Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA


EKSRESI URINE

Disusun Oleh : Kelompok 1

Apriyana (27216452A)
Alvina Ajeng Anggreani (27216451A)
Alvito Pramudita Fitria (27216457A)
Ernisha Febriani Rambe (27216455A)
Diyah Ma’atus Solekhah (27216459A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS SETIA BUDI
2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM
BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA
EKSRESI URINE
SEMESTER 4 TAHUN 2023/2024

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Apriyana (27216452A)
Alvina Ajeng Anggerani (27216451A)
Alvito Pramudita Fitria (27216457A)
Ernisha Febriani Rambe (27216455A)
Diyah Ma’atus Solekhah (27216459A)

Telah disetujui dan disahkan oleh :


Dosen Pengampu Praktikum Biofarmasetika dan Farmakokinetika

Dr.Apt. Lucia Vita Inandha Dewi., S.Si., M.Sc.


I. Tujuan
Setelah percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mengukur kosentrasi obat dalam ekstresi urin dan mengetahui parameter-
parameter lain yang dapat dihitung.
2. Memahami cara mengukur kosentrasi obat dari sampel urine.
II. Dasar Teori
Sistem ekskresi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat dari sisa hasil
metabolisme yang sudah tidak dapat digunakan kembali oleh tubuh ataupun zat-zat
yang dapat membahayakan bagi tubuh manusia. Sistem eksresi dapat dibedakan
menjadi bentuk-bentuk zat cair yaitu berupa keringat, urine ataupun cairan empedu.
Zat padat yaitu berupa feces, gas berupa CO2 dan uap air berupa H2O (Poedjadi,
2005). Ekresi yang berkaitan dengan pengeluaran suatu senyawa nitrogen, yang
mulanya proses pencernaan simpan terhadap makanan, protein yang dicernakan
menjadi asam amino sehingga akan diabsorpsi kan oleh darah.
Metode ekskresi urin yang bersifat kumulatif dapat digunakan untuk dapat
menetapkan parameter kel, fa, fase yang diabsorpsi, serta jumlah obat yang pada
akhirnya akan diabsorpsi dan ketersediaan hayati yang ada pada obat. Untuk
memperoleh nilai tetapan kecepatan eliminasi (Kel) dapat menggunakan metode
ARE (Amount of Drug Remaining to be Excreted). Parameter farmakokinetik
adalah besaran yang diturunkan secara matematis dari model berdasarkan hasil
pengukuran kadar obat utuh dan atau metabolitnya didalam darah, urin, atau cairan
hayati lainnya.
Parameter farmakokinetika dari suatu obat dapat digunakan untuk
mengetahui terkait kinetika absorpsi, distribusi dan juga eliminasi yang berada
didalam tubuh (Shargel dan Yu, 2005). Hasil yang telah didapatkan memiliki arti
penting didalam penetapan aturan dosis. Parameter farmakokinetik dari suatu obat
akan dapat ditemukan dari pengukuran kadar ataupun proses metabolitnya yang
berada didalam urine. Sehingga pengukuran dan juga penggunaan cuplikan urin
dapat bersifat lebih baik daripada cuplikan darah, terutama jika obat yang akan di
eksresikan kedalam urine secara sempurna yang berada didalam bentuk yang tidak
akan berubah.
Urine akan diekresikan melalui ginjal yang mana ginjal berfungsi untuk
dapat membersihkan tubuh dari zat-zat yang tidak akan diperlukan kembali. 1 cc
urine yang dihasilkan oleh kedua ginjal kiri dan juga kanan yang setiap menitnya
dan dalam 2 jam akan dihasilkan sekitar 120 cc yang disimpan didalam kandung
kemih. Kandung kemih yang sudah terisi dengan urin tersebut akan terjadinya suatu
rangsangan sehingga organ yang bersangkutan akan dapat merasakannya.
Keinginan mengeluarkan mulai muncul, tetapi biasanya masih bisa ditahan jika
volumenya masih berkisar dibawah 150 cc. (Sheerwood, 2011).
Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut. Di dalam
urin terkandung bermacam-macam zat, antara lain (1) zat sisa pembongkaran
protein seperti urea, asam ureat, dan amoniak, (2) zat warna empedu yang
memberikan warna kuning pada urin, (3) garam, terutama NaCl, dan (4) zat-zat
yang berlebihan dikomsumsi, misalnya vitamin C, dan obat-obatan serta juga
kelebihan zat yang yang diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya hormone. (Ethel,
2003). Proses pembentukan urin, yaitu: (Sheerwood, 2011)
1. Filtrasi (penyaringan) merupakan capsula bowman dari badan malpighi yang
dapat menyaring darah yang berada didalam glomerulus yang mengandung air,
garam gula dan juga zat yang memiliki molekul besar (protein dan sel darah)
sehingga filtrat tersebut akan terlarut didalam zat seperti gluksa dan juga asam
amino.
2. Reabsorbsi (penyerapan kembali) juga dapat terjadi di dalam tubulus kontortus
proksimal zat dalam urin primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang
dihasilkan filtrat tubulus (urin sekunder) dengan kadar urea yang tinggi.
3. Sekresi (pengeluaran) dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah akan
dapat menambahkan zat lain yang tidak lagi digunakan dan akan terjadi
reabsorbsi aktif ion Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Selanjutnya akan
disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis.
Ginjal merupakan obat ekskresi utama untuk pembersihan sisa produk
metabolic dan memeganng peran utama dalam mempertahankan kesetimbangan
garam dan air, cairan dan produk- produk sisa sambil mempertahankan solute yang
diperlukan untuk fungsi tubuh. Disamping itu, ginjal mempunyai dua fungsi
endokrin: (1) sekresi urin, yang mengatur tekanan darah; dan (2) sekresi eritropetin,
yang merangsang produksi sel darah merah. (Shargel, 2012).
Untuk mendapatkan data urin yang valid harus diperhatikan beberapa hal
berikut :
1. Obat tidak berubah yang dieksresikan dalam urin harus banyak
2. Cara analisis spesifik dan selektif
3. Frekuensi pengambilan cuplikan urin harus banyak (7-10 x t1/2 )
4. Pengosongan kandung kemih harus sempurna
5. pH dan volume urin berpengaruh pada kecepatan eksresi obat.
Vitamin C atau asam askorbat merupakan senyawa kimia yang dapat larut
didalam air (Wadge, 2003). Nutrisi yang berada didalam vitamin C sangat penting
bagi manusia dan juga hewan. Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki aktivitas yaitu
asam askorbat dan garamnya yang terdapat dehidroaskorbat dan beberapa bentuk
molekul lainnya yang dapat teroksidasi. Manusia tidak dapat mensintesis vitamin C
dalam tubuhnya, karena tidak memiliki enzim Lgulonolakton oksidase. Manusia
memerlukan vitamin C dari luar tubuh untuk memenuhi kebutuhannya. XON-CE
merupakan tablet hisap mengandung Vitamin C 500 mg yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan Vitamin C dalam tubuh.
Larutan dapar atau larutan penyangga (lebih tepatnya, dapar pH atau
dapar ion hidrogen) merupakan larutan yang memiliki kandungan campuran asam
lemah dan juga basa konjugatnya. Sehingga perubahan pH pada larutan ini sangat
kecil, yang mana ketika asam ataupun basa yang kuat akan ditambahkan dalam jumlah
yang sedikit ataupun sedang. Oleh karena itu, larutan ini berguna untuk mencegah
perubahan pH larutan. Larutan dapar digunakan untuk mempertahankan pH pada nilai
tertentu dalam berbagai aplikasi kimia. Kebanyakan bentuk kehidupan berhubungan
dengan mempertahankan pH, sehingga larutan dapar digunakan untuk menjaga pH
agar konstan. Secara alami, sistem dapar bikarbonat digunakan untuk
mengatur pH darah.
III. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Spektrofotometer UV-Vis Vitamin C
Mikropipet Urine
Pipet volume Dapar Phospat pH 6,8
Tabung reaksi Aquadest
Beaker glass Xo-Ce
Labu takar 100 ml dan 50 ml Vitacimin
Botol plastik Vitalog C
Kertas Saring
Corong
Pipet tetes

IV. Cara Kerja


1. Pembuatan Kurva Baku
1. Larutan induk vitamin C dibuat dengan cara melarutkan 50 mg vitamin C
dan dimasukan kedalam labu takar 50 ml dengan sedikit aquadest tepat
larut ad 50 ml.

2. Lalu lakukan pengenceran larutan induk menjadi 0,01 % kedalam labu


takar 50 ml. Di encerkan dengan menggunakan aquadest ad 50 ml.

3. Dilanjutkan dengan membuat seri kadar kosentrasi dengan 2 ppm, 4 ppm,


6 ppm dan 8 ppm.

4. Dari kurva kalibrasi yang didapatkan dilanjutkan dengan pengecekan


absorbansi dengan menggunkan spektrofotometer UV Vis.
2. Pengambilan Urine
1. Urine dari sukarelawan diambil setelah obat diminum, yang mana obat
diminum 1 hari sebelum praktikum dilaksanakan yaitu pada jam 12.00.

2. Urine sukarelawan dikumpulkan pada rentang waktu 14.00, 16.00, 19.00,


22.00 dan sesaat setelah bangun pagi yaitu 05.00 – 06.00. Urine pada pagi
hari dimabil sesaat setelah sukarelawan bangun tidur. Sukarelawan tidak
boleh minum apapun sebelum urine tersebut diambil.

3. Urine yang terkumpul ditaruh di dalam botol plastik. Volume dari tiap
urine yang terkumpul dihitung. Dan dilakukan penyaringan lalu di ambil
1 ml dan dimasukan kedalam labu takar 50 ml.

3. Perlakuaan Sampel
1. Tiap sampel urine di ambil sebanyak 1 ml dan dimasukan kedalam labu
takar 50 ml, lalu di encerkan dengan dapar phosfat pH 6,8.

2. Sampel urin di ukur absorbansinya pada panjang gelombang UV 271 nm.

3. Hitung kadar vitamin C dalam urine


V. Analisis Data
1. Kurva baku
Kerta kosong = 0,2737
Vitamin C = 0,05 gram +
= 0,3237 gram
Kertas + vit.c = 0,3239 gram
Kertas sisa = 0,2750 gram -
= 0,0489 gram

2. Percobaan 1  membuat kurva baku vitamin C


1. Larutan stok 0,1% b/v
Timbang 50 mg vitamin c + aquadest ad 50 ml
2. Larutan induk
Larutan No.1 diencerkan menjadi 0,01% v/v 50 ml
V1 x M1 = V2 x M2
VI x 0,1% = 50ml x 0,01%
V1 = 5 ml  5 ml ad 50 ml
3. Buat larutan seri kadar dari larutan No.2
0,0002%  V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 0,01% = 50 x 0,0002%
V1 = 1 ml @ 50 ml

0,0004%  V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 0,01% = 50 x 0,0004%
V1 = 2 ml @ 50 ml

0,0006%  V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 0,01% = 50 x 0,0006%
V1 = 3 ml @ 50 ml

0,0008%  V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 0,01% = 50 x 0,0002%
V1 = 4 ml @ 50 ml
4. Absorbansi
% Abs
0,0002% (2ppm) 0,208
0,0004% (4ppm) 0,320
0,0006% (6ppm) 0,428
0,0008% (8ppm) 0,499

A = 0,1185
B = 0,04905
R = 0,9951
y = a + bx
= 0,1185 + 0,04905x

5. Perhitungan kurava baku vitamin C


2ppm
y = a + bx
y = 0,1185 + 0,04905x
0,208 = 0,1185 + 0,04905x
0,04905 x = 0,208 – 0,1185
0,04905 x = 0,0895
0,0895
X = 0,04905

= 1,8249

4ppm
y = a + bx
y = 0,1185 + 0,04905x
0,320 = 0,1185 + 0,04905x
0,04905 x = 0,320 – 0,1185
0,04905 x = 0,2015
0,2015
X = 0,04905

= 4,1080
6ppm
y = a + bx
y = 0,1185 + 0,04905x
0,428 = 0,1185 + 0,04905x
0,04905 x = 0,428 – 0,1185
0,04905 x = 0,3095
0,3095
X = 0,04905

= 6,3098

8ppm
y = a + bx
y = 0,1185 + 0,04905x
0,499 = 0,1185 + 0,04905x
0,04905 x = 0,499 – 0,1185
0,04905 x = 0,3805
0,3805
X = 0,04905

= 7,7573

6. Data sampel urine


Waktu t ml t* ∆t abs Cu Du 𝐃𝐮
urine (jam) urine (Cu x ∆𝐭

ml)
14.00 2 39 ml 1 2 2,406 46,636 1818,804 909,402
16.15 4,25 217 ml 3,125 2,25 0,577 9,347 2028,299 901,466
20.00 8 55 ml 6,125 3,75 0,444 6,636 364,98 97,328
22.45 10,75 48 ml 9,375 2,75 0,489 7,553 362,544 131,834
05.15 17,25 300 ml 14 6,5 0,549 8,776 2632,8 405,046
a. Perhitungan t*
t2+t1
t* = 2
0+2
= 2

=1

t2+t1
t* = 2
2+4,25
= 2

= 3,125

t2+t1
t* = 2
4,25+8
= 2

= 6,125

t2+t1
t* = 2
8+10,75
= 2

= 9,375

t2+t1
t* = 2
10,75+17,25
= 2

= 14

b. Perhitungan ∆t
1. 2 – 0 =2
2. 4,25 – 2 = 2,25
3. 8 – 4,25 = 3,75
4. 10,74 – 8 = 2,75
5. 17,25 – 10,75 = 6,5
c. Perhitungan Cu
a) 14.00
y = a + bx
y = 0,1185 + 0,04905x
2,406 = 0,1185 + 0,04905x
0,04905 x = 2,406 – 0,1185
0,04905 x = 2,2875
2,2875
X = 0,04905

= 46,636
b) 16.15
y = a + bx
y = 0,1185 + 0,04905x
0,577 = 0,1185 + 0,04905x
0,04905 x = 0,577 – 0,1185
0,04905 x = 0,4585
0,4585
X = 0,04905

= 9,347
c) 20.00
y = a + bx
y = 0,1185 + 0,04905x
0,444 = 0,1185 + 0,04905x
0,04905 x = 0,444 – 0,1185
0,04905 x = 0,3255
0,3255
X = 0,04905

= 6,636
d) 22.45
y = a + bx
y = 0,1185 + 0,04905x
0,489 = 0,1185 + 0,04905x
0,04905 x = 0,489 – 0,1185
0,04905 x = 0,3705
0,3705
X = 0,04905
= 7,553
e) 05.15
y = a + bx
y = 0,1185 + 0,04905x
0,549 = 0,1185 + 0,04905x
0,04905 x = 0,549 – 0,1185
0,04905 x = 0,4305
0,4305
X = 0,04905

= 8,77

d. Perhitungan Du (Cu x ml)


1. 46,363 x 39ml = 1818,804
2. 9,347 x 217ml = 2028,299
3. 6,636 x 55ml = 364,98
4. 7,553 x 48ml = 362,554
5. 8,776 x 300ml = 2632,8

Du
e. Perhitungan ∆t
1818,804
1. = 909,402
2
2028,299
2. = 901,466
2,25
364,98
3. = 97,328
3,75
362,544
4. = 131,834
2,75
2632,8
5. = 405,046
6,5

f. Perhitungan RE
RE = t* vs Du/∆t
A = 618,164
B = - 0,0908
R = - 0,4452
B = -K
= 0,0908
0,693
T ½ = 0,0908

= 7,63 jam
Dimana waktu terbaik menurut t ½ adalah 7-10.
VI. Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan dengan tujuan untuk dapat menghitung
kadar kosentrasi obat didalam ekresi urine dan mengetahui parameter parameter
lain yang dapat dihitung. Yang mana obat yang masuk kedalam tubuh, akan
terabsorpsi maka ketika itu akan mengalami eliminasi. Eksresi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa yang berada di dalam darah yang disaring
oleh ginjal dan untuk menjaga homeostatis cairan tubuh. Urin juga lazim sebagai
sampel, karena pada akhirnya obat berada di dalam darah akan terdistribusi kedalam
ginjal dan obat serta metabolitnya dikeluarkan melalui ginjal. Jadi, data urin
merupakan representasi data farmakokinetika obat di dalam darah.
Pada praktikum kali ini menggunakan kurva baku yaitu vitamin C dengan
sampel obat yang digunakan adalah xo-ce. Vitamin C atau yang sering dikenal
sebagai asam askorbat adalah senyawa kimia yang larut dalam air. (Wadge, 2003).
Vitamin C merupakan nutrisi yang penting bagi manusia dan juga hewan, karena
aktivitas asam akrobat dan garamnya dapat memberikan suatu bentuk molekul yang
akan teroksidasi.
Vitamin C yang terdapat di alam paling banyak akan dijumapi dalam bentuk
L- asam askorbat, sedangkan D- asam askorbat jarang ditemukannya di alam dan
hanya memiliki 10% aktivitas vitamin C. Vitamin C merupakan vitamin yang
dibentuk oleh beberapa jenis spesies tanaman dan hewan dari prekursor
karbohidrat. Manusia tidak dapat mensintesis vitamin C dalam tubuhnya, karena
tidak memiliki enzim Lgulonolakton oksidase. Manusia memerlukan vitamin C dari
luar tubuh untuk memenuhi kebutuhannya.
Proses pembentukan urine yaitu pertama proses filtrasi dan kedua proses
reabsorpsi. Untuk mendapatkan data urin yang valid harus diperhatikan beberapa
hal yaitu obat tak berubah yang diekskresikan di dalam urin harus banyak, cara
analisis spesifik dan selektif, frekuensi pengambilan cuplikan urin harus cukup (7-
10xt1/2). Pengosongan kandung kemih harus sempurna, pH dan volume urin
berpengaruh pada kecepatan ekskresi obat.
Pada praktikum kali ini dilakukan untuk mengetahui kadar vitamin c yang
terukur masih dalam rentang atau jumlah yang sesuai ataupun tidak. Kita juga
melakukan pengujian tentang ekskresi dengan menggunakan urin untuk menentuan
kadar dan parameter farmakokinetik dari sampel menggunakan perhitungan regresi
dengan melihat waktu retensi (tR) yang diperoleh dan menandakan adanya
kandungan vitamin c atau tidak. Sampel yang digunakan kali ini adalah urine yang
telah ditampung selama 24 jam. Penampungan urine dilakukan ketika telah
meminum obat yaitu xo-ce. XON-CE merupakan tablet hisap mengandung Vitamin
C 500 mg yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan Vitamin C dalam tubuh.
Urine yang digunakan memiliki kandungan dari berbagai macam komponen
senyawa yang salah satunya adalah senyawa eksogen. Senyawa eksogen adalah
senyawa yang berasal dari luar tubuh dan akan sengaja untuk dimasukan dengan
memiliki tujuan tertentu. Obat yang memiliki khasiat didalam tubuh akan
berinteraksi dengan molekul-molekul yang penting secara fungsional yang berada
didalam tubuh sehingga akan memberikan respon biologis.
Jika proses biofarmasetik didalam tubuh terlihat berlangsung dengan baik,
maka seharusnya jumlah vitamin C akan memberikan peningkatan dalam urin.
Proses biofarmasetik sendiri adalah proses yang menggambarkan obat mulai dari
pemberian sampai terjadinya penyerapan zat aktif kemudian diekskresikan.
Vitamin c lah yang akan menjadi acuan nilai konstanta eliminasi dan waktu paruh
pada tubuh.
Penampungan urine dilakukan mulai dari jam 14.00 – 05.00 yang kemudiaan
ditampung pada botol plastik hingga diperolehnya 5 sampel urine yang diambil
pada jam 14.00, 16.15, 20.00, 22.45 dan 05.15. Urine yang telah diperoleh
dilakukan penyaringan dan pengukuran volume total dan diambil 1 ml lalu
diencerkan dengan menggunakan dapar phospat Ph 6,8. Volume yang diperoleh
pada 5 botol urine adalah 39 ml, 217 ml, 55 ml, 48 ml dan 300 ml. Dari pengenceran
yang telah dilakukan dilanjutkan dengan menggunakan pengecekan absorbansi
sampel urine dengan menggunakan panjang gelombang 265 nm.
Sehingga dari data absorbansi yang telah diperoleh maka dapat dilakukan
perhitungan parameter urine dengan menggunakan metode kecepatan ekresi renal
yaitu perhitungan persamaan kurva baku terhadap vitamin C yang telah diperoleh
yaitu y = 0,1185 + 0,04905 x. Dan data absorbansi dari hasil sampel urine adalah
2,406 ; 0,577 ; 0,444 ; 0,489 ; dan 0,549. Sehingga dari hasil kurva baku tersebut
maka telah didapatkan hasil t* 1 ; 3,125 ; 6,125 ; 9,375 dan 14. Dan ∆t sebesar 2 ;
2,25 ; 3,75 ; 2,75 ; dan 6,5. Dilanjutkan dengan hasil Cu yang telah didapatkan
sebesar 46,636 ; 9,347 ; 6,636 ; 7,553 ; dan 8,776.
Dan untuk DU sebesar 1818,804 ; 2028,299 ; 264,98 ; 362,544 dan 2632,8
serta Du / ∆t diperoleh 909,402 ; 901,466 ; 97,328 ; 131,834 dan 405,046. Sehingga
persamaan regresi linear sampel urine didapatkan A = 618,164 , B = - 0,0908 dan
R = - 0,4452. Dan t ½ sebesar 7,63 jam. Dimana waktu sampling yang baik dimulai
dari 7 – 10 x t ½, dan disimpulkan bahwa hasil waktu sampling urine yang diperoleh
telah memasuki range dari litelatur yang didapatkan.

VII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Uji eksresi urin dilakukan untuk membuang molekul-molekul sisa yang berada
di dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostatis cairan
tubuh, karena pada akhirnya obat berada di dalam darah akan terdistribusi
kedalam ginjal dan obat serta metabolitnya dikeluarkan melalui ginjal.
2. Penampungan urine dilakukan setelah meminum obat XON-CE yang
mengandung vitamin C 500mg yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
Vitamin C dalam tubuh selama 24 jam.
3. Perhitungan parameter menggunakan metode kecepatan eksresi renal yaitu
perhitungan persamaan kurva baku terhadap vitamin C yang telah diperoleh
yaitu y = 0,1185 + 0,04905 x.
4. Hasil persamaan regresi linear sampel urine didapatkan A = 618,164 , B = -
0,0908 dan R = - 0,4452. Dan t ½ sebesar 7,63 jam.
5. Waktu sampling yang baik dimulai dari 7 – 10 x t ½, sehingga dari data diatas
dapat disimpulkan bahwa hasil waktu sampling urine yang diperoleh telah
memasuki range dari litelatur.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2022. Larutan Dapar. Ensiklopedia Dunia. Diakses pada, 02 Juni 2022.
Khatimah Husnul, 2021. Laporan Eksresi Urine. Universitas Setia Budi Surakarta.
Diakses pada, 02 Juni 2022.
Poedjadi, 2005. Definisi Sistem Eksresi. Diakses pada, 02 Juni 2022.
Shargel, L. 2012. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Airlangga University
Press : Surabaya. Diakses pada, 02 Juni 2022.
Sherwood Lauralee, “Fisologi Manusia, Edisi 6”. 2011. Buku Kedokteran : Jakarta.
Diakses pada, 02 Juni 2022.
LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA

Anda mungkin juga menyukai