
kepada saya. Sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat waktunya.
Dan saya ucapkan pula kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyusunan
makalah ini.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................3
2.1. Sabun.....................................................................................................................................3
2.2. Sabun Cair.............................................................................................................................3
2.3. Karakteristik Sabun Cair........................................................................................................4
2.4. Komponen Sabun Cair...........................................................................................................6
2.5. Metodologi Sabun Cair..........................................................................................................7
2.6. Pembuatan Sabun dalam Industri...........................................................................................8
2.7. Praformulasi Sabun Cair........................................................................................................9
2.8. Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik (CPKB)...................................................................12
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................................25
3.1. Produksi Sediaan dengan Cara Yang Baik...........................................................................25
3.2. Komponen dan Formulasi Sabun Cair Antiseptik................................................................26
3.3. Perbandingan Karateristik Hasil Evaluasi (F1,F2,F3)..........................................................28
3.4. Pengadaan dan Alur Pengadaan Bahan Baku.......................................................................29
3.5. Produksi Sabun Mandi Antiseptik (Alur Proses Produksi, Evaluasi Pengemasan,
Penyimpanan dan Distribusi)...........................................................................................................31
3.6. Evaluasi Produksi Sabun Mandi Antiseptik.........................................................................33
3.7. Pengemasan Produk Sabun Antiseptik.................................................................................33
3.8. Penyimpanan Produk Sabun Antiseptik...............................................................................33
3.9. Distribusi Produk Sabun Antiseptik.....................................................................................34
3.10. Evaluasi formula sediaan sabun mandi cair antiseptik yang dibuat..................................34
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................35
4.1. Kesimpulan..........................................................................................................................35
4.2. Saran....................................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk memahami cara memproduksi sediaan sabun mandi antiseptik yang baik
2. Untuk mengetahui komponen dan bahan dalam produksi sediaan sabun mandi antiseptik dan
bagaimmana rancangan formulasi sediaanya
3. Untuk memahami proses pengadaan barang dan alurnya yang diperlukan dalam produksi
sediaan sabun mandi antiseptik
4. Untuk mengetahui cara memproduksi sediaan sabun mandi antiseptik yang baik (alur, proses
produksi, evaluasi, pengemasan, penyimpanan dan distribusi)
5. Untuk mengetahui formulasi sediaan sabung mandi cair antiseptik yang dibuat
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana memproduksi sediaan sabun mandi antiseptic dengan cara yang baik?
2. Apa komponen dan bahan dalam produksi sediaan sabun mandi antiseptik dan bagaimana
rancangan formulasi sediaan?
3. Bagaimana pengadaan barang dan alurnya yang diperlukan dalam produksi sediaan sabun
mandi antiseptik?
4. Bagaimana memproduksi sediaan sabun mandi antiseptik yang baik (alur,proses produksi,
evaluasi, pengemasan, penyimpanan dan distribusi)?
5. Bagaimana hasil formulasi sediaan sabun mandi cair yang dibuat?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
2.1. Sabun
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri dari dua
komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau potassium. Sabun
merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylic yang panjang. Larutan alkali
yang digunakan dalam pembuatan sabun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali
yang biasa yang digunakan pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang
biasa digunakan pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH).
Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor
lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan alkali
membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak
nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.
Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan bentuk yang
bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi, sabun cuci baik untuk
pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun yang digunakan dalam industri
Kandungan zat zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis
sabun. Zat zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang menguntungkan maupun yang
merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu memperhatikan kualitas sabun dengan teliti sebelum
membeli dan menggunakannya.
2.2. Sabun Cair
Sabun cair adalah jenis sabun yang dihasilkan reaksi saponifikasi antara minyak dan KOH.
Sabun cair lebih banyak dijumpai di area publik seperti rumah sakit, rumah makan atau restoran,
kafe, dan perkantoran. Beberapa perusahaan sabun memproduksi sabun cair dengan varian
khusus, misalnya sabun untuk cuci piring, cuci tangan dan sabun khusus untuk anak-anak.
Sabun mandi cair adalah sediaan berbentuk cair yang digunakan untuk membersihkan kulit,
dibuat dari bahan dasar sabun dengan penambahan surfaktan, penstabil busa, pengawet, pewarna
dan pewangi yang diijinkan dan digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi pada kulit
(SNI,1996). Sabun cair dibuat melalui reaksi
saponifikasi dari minyak dan lemak dengan KOH (Mitsui,1997). Sabun yang berkualitas
baik harus memiliki daya detergensi yang cukup tinggi, dapat diaplikasikan pada berbagai jenis
bahan dan tetap efektif walaupun digunakan pada suhu dan tingkat kesadahan air yang berbeda-
beda (Shrivastava, 1982). Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kimia
dan farmasi, perkembangan kosmetik mulai bergeser ke arah natural product karena adanya trend
back to nature (Duraisamy et al., 2011)
Selain dapat membersihkan kulit dari kotoran, sabun juga dapat digunakan untuk
membebaskan kulit dari bakteri. Sabun yang dapat membunuh bakteri dikenal dengan sabun
antiseptik. Sabun antiseptik mengandung komposisi khusus yang berfungsi sebagai antibakteri.
Bahan inilah yang berfungsi mengurangi jumlah bakteri berbahaya pada kulit. Sabun antiseptik
yang baik harus memiliki standar khusus. Pertama, sabun harus bisa menyingkirkan kotoran dan
bakteri. Kedua, sabun tidak merusak kesehatan kulit, karena kulit yang sehat adalah bagian dari
sistem kekebalan tubuh. (Rachmawati dan Triyana, 2008).
2.3. Karakteristik Sabun Cair
a. Karakteristik Dalam Memilih Bahan Baku Sabun
Ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan dalm memilih bahan dasar sabun
antara lain:
1. Warna lemak dan minyak
Lemak dan minyak yang berwarna terang merupakan minyak yang bagus
untuk digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.
2. Angka Saponifikasi
Angka Saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram kaliumhidroksida
yang digunakan dalam proses saponifikasi sempurna pada satugram minyak. Angka
saponifikasi digunakan untuk menghitung alkali yangdibutuhkan dalam saponifikasi
secara sempurna pada lemak atau minyak.
3. Bilangan Iod
Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidak jenuhan minyak atau
lemak,semakin besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh.
Dalam pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting yaitu
untuk mengidentifikasi ketahanan sabun pada suhu tertentu.
b. Kriteria Sabun yang Bagus Untuk Kulit :
Terlepas dari urusan merk, sabun batang ataupun sabun cair yang baik untuk kulit
hendaknya memenuhi beberapa kriteria utama, yaitu bisa membersihkan kulit, memiliki
aroma terapi, dan juga mengandung moisturizer yang bisa menjaga kelembaban kulit. Rata-
rata semua sabun bisa membersihkan kulit, dan aroma terapi pula tergantung pada selera
masing-masing konsumen. Namun tidak semua sabun cair memiliki kesamaan kandungan
moisturizer harus cermat-cermat memilih, agar sabun yang di pakai bukan hanya
membersihkan, namun juga bisa menjadi pelembab kulit. Selain itu, sabun cair yang bagus
juga harus bisa membersihkan tujuh area terkotor tubuh dengan sempurna. Tujuh area yang
dimaksud tersebut adalah area belakang telinga, seluruh leher, daerah lipatan lengan, ketiak,
selangkangan, seluruh bagian punggung, dan kedua kaki.
c. Menthol oil
Cairan tidak berwarna, kuning pucat atau kuning kehijauan,
Pemerian :
aromatik, rasa pedas dan hangat kemudian dingin.
Kelarutan : Larut dalam 4 bagian volume etanol (70%) P
Bj : 0,896 g/cm3
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung cahaya.
Penggunaan : Bahan tambahan, karminativum
f. Natrium klorida
Natrium klorida (NaCl) mengandung tidak kurang dari 99,0
Definisi : % dan tidak lebih dari 101,0 % NaCl dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan. Tidak mengandung zat tambahan
Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur
Pemerian :
putih; rasa asin
Natrium klorida mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah
Kelarutan : larut dalam etanol dan air mendidih; larut dalam gliserin;
sukar larut dalam etanol
Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat
Stabilitas : menyebabkan penguratan partikel dari tipe gelas. pH NaOH
4,5-7 6,7-7.3
Penggunaan : Sebagai pengental
g. Gliserin
Gliserin mengandung tidak kurang dari 95,0 % dan tidak
Definisi :
lebih dari 101,0 % C3H803
Cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau, kental, cairan
Pemerian :
higroskopis, memiliki rasa manis
Sangat mudah larut dalam aseton, praktis tidak larut dalam
Kelarutan : benzene dan kloroform, larut dalam etanol 95%, methanol
dan air
Jika dicampur dengan agen pengoksidasi seperti chomium
trioxide, potassium chlorate atau pottasium loermanganate.
Dalam larutan encer, reaksi berlangsung lebih lambat dengan
beberapa produk oksidasi yang terbentuk. Perubahan warna
hitam gliserin terjadi pada paparan cahaya, atau pada kontak
Inkompatibilitas :
dengan zinc oxide atau basis bismuth nitrat. Sebuah
kontaminan besi dalam warna campuran yang mengandung
fenol, salisilat dan tanin. Gliserin membentuk asam borat
komplek, asam glyceroboric, yang merupakan asam kuat
daripada asam borat.
Penggunaan : Digunakan sebagai pelarut atau cosolvent
Titik didih : 2900 C dan titik leleh gliserin yaitu; 17,80 C
h. Minyak Zaitun ( Oleum Olivae)
Cairan kuning pucat atau kuning kehijauan, bau lemah, tidak
Pemerian : tengik, rasa khas, pada suhu rendah Sebagian atau seluruhnya
membeku.
Sukar larut dalam ethanol 95% P, larut dalam klorofom P dan
Kelarutan :
dalam Eter minyak tanah P.
Tiitk leleh :-
Penyimpanan : Terlindung dari cahaya, temperature tidak lebih dari 25oc,
Penggunaan : Pembentuk sabun melaluo reaksi saponifikasi
i. Threethanolamine (TEA)
Cairan jernih yang kental, berwarna kuning pucat dan
memiliki bau amonia sedikit, sangat higroskopis, dan
kelembapan 0,09%, merupakan campuran basa, terutama
Pemerian :
2,20, 200-nitrilotriethanol, meskipun juga mengandung 2,20-
iminobisetthanol (dietanolamina) dan jumlah yang lebih kecil
dari 2-aminoethanol (monoehanolamine)
Ph : 10,5 (larutan 0,1N)
Tiitk didih : 3320C
Tiitk leleh : 20-210C titik beku 21,6 0C
Disimpan dalam wadah kedap udara terlindung dari cahaya,
Penyimpanan :
ditempat yang sejuk dan kering.
Penggunaan : Basis emulgator
k. Aquades
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau
Berat molekul : 18,02 gram/mol
pH : Antara 5-7
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Penggunaan : Pelarut
2. Personalia
Tersedia personil dalam jumlah yang cukup dan mempunyai pengetahuan,
pengalaman, keterampilan dan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Personil dalam keadaan sehat dan mampu mengerjakan tugasnya.
a. Organisasi, Kualifikasi dan Tanggung Jawab
1) Dalam struktur organisasi perusahaan, bagian produksi dan pengawasan mutu
dipimpin oleh orang yang berbeda dan tidak bertanggung jawab satu kepada
yang lain.
2) Kepala Bagian Produksi telah mendapat pelatihan yang memadai dan
berpengalaman dalam pembuatanKosmetika. Ia mempunyai kewenangan dan
tanggung jawab dalam manajemen produksi yang meliputi semua pelaksanaan
kegiatan, peralatan, personil produksi,area produksi dan pencatatan.
3) Kepala Bagian Pengawasan Mutu telah mendapat pelatihan yang memadai dan
berpengalaman dalam bidang pengawasan mutu. Ia diberi kewenangan penuh
dan tanggung jawab dalam semua tugas pengawasan mutu meliputi
penyusunan, verifikasi dan penerapan semua prosedur pengawasan mutu. Ia
mempunyai kewenangan mendelegasikan/menetapkan personil apabila
diperlukan, untuk memberi persetujuan atas bahan awal, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi yang telah memenuhi spesifikasi, atau menolak apabila
tidak memenuhi spesifikasi yang relevan, atau yang dibuat tidak sesuai prosedur
dan kondisi yang telah ditetapkan.
b. Tanggung jawab dan kewenangan dari personil inti ditetapkan dengan jelas.
Personil terlatih dalam jumlah yang cukup ditugaskan untuk melaksanakan
supervisi langsung pada tiap bagian produksi dan pengawasan mutu.
c. Pelatihan
Semua personil yang langsung terlibatdalam kegiatan pembuatan mendapatkan
pelatihan yang sesuai dengan prinsip CPKB. Personil yang bekerja bersinggungan
dengan bahan yang berbahaya harus mendapatkan pelatihan khusus.
4. Peralatan
Peralatan harus didesain dan ditempatkan sesuai dengan produk yang dibuat.
a. Rancang Bangun
1) 1. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan yang diolah tidak boleh
bereaksi atau menyerap bahan.
2) Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan terhadap produk
misalnya melalui tetesan oli, kebocoran katub atau melalui modifikasi atau
adaptasi yang tidak salah/tidak tepat.
3) Peralatan harus mudah dibersihkan.
4) Peralatan yang digunakan untuk mengolah bahan yang mudah terbakar harus
kedap terhadap ledakan.
b. Pemasangan dan Penempatan
1) Peralatan/mesin harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan
kemacetan aliran proses produksi dan harus diberi penandaan yang jelas untuk
menjamin tidak terjadi campur baur antar produk.
2) Saluran air, uap, udara bertekanan atau hampa udara, harus dipasang sedemikian
rupa sehingga mudah dicapai selama kegiatan berlangsung. Saluran ini
hendaknya diberi label atau tanda yang jelas sehingga mudah dikenali.
3) Sistem-sistem penunjang seperti sistem pemanasan, ventilasi, pengatur suhu udara,
air (air minum, air murni, air suling), uap, udara bertekanan dan gas harus berfungsi
dengan baik sesuai dengan tujuannya dan dapat diidentifikasi.
c. Pemeliharaan
1) Peralatan untuk menimbang mengukur, menguji dan mencatat harus dipelihara dan
dikalibrasi secara berkala. Semua catatan pemeliharaan dan kalibrasi harus
disimpan.
2) Petunjuk cara pembersihan peralatan hendaknya ditulis secara rinci dan jelas
diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dengan jelas.
8) Produk Aerosol
Pembuatan aerosol memerlukan pertimbangan khusus karena sifat alami dari
bentuk sediaan ini, dan Pembuatan harus dilakukan dalam ruang khusus yang
dapat menjamin terhindarnya ledakan atau kebakaran.
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian penting dari CPKB, karena memberi jaminan
konsistensi mutu produk kosmetik yang dihasilkan. Sistem Pengawasan Mutu menjamin
bahwa produk dibuat dari bahan yang benar, mutu dan jumlah yang sesuai, serta kondisi
pembuatan yang tepat sesuai Prosedur.Pengawasan mutu meliputi:
a. Pengambilan contoh (sampling), pemeriksaan dan pengujian terhadap bahan awal
produk dalam proses, produk antara, produk ruahan dan produk jadi sesuai spesifikasi
yang ditetapkan.
b. Program pemantauan lingkungan, tinjauan terhadap dokumentasi bets, program
pemantauan contoh pertinggal, pemantauan mutu produk di peredaran, penelitian stabilitas
dan menetapkan spesifikasi bahan awal dan produk jadi agar senantiasa memenuhi standar
yang ditetapkan.
c. Pengambilan contoh hendaklah dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan
diberikewenangan untuk tugas tersebut, guna menjamin contoh yang diambil senantiasa
sesuai dengan indentitas dan kualitas bets yang diterima
1) Pengolahan Ulang
a. Metoda pengolahan ulang hendaklah senantiasa dievaluasi untuk menjamin
agar pengolahan ulang tidak mempengaruhi mutu produk.
b. Pengujian tambahan hendaklah dilakukan terhadap produk jadi hasil
pengolahan ulang.
2) Produk Kembalian
a. Produk kembalian hendaklah diidentifikasi dan disimpan terpisah di tempat
yang dialokasikan untuk itu atau diberi pembatas yang dapat dipindah-pindah
misalnya pembatas dari bahan pita, rantai atau tali.
b. Semua produk kembalian hendaklah diuji kembali apabila perlu, disamping
evaluasi fisik sebelum diluluskan untuk diedarkan kembali
c. Produk kembalian yang tidak memenuhi syarat spesifikasi hendaklah ditolak.
d. Produk yang ditolak hendaklah dimusnahkan sesuai Prosedur Tetap.
e. Catatan produk kembalian hendaklah dipelihara.
8. Dokumentasi
Dokumentasi hendaknya meliputi riwayat setiap bets, mulai dari bahan awal sampai
produk jadi. Sistem ini hendaknya merekam aktivitas yang dilakukan, meliputi pemeliharaan
peralatan, penyimpanan, pengawasan mutu, distribusi dan hal-hal spesifik lain yang terkait
dengan CPKB, Hendaknya ada sistem untuk mencegah digunakannya dokumen yang sudah
tidak berlaku. Bila terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan dalam dokumen hendaknya
dilakukan pembetulan sedemikian rupa sehingga naskah aslinya harus tetap terdokumentasi.
Bila dokumen merupakan instruksi, hendaknya ditulis langkah demi langkah dalam bentuk
kalimat perintah. Dokumen hendaklah diberi tanggal dan disahkan, Salinan dokumen
hendaklah diberikan kepada pihak-pihak yang terkait dan pendistribusiannya dicatat dan
Semua dokumen hendaknya direvisi dan diperbaharui secara berkala, dokumen yang sudah
tidak berlaku segera ditarik kembali dari pihak-pihak terkait untuk diamankan.
a. Spesifikasi
Semua spesifikasi harus disetujui dan disahkan oleh personil yang berwenang.
Spesifikasi bahan baku dan bahan pengemas meliputi Nama bahan, Uraian (deskripsi)
dari bahan, Parameter uji dan batas penerimaan (acceptance limits), Gambar teknis bila
diperlukan., Perhatian khusus misalnya kondisi penyimpanan dan keamanan bila perlu.
Spesifikasi Produk Ruahan dan Produk Jadi meliputi Nama produk, Uraian, Sifat-sifat
fisik, Pengujian kimia dan atau mikrobiologi serta batas penerimaannya bila perlu,
Kondisi penyimpanan dan peringatan keamanan bila perlu.
b. Dokumen Produksi
1) Dokumen Induk
Dokumen Induk harus tersedia setiap diperlukan. Dokumen ini berisi informasi :
Nama produk dan kode/nomor produk.
Bahan pengemas yang diperlukan dan kondisi penyimpanannya.
Daftar bahan baku yang digunakan.
Daftar peralatan yang digunakan.
Pengawasan selama pengolahan dengan batasan-batasan dalam pengolahan
dan pengemasan, bila perlu.
9. Audit Internal
Audit Internal terdiri dari kegiatan penilaian dan pengujian seluruh atau sebagian dari
aspek produksi dan pengendalian mutu dengan tujuan untuk meningkatkan sistem mutu.
Audit Internal dapat dilakukan oleh pihak luar, atau auditor profesional atau tim internal yang
dirancang oleh manajemen untuk keperluan ini. Pelaksanaan Audit Internal dapat diperluas
sampai ke tingkat pemasok dan kontraktor, bila perlu. Laporan harus dibuat pada saat
selesainya tiap kegiatan Audit Internal dan didokumentasikan dengan baik.
10. Penyimpanan
a. Area Penyimpanan
1) Area penyimpanan hendaknya cukup luas untuk memungkinkan penyimpanan yang
memadai dari berbagai kategori baik bahan maupun produk, seperti bahan awal,
produk antara, ruahan dan produk jadi, produk yang dikarantina, dan produk yang
lulus uji, ditolak, dikembalikan atau ditarik dari peredaran.
2) Area penyimpanan hendaknya dirancang atau disesuaikan untuk menjaminkondisi
penyimpanan yang baik. Harus bersih, kering dan dirawat dengan baik. Bila
diperlukan area dengan kondisi khusus (suhu dan kelembaban) hendaknya
disediakan, diperiksa dan dipantau fungsinya.
3) Tempat penerimaan dan pengiriman barang hendaknya dapat melindungi material
daproduk dari pengaruh cuaca. Area penerimaan hendaknya dirancang dan diberi
peralatan untuk memungkinkan barang yang datangdapat dibersihkan apabila
diperlukan sebelum disimpan.
4) Area penyimpanan untuk produk karantina hendaknya diberi batas secara jelas.
5) Bahan berbahaya hendaknya disimpan secara aman.
a. Penanganan dan Pengawasan Persediaan
b. Penerimaan Produk
1) Pada saat penerimaan, barang dokumenhendaknya diperiksa dan dilakukan
verifikasi fisik dengan bantuan keterangan pada label yang meliputi tipe
barang dan jumlahnya.
2) Barang kiriman harus diperiksa dengan teliti terhadap kemungkinan
terjadinya kerusakan dan atau cacat. Hendaknya ada Catatan Pertinggal untuk
setiap penerimaan barang.
c. Pengawasan
1) Catatan-catatan harus dipelihara meliputi semua catatan penerimaan dan
catatan pengeluaran produk.
2) Pengawasan hendaknya meliputi pengamatan prinsip rotasi barang (FIFO).
3) Semua label dan wadah produk tidak boleh diubah, dirusak atau diganti.
BAB III
PEMBAHASAN
Zat aktif Ekstrak kental, Bau khas, rasa agak pahit, berwarna
5
Daun Kersen kehijauan dan hijau kehitaman
Cairan kental tidak berwarna hingga kuning
TEA 3
pucat, bau lemah, mirip amonia, higroskopis
F1 F2 F3
Karakterist
ik sediaan
Berbentuk cairan kental, bau
Berbentuk cair, bau dan Berbentuk cair, warna hijau
khas rossae, warna coklat
warna hijau kehitaman, busa kehitaman dan konsentrasi
kehitaman, homogenitas yang
banyak , memiliki daya cairan kental dan busa banyak,
baik, pH yang memenuhi
hambat bakteri memiliki daya habat bakteri
syarat, busa yang banyak
Methol oil (zat tambahan), asam
ekstrak daun papaya ( zat stearate(pemecah ikatan sabun
virgin coconut oil, kalium
aktif dan antiseptik), minyak degan gliserol), kalium
hidroksida (surfaktan), asam
zaitun (agen pengakali dan hidroksida (surfaktan), sodium
stearate(pemecah ikatan sabun
saponifikasi), kalium lauryl sulfat (surfaktan), HPMC
degan gliserol), sodium lauryl
hidroksida (surfaktan), (Suspending agent), gliserin
sulfat (surfaktan), gliserin
Komponen sodium lauryl sulfat (humektan), minyak zaitun
(humektan), ekstrak daun
sediaan (surfaktan), asam (agen pengakali dan
kersen ( zat aktif dan anti
stearate(pemecah ikatan saponifikasi), TEA (agen
septic), HPMC (suspending
sabun degan gliserol), BHA pengalkali), BHT (pengawet dan
agent), BHT (pengawet dan
(pengawet dan antioksidan), antioksidan), ekstrak daun
antioksidan), Oleum rosae
CMC (pengemulsi), anisi kersen (zat aktif dan antiseptik),
( pengharum)
sistesis (pengawet) parfum Rossae (pengharum),
Aqua dest (pelarut).
Pengujian Organoleptik,
Pengujian Organoleptik, Fisik : organoleptis,
Pengujian Homogenitas,
Pengujian pH, Pengujian homogenitas, viskositas, bobot
Pengujian Ketidak sukaan,
Evaluasi tinggi busa, Pengujian bobot jenis, stabilitas busa, iritasi kulit,
pengujian pH, Pengujian
jenis, dan daya hambat uji anti jamur, Kimia: pH, dan
Tinggi Busa, Pengujian
bakteri daya hambat bakteri
Viskositas,
Material Purchase
Requisition (MPR)
Purchasing Departemen
PemilihanPemasok
Penawaran Harga
Purchase Order
Disetujui oleh
Manager (Apoteker)
Pemasok
Supplier
DITOLAK DILULUSKAN
Bahan baku yang baru datang dicek dokumennya apakah sudah memenuhi syarat
atau tidak, jika tidak maka akan tolak selanjutnya akan dilakukan retur barang,
jika sudah sesuai maka bahan baku diberi label berwarna kuning dan kemudian
dikarantina. Setelah dikarantina, bahan baku akan disampling untuk uji. Jika
tidak lolos uji, bahan baku diberi label merah (reject). Jika lolos uji, bahan akan
diberi label hijau (release), yang artinya bahan baku tersebut siap untuk
dijadikan bahan produksi. Bahan baku yang sudah lulus stiker hijau selanjutnya
disimpan digudang dan sudah menjadi stok gundang bahan baku. Pelabelan ini
berguna untuk mencegah terjadinya mix up (campur baur) yang mana bahan
baku salah ambil sehingga akan merusak mutu produk
Botol Penimbangan
Pengemasan
Cek IPC
Labeling Penampilan
Kelengkapan
Penandaan
Karantina
Produk Jadi
1. Penyerahan bahan baku oleh perasonel yang berwenang sesuai dengan prosedur yang
telah disetujui. Catat semua transaksi masuk dan keluar barang yang disimpan dengan
baik dan benar agar mempermudah dalam mengetahui stok bahan baku
2. Penimbangan bahan awal oleh personil yang berwenang sesuai prosedur tertulis untuk
memastikan bahan yang benar yang ditimbang atau diukur dengan akurat ke dalam
wadah yang bersih dan diberi label dengan benar
3. Alat timbang diverifikasi setiap hari sebelum dipakai untuk membuktikan bahwa
kapasitas, ketelitian dan ketepatannya memenuhi persyaratan sesuai denganjumlah bahan
yang akan ditimbang.
4. Setiap tahap proses, produk dan bahan harus dilindungi terhadap pencemaran mikroba
dan pencemaran lain. Dan untuk menghindarkan terjadinya kecampurbauran,
pencemaran silang, hilangnya identitas dan keraguan, maka hanya bahan awal, produk
antara dan produk ruahan yang terkait dari satu bets saja yang boleh ditempatkan dalam
area penyerahan. Setelah penimbangan, penyerahan dan penandaan, bahan awal, produk
antara dan produk ruahan hendaklah diangkut dan disimpan dengan cara yang benar
sehingga keutuhannya tetap terjaga sampai saat pengolahan berikutnya.
5. Kegiatan pembuatan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan bersamaan atau
berurutan di dalam ruang yang sama kecuali tidak ada risiko terjadinya kecampur bauran
ataupun cemaran silang.
6. Kondisi lingkungan di area pengolahan harus dipantau dan dikendalikan agar selalu
berada pada tingkat yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan. Sebelum kegiatan
pengolahan dimulai hendaklah diambil langkah untuk memastikan area pengolahan
danperalatan bersih dan bebas dari bahan awal, produk atau dokumen yang tidak
diperlukan untuk kegiatan pengolahan yang akan dilakukan.
7. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksa dan dinyatakan
bersih secara tertulis sebelum digunakan.
8. Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis.
9. Tiap penyimpangan hendaklah dipertanggung jawabkan dan dilaporkan
10.Wadah dan tutup yang dipakai untuk bahan yang akan diolah, produk antara dan produk
ruahan hendaklah bersih dan dibuat dari bahan yang tepat sifat dan jenisnya untuk
melindungi produk atau bahan terhadap pencemaran atau kerusakan
3.6. Evaluasi Produksi Sabun Mandi Antiseptik
Dalam tahap-tahap produksi terdapat beberapa evaluasi yang dilakukan untuk
memastikan sediaan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Beberapa evaluasi In Process
Control(IPC) dan pada saat sediaan sudah dikemas atau pada tahap akhir pembuatan (uji
mutu farmasetik sediaan). Evaluasi IPC meliputi pemerian, bau, angka penyabunan, berat
jenis, viskositas, angka keasaman, indeks refraktif, angka iodin dan uji mikrobiologi yang
dilakukan QC dikepalai oleh Apoteker
3.10. Evaluasi formula sediaan sabun mandi cair antiseptik yang dibuat
Hasil pengujian formulasi 3 sediaan sabung mandi cair antiseptik dengan
metode pembuatan secara bets dari ekstrak daun kersen 5 % serta memiliki komponen
yang hampir sama. Karakteristik formula 3 dapat dilihat dari uji organoleptik berwarna
coklat kehitaman, bau khas oleum rosae dan bentuk cairan kental, uji bobot jenis memiliki
kisaran 1,043 g/ml, uji pH 8,31 dan uji tinggi dan kesetabilan busa 32 mm, dan memiliki daya
hambat bakteri Staphylococcus aureus.
Komponen Formula 3 mengandung methol oil (zat tambahan), asam stearate(pemecah
ikatan sabun degan gliserol), kalium hidroksida (surfaktan), sodium lauryl sulfat (surfaktan),
HPMC (Suspending agent), gliserin (humektan), minyak zaitun (agen pengakali dan
saponifikasi), TEA (agen pengalkali), BHT (pengawet dan antioksidan), ekstrak daun kersen
(zat aktif dan antiseptik), parfum Rossae (pengharum), Aqua dest (pelarut).
Pada formula 3 ditambahkan menthol ditambahan menthol sebgai zat tambahan yang
berguna untuk memberikan rasa cool/ sejuk pada saat ataupun setelah menggunakan sabun
mandi antiseptik dan TEA yang berguna untuk alkali agent, untuk menstabilkan pH pada
sabun.
BAB IV
4.1. Kesimpulan
1. Cara memproduksi sediaan sabun yang baik dimulai dari tahap formulasi dengan
merancang formula sediaan, menentukan metode pembuatan, evaluasi dan merancang
etiket serta kemasan dari produk. Proses formulasi dilakukan oleh Apoteker pada
departemen R&D, kemudian dilakukan produksi mulai dari proses sejak bahan baku
mulai ditimbang hingga pengemasan produk yang kemudian disimpan ke gudang sebagai
finished good akan dilakukan oleh Apoteker departemen produksi dengan dilakukan
evaluasi selama proses dan setelah proses yang dilakukan oleh apoteker departemen QC.
Tahap akhir apoteker departemen QA akan memastikan quality (kualitas), efficacy
(efektivitas) dan safety (keamanan) dari produk yang telah di buat oleh bagian produksi
dengan menjamin semua produk sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada CPKB.
2. Komponen yang digunakan dalam pembuatan sabun mandi antiseptik yang baik terdiri
dari methol oil (zat tambahan), asam stearate(pemecah ikatan sabun degan gliserol),
kalium hidroksida (surfaktan), sodium lauryl sulfat (surfaktan), HPMC (Suspending
agent), gliserin (humektan), minyak zaitun (agen pengakali dan saponifikasi), TEA (agen
pengalkali), BHT (pengawet dan antioksidan), ekstrak daun kersen (zat aktif dan
antiseptik), parfum Rossae (pengharum), Aqua dest (pelarut).
3. Alur Pengadaan bahan baku dan alur diawali dengan permintaan bahan baku
yangdilakukan oleh bagian Production Planning and Inventory Control (PPIC) yang
dikepalai oleh Apoteker dengan cara mengeluarkan Surat MPR (Material Purchase
Requisition), Surat tersebut kemudian diserahkan ke bagian Purchasing, kemudian bagian
purchasing, melakukan pembelian sesuai dengan kebutuhan. Pembelian barang dilakukan
oleh bagian purchasing dengan cara mengeluarkan Purchase Order (PO) yang diserahkan
ke pemasok dan sudah mendapatkan persetujuan dari Plant Manager yang dikepalai oleh
Apoteker.Bahan yang diterima dari pemasok kemudian dilakukan pemeriksaan dan
pengujian bahan baku yang dilakukan oleh Quality Control (QC) yang dikepalai oleh
Apoteker.
4. Pada proses produksi sediaan sabun cair antiseptik, terdapat tahapan yang harus
dilakukan yaitu dimulai dengan menentukan formula, menyiapkan dan melakukan
penimbangan bahan, kemudian mencampurkan semua bahan dengan menggunakan
Metode Batch. Dalam proses ini menjadi tanggung jawab Manager Produksi dan Manager
QC yaitu Apoteker. Selanjutnya dilakukan evaluasi (uji organoleptik, uji bobot jenis, uji
pH, pengujian tinggi dan kestabilan busa dan uji antibakteri) Selanjutnya dilakukan
pengemasan, labeling, karantina (sampai diluluskan oleh QC yang dikepalai oleh
Apoteker) dan menjadi produk jadi.
5. Hasil formulasi sabun mandi antiseptik yang dibuat adalah sabun mandi antiseptik dibuat
dengan metode bets. Dari evaluasi sediaan sabun mandi antiseptik sediaan berbenuk cair,
dan berwana coklat kehitaman yang didapat dari ekstrak daun kersen dan memiliki rasa
dingin tau sejuk yang diperoleh dari mentholl, serta memiliki bau rosse yang khas, dan
memilihi bobot jenis 1,043 g/ml, dan pH 8,31, serta pengujian dan kestabilan tinggi busa
yaitu 32 mm, dan memiliki daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus
4.2. Saran
Sebaiknya sabun cair harus memiliki penampilan yang bagus dan mudah digunakan
serta stabil. Untuk itu pemilihan bahan-bahan dan penentuan jumlahnya dalam formulasi
harus diperhitungkan dengan baik. Uji evaluasi terutama antibakteri sangat diperlukan untuk
sediaan sabun cair antiseptik sehingga tujuan dari penggunaannya tercapai .
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia :
Jakarta.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia edisi empat Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Depkes RI. 1996. Mutu dan Cara uji sabun mandi. Jakarta; Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan.
Formulasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Cair Dari Ekstrak Daun Kersen (Muntingia Calabura
L)Terhadap Bakteri Staphylococcus AureusMunifatul Lailiyah1)*,Dwi Rahayu2)
Formulasi Sediaan Sabun Antiseptik Ekstrak Daun Pepaya Carica papaya Megi A. Sahambangung1*,
Olvie S. Datu1, Gideon A.R. Tiwow1, Nerni O. Potolangi2.
Rowe, C.R, Paul, J.S., dan Owen S.C. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients Fith Edition.
Washington : Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association.
Rowe, C.R, Paul, J.S., dan Marian E.Q. 2006. Handbook Of Pharmaceutical Sixth Edition.
Washington : Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association.
Standar Nasional Indonesia. 1994. 06-3532-1994. Standar Mutu Sabun Mandi. Jakarta: Dewan
Standardisasi Nasional.
Wasitaatmadja, S. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta; Penerbit Universitas Indonesia.
KapalaBadan PengawasanObatdanMakanan.2010. Pedoman Cara PembuatanKosmetik yang Baik.
Jakarta.
Anonim. 2000. The Way Al Makes Soap. [Online]. http://waltonfeed.com/old/soap/soap.html
http://sabunkesehatankulit.blogspot.co.id/2016/01/sabun-cair-yang-bagus-dan-aman-bagi.htmldiakses
pada 20 Oktober 2017
http://kimiadankehidupan.blogspot.co.id/2011/04/industri-pembuatan-sabun-dan-deterjen_21.html
diakses pada 20 Oktober 2017
Standar Nasional Indonesia. 1994. 06-3532-1994. Standar Mutu Sabun Mandi. Jakarta: Dewan
Standardisasi Nasional.
Rowe, C.R, Paul, J.S., dan Owen S.C. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients Fith Edition.
Washington : Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association.
Rowe, C.R, Paul, J.S., dan Marian E.Q. 2006. Handbook Of Pharmaceutical Sixth Edition.
Washington : Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association.
Fierer N, Costello EK, Lauber CL, Hamady M, , Gordon JL, et al. (2009). Bacterial variation in
human body habitats across space and time. Science 326: 1694-1697,
doi:10.1126/science.1177486.
Kemenkes, 2014. Infodatin : Hari Mencuci Tangan Sedunia. Jakarta : Dapartemen Kesehatan RI.
Maria Tuntun. 2016. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus. Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor
3, November 2016 hlm 497-502
Morse, A. S., Butel, J,S., Brooks,G. F. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit Salemba Medika,
Jakarta.
Arum Yp, Supartono, Sudarmin. 2012. Isolasi Dan Uji Daya Antimikroba Ekstrak Daun Kersen
(Muntingia Calabura). Jurnal Mipa 35 (2): 165-174 (2012)
angingi, R., Momuat, L.I., dan Kumaunang, M.G., 2012. Pembuatan Sabun Mandi Padat dari VCO
yang Mengandung Karotenoid Wortel, Jur.MIPA UNSRATOnline, 1 (1), 20-23.
rasetyo, Hadi Sasongko. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Daun Kersen (Muntingia
calabura L.) Terhadap Bakteri Bacillus Subtilis Dan Shigella Dysenteriae Sebagai Materi
Pembelajaran Biologi Sma Kelas XUntuk Mencapai Kd 3.4 Pada Kurikulum 2013.Jupemasi-
Pbio Vol. 1 No. 1 Tahun 2014, Issn: 2407-1269
Sinko, P.J., 2006. Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaeutical Science: Physical Chemical and
Biopharmaceutical Sciences, 5th edition.Lippicott William and Wilkins, Phildelpia.
Wasitaatmaja, Syarif M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta : Universitas Indonesia.
Wasitaatmaja, Syarif M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta : Universitas Indonesia.