Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH OBAT SYARAF OTONOM

Oleh :

SHINTA RAMBU LUNGA 31190009

VERONIKA NOFEREN SANTIKA 31190010

YOCKY SEPVANO HANANDA 31190011

PROGRAM STUDI D-IV MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI WALUYA MALANG


2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan atas kehadirat Tuhan YME, yang mana atas berkat Rahmat-
Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “ OBAT SYARAF
OTONOM “ . kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
segala kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini dengan senang hati kami
menerimanya. Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Malang, 21 Maret 2020


Tim Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

Obat syaraf otonom yaitu obat-obat yang bekerja pada susunan syaraf otonom, mulai
dari sel syaraf sampai sel efektor.

A. Latar belakang masalah


Latar belakang makalah ini buat karena minimnya pengetahuan mahasiswa tentang
obat syaraf otonom dan sebagai bahan pembelajaran.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian obat syaraf otonom?
2. Bagaimana efek dan respon?
3. Bagaimana khasiat, golongan, indikasi, kontraindikasi,dosis, dan efek
samping?

C. Tujuan penulisan
1. Agar mahasiswa tahu definisi obat syaraf otonom.
2. Agar mahasiswa tahu efek dan respon.
3. Diharapkan mahasisiwa mampu dan mengerti tentang khasiat,
golongan, indikasi, kontraindikasi, dosis, dan efeksampingnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SYARAF OTONOM
Merupakan saraf-saraf yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara
otomatis disebut juga otot tak sadar.
a. Sistem saraf otonom.
Terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Sistem simpatis terbagi menjadi dua bagian yang terdiri dari saraf otonom cranial dan
saraf otonom sacral. Terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan dengan
sumsum tulang belakang melalui serabut-serabut saraf.
Fungsinya :
• Mensarafi otot jantung
• Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar
• Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus
• Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat
• Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit
• Mempertahankan tonus semua otot sadar
2. Saraf Parasimpatis. Fungsi saraf parasimpatis adalah:
• Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis, submandibularis
dan kelenjar-kelenjar dalam mukosa rongga hidung
• Mensarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung
• Menpersarafi kelenjar ludah
• Mempersarafi parotis
• Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-paru, GIT, ginjal,
pancreas, lien,hepar dan kelenjar suprarenalis
• Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat
kelamin
• Miksi dan defekasi
b. Saraf adrenergic
Mengambat aktivitas saraf adrenergic berdasarkan gangguan sintesis atau
penyimpanan dan penglepasan neurotransmitor di ujung saraf adrenergic.
c. saraf kolinergenik
Efek obat golongan ini menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf
parasimpatis. Referensi 1. Deglin, Vallerand. 2005. Pedoman Obat Untuk Perawat.
Jakarta: EGC 2. FKUI, Bagian Farmakologi. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Gaya
Baru: Jakarta http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/04/obat-otonomik.html

B. OBAT SYARAF OTONOM


a. Pengertian obat syaraf otonom. Obat otonom yaitu obat-obat yang bekerja pada
susunan syaraf otonom, mulai dari sel syaraf sampai sel efektor. Obat ini berpengaruh
secar spesifik dan bekerja pada dosis kecil. Efek suatu obat otonom dapat diperkirakan
jika respons berbagai organ otonom terhadap impuls syaraf otonom diketahui.
b. Penggolongan Obat Berdasarkan Efek Utama: a. Kolinergik atau Parasimpatomimetik
Ada 2 macam reseptor kolinergik:
1. Reseptor muskarinik: merangsang otot polos dan memperlambat denyut jantung
2. Reseptor nikotinik/ neuromuskular → mempengaruhi otot rangka.
Penggolongan Kolinergik :
1. Ester kolin (asetil kolin, metakolin, karbakol, betanekol)
2. Anti kolinestrase (eserin, prostigmin, dilsopropil fluorofosfat)
3. Alkaloid tumbuhan (muskarin, pilokarpin, arekolin
4. Obat kolinergik lain (metoklopramid, sisaprid).
Farmakodinamik Kolinergik :
1. Meningkatkan TD
2. Meningkatkan denyut nadi
3. Meningkatkan kontraksi saluran kemih
4. Meningkatkan kontraksi saluran kemih
5. Meningkatkan peristaltik
6. Konstriksi bronkiolus (kontra indikasi asma bronkiolus)
7. Konstriksi pupil mata (miosis)
8. Antikolinesterase: meningkatkan tonus otot
Efek Samping:
1. Asma bronkial dan ulcus peptikum (kontraindikasi)
2. Iskemia jantung, fibrilasi atrium
3. Toksin; antidotum → atropin dan epineprin
Indikasi :
1. Ester kolin: tidak digunakan pengobatan (efek luas dan singkat), meteorismus,
(kembung), retensio urine, glaukoma, paralitic ileus, intoksikasi atropin/
alkaloid beladona, faeokromositoma.
2. Antikolinesterase: atonia otot polos (pasca bedah, toksik), miotika (setelah
pemberian atropin pd funduskopi), diagnosis dan pengobatan miastemia gravis
(defisiensi kolinergik sinap), penyakit Alzheimer (defisiensi kolinergik sentral)
3. Alkaloid Tumbuhan: untuk midriasis (pilokarpin)
4. Obat Kolinergik Lain: digunakan untuk memperlancar jalanya kontras
radiologik, mencegah dan mengurangi muntah (Metoklopramid)
5. Intoksikasi
6. Efek muskarinik: mata hiperemis, miosis kuat, bronkostriksi, laringospasme,
rinitis alergika, salivasi, muntah, diare, keringat berlebih
7. Efek nikotinik: otot rangka lumpuh
8. Efek kelainan sentral: ataksia, hilangnya refleks, bingung, sukar bicara,
konvulsi, koma, nafas Cheyne Stokes, lumpuh nafas. Reseptor adrenergic
meliputi alfa1, alfa2, beta1 dan beta2.
Kerja obat adrenergic dapat di bagi dalam 7 jenis:
1. Perangsang perifer terhadap otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa,
dan terhadap kelenjar liur dan keringat.
2. Penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh
darah otot rangka.
3. Perangsangan jantung, dengan akibat peningkatan denyut jantung dan
kekuatan kontraksi.
4. Perangsangan SSP, misalnya perangsangan pernapasan, peningkatan
kewaspadaan, aktivitas psikomotor dan pengurangan nafsu makan.
5. Efek metabolic, misalnya peningkatan glikogenesis di hati dan otot, lipolisis dn
pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak.
6. Efek endokrin, misalnya mempengaruhi efek insulin, rennin dan hormone
hipofisis.
7.Efek prasinaptik, dengan akibat hambatan atau peningkatan penglepasan
neurotransmitter NE dan Ach.

Penggolongan Adrenergik:
1. Katekolamin (Endogen: epineprin, norepineprin dan dopamine; Sintetik:
isoprotenol hidroklorida dan dobutamine)
2. Non katekolamin (fenileprin, meteprotenol dan albuterol)
Farmakodinamik Adrenergic
1. Bersifat inotropik
2. Bronkodilator
3. Hipertensi
4. Tremor dan gelisah.
Efek Samping
Efek samping sering kali muncul apabila dosis ditingkatkan atau obat bekerja non
selektif (bekerja pada beberapa reseptor). Efek samping yang sering timbul pada obat-
obat adrenergic adalah, hipertensi, takikardi, palpitasi, aritmia, tremor, pusing,
kesulitan berkemih, mual dan muntah.
Kontra Indikasi :
• Tidak boleh di gunakan pada ibu hamil
• Sesuaikan dosis pada penderita yang mendapat antidepresi trisiklik
• Tidak boleh digunakan pada penderita Stenorsis subaorta, anoreksia, insomnia
dan estenia.
Obat-obat yang menghambat kerja asetilkolin dengan menempati reseptor-reseptor
asetilkolindisebut dengan antikolinergik atau parasimpatolitik. Obat ini mempengaruhi
organ jantung, saluran pernapasan, saluran gastrointestinal, kandung kemih, mata dan
kelenjar eksokrin dengan menghambat saraf parasimpatis, sehingga system saraf
simpatis (adrenergic) menjadi dominan. Penggolongan Obat Antikolinergik
• Antikolinergik klasik (alkaloid belladonna, atropine sulfat dan skopolamin)
• Antikolinergik sintetik (Propantelin)
•Antikolinergik-antiparkisonisme (triheksifenidil hidroklorida, prosiklidin,
biperiden dan benztropin) Farmakodinamik Antikolinergik
• Menghambat efek muskarinik
• Penurunan salivasi dan sekresi lambung (konstipasi)
• Mengurangi kontraksi tonus kandung kemih
• Dapat bekerja sebagai antidot terhadap toksin
• Sebagai obat antispasmodik
• Meningkatkan TD
• Mengurangi rigriditas dan tremor berhubungan dengan ekstensi
neuromuscular
Efek Samping
• Mulut kering
• Gangguan penglihatan (terutama penglihatan kabur akibat midriasis)
• Konstipasi sekunder
• Retensi urine
• Takikardia (akibat dosis tinggi).
Obat-obat antiadrenergik umumnya mengahambat efek neurotransmitter adrenergic
dengan menempati reseptor alfa dan beta baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasar tempat kerjanya, golongan obat ini dibagi atas antagonis adrenoreseptor
(adrenoreseptor bloker) dan penghambat saraf adrenergic. Antagonis reseptor atau
adrenoreseptor blocker ialahh obat yang menduduki adrenoreseptor sehingga
menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat adrenergic, dengan demikian
menghalangi kerja obat adrenergic pada sel efektornya. Untuk masing-masing
adrenoreseptor α dan β memiliki penghambat yang efektif yakni α-blocker dan β-
blocker. Penghambat saraf adrenergic adalah obat yang mengurangi respon sel efektor
terhadap perangsangan saraf adrenergic, tetapi tidak terhadap obat adrenergic
eksogen. 1. α - Blocker Penggolongan dan Indikasi Obat α - Blocker
a. α – Blocker Nonselektif:
• Derivat haloalkilamin (dibenamin dan fenoksibenzamin) : untuk pengobatan
feokromositoma, pengobatan simtomatik hipertofi prostat benigna dan untuk
persiapan operasi.
• Derivat imidazolin (fentolamin dan telazolin) : mengatasi hipertensi, pseudo-
obstruksi usus dan impotensi.
• Alkaloid ergot (ergonovin, ergotamine dan ergotoksin) : meningkatkan tekanan
darah, untuk stimulasi kontraksi uterus setelah partus, mengurangi nyeri migren
dan untuk pengobatan demensia senelis.
b. α1 – Blocker Selektif:
Derivat kuinazolin (prazosin, terazosin, doksazosin, trimazosin danbunazosin) :
untuk pengobatan hipertensi, gagal jantung kongesif, penyakit vaskuler perifer,
penyakit raynaud dan hipertofi prostat benigna (BPH)

c. α2 – Blocker Selektif :
(Yohimbin) untuk pengobatan impotensi, meningkatkan TD, Farmakodinamik
• Menimbulkan vasodilatasi dan venodilatasi
• Menghambat reseptor serotonin
• Merangsang sekresi asam lambung, saliva, air mata dan keringat
• Kontriksi pupil Efek Samping
• Hipotensi postural
• Iskemia miokard dan infark miokard
• Takikardi dan aritmia
• Hambatan ejakulasi dan espermia yang reversible
• Kongesti nasal
• Pusing, sakit kepala, ngantuk, palpasi edema perifer dan nausea.
• Tekanan darah menurun
2. β - Blocker
Jenisnya adalah propanolol yang menjadi prototype golongan obat ini. Sehingga
sampai sekarang semua β-blocker baru selalu dibandingkan dengan propanolol.
Farmakodinamik
• Mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard
• Menurunkan TD dan resistensi perifer
• Sebagai antiaritmia
• Bronkokontriksi
• Mengurangi efek glikemia
• Peningkatan asam lemak dalam darah
• Menghambat tremor dan sekresi renin Efek Samping
• Gagal jantung dan Bradiaritmia
• Bronkospasme
• Gangguan sirkulasi perifer
• Gejala putus obat (serangan angina, infark miokard, aritmia ventrikuler bahkan
kematian) • Hipoglikemia dan hipotensi
• Efek sentral (rasa lelah, gangguan tidur dan depresi)
• Gangguan saluran cerna (nausea, muntah, diare atau konstipasi)
• Gangguan fungsi libido ( penurunan libido dan impotensi)
• Alopesia, retensi urine, miopati dan atropati Indikasi.
Pada umumnya obat-obat antiadrenergik di gunakan untuk pengobatan Angina
pectoris, Aritmia, Hipertensi, Infark miokard, Kardiomiopati obstruktif hipertrofik,
Feokromositoma, Tirotoksokosis, Glaucoma, tremor esensial dan Ansietas
Kontraindikasi
• Hati-hati penggunaan β-blocker pada penderita dengan pembesaran jantung
dan gagal jantung
• Hati-hati penggunaan pada penderita asma, syok kardiogenik, penyakit hati
dan ginjal.
• Tidak boleh digunakan pada penyakit vascular perifer dan penyakit paru
obstruktif menahun (PPOM)
3. Penghambat Saraf Adrenergik Penghambat saraf adrenergic mengambat aktivitas
saraf adrenergic berdasarkan gangguan sintesis atau penyimpanan dan penglepasan
neurotransmitor di ujung saraf adrenergic.
Penggolongan dan Indikasi Obat Penghambat Saraf Adrenergik
a. Guanetidin dan Guanadrel (ismelin dan hylorel) : sebagai antihipertensi
b. Reserpin : sebagai antihipertensi (lebih efektif bila dikombinasikan dengan
obat diuretic)
c. Metirosin : menghambat enzim tirosin hidroksilase, sebagai adjuvant dari
fenoksibenzamin pada pengobatan feokrositoma maligna.
Farmakodinamik :
• Menyebabkan respon trifasik terhadap TD
• Menyebabkan vasodilatasi, venodilatasi dan penurunan curah jantung.
• Retensi air dan garam
• Meningkatkan motilitas saluran cerna
Efek Samping :
• Hipotensi ortostatik dan hipotensi postural
• Diare
• Hambatan ejakulasi
• Retensi urine
• Sedasi, ansietas dan tidak mampu berkonsentrasi
• Depresi psikotik atau gangguan psikis lainnya
• Hidung tersumbat
• Odema Kontraindikasi
• Tidak boleh diberikan pada penderita dengan riwayat depresi.
• Tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan alcohol.
Obat Ganglion Reseptornya dikenal sebagai reseptor nikotinik yang sensitive terhadap
peghambatan oleh heksametonium. Atas dasar fakta yang ditemukan diduga bahwa Ach
yang dilepaskan saraf preganglion berinteraksi dengan suatu neuron perantara yang di
lepaskan katekolamin. Zat yang menstimulasi kolinoreseptor di ganglion otonom dapat
dibagi 2 golongan. Golongan yang pertama terdiri dari nikotin dan lobelin. Golongan
kedua adalah muskarin, metakolin dan sebagian antikolinestrase. Sedangkan zat
penghambat ganglion juga ada 2 golongan,yaitu golongan yang merangsang lalu
menghambat seperti nikotin dan yang langsung mengambat contohnya heksametonium
dan trimetafan.
1. Obat Yang Merangsang Ganglion. Nikotin penting bukan karena kegunaannya
dalam terapi tapi tempat kerjanya di ganglion yang dapat menimbulkan
ketergantungan dan bersifat toksik.
Farmakodinamik :
• Merangsang efek bifasik pada medulla adrenalin
• Merangsang efek sentral pada SSP
• Vasokontriksi
• Tonus usus dan peristaltic meningkat
• Perangsangan sekresi air dan secret bronkus o
Efek Samping :
• Muntah dan Salivasi
• Hipertensi
• Efek sentral (Tremor dan insomnia)
• Efek nikotinik (kelumpuhan atau lemah pada otot rangka).
Intoksikasi Intoksikasi akut: mual, slivasi, kolik usus, muntah, diare, keringat
dingin, sakit kepala, pusing, pendengaran dan penglihatan terganggu, otot-otot
menjadi lemah, frekuensi napas meninggi, TD naik. Pengobatan: larutan kalium
permanganate 1:10.000 Intoksikasi kronik: kejadian ini biasanya terjadi pada
perokok berat antara lain faringitis, sindrom pernapasann perokok, ekstrasistol,
takikardi atrium paroksismal, nyeri jantung, penyakit buerger, tremor dan
insomnia. Obat Penghambat Ganglion Dalam golongan ini termasuk
heksametonium (C6), pentolinium (C5), tetraetiamonium (TEA), klorisondamin,
mekamilamin, trimetafan.
Farmakodinamik :
• Vasodilatasi
• Pengurangan alir balik vena
• Temperature kulit meningkat
• Penurunan laju filtrasi glomerulus
• Sekresi lambung, air liur dan pancreas berkurang
• Kelenjar keringat dihambat. Efek Samping
• Midriasis
• Hipotensi ortostatik
• Sembelit dengan kemungkinan ileus peeristaltik dan retensi urin
• Mulut kering
• Impotensi
• Konstipasi
• Obstipasi diseling dengan diare, mual, anoreksia dan sinkop .
Kontraindikasi :
• Gunakan dengan hati-hati pada pasien alergi
• Jangan di gunakan pada penderita insufisiensi koroner dan ginjal.
Keterangan: D: Dewasa PO: Peroral IV: Intra Vena IM: Intra Muskular Refrensi 1.
Kee, Hayes. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EG
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Obat syaraf otonom adalah obat-obat yang berkarja pada susunan syaraf otonom,mulai
dari sel syaraf sampai sel efektor.obat ini berpengaruh secara spesifik dan mempunyai
dosis yang kecil. Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua Dan Kami harapkan kritik atau saran yang berkenaan dengan makalah ini agar
menjdi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Deglin, Vallerand. 2005. Pedoman Obat Untuk Perawat. Jakarta: EGC 2. FKUI, Bagian
Farmakologi. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Gaya Baru: Jakarta http://dr-
suparyanto.blogspot.com/2010/04/obat-otonomik.html 3. Kee, Hayes. 1996.
Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EG

Anda mungkin juga menyukai