Anda di halaman 1dari 8

LABORATORIUM FAKULTAS MIPA

UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Jalan Cisaranten Kulon No 140 Bandung

Nama Mata Kuliah : Praktikum Farmakologi 3


Nama Dosen Pengampu: Apt, Dytha Andri Deswati,M.Si
Tanggal Praktikum: 12 Desember 2021
Judul Modul: Asisten :
Diuretik  Taufik Septiyan Hidayat, S.Farm
Srining Farmakologi  Septia Anjani Suherman

Disusun Oleh : Kelompok :


1. Annisa Siti Ramadhina NIM: D1A200105
Riri Nurfadilah
2. Riri Nurfadilah NIM: D1A200177
NIM: D1A200177 3. Robet Trio Herawan NIM: D1A200199
4. Siska NIM: D1A200208

Laporan Praktikum
1. TUJUAN
Untuk menganalisis efek diuretik pada mencit dengan melihat dan mengamati serta
menentukan jumlah volume dan frekuensi urin pada hewan uji mencit (mus musculus) setelah
pemberian obat diuretik.

2. PRINSIP
Efek obat diuretik dapat diamati dengan meningkatnya frekuensi urinasi dan volume urin
pada hewan coba.

3. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
 Sonde
 Spuit 1 ml
 Labu Ukur
 Mortir & Stemper
 Tempat untuk menyimpan mencit (bejana individual)
3.2 Bahan
 Furosemid tablet 40 mg
 Aquadest
LABORATORIUM FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Jalan Cisaranten Kulon No 140 Bandung
4. PROSEDUR
4.1 Timbang @ mencit
4.2 Hitung dosis obat yang akan di berikan kepada mencit
4.3 Buat pengenceran obat Furosemid
4.3 berikan air hangat (1 ml) pada mencit, biarkan 30 menit
4.4 berikan obat dengan menggunakan sonde
4.5 masukan ke dalam bejana individual, amati selama (30’, 60’, 90’, 150’, dan 180’)
4.6 berikan 1 ml air minum setiap 1 jam
4.7 Tampung urine

5. HASIL

5.1 Hasil Pengamatan


Hasil Pengamatan Urine yang di tampung
30’ 60’ 90’ 120’ 150’ 180’
Mencit 1 0 0 0 0 0.2 ml 0.4 ml
Mencit 2 0 0 0 0.1 ml 0.2 ml 0.25 ml
Mencit 3 0 0 0 0 0 0

5.2 Perhitungan
 Perhitungan konversi mencit ke manusia:
10 mg x 0.026 = 0.026 mg/20 mg BB

 Perhitungan pengenceran tablet furosemid:


1 tablet → 10 ml aqua (40 mg/10 ml)
1 ml = 4 mg furosemide

0.026/4 x 100 = 0.65 mg / 20 gr BB

Berat Perhitungan dosis ( 10 mg


badan Furosemid)
Mencit 1 27.00 27.00 / 20 x 0.65 = 0.87 ml
Mencit 2 24.45 24.45 /20 x 0.65 = 0.79 ml
Mencit 3 25.32 25.16 / 20 x 0.65 = 0.82 ml

6. PEMBAHASAN
SINGKAT
Pada praktikum kali ini praktikan mencoba menganalisis efek diuretik pada hewan percobaan
yaitu mencit sebanyak 3 ekor dan mengamati volume dan frekuensi urine setelah dilakukan
LABORATORIUM FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Jalan Cisaranten Kulon No 140 Bandung
pemberian diuretik, yaitu furosemid.
Diuretika dapat menyebabkan suatu keadaan meningkatnya volume urin. Obat-obat ini
merupakan penghambat transport ion yang menurunkan reabsorbsi Na+ pada bagian-bagian
nefron yang berbeda. Akibatnya Na+ dan ion lain seperti Cl- memasuki urin dalam jumlah lebih
banyak dibandingkan bila keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif
untuk mempertahankan keseimbangan osmotik. Jadi diuretik meningkatkan volume urin dan
sering mengubah pH-nya serta komposisi ion dalam urin dan darah.
Furosemid adalah obat diuretik golongan “loop diuretik” atau diuretik lengkungan yang dikenal
sebagai diuretik kuat. Mekanisme kerjanya menghambat kotranspor Na+, K+, dan Cl- dari
membran lumen pada bagian asenden lengkung Henle. Karena itu, reabsorbsi Na+, K+, dan
Cl- menurun. Furosemid merupakan obat diuretik paling efektif karena bekerja pada bagian
asenden lengkung Henle. Bagian ini bertanggung jawab untuk reabsorbsi 25-30% NaCl yang
disaring dan bagian distalnya tidak mampu untuk mengkompensasi kenaikan muatan Na+. Obat
ini bekerja cepat, bahkan untuk pasien dengan fungsi ginjal terganggu atau tidak bereaksi dengan
diuretik lain. Efek samping furosemid antara lain hipotensi dan hipokalemia reversibel.

Gambar 1. Struktur Furosemid


Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik :
a. Tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium
sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diuretik yang bekerja
pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak.
b. Status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam
keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.
c. Interaksi antara obat dengan reseptor. Kebanyakan bekerja dengan mengurangi reabsorpsi
natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan juga air diperbanyak.
Dari percobaan ini dapat dilihat bahwa efek diuretik muncul mulai dari menit ke 120’ pada
mencit ke-2 sebanyak 0.1 ml, kemudian mencit ke-1 pada menit ke 150’ sebanyak 0.3 ml. Pada
menit ke 180’ mencit ke-1 memberi respon eksresi urine sebanyak 0.57 ml dan mencit ke-2
sebanyak 0.23 ml. Sedangkan pada mencit ke-3 tidak memberikan hasil ekskresi urine pada
setiap waktu, hal ini mungkin terjadi karena mencit ke-3 dalam kondisi yang kurang sehat
daripada mencit lainnya atau karena kesalahan teknis / prosedural yang dilakukan oleh praktikan
selama melakukan percobaan.
Dilihat dari segi dosis mencit ke-1 mendapat dosis yang lebih besar daripada mencit ke-2 dan
ke-3 karena berat badan mencit ke-1 lebih besar sebanyak 29 g sehingga mendapat dosis sebesar
0.9 ml furosemid. Dosis konversi mencit terhadap manusia adalah 0.026x dosis pada manusia
sehingga konversi dosis furosemid terhadap mencit adalah 0.65mg/20g BB mencit.

7. KESIMPULAN
1) Diuretik adalah obat-obat yang meningkatkan laju aliran urin, namun secara klinik diuretik
LABORATORIUM FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Jalan Cisaranten Kulon No 140 Bandung
juga bermanfaat untuk meningkatkan laju ekskresi Na+ dan anion yang menyertainya,
biasanya Cl-
2) Indikator efek diuretik dapat diamati pada jumlah urine yang dihasilkan dan komposisi ion
dalam urine tersebut terutama ion Na dan Cl. Efek diuretik pada hewan uji (mencit) dapat
diamati dari jumlah ekskresi urine pada menit ke 150’
3) Volume urine terbanyak sebesar 0.57 ml pada mencit ke-1 dengan dosis pemberian furosemid
sebesar 0.9ml/29g BB mencit.

8. PUSTAKA
 Modul Praktikum farmakologi 3 universitas Al-ghifari bandung
 Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan
Efek Sampingnya. PT Elex Media Komputindo: Jakarta
 Sukarida, dkk. 2009. ISO Farmakoterapi. PT.ISFI Penerbitan: Jakarta
 Katzung.1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit EGC: Jakarta

9. LAMPIRAN
LABORATORIUM FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Jalan Cisaranten Kulon No 140 Bandung
Laporan Praktikum Skrining Farmakologi
1. TUJUAN
Setelah menyelesaikan eksperimen ini Mahasiswa diharapkan :
1) Dapat menerapkan metode skrining farmakologi dalam penentuan aktivitas dan potensi suatu
obat atau senyawa baru.
2) Dapat mengaitkan gelaja-gejala yang diamati dengan sifat farmakologi suatu obat.
3) Memahami faktor-faktor yang berperan dalam skrining suatu senyawa obat baru.

2. PRINSIP
Berdasarkan perubahan respon yang diberikan hewan uji setelah diberikan sampel obat

3. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
 Spuit 1 mL
 Sonde oral
 Stopwatch
 Timbangan mencit
 Beaker glass/Erlenmeyer
 Mortir dan Stamper
 Bejana
3.2 Bahan
 1Mencit
 Aquadest
 Sampel obat (0,25 mg)

4. PROSEDUR
1. Timbang mencit
2. Hitung dosis dan volume pemberian sampel obat yang diberikan pada mencit sesuai dengan
bobot mencit.
3. Amati keadaan hewan sebelum diberikan obat. Catat dan beri skor pada blanko yang telah
disediakan.
4. Suntikan larutan sampel obat pada mencit secara intraperitonial.
5. Amati keadaan hewan setelah diberikan sampel obat.
6. Lakukan pengamatan setiap 10 menit selama 1 jam.
7. Catat dan beri skor pada blanko/tabel yang tersedia.

5. HASIL
5.1 Hasil Pengamatan
Skor Penilaian
Nilai Nilai Sebelum Nilai Setelah
No Uji Skrining
Normal diberikan Obat diberikan Obat
(0 menit) (30 menit) (60 menit)
LABORATORIUM FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Jalan Cisaranten Kulon No 140 Bandung
1 Platform 3 4 2
2 Aktivitas Motorik 4 3 2
3 Straub 0 2 0
4 Piloereksi 0 0 0
5 Ptosis 1 4 2
6 Refleks Pineal 3 4 4
7 Refleks Kornea 1 3 4
8 Refleks Flexi 3 3 3
9 Haffiner 3 4 4
10 Lakrimasi 2 0 0
11 Salivasi 3 0 0
12 Katalepsi 0 0 2
13 Sikap Tubuh 4 4 4
14 Menggelantung 4 4 3
15 Retabilisemen 4 4 3
16 Kolik Ach 0 0 0
17 Mortalitas 0 0 0
18 Grooming 5 4 4
19 Urinasi 4 0 0
20 Defekasi 0 1 0

5.2 Perhitungan
Dik : Bobot mencit = 26.40 g
Sampel obat = 0,25 mg
Konversi dosis mencit : 0,25 mg x 0,0026 = 0,00065 mg
0,00065
Sampel obat = x 100 mL=0,26 mL / 20 g BB Mencit
0,25
26.40
Dosis obat yang diberikan untuk mencit = x 0,26=0.3432 mL
20

6. PEMBAHASAN
SINGKAT
Telah dilakukan praktikum skrining farmakologi yang dilakukan skrining terhadap suatu sediaan 
obat. Bertujuan melatih mahasiswa mengenali gejala-gejala yang mempunyai efek farmakologis
dari suatu sediaan obat. Untuk mengetahui atau mencari obat baru yang belum diketahui
khasiatnya.Sebelum dilakukan penyuntikan zat, mencit diperiksa dulu keadaan biologisnya dalam
keadaan normal termasuk uji yang akan dilakukan. Pada mencit ini zat yang diberikan adalah zat
yang belum diketahui senyawa obat apa, pemberian obat juga dilakukan sesuai dengan dosis yang
Pada praktikum kali ini hewan percobaan yang digunakan adalah 1 ekor mencit. Sebelum
disuntikkan dengan obat, mencit ditimbang untuk menghitung dosis yang akan diberi. Disini kita
tidak mengetahui obat apa yang disuntikan kepada mencit, agar kita mengetahui obat apa yang
diberikan itu dengan cara melihat dari setiap perilaku mencit itu sendiri. Yang pertama ada
LABORATORIUM FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Jalan Cisaranten Kulon No 140 Bandung
platform
(diam) sampai waktu 30 menit mencit masih bergerak,tetapi di waktu 60 mencit mulai berdiam
diri. Yang kedua ada akt.motorik (pengenal) di menit 0-60 mencit Ketika diturunkan masih mulai
mengenal lingkungannya dengan reaksinya yang semakin menurun dan di menit 60 mencit mulai
tidak bergerak untuk mengenali lingkungannya,selanjutnya Straub (ekor naik) pada awal awal
mencit pas di turunkan ke meja bundar masih menaikan ekor lanjut ke menit 30-60 mencit sudah
tidak menaikkan ekor, selanjutnya piloereksi (bulu berdiri) dari awal mencit yang saya teliti tidak
sama sekali ada perilaku bulunya berdiri. Ptosis (buka mata) dari awal penelitian sampe 120
menit
mencit membuka mmatanya, r.pineal (telinga di usap) awal awal ketika telinga mencit diusap
tidak
ada sama sekali reaksi dari mencit,kemudian di menit 60-60 mencit mulai menunjukan reaksi.
R.kornea (kornea disentuh) dari awal sampai akhir Ketika mencit disentuh korneanya dia
memberikan reaksi, r.fleksi (kaki jepit) dari menit awal sampai akhir Ketika kaki mencit dijepit
mencit memberikan reaksi tapi Ketika dimenit terakhir mulai menurun reaksinya, haffiner (jepit
ekor) dari menit awal sampai akhir mencit memberikan reaksi,tetapi dimenit terakhir reaksinya
menurun, lakrimasi (air mata) mencit yang saya teliti dari menit awal sampai akhir sama sekali
tidak mengeluarkan air mata, salivasi (air ludah) sama seperti air mata,di salivasi ini mencit yang
saya teliti tidak mengeluarkan air ludah, katalepsi (tubuh kaku) mencit yang saya teliti sama
sekali
tidak mempunyai ciri ciri tubuhnya kaku, sikap tubuh dari awal sampai akhir mencit selalu
memperlihatkan sikap tubuhnya,tetapi di menit 30-60 sikap tubuh dari mencit mulai menurun,
menggelantung mencit yang saya teliti dari awal memang sudah tidak terlalu kuat untuk
menggelantung, retablisemen (memanjat) sama seperti menggelantung, mencit yang saya teliti
sudah lemah sejak awal karna reaksi mencit terhadap memanjat sangat lemah, kolik ach
(cacat/lumpuh) mencit yang saya teliti sama sekali tidak mengalami kecatatan/lumpuh, mortalitas
(kematian) mencit dari awal sampai akhir masih hidup, grooming (mandi/menjilati badan) di
menit
0-30 mencit masih sangat aktif menjilati badan tapi di menit 30-60 mencit mulai lemas, urinasi
(air urin) dari awal sampai akhir mencit sama sekali tidak mengeluarkan air urin, defekasi (BAB)
pada menit 0-30 mencit BAB,di menit 30-60 mencit sudah tidak mengeluarkan kotoran.

7. KESIMPULAN
Dari praktikum ini bisa kita simpulkan bahwa mencit di 2 jam penelitian semakin melemah
kemungkinan obat yang di beri adalah paracetamol,karna mencit mulai terlihat lemas lesu dan
mengantuk.

8. PUSTAKA
8.1 Modul Praktikum farmakologi 3 universitas Al-ghifari bandung
8.2 Turner, Robert A. 1965. Screening Methods in Pha"nacologv. London : Academic Press.
8.3 Katzung.1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit EGC: Jakarta
LABORATORIUM FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Jalan Cisaranten Kulon No 140 Bandung

9. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai