Anda di halaman 1dari 18

Laboratorium Farmakologi

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Setiap zat yang digunakan dalam dunia pengobatan tentunya diinginkan mempunyai biological avability yang bagus, yaitu prosentase obat yang diresoprsi dari suatu dosis yang diberikan dan tersedia untuk melakukan atau mengadakan efek terapeutiknya, sehingga dalam hal ini bentuk-bentuk pemberian obat sangat mempengaruhi daripada biological assaylability tersebut Kebanyakan obat dapat diukur aktivitasnya secara cepat dan tepat dengan metode kimiawi atau fisika dengan menggunakan alat modern atau melalui beberapa percobaaan terhadap sekelompok hewan uji misalnya pada tikus, mencit kelinci dan hewan uji lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti bahwa disamping dari faktor formulasi obat, cara pemberian juga sangat mempengaruhi efektivitas dari pada obat tersebut. Untuk obat yang struktur kimianya belum diketahui dan atau untuk sediaan tak murni maupun campuran dari beberapa zat aktif tidak dapat menggunakan alat modern, hanya dengan metode biologisnya yaitu dengan bioassay dimana aktivitasnya ditentukan oleh adanya mikroorganisme hidup dengan membandingkan standar internasional, misalnya penentuan biologis dilakukan pada hewan uji yaitu : insulin pada kelinci (penurunan glukosa darah), ACTH pada tikus, dan digitalis terhadap jantung katak. Untuk mengetahui kecepatan efektivitas (efek) dari suatu obat, maka perlu dilakukan suatu pengujian terhadap hewan uji misalnya pada tikus dan mencit dengan cara parenteral yaitu dengan menyuntikkan ke dalam organ (salah bagian) tubuh hewan uji, lalu diketahui lah efek dari pada obat tersebut.

15

Laboratorium Farmakologi

I.2

Maksud dan Tujuan percobaan

I.2.1 Maksud percobaan Mengetahui efek dari obat modern dan obat tradisional serta bagaimana proses terjadinya diuresis. I.2.2 Tujuan Percobaan 1. Untuk mengetahui efek dari pengobatan Diuretik 2. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya diuresis pada hewan uji. I.3 Prinsip Percobaan Pada prinsipnya percobaan ini dilakukan dengan cara memberikan obat dieresis secara intraperitonial untuk obat modern serta secara oral untuk obat tradisional dengan tujuan agar hewan tersebut terangsang untuk kencing, sehingga dapat diketahui kekuatan efek dieresis pada obat tersebut.

15

Laboratorium Farmakologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori Pembuangan obat keluar tubuh biasa terjadi melalui berbagai jalan dan yang terpenting adalah melalui ginjal menuju ke dalam air kemih. Jalan lain yang termasuk empedu, usus, paru-paru atau susu pada ibu yang menyususi. Seorang penderita dengan gagal ginjal bias mengalami dialysis. Ekstrak korporat yang akan mengeluarkan molekul-molekul kecil seperti obat. Obat diuretik merupakan obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresisis mempunyai 2 pengertian antara lain yang pertama yaitu menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi

15

Laboratorium Farmakologi

dan yang kedua adalah menunjukkan jumlah pengeluaran ( kehilangan ) zat-zat terlarut dan air. Fungsi utama obat diuretic adalah memobilisasi cairan udem yang berarti mengubah suatu keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal. Mekanisme kerja obat diuretik adalah kebanyakan dengan mengurangi reabsorbsi natrium sehingga pengeluarannya terjadi lewat urin dan demikian juga dari air diperbanyak, obat ini bekerja khusus terhadap tubuli dan di tempat lainnya. Pengaruh obat diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan tempat kerja diuretik. Secara umum obat diuretic dibagi menjadi 2 golongan besar. 1. Diuretik osmotik 2. Penghambat mekanisme transport elektrolit di tubuli ginjal. Obat yang menghambat transport elektrolit di tubuli ginjal antara lain: 1. Penghambat karbonik anhidrase 2. Dienzotidiazida 3. Diuretik hemat kalium 4. Diuretik kuat. II.2 Uraian Bahan 1. Furosemid (FI. Edisi III) Nama resmi Nama lain : Furosemedi injectio : Injeksi furosemida

15

Laboratorium Farmakologi

Injeksi furosemida mengandung Furosemida, C12H11CN2O3S, tidak kurang 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

1. Aquades (FI. Edisi III) Nama resmi Nama lain Pemerian : Aqua Destilata : Air suling : Cairan jernih, tidak bewarna, tidak berasa dan tidak berbau. Penyimpanan Penggunaan 2. Daun tapak kuda Kingdom Subkingdom Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies
II.3 Uraian Hewan Uji 15

: Dalam wadah tertutup baik. : Untuk cairan minum oral.

: Plantae (Tumbuhan) : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) : Spermatophyta (Menghasilkan biji) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Asteridae : Solanales : Convolvulaceae : Ipomoea : Ipomoea pes-caprae (L)

Laboratorium Farmakologi

II.3.1. Klasifikasi Kingdom Phyllum Sub phylum Kelas Sub kelas Ordo Familia Genus Species : Animalia : Cordata : Vertebrata : Mamalia : Theria : Rhodenfia : Muridae : mus : Mus musculus

B A B III METODE KERJA


III. 1 Alat dan Bahan yang Digunakan III.1.1 Alat yang Digunakan 1. Spoit oral 2. Timbangan berat badan hewan

15

Laboratorium Farmakologi

3. Panci infus 4. Termometer 5. Beker gelas 6. Tissue 7. Batang pengaduk 8. Spoit 1 ml III.1.2 Bahan yang Digunakan 1. Aquadest 2. Furosemida 3. Obat Tradisional (infuse daun tapak kuda)

III.2 Prosedur Kerja III.2.1. Pembuatan infus tapak kuda 1. Dicuci bersih daun tapak kuda , kemudian di iris kecil-kecil 2. Dipanaskan panci infus, masukkan daun tapak kuda ke dalam panci tambahkan 50 ml air, kemudian di masak sampai mendidih. 3. Diukur suhunya hingga 900 lalu di saring, kemudian di dinginkan.

III.2.1. Penyuntikan obat


15

Laboratorium Farmakologi

1. Mencit dikelompokkan dalam 4 kelompok yang tiap kelompok terdiri dari 1 ekor mencit, menurut obat yang disuntikkan 2. Semua mencit diberikan air hangat secara oral sebanyak 1 ml/ 25 mg mencit. 3. Masing-masing kelompok mencit di suntik intraperitonial (ip) furosemid (dosis 60 mg), OTRA dan kontrol (aquades) sesuai dengan perhitungan 4. Ditempatkan masing-masing mencit dalam kandang khusus yang tersedia dan ditampung urin yang dieksresikannya : catat jumlah urin yamg dihasilkan selama 1 jam.

15

Laboratorium Farmakologi

B A B IV HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan No. Perlakuan BB (g) VA (ml) VP (ml) MB (mnt) Waktu berkemih selama 1 jam VU (ml) I 1. 2. 3. 4. Furasemid Aquadest Daun salam Daun tapak kuda 14,5 g 0,348 ml 0,377 ml 12 g 17 g 0,444 ml 0,156 ml 10.12 10.12 10.25 11.03 II 10.50 11.15 11.30 III 0,31 ml 0,5 ml

Keterangan : BB : Berat Badan (gram) VU : Volume Urine

15

Laboratorium Farmakologi

VA : Volume air VP : Volume perlakuan MB : Mulai berkemih

BAB V PEMBAHASAN

Dalam percobaan kali ini yaitu pengujian efek dieresis dengan pemberian obat diuretic pada hewan uji mencit, dimana bahan yang digunakan yaitu lasix ampul yang mengandung Furosemid 10 mg/ml, Obat obat tradisional (daun tapak dara dan kontrol digunakan Aquades. Dan untuk furosemid digunakan dosis yang sama yaitu 40 mg. Sebelum diujikan, hewan uji yaitu mencit perlu dahulu dipuasakan sekitar empat jam. Hal ini dimaksudkan agar dalam praktikum khasiat obat lebih tampak. Setalah itu, mencit ditimbang untuk mengetahui bobot yang akan digunakan dalam perhitungan dosis.
15

Laboratorium Farmakologi

Pada pengujian untuk mengetahui efek diuretik tidak membutuhkan tehknik khusus hanya saja teknik dasar yang perlu diperhatikan adalah penyuntikan atau penanganan hewan uji yang baik. Bila masing-masing hewan uji sudah ditimbang, maka terlebih dahulu diberikan air hangat sesuai dengan dosisnya kemudian disuntikkan obat lalu mencit ditempatkan ditempat khusus yang dapat menampung urin yang dikeluarkan. Pada percobaan dapat dilihat bahwa efek dari daun tapak kuda tidak menghasilkan kemih, dikarenakan dosis yang digunakan tidak mencapai ketentuan sehingga efek diuretic dari daun tapak kuda tidak kelihatan dibanding dengan pemberian furosemid dan aquadest. Furosemid merupakan golongan diuretic kuat (High-celling Diuretic). Tempat kerjanya dibagian epitel tebal ansa henle bagian asenden, sehingga sering disebut loop diuretic. Diuretik kuat ini bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi elektrolit di ansa bagian henle asendens bagian epitel tebal, tempat kerjanya dibagian permukaan sel epitel dibagian luminal. Diuretic dikontraindikasikan pada keadaan gagal ginjal yang disertai anuria. Diuretic kuat dapat menurunkan kadar kalsium plasma pada keadaan hiperkalsemia simptomatik dengan cara meningkatkan ekskresi kalsium melalui urin. Furosemid biasanya tersedia dalam bentuk tablet 20 mg, 40 mg, 80 mg serta preparat suntikan, umumnya pasien membutuhkan kurang dari 600 mg per hari.

15

Laboratorium Farmakologi

B A B VI PENUTUP

15

Laboratorium Farmakologi

VI.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan furosemid sebagai obat modern memiliki efek diuretik yang baik, begitu pula pada OTRA namun dalam hal ini furosemid lebih cepat memberikan efek diuresis daripada OTRA dibuktikan dari hasil pengamatan menunjukkan untuk 30 menit pertama furosemid yang pertama kali menunjukkan hasil sedangkan OTRA lebih lambat bahkan pada percobaan ini tidak menghasilkan air seni disebabkan karena kurangnya dosis pada OTRA. Dan juga volume urin yang dihasilkan lebih banyak terhadap furosemid daripada OTRA. Perlu diperhatikan dalam proses pemberian obat melalui oral dimana posisi spoit oral harus tepat karena bisa saja melukai mencit ataupun cairan obat tidak masuk ke lambung tapi ke paru paru yang dapat mengakibatkan kematian pada mencit.

VI.2 Saran Pengawasan hewan uji setelah pemberian obat-obat diuretik harus dilakukan dengan cermat dan tepat agar yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.

15

Laboratorium Farmakologi

DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Farmakologi, 2011., Penuntun Praktikum Farmakologi, Poltekkes Depkes Makassar Jurusan Farmasi : Makassar. Anonim, 2007., Farmakologi dan Terapi, Edisi V, Departemen Farmakologi Terapeutik, Falkutas Kedokteran, UI : Jakarta. Dirjen POM, 1979., Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI : Jakarta.

15

Laboratorium Farmakologi

LAMPIRAN
Perhitungan: Kelompok I

Permberian air hangat

: Mencit 17 kg =

x 1 ml = 0,85 ml

Pemberian air biasa (control negative): Mencit 17 kg =

x 1 ml = 0,85 ml

Kelompok II

Permberian air hangat

: Mencit 18 kg

x 1 ml = 0,9 ml

Pemberian oral larutan kafein Dosis lazim kofein 300 mg 600 mg

15

Laboratorium Farmakologi

Untuk mencit

= 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg/20 g/ ml

Mencit 18 kg

x 1,3 mg = 1,17 mg/ml ~ 1,2 mg /ml

Dibuat larutan kafein 100 ml =

x 100 ml = 120 mg/100 ml

Kelompok III

Pemberian air hangat

: Mencit 17 kg =

x 1 ml = 0,85 ml

Pemberian larutan infuse akar alang-alang: Untuk mencit 17 kg = 200 ml x 0,0026 = 0,52 ml/ 20 kg

Larutan infuse

x 0,52 ml = 0,442 ml ~ 0,4 ml

Kelompoki IV

Pemberian air hangat

: Mencit 17 kg =

x 1 ml = 0,85 ml

Pemberian larutan infuse daun kumis kucing: Untuk mencit 17 kg = 200 ml x 0,0026 = 0,52 ml/ 20 kg

Larutan infuse

x 0,52 ml = 0,442 ml ~ 0,4 ml

15

Laboratorium Farmakologi

LAPORAN FARMAKOLOGI II PRAKTIKUM V EFEK DIURETIK

DI SUSUN OLEH KELOMPOK II : WINDA HERFRIDA PO713251101.093 PO713251101.06 PO713251101.06 PO713251101.06 PO713251101.09

SUKMAWATI SRI RIZKY W SITTI RAFIAH TRIFENA PORMES

15

Laboratorium Farmakologi

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR JURUSAN FARMASI 2012BB

15

Anda mungkin juga menyukai