Peringatan:
Obat ini tidak dianjurkan untuk dikonsumsi anak-anak, karena keamanan dan
keefektifannya belum teruji.
Disarankan untuk tidak mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan alat
berat, karena ergotamine dapat menyebabkan pusing.
Batasi konsumsi minuman beralkohol selama menjalani pengobatan dengan
ergotamine.
Konsultasikan dengan dokter jika Anda memiliki alergi terhadap satu jenis obat,
makanan, atau bahan pengawet tertentu.
Hati-hati dalam penggunaan pada penderita gangguan sirkulasi darah, gangguan
fungsi ginjal atau hati, gangguan jantung atau paru-paru, kadar kolesterol tinggi,
serta diabetes.
Jika Anda mengalami reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan
ergotamine, segera temui dokter.
Dosis Ergotamine
Dosis ergotamine bentuk inhalasi untuk mengatasi migraine adalah 360 mikrogram
dalam satu kali inhalasi, dan dapat diulang setiap 5 menit. Dosis maksimal ergotamine
inhalasi adalah 6 kali inhalasi dalam 24 jam, dan 15 kali inhalasi dalam 7 hari.
Sedangkan pada ergotamine dalam bentuk tablet sublingual, dosisnya adalah 2
miligram, diberikan pada saat serangan, dan dapat diulang setiap 30 menit jika
diperlukan. Dosis maksimal ergotamine tablet sublingual adalah 6 mg dalam 24 jam,
dan 10 mg dalam 7 hari.
Interaksi Obat
Berikut ini adalah efek yang dapat timbul jika ergotamine dikonsumsi bersama dengan
obat-obatan lainnya:
Ergotamine adalah obat yang digunakan untuk mencegah atau mengobati migrain. Obat ini
bekerja di dalam tubuh penderita dengan membuat pembuluh darah otak berkontraksi dan
menyempit (vasokonstriksi), terutama pembuluh darah tepi dan pembuluh darah otak.
BIOGRAFI SANDI
NUGRAHA
TASIKMALAYA
Jumat, 27 September 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem saraf otonom bekerja menghantarkan rangsang dari SSP ke otot polos, otot jantung
dan kelenjar. Sistem saraf otonom merupakan saraf eferen (motorik), dan merupakan bagian dari saraf
perifer. Sistem saraf otonom iniu dibagi dalam 2 bagian, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis. Pada umumnya jika fungsi salah satu sistem dirangsang maka sistem yang lain akan
dihambat.
B. Rumusan Masalah
Maksud dan tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih luas lagi
tentang obat-obat syaraf otonom.
BAB II
PEMBAHASAN
Obat saraf otonom adalah obat yang dapat mempengaruhi penerusan impuls dalam SSO dengan
jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan, atau penguraian neurotransmiter atau
mempengaruhi kerjanya atas reseptor khusus.
1) Simpatomimetika ( adrenergika )
Obat ini disebut obat adrenergika karena efek yang ditimbulkannya mirip efek neurotransmitter
norepinefrin dan epinefrin (dikenal juga sebagai obat noradrenergik dan adrenergik atau simpatik atau
simpatomimetik). Kerja obat adrenergik dibagi dalam 6 jenis yaitu:
a) perangsangan perifer terhadap otot polos pembuluh darahn kulit dan mukosa, kelenjar liur dan keringat
b) penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah otot rangka
c) perangsangan jantung dengan akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi
d) perangsangan SSP seperti peningkatan pernafasan, kewaspadaan, dan pengurangan nafsu makan
e) efek metabolik mislnya peningkatan glikogenolisisdi hati dan otot, lipolisis dan pelepasan asam lemak
bebas dari jaringan lemak
f) efek endokrin misalnya mempengaruhi sekresi insulin, renin dan hormon hipofisis.
(1) Epineprin
(2) Norepineprin
(3) Isoproterenol
(4) Dopamin
(5) Dobutamin
(6) Amfetamin
(7) Metamfenamin
(8) Efedrin
(9) Metoksamin
2) Simpatolitika ( adrenolitika )
Penghambat adrenergik atau adrenolitik ialah golongan obat yang menghambat perangsangan
adrenergik.
Efek Simpatoli
c) Konstriksi bronkiolus
d) Kontraksi uterus
yaitu obat yang menduduki adrenoseptor baik alfa (a) maupun beta (b) sehingga
menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat adrenergik. Penghambat adrenoseptor ini dibagi
menjadi dua yaitu :
Alfa bloker menduduki adrenoseptor alfa sehingga menghalangi untuk berinteraksi dengan obat
adrenergik atau rangsangan adrenergik.
Obat yang termasuk alfa bloker adalah derivat haloalkilamin (dibenamid dan fenoksibenzamin), derivat
imidazolin (tolazolin, fentolamin), prazosin dan alfa bloker lain misalnya derivat alkaloid ergot dan
yohimbin. Indikasi alfabloker adalah hipertensi, feokromositoma, fenomen Raynaud dan syok.
Menghambat secara kompetitif obat adrenergik NE dan Epi (eksogen dan endogen) pada adrenosptor
beta
Asebutolol, metoprolol, atenolol dan bisoprolol → beta bloker kardioselektif (afinitas lebih tinggi pada
reseptor beta1 daripada beta2)
Efek samping: gagal jantung, bradiaritmia, bronkospasme, gangguan sirkulasi perifer, gejala putus obat
(infark, aritmia), hipoglikemia, gangguan tidur, mimpi buruk, insomnia
Obat yang termasuk beta bloker adalah isoproterenol, propanolol, asetabutolol, timolol, atenolol,
oksiprenolol dan sebagainya.
yaitu obat yang mengurangi respons sel efektor terhadap perangsangan saraf adrenergik. Obat
ini bekerja dengan cara menghambat sintesis, penyimpanan, dan pelepasan neurotransmitter. Obat
yang termasuk penghambat saraf adrenergik adalah guanetidinbetanidin, guanadrel, bretilium, dan
reserpin. Semua obat golongan ini umumnya dipakai sebagai antihipertensi.
3) Parasimpatomimetika ( kolinergika )
Obat yang merangsang organ-organ yang dilayani saraf parasimpatik dan meniru efek
perangsangan dengan asetilkolin.
Penggolongan Kolinergik
Farmakodinamik Kolinergik
a. Meningkatkan TD
d. Meningkatkan peristaltik
Efek Samping
Indikasi
a. Ester kolin: tidak digunakan pengobatan (efek luas dan singkat), meteorismus, (kembung), retensio
urine, glaukoma, paralitic ileus, intoksikasi atropin/ alkaloid beladona, faeokromositoma
b. Antikolinesterase: atonia otot polos (pasca bedah, toksik), miotika (setelah pemberian atropin pd
funduskopi), diagnosis dan pengobatan miastemia gravis (defisiensi kolinergik sinap), penyakit Alzheimer
(defisiensi kolinergik sentral)
4) Parasimpatolitika ( antikolinergika )
d. Saluran nafas → mengurangi sekret hidung, mulut, farink dan bronkus
i. Atropin mudah diserap, hati2 untuk tetes mata → masuk hidung → absorbsi sistemik → keracunan
Efek samping
Mulut kering, gangguan miksi, meteorismus, dimensia, retensio urin, muka merah
Indikasi
Penggunaan obat ini untuk merangsang susunan saraf pusat (merangsang nafas, pusat
vasomotor dan sebagainya, antiparkinson), mata (midriasis dan sikloplegia), saluran nafas (mengurangi
sekret hidung, mulut, faring dan bronkus, sistem kardiovaskular (meningkatkan frekuensi detak jantung,
tak berpengaruh terhadap tekanan darah), saluran cerna (menghambat peristaltik usus/antispasmodik,
menghambat sekresi liur dan menghambat sekresi asam lambung).
2. Mekanisme kerja obat otonomik timbul akibat interaksi obat dengan reseptor pada sel organisme.
3. Terjadi perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respon khas oleh obat tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obat saraf otonom adalah obat yang dapat mempengaruhi penerusan impuls dalam SSO dengan
jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan, atau penguraian neurotransmiter atau
mempengaruhi kerjanya atas reseptor khusus.
B. Saran
Sebagai manusia biasa kami menyadari bahwa dalam makalah tersebut masih terdapat banyak
kekurangan dan permasalahan, meskipun kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi itulah hasil
usaha kami. Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca yang bersifat motivasi sangatlah kami harapkan
sebagai saran buat kami untuk ke depan.
DAFTAR PUSTAKA
http://slametarmia.blogspot.com/2013/02/obat-yang-mempengaruhi-syaraf-otonom_12.html
http://praktikum-farmakologi.blogspot.com/p/farmakologi-obat-sso.html