Anda di halaman 1dari 10

Tentang Ergotamine

Golongan Ergot alkaloids


Kategori Obat resep
Manfaat Mencegah dan mengobati migrain
Dikonsumsi oleh Dewasa
Bentuk obat Tablet sublingual (dilarutkan di bawah lidah) dan inhalasi
Kategori X: Obat-obatan yang berisiko tinggi menyebabkan
Kategori kehamilan
kecacatan permanen pada janin yang tidak boleh digunakan
dan menyusui
pada saat hamil dan menyusui.

Peringatan:

 Obat ini tidak dianjurkan untuk dikonsumsi anak-anak, karena keamanan dan
keefektifannya belum teruji.
 Disarankan untuk tidak mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan alat
berat, karena ergotamine dapat menyebabkan pusing.
 Batasi konsumsi minuman beralkohol selama menjalani pengobatan dengan
ergotamine.
 Konsultasikan dengan dokter jika Anda memiliki alergi terhadap satu jenis obat,
makanan, atau bahan pengawet tertentu.
 Hati-hati dalam penggunaan pada penderita gangguan sirkulasi darah, gangguan
fungsi ginjal atau hati, gangguan jantung atau paru-paru, kadar kolesterol tinggi,
serta diabetes.
 Jika Anda mengalami reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan
ergotamine, segera temui dokter.

Dosis Ergotamine
Dosis ergotamine bentuk inhalasi untuk mengatasi migraine adalah 360 mikrogram
dalam satu kali inhalasi, dan dapat diulang setiap 5 menit. Dosis maksimal ergotamine
inhalasi adalah 6 kali inhalasi dalam 24 jam, dan 15 kali inhalasi dalam 7 hari.
Sedangkan pada ergotamine dalam bentuk tablet sublingual, dosisnya adalah 2
miligram, diberikan pada saat serangan, dan dapat diulang setiap 30 menit jika
diperlukan. Dosis maksimal ergotamine tablet sublingual adalah 6 mg dalam 24 jam,
dan 10 mg dalam 7 hari.

Mengonsumsi Ergotamine dengan Benar


Bacalah petunjuk pada kemasan obat dan ikuti anjuran dokter dalam menggunakan
ergotamine. Jangan menambahkan atau mengurangi dosis tanpa izin dokter.
Ergotamine dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan.
Gunakan ergotamine ketika muncul tanda awal serangan migrain, sesuai anjuran
dokter. Ergotamin tidak untuk dikonsumsi secara rutin. Letakkan tablet ergotamine di
bawah lidah sampai larut dengan perlahan. Jangan menelan, mengunyah, atau
menghancurkannya terlebih dahulu. Jangan makan, minum, atau merokok ketika tablet
sedang larut.
Sebaiknya hindari konsumsi buah grapefruit atau minuman yang mengandung sari
buah tersebut saat menjalani pengobatan dengan ergotamine.
Pastikan ada jarak waktu 30 menit antara satu dosis tablet ergotamine sublingual
dengan dosis berikutnya. Jangan menggandakan dosis dalam sekali konsumsi.

Interaksi Obat
Berikut ini adalah efek yang dapat timbul jika ergotamine dikonsumsi bersama dengan
obat-obatan lainnya:

 Peningkatan resiko vasokonstriksi perifer, jika dikonsumsi bersama dengan


beta-blockers.
 Peningkatan efek vasokonstriksi, jika dikonsumsi bersama dengan obat
golongan simpatomimetik (misalnya epinephrine).
 Peningkatan risiko ergotisme, jika dikonsumsi bersama dengan CYP3A4
inhibitors (misalnya antijamur azole, inhibitors protease, atau antibiotik
makrolide). Efek ini dapat berakibat fatal.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Ergotamine


Reaksi orang terhadap sebuah obat berbeda-beda. Beberapa efek samping
penggunaan ergotamine yang umumnya terjadi adalah:

 Kesemutan dan mati rasa pada jari tangan dan kaki.


 Nyeri perut.
 Mual dan muntah.
 Nyeri otot dan kebas pada tangan dan
 Pembengkakan lokal.
 Lengan dan tungkai kaki terasa lemas

Ergotamine adalah obat yang digunakan untuk mencegah atau mengobati migrain. Obat ini
bekerja di dalam tubuh penderita dengan membuat pembuluh darah otak berkontraksi dan
menyempit (vasokonstriksi), terutama pembuluh darah tepi dan pembuluh darah otak.
BIOGRAFI SANDI
NUGRAHA
TASIKMALAYA
Jumat, 27 September 2013

Obat Syaraf Otonom

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

            Sistem saraf otonom bekerja menghantarkan rangsang dari SSP ke otot polos, otot jantung
dan kelenjar. Sistem saraf otonom merupakan saraf eferen (motorik), dan merupakan bagian dari saraf
perifer. Sistem saraf otonom iniu dibagi dalam 2 bagian, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis. Pada umumnya jika fungsi salah satu sistem dirangsang maka sistem yang lain akan
dihambat.

B.     Rumusan Masalah

1.      Pengertian Obat Syaraf Otonom

2.      Pembagian Obat Otonomik

3.      Mekanisme Kerja Obat Otonomik

C.    Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih luas lagi
tentang obat-obat syaraf otonom.
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Obat Syaraf Otonom

Obat saraf otonom adalah obat yang dapat mempengaruhi penerusan impuls dalam SSO dengan
jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan, atau penguraian neurotransmiter atau
mempengaruhi kerjanya atas reseptor khusus.

B.     Pembagian Obat Otonomik

1.      Menurut khasiatnya, obat otonomik dibagi menjadi :

a.       Zat yang bekerja terhadap SSO, yaitu :

1)      Simpatomimetika ( adrenergika )

Obat ini disebut obat adrenergika karena efek yang ditimbulkannya mirip efek neurotransmitter
norepinefrin dan epinefrin (dikenal juga sebagai obat noradrenergik dan adrenergik atau simpatik atau
simpatomimetik). Kerja obat adrenergik dibagi dalam 6 jenis yaitu:

a)      perangsangan perifer terhadap otot polos pembuluh darahn kulit dan mukosa, kelenjar liur dan keringat
b)      penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah otot rangka

c)      perangsangan jantung dengan akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi

d)     perangsangan SSP seperti peningkatan pernafasan, kewaspadaan, dan pengurangan nafsu makan

e)      efek metabolik mislnya peningkatan glikogenolisisdi hati dan otot, lipolisis dan pelepasan asam lemak
bebas dari jaringan lemak

f)       efek endokrin misalnya mempengaruhi sekresi insulin, renin dan hormon hipofisis.

Contoh Obat Adrenergika

(1)      Epineprin

(2)      Norepineprin

(3)      Isoproterenol

(4)      Dopamin

(5)      Dobutamin

(6)      Amfetamin

(7)      Metamfenamin

(8)      Efedrin

(9)      Metoksamin

2)      Simpatolitika ( adrenolitika )

Penghambat adrenergik atau adrenolitik ialah golongan obat yang menghambat perangsangan
adrenergik.

Efek Simpatoli

a)      Menurunkan tekanan darah (vasodilatasi)

b)      Menurunkan denyut nadi

c)      Konstriksi bronkiolus

d)     Kontraksi uterus

e)      Reseptor adrenergik: alfa1, beta1 dan beta2


Berdasarkan cara kerjanya obat ini dibedakan menjadi :

(1)   Penghambat adrenoseptor (adrenoseptor bloker).

yaitu obat yang menduduki adrenoseptor baik alfa (a) maupun beta (b) sehingga
menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat adrenergik. Penghambat adrenoseptor ini dibagi
menjadi dua yaitu :

Antagonis adrenoseptor alfa (alfa bloker)

         Alfa bloker menduduki adrenoseptor alfa sehingga menghalangi untuk berinteraksi dengan obat
adrenergik atau rangsangan adrenergik.

         Efek vasodilatasi → TD turun, dan terjadi reflek stimulasi jantung

         Efek samping: hipotensi postural

         Obat yang termasuk alfa bloker adalah derivat haloalkilamin (dibenamid dan fenoksibenzamin), derivat
imidazolin (tolazolin, fentolamin), prazosin dan alfa bloker lain misalnya derivat alkaloid ergot dan
yohimbin. Indikasi alfabloker adalah hipertensi, feokromositoma, fenomen Raynaud dan syok.

Antagonis adrenoseptor beta (beta bloker)

         Menghambat secara kompetitif obat adrenergik NE dan Epi (eksogen dan endogen) pada adrenosptor
beta

         Asebutolol, metoprolol, atenolol dan bisoprolol → beta bloker kardioselektif (afinitas lebih tinggi pada
reseptor beta1 daripada beta2)

         Efek: denjut dan kontraksi jantung ↓, TD ↓,

         Sediaan: propanolol, alprenolol, oksprenolol, metoprolol, bisoprolol, asebutolol, pindolol, nadolol,


atenolol

         Efek samping: gagal jantung, bradiaritmia, bronkospasme, gangguan sirkulasi perifer, gejala putus obat
(infark, aritmia), hipoglikemia, gangguan tidur, mimpi buruk, insomnia

         Obat yang termasuk beta bloker adalah isoproterenol, propanolol, asetabutolol, timolol, atenolol,
oksiprenolol dan sebagainya.

(2)   Penghambat saraf adrenergik

yaitu obat yang mengurangi respons sel efektor terhadap perangsangan saraf adrenergik. Obat
ini bekerja dengan cara menghambat sintesis, penyimpanan, dan pelepasan neurotransmitter. Obat
yang termasuk penghambat saraf adrenergik adalah guanetidinbetanidin, guanadrel, bretilium, dan
reserpin. Semua obat golongan ini umumnya dipakai sebagai antihipertensi.

(3)   Penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral.


yaitu obat yang menghambat perangsangan adrenergik di SSP.Obat penghambat adrenergik
sentral atau adrenolitik sentral yaitu klonidin dan metildopa  yang dipakai sebagai obat antihipertensi.

3)      Parasimpatomimetika ( kolinergika )

Obat yang merangsang organ-organ yang dilayani saraf parasimpatik dan meniru efek
perangsangan dengan asetilkolin.

Penggolongan Kolinergik

a.       Cholinester (asetil kolin, metakolin, karbakol, betanekol)

b.      Cholinesterase inhibitor (eserin, prostigmin, dilsopropil fluorofosfat)

c.       Alkaloid yang berkasiat seperti asetikolin (muskarin, pilokarpin, arekolin)

Farmakodinamik Kolinergik

a.       Meningkatkan TD

b.      Meningkatkan denyut nadi

c.       Meningkatkan kontraksi saluran kemih

d.      Meningkatkan peristaltik

e.       Konstriksi bronkiolus (kontra indikasi asma bronkiolus)

f.       Konstriksi pupil mata (miosis)

Efek Samping

a.         Asma bronkial dan ulcus peptikum (kontraindikasi)

b.        Iskemia jantung, fibrilasi atrium

c.         Toksin; antidotum → atropin dan epineprin

Indikasi

a.                Ester kolin: tidak digunakan pengobatan (efek luas dan singkat), meteorismus, (kembung), retensio
urine, glaukoma, paralitic ileus, intoksikasi atropin/ alkaloid beladona, faeokromositoma

b.                Antikolinesterase: atonia otot polos (pasca bedah, toksik), miotika (setelah pemberian atropin pd
funduskopi), diagnosis dan pengobatan miastemia gravis (defisiensi kolinergik sinap), penyakit Alzheimer
(defisiensi kolinergik sentral)
4)            Parasimpatolitika ( antikolinergika )

Obat antikolinergik (dikenal juga sebagai obat antimuskatrinik, parasimpatolitik, penghambat


parasimpatis). Obat antikolinergik sintetik dibuat dengan tujuan agar bekerja lebih selektif dan
mengurangi efek sistemik yang tidak menyenangkan. Beberapa jenis obat antikolinergik misalnya
homatropin metilbromida dipakai sebagai antispasmodik, propantelin bromida dipakai untuk
menghambat ulkus peptikum, karamifen digunakan untuk penyakit parkinson.

Efek Anti Kolinergik

a.            Meningkatkan denyut nadi

b.            Mengurangi sekresi mukus

c.              Menurunkan peristaltik

d.            Meningkatkan retensi urine

e.              Dilatasi pupil mata (midriasis)

Contoh obat-obat antikolinergik adalah atropin, skopolamin, ekstrak beladona, oksifenonium


bromida dan sebagainya. Atropin

a.            Atropin memblok asetilkolin endogen maupun eksogen

b.            SSP → merangsang n.vagus → frekuensi jantung berkurang

c.              Mata → midriasis

d.            Saluran nafas → mengurangi sekret hidung, mulut, farink dan bronkus

e.              Kardiovaskuler → frekuensi berkurang

f.                Saluran cerna → antispasmodik (menghambat peristaltik lambung dan usus)

g.            Otot polos → dilatasi saluran kemih

h.            Eksokrin → saliva, bronkus, keringat → kering

i.                Atropin mudah diserap, hati2 untuk tetes mata → masuk hidung → absorbsi sistemik → keracunan

Efek samping

Mulut kering, gangguan miksi, meteorismus, dimensia, retensio urin, muka merah

Indikasi

Penggunaan obat ini untuk merangsang susunan saraf pusat (merangsang nafas, pusat
vasomotor dan sebagainya, antiparkinson), mata (midriasis dan sikloplegia), saluran nafas (mengurangi
sekret hidung, mulut, faring dan bronkus, sistem kardiovaskular (meningkatkan frekuensi detak jantung,
tak berpengaruh terhadap tekanan darah), saluran cerna (menghambat peristaltik usus/antispasmodik,
menghambat sekresi liur dan menghambat sekresi asam lambung).

C.    Mekanisme Kerja Obat Otonomik

1.      Obat otonom mempengaruhi transmisi neurohumoral/transmitor dengan cara menghambat atau


mengintensifkannya.

2.      Mekanisme kerja obat otonomik timbul akibat interaksi obat dengan reseptor pada sel organisme.

3.      Terjadi perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respon khas oleh obat tersebut.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Obat saraf otonom adalah obat yang dapat mempengaruhi penerusan impuls dalam SSO dengan
jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan, atau penguraian neurotransmiter atau
mempengaruhi kerjanya atas reseptor khusus.

B.     Saran

Sebagai manusia biasa kami menyadari bahwa dalam makalah tersebut masih terdapat banyak
kekurangan dan permasalahan, meskipun kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi itulah hasil
usaha kami. Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca yang bersifat motivasi sangatlah kami harapkan
sebagai saran buat kami untuk ke depan.

DAFTAR PUSTAKA

http://slametarmia.blogspot.com/2013/02/obat-yang-mempengaruhi-syaraf-otonom_12.html

http://praktikum-farmakologi.blogspot.com/p/farmakologi-obat-sso.html

Anda mungkin juga menyukai