JAKARTA
2021
MATRIK MATERI PENGATURAN PEKERJAAN / PRAKTIK
KEFARMASIAN
NO ASPEK PEMBUATAN ( INDUSTRI )
1. DEFINISI Pembuatan adalah rangkaian kegiatan dalam
menghasilkan suatu obat yang meliputi produksi dan
pengawasan mutu, mulai dari pengadan bahan awal
dan bahan pengemas, proses pengolahan,
pengemasan obat jadi sampai diperoleh obat yang
siap untuk didistribusikan yang meliputi seluruh
kegiatan dalam pembuatan obat.
Menurut CPOB pembuatan obat yang baik adalah
bagian dari sistem pemastian mutu yang mengatur
dan memastikan obat yang diproduksi dan mutunya
dikendalikan secara konsisten sehingga produk dan
mutu yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu
yang ditetapkan sesuai tujuan penggunaan produk
disamping persyaratan lain.
PEKERJAAN/PRAKTIK KEFARMASIAN
NO ASPEK PRODUKSI
1 UNDANG UNDANG UNDANG UNDANG NO 7 TAHUN 1963
TENTANG FARMASI
BAB III
USAHA-USAHA
Pasal 3
Usaha-usaha untuk keperluan rakyat akan perbekalan kesehatan dibidang
farmasi, adalah sebagai berikut:
a. Usaha-usaha dalam bidang produksi, yang meliputi: penggalian
kekayaan alam. penanaman tumbuh-tumbuhan, pemeliharaan dan
pengembangan binatang yang berguna untuk farmasi, pembuatan
bahan-bahan farmasi, pembuatan obat-obat syntetis, pembuatan
obat-obat jadi, pembuatan alat-alat kesehatan dan alat-alat yang
berhubungan dengan kesehatan, termasuk alatalat untuk
laboratorium dan alat-alat untuk pembuatan obat-obat dan lain-lain.
b. Usaha-usaha dalam bidang distribusi yang dilakukan oleh
Pemerintah dan Swasta yang meliputi:
a. alat-alat distribusi, apotek-apotek, rumah obat-rumah obat,
toko-toko penyalur obat dan lain-lain.
b. Usaha-usaha penyelidikan (penelitian) oleh Lembaga Farmasi
Nasional, Universitas-universitas dan lain-lain.
c. Usaha-usaha pengawasan oleh Pemerintah, Pusat maupun
Daerah.
d. Membentuk dan menggunakan Dewan Farmasi.
e. Usaha-usaha lain.
Pasal 4
1. Dengan Peraturan Perundang-undangan ditetapkan peraturan-peraturan
mengenai produksi dan distribusi dibidang farmasi.
2.Menteri Kesehatan menetapkan peraturan-peraturan mengenai
penyelidikan dan pengawasan konsumsi dibidang farmasi, pekerjaan
kefarmasian dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
Pasal 5
Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi:
a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi;
b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi;
c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi; dan
d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi.
Pasal 7
1. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi harus memiliki
Apoteker penanggung jawab.
2. Apoteker penanggung jawab lintasan laksana dimaksud pada ayat (1)
dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis
Kefarmasian.
Pasal 8
Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi dapat berupa industri obat, industri
bahan baku obat, industri obat tradisional, dan pabrik kosmetika
Pasal 9
1. Industri farmasi harus memiliki 3 (tiga) orang Apoteker sebagai
penanggung jawab masing-masing pada bidang pemastian mutu, produksi,
dan pengawasan mutu setiap produksi Sediaan Farmasi.
2. Industri obat tradisional dan pabrik kosmetika harus memiliki sekurang
kurang 1 (satu) orang Apoteker sebagai penanggung jawab.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Fasilitas Produksi Farmasi diatur dalam
Pasal 8 diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 10
Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi yang dimaksud
dalam Pasal 7 harus memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Yang Baik yang
ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 11
1. Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker yang dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2) harus menetapkan Standar Prosedur Operasional.
2. Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan terus
menerus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang farmasi dan sesuai ketentuan peraturan-undangan.
Pasal 12
Pekerjaan Kefarmasian yang berkaitan dengan proses produksi dan
pengawasan mutu Sediaan Farmasi pada Fasilitas Produksi Sediaan
Farmasi wajib Oleh Tenaga Kefarmasian sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Pasal 13
Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada
Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang produksi dan pengawasan mutu.
Pasal 14
1. Setiap Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi berupa obat
harus memiliki seorang Apoteker sebagai penanggung jawab.
2. Apoteker sebagai penanggung jawab yang mengacu pada ayat (1) dapat
dibantu oleh Apoteker pendamping dan / atau Tenaga Teknis Kefarmasian
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian
dalam Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi yang diatur
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 15
Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 harus memenuhi ketentuan
Cara Distribusi yang Baik yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 16
1. Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker yang dimaksud
dalam Pasal 14 harus menetapkan Standar Prosedur Operasional.
2. Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan terus
menerus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang farmasi dan sesuai ketentuan peraturan-undangan.
3 PERATURAN -
PRESIDEN
BABV
TATA LAKSANA MEMPEROLEH IZIN EDAR
Bagian Pertama
Umum
Pasal 11
(1) Registrasi obat diajukan oleh pendaftar kepada Kepala Badan.
(2) Registrasi obat dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu pra-registrasi dan
penyerahan berkas registrasi.
(3) Penyerahan berkas registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan menggunakan formulir registrasi dan disket,
dilengkapi dengan dokumendokumen penunjang sesuai ketentuan yang
berlaku.
(4) Data dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penilaian dan
pengujian dalam rangka registrasi obat dijaga kerahasiaannya oleh
Kepala Badan.
Bagian Kedua
Pra-registrasi
Pasal 12
Pra-registrasi adalah prosedur registrasi yang dilakukan untuk menentukan
jalur evaluasi dan kelengkapan dokumen registrasi obat untuk kategori 1,
kategori 2, kategori 3, kategori 4, kategori 5, kategori 6, dan kategori 7
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10.