KELOMPOK 4
Silviana D. A. 260110090031
Harna L. P. 260110090034
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2011
OBAT SISTEM SYARAF OTONOM (ANTIKOLINERGIK)
I. TUJUAN
II. PRINSIP
1. Inhibisi
III. TEORI
Didalam sistem saraf otonom terdapat obat otonom. Obat otonom adalah
obat yang bekerja pada berbagai bagaian susunan saraf otonom, mulai dari sel
saraf sampai dengan sel efektor. Banyak obat dapat mempengaruhi organ otonom,
tetapi obat otonom mempengaruhinya secara spesifik dan bekerja pada dosis kecil.
Obat-obat otonom bekerja mempengaruhi penerusan impuls dalam susunan saraf
otonom dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan atau
penguraian neurohormon tersebut dan khasiatnya atas reseptor spesifik (Pearce,
2002).
b. Obat yang berkhasiat terhadap saraf parasimpatik, yang diantaranya sebagai
berikut :
· Parasimpatomimetik atau kolinergik, yaitu obat yang meniru
perangsangan dari saraf parasimpatik oleh asetilkolin, contohnya pilokarpin dan
phisostigmin (Pearce, 2002).
IV.1 Alat
- Kertas koran
- Syringe
- Kandang
- Kapas
- Kertas saring
- Needle No. 24
- Papan berukuran 40x30 cm
- Sonde oral
- Timbangan
IV.2 Bahan
- Alkohol
- Atropin 0,04% ( 1 mg/kgBB)
- Methylen blue
- Pilokarpin 0,02% (2 mg / kgBB)
- Uretan (1,8 g / kgBB)
V. PROSEDUR
Pada praktikum kali ini, akan diujikan berbagai obat sistem syaraf
otonom dalam pengendalian fungsi- fungsi vegetatif tubuh untuk mengetahui efek
apa yang akan terjadi pada tubuh mencit. Hal yang pertama kali dilakukan oleh
praktikan adalah mempersiapkan larutan obat dan larutan gom. Kemudian, dipilih
tiga ekor mencit yang diambil secara acak, kemudian ditimbang satu persatu.
Berat masing-masing mencit dicatat dan diberi tanda pengenalnya. Setelah itu,
mencit pertama diambil, lalu diberi uretan sebanyak 0,5 mililiter secara per oral
menggunakan sonde, kemudian atropin sebanyak 0, 5 ml langsung diberikan
secara intra peritoneal segera setelah pemberian uretan. Untuk setia prosedur
penginjeksian, mencit harus dioleskan kapas berisi alkohol terlebih dahulu.
Setelah 45 menit, mencit tersebut diberi pilokarpin secara injeksi subkutan
sebanyak 0,5 mililiter. Mencit tersebut lagsung dipindahkan ke papan yang telah
dibungkus kertas saring dan mengandung methylen blue. Lima menit pertama
mencit ditempatkan di petak paling bawah. Lalu lima menit kemudian mencit
tersebut dipindahkan ke petak yang letaknya lebih atas dari petak yang pertama.
Setiap lima menit berikutnya mencit dipindahkan ke petak yang letaknya di atas
petak yang sebelumnya telah ditempati sampai ke menit dua puluh lima. Noda
salivasi diberi tanda dan diukur diameternya.
Mencit kedua diambil dan diberi uretan secara per oral menggunakan
sonde sebanyak 0,5 mililiter di menit ke nol. Setelah itu mencit didiamkan hingga
menit ke 15. Pada saat menit ke 15, mencit diinjeksikan atropin sebanyak 0,5
mililiter secara intra peritoneal. Kemudian tiga puluh menit kemudian mencit
tersebut diinjeksikan pilokarpin sebanyak 0,5 mililiter secara subkutan. Waktu
dihitung sejak pemberian pilokarpin dan mencit langsung ditempatkan di atas
petak paling bawah pada papan yang sudah dilapisi kertas saring dan diberi
methylen blue. Setiap lima menit berikutnya mencit dipindahkan ke petak yang
letaknya di atas petak yang sebelumnya telah ditempati sampai ke menit dua
puluh lima. Noda salivasi yang timbul diberi tanda dan diukur diameternya.
Mencit ketiga diambil lalu diberi uretan pada menit ke nol lalu dibiarkan
hingga menit ke 45. Setelah itu mencit diinjeksikan pilokarpin sebanyak 0,5
mililiter secara subkutan. Mencit ketiga dijadikan kontrol negatif. Oleh karena itu
mencit tidak diberikan atropin. Waktu dihitung sejak pemberian pilokarpin dan
mencit langsung ditempatkan di atas petak paling bawah pada papan yang sudah
dilapisi kertas saring dan diberi methylen blue. Setiap lima menit berikutnya
mencit dipindahkan ke petak yang letaknya di atas petak yang sebelumnya telah
ditempati hingga waktu menunjukkan menit ke dua puluh lima. Noda salivasi
diberi tanda dan diukur diameternya. Setelah diameter salivasi dari ketiga mencit
dihitung, maka akan didapatkan persen inhibisi dari pemberian atropin pada
masing-masing mencit.
VI. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Diameter Salivasi
Kelompok No
5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit
4 0 0 1 1,8 1,9
VI.2. Perhitungan
1. Perhitungan Dosis
Mencit 1
Dosi 21,85
= x 0,5 ml
s 20
= 0,55 ml
Mencit 2
Dosi 20,5
= x 0,5 ml
s 20
= 0,51 ml
Mencit 3
Dosi 16,2
= x 0,5 ml
s 20
= 0,4 ml
Mencit 4
Dosi 16,5
= x 0,5 ml
s 20
= 0,41 ml
Mencit 5
Dosi 14,5
= x 0,5 ml
s 20
= 0,36 ml
Mencit 6
Dosi 17,8
= x 0,5 ml
s 20
= 0,44 ml
Mencit 7
Dosi 13,7
= x 0,5 ml
s 20
= 0,34 ml
Mencit 8
Dosi 14,8
= x 0,5 ml
s 20
= 0,37 ml
Mencit 9
Dosi 19,2
= x 0,5 ml
s 20
= 0,48 ml
Mencit 10
Dosi 18,3
= x 0,5 ml
s 20
= 0,46 ml
Mencit 11
Dosi 21,7
= x 0,5 ml
s 20
= 0,54 ml
Mencit 12
Dosi 18,1
= x 0,5 ml
s 20
= 0,45 ml
2. Perhitungan % Inhibisi Salivasi
= 14,8
= 8,7
= 18,8
Kelompok I
18,8 – 14,8
= x 100%
18,8
= 21,28 %
Kelompok II
18,8 – 8,7
= x 100%
18,8
= 53,72 %
VI.3. GRAFIK
4.5
3.5
3
Diameter Salivasi
2.5
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
2
1.5
0.5
0
5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit
Waktu
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum farmakologi kali ini praktikan melakukan uji pada obat-
obat sistem syaraf otonom. Syaraf otonom merupakan syaraf-syaraf yang bekerja
tanpa disadari atau bekerja secara otomatis. Percobaan kali ini bertujuan agar
praktikan dapat menghayati secara lebih baik pengaruh berbagai obat sistem
syaraf otonom dalam pengendalian fungsi-fungsi vegetatif tubuh dan agar
praktikan dapat mengenal suatu teknik untuk mengevaluasi aktivitas obat
antikolinergik pada neoroefektor parasimpatikus.
Data inhibisi dari mencit kelompok 1 dan 2 dimana mencit kelompok 1 meberikan
rata-rata inhibisi sebesar 21,28 % sedangkan mencit kelompok 2 memberikan
rata-rata inhibisi sebesar 53,72 %. Perhitungan inhibisi ini dilakukan dengan
membandingkan diameter rata-rata kelompok 1 dan 2 dengan kelompok kontrol 3
dimana selisih antara rata-rata diameternya merupakan inhibisi yang ditimbulkan
dari obat antikolinergik yang pada praktikum ini adalah atropin.
VIII. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Askep. 2009. Obat-Obat Antikolinergik. Available online at
http://askepterlengkap.blogspot.com/2009/06/obat-
obatantikolinergik.html?zx=bf1c0f73d60de0ae [Diakses 27 Maret 2011]