Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
PERCOBAAN 9
ANTI INFLAMASI

DISUSUN OLEH
Nama

: 1. Nilma Rosalini

(PO.71.39.0.14.020)

2. Nurul Hidayati Afriwany (PO.71.39.0.14.022)


3. Pipit Parwati

(PO.71.39.0.14.024)

4. Radella Trissia

(PO.71.39.0.14.026)

Tanggal Praktikum : Jumat, 27 Mei 2016


Dosen Pembimbing : Dr. Drs. Sonlimar Mangunsong., Apt, M.Kes

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

LAPORAN AKHIR
PERCOBAAN 9
ANTI INFLAMASI
JUMAT, 27 MEI 2016
Nama

: 1. Nilma Rosalini

(PO.71.39.0.14.020)

2. Nurul Hidayati Afriwany (PO.71.39.0.14.022)


3. Pipit Parwati

(PO.71.39.0.14.024)

4. Radella Trissia

(PO.71.39.0.14.026)

Kelas

: Reguler II A

Kelompok

: Genap

Sub Kelompok : III (tiga)

I.

Tujuan Percobaan
Memahami efek anti inflamasi bahan obat terhadap hewan coba yang diinduksi

karagenan .

II.

Teori
Inflamasi merupakan respon terhadap cedera jaringan dam infeksi . Ketika

proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular dimana cairan, elemen-elemen


darah, sel darah putih (leukosit) dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera
jaringan atau infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan
dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya
pada tempat cidera untuk mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan . Terjadi
inflamasi akibat dilepaskannya mediator kimia , contohnya : Histamin, Kinin dan
Prostaglandin .

A. Histamin
mediator pertama dalam proses inflamasi menyebabkan dilatasi arteriol dan
meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga cairan dapat meninggalkan kapiler dan
mengalir ke daerha cedera.
B. Kinin (bradikinin)
meningkatkan permeabilitas kapiler dan rasa nyeri .
C. Prostaglandin
dilepaskan prostaglandin menyebabkan bertambahnya fasodilatasu permeabilitas
kapiler, nyeri dan demam .
Tanda-tanda utama inflamasi :
1. Eritema (kemerahan)
merupakan tahap pertama dari inflamasi. Darah berkumpul pada daerah cedera
jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh .
2. Edema (pembengkakan)
tahap ke dua dari inflamasi. Plasma merembes ke dalam jaringan interstial pada
tempat cedera. Kinin mendilatasi arteriol dengan meningkatkan permeabilitas kapiler.
3. Kolor (panas)
panas pada tempat inflamasi disebabkan oleh bertambahnya penggumpalan darah dan
juga dikarenakan pirogen (substansi yang menimbulkan demam) yang menggangu
pusat pengaturan panas dan hipotalamus .
4. Dolor (nyeri)
disebabkan peningkatan dan pelepasan mediator-mediator kimia .
5. Function laesa (hilangnya fungsi)

disebabkan karena penumpukan cairan pada tempat cedera jaringan dan karena rasa
nyeri yang mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena .

Pengobatan Inflamasi
1.Jenis Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid
Obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) merupakan kelompok obat yang paling
banyak dikonsumsi. OAINS merupakan pengobatan dasar untuk mengatasi
perdangan-perdangan didalam dan sekitar sendi seperti lumbago, antralgia,
osteoartritis, artritis reumatoid dan gout artritis . Disamping itu , OAINS juga
digunakan pada penyakit non-rematik seperti, kolik empedu dan aluran kemih .
Prototip obat golongan ini adalah aspirin , karena itu sering disebut juga obat mirip
aspirin (aspirin like drug) dibagi lima ggolongan , yaitu :
a. Salisilat dan salisilamid, derivatnya acetosal (aspirin) , salisilamid , diflunisal.
b. Paraaminofenol , derivatnya acetaminofen dan fenasetin .
c. Pirazolon , fenazon , aminopirin , fenilbutazon.
d. Antirematik, asam mefenamat, ketoprofen, ibuprofen, naproksen, indometasin,
piroksikam.
e. Obat pirai , dibagi menjadi dua , yaitu :
1. Obat yang menghentikan proses inflamasi akut, misalnya kolkisin, fenilbutazon,
oksifenbutazon
2. Obat yang mempengaruhi kadar asam urat, misalnya probenesid, alupurinol, dan
sulfinpirazon.

2.Parasetamol
Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik dan
analgetik . Parasetamol umumnya digunakan untuk menurunkan panas badan ,
disamping itu juga digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan intesitas ringan
sampai sedang.
Parasetamol termasuk ke dalam kategori NSAID dengan sifat antiinflamasi sangat
rendah sehingga tidak digunakan sebagai antiinflamasi. Pada penggunaan per oral
parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam
plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian .
Parasetamol diekskresikan melalui ginjal , kurang dari 5% tanpa mengalami
perubahan dan sebagian dalam bentuk konjugasi .
Karena parasetamol mempunyai aktivitas antiinflamasi rendah , sehingga tidak
menyebabkan

gangguan

saluran

cerna

maupun

kardiorenal

yang

tidak

menguntungkan.

3. Karaginan
Karaginan merupakan polisakarida hasil ekstraksi rumput laut dari family
Eucheuma , Chondrus, dan Gigartina. Bentuknya berupa serbuk berwarna putih
hingga kuning kecoklatan . Karaginan berperan dalam pembentukkan udem dalam
model inflamasi karena dapata melepaskan prostaglandin setelah disuntikkan ke
hewan uji . Oleh akrena itu, karaginan dijadikan sebagai iritan dalam metode uji yang
bertujuan untuk mencari obat anti-inflamasi .
Ada 3 fase pembentukkan udem yang diinduksikan , yaitu fase pertama pelepasan
histamin dan serotonin berlangsung hingga 90 menit . Fase kedua pelepasan
bradikinin terjadi pasa 1,5 - 2,5 jam setelah induksi . Fase ketiga pelepasan
prostaglandin pada 3 jam setelah diinduksi Kemudia bertahan sampai 5 jam setelah
diinduksi .

III.

Alat dan Bahan


1. Hewan coba
Spesies

: Rat

Strain

: Albino

Sex

: Male

Weight

: 165-220 g

Hewan coba dipersiapkan dengan baik, diberi minum sepuasnya.


2.

Carragenan dibuat larutan 1% w/v dalam 0,9% saline (NaCl), tidak lebih dari
24 jam sebelum dipakai. Hati-hati melarutkan serbuk carragenan yang dapat

3.
4.
5.
6.

mengendap.
25-gauge hypodermic needles five-eights-in long
Spuit 1 ml
Sonde
100 gastight syringe

7.
8.

Plethysnometer
Natrium Diklofenak

IV. Prosedur Kerja


1. Hewan uji ditimbang , lalu dirandom n=6 , dibuat kondisi yang baik dan jauh
2.
3.
4.

dari bahan pembuat inflamasi .


Hewan coba diberi identitas
Volume bengkak diukur sebelum diberi injeksi karaginan
Karaginan disuntikkan (ditandai) pada daerah yang diinginkan . Lalu, dicatat
waktunya . Diamati efek yang ditimbulkan serta aktivitas hewan coba .

5.

Bandingkan efeknya dengan referensi yang ada .


NSAIDs , seperti parasetamo (5 mg/kg per-oral) diberi sebagai pembanding .

6.

Amati efeknya . Liat volume udemnya .


Karaginan yang diinjeksikan pada kaki hewan setiap 15 menit diukur

7.

volumenya dan pada 24 jam .


Selanjutnya hewan coba dapat di euthansia untuk pemeriksaan parameter

8.

inflamasi yang lain


Lakukan pengamatan dengan menggunakan alat pengukur volume bengkak
melalui perubahan volume air raksa (Pletismometer).

V. Perhitungan
1. Pembuatan 1% carageenan b/v 0,9% saline/ NaCl 0,9% dibuat 10 ml
Ditimbang : 1 gr/ 100 ml x 10 ml = 100 mg
Tiap tikus diinjeksikan karagenan 1% secara intraplantar 0,2 ml
2. Pembuatan suspensi Na Diklofenak

Berat rata-rata tikus = 200 gram

Dosis yang diberikan : 4,5 mg/kg BB

Dibuat suspensi
Jadi, 4,5mg/kg x 0,2 kg = 0,9 mg
Untuk 5 tikus = 0,9 mg x 5 = 4,5 mg dibuat 10 ml
200 g / 1000 g x 4,5 mg = 0,9 mg untuk satu tikus

5 tikus = 4,5 m , dibuat suspensi 10 ml, disonde 1ml / tikus. Tetapi


sesuai petunjuk, suspensi yang diberikan 2ml = 0,9 mg
3. Penimbangan ekstrak Daun Asam Jawa

Berat rata-rata tikus = 200 gram

Dosis yang diberikan : 1000 mg/kg BB

Dibuat suspensi
Jadi, 1000mg/kg x 0,2 kg = 200 mg
Untuk 5 tikus = 200 mg x 5 = 1000 mg dibuat 10 ml
200 g / 1000 g x 1000 mg = 200 mg untuk satu tikus

VI. Hasil dan Pengamatan


Pada praktikum kali ini praktikkan melakukan pengamatan terhadap mencit
(hewan coba) yang akan diberikan injeksi Karagenan. Pertama-tama praktikkan
melakukan pengukuran terhadap diameter telapak kaki mencit yaitu 0,2 cm dan
diameter pergelangan kaki mencit yaitu 0,2 cm. Kemudian mencit diberikan atau
disonde dengan suspensi asam mefenamat sebanyak 0,7 cc lalu dibiarkan selama
15 menit. Setelah itu mencit diinjeksi dengan karagenan 1% sebanyak 0,03 cc,
kemudian dilakukan pengamatan terhadap pembengkakan atau perubahan pada
diameter telapak kaki mencit tersebut dengan interval setiap 10 menit.
Tabel hasil pengamatan

No
1

Waktu
09.15 WIB
Pemberian

Pengamatan
Diameter kaki mencit masih normal yaitu 0,2 cm

suspense asam
2

mefenamat 0,07 cc
09.30 WIB
Pemberian injeksi

Setelah 10 menit kemudian, diameter telapak kaki


mencit mengalami perubahan menjadi 0,3 cm

karagenan 1% 0,03
3
4
5

cc
09.40 WIB

Diameter telapak kaki mencit mengalami perubahan

09.50 WIB
10.00 WIB

menjadi 0,3 cm
Diameter telapak kaki 0,3 cm
Diameter telapak kaki mencit mengalami perubahan
dan kembali normal menjadi 0,2 cm

VII. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembengkakan
terhadap diameter telapak kaki mencit tersebut terjadi pada pukul 09.40 WIB dan
menjadi 0,3 cm sebagai efek diberikannya injeksi karagenan dan hilangnya efek atau
pengaruh dari injeksi karagenan tersebut pada pukul 10.00 WIB sehingga diameter
telapak kaki mencit tersebut dapat normal kembali menjadi 0,2 cm karena adanya
pemberian suspensi asam mefenamat sebagai anti inflamasi untuk menghambat atau
mengurangi efek dari pemberian injeksi karagenan terhadap diameter telapak kaki
mencit tersebut.

Palembang, 27 Mei 2016

Nilma Rosalini
(PO.71.39.0.14.020)

Nurul Hidayati Afriwany


(PO.71.39.0.14.022)

Pipit Parwati

Radella Trissa

(PO.71.39.0.14.024)

(PO.71.39.0.14.026)

Dosen Pembimbing :
1.
2.
3.
4.
5.

Dr. Sonlimar Mangunsong., Apt, M.kes


Drs. H Benjamin M. Noer., Apt, MM
Mona Rahmi R, M.Farm, Apt
Dewi Marlina, S.Farm, Apt
Mamik Yunita Sari, AMF

LAMPIRAN
Larutan Suspensi Asam Mefenamat

Larutan Karagenan 1 %

Pengukuran diameter kaki mencit sebelum di Injeksikan Karagenan

Pemberian Suspensi Asam Mefenamat

Pemberian Injeksi Karagenan

Pengukuran diameter kaki mencit setelah di Injeksikan Karagenan

Laporan sementara

DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertram G. 2001. BASIC AND CLINICAL PHARMACOLOGY. Jakarta:
Salemba Medika

Regar, Evan. Anti Inflamasi. Tersedia [online]


https://www.scribd.com/doc/142747153/31853749-Anti-Inflamasi-pdf diakses
tanggal 27 Mei 2016 pukul 14.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai