PRAKTIKUM BIOFARMASI-FARMAKOKINETIKA
EKSKRESI URIN
DOSEN PENGAMPU :
Jena Hayu Widyasti, M.Farm., Apt
KELOMPOK :5
TANGGAL PRAKTIKUM : 18 Juni 2020
ANGGOTA :
1. Syahrulfath Hibatullah (24185410A)
2. Aulia Dewi Fatmawati (24185410A)
3. Nova Ari Prasetyo (24185419A)
4. Gracia Anthica Tobing (24185421A)
LABORATORIUM BIOFARMASI-FARMAKOKINETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2020
I. Tujuan
Setelah mengikuti percobaan ini makasiswa diharapkan mampu :
- Mengukur konsentrasi obat dalam ekskresi urin dan mengetahui parameter-
parameter lain yang yang dapat dihitung
- Memahami cara mengukur konsentrasi obat dari sampel urin
glomerulus yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat bermolekul besar (protein
dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat glomerulus (urin primer). Di dalam filtrat ini
primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang dihasilkan filtrat tubulus (urin
zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsorbsi aktif ion Na+ dan Cl- dan sekresi
membran. Disposisi dari obat ditentukan oleh mekanisme obat terhadap membran dan
Pergerakan obat dan availability obat tergantung pada ukuran dan bentuk molekul, derajat
ionisasi, kelarutan relative lipid dari bentuk ionik dan nonionik dan yang mengikat protein
Ketersediaan hayati merupakan kecepatan dan jumlah obat yang mencapai sirkulasi
sistemik dan secara keseluruhan menunjukkan kinetic dan perbandingan zat aktif yang
mencapai peredaran darah terhadap jumlah obat yang diberikan.Ketersediaan hayati obat
yang diformulasi menjadi sediaan farmasi merupakan bagian dari salah satu tujuan
rancangan bentuk sediaan dan yang terpenting untuk keefektifan obat tersebut.Pegkajian
terhadap ketersediaan hayati ini tergantung pada absorpsi obat ke dalam sirkulasi umum
serta pengukuran dari obat yang terabsorpsi tersebut. Dalam menaksir ketersediaan hayati
ada tiga parameter yang biasanya diukur yang an profil konsentrasi dalam darah dan waktu
kurang dari 1) meliputi kelarutan obat yang jelek, absorbsi gastrointestinal yang tidak
lengkap, dan metabolisme yang cepat pada saat melalui hati sebelum sampai ke sirkulasi
Organ terpenting untuk ekskresi adalah ginjal obat diekskresi melalui ginjal dalam
bentuk utuh maupun bentuk metabolinya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif
merupakan cara eliminasi obat melalui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses
yaitu filtrasi glomerulus, sekresi aktif ditubulus proksimal, dan rebasorpsi pasif
Organ lain yang memiliki kemampuan untuk mengeliminasi obat atau metabolit dari
badan. Ginjal bisa mengekskresi obat dengan filtrasi glomerulus atau proses aktif seperti
sekresi tubular proksimal. Obat juga dapat dieliminasi melalui empedu yang diproduksi
Ginjal merupakan dua organ utama eliminasi obat dalam tubuh, walau eliminasi obat
juga dapat terjadi di seluruh bagian tubuh. Ginjal merupakan obat ekskresi utama untuk
pembersihan sisa produk metabolic dan memeganng peran utama dalam mempertahankan
kesetimbangan garam dan air, ginjal mengekskresi kelebihan elektrolit, cairan dan produk-
produk sisa sambil mempertahankan solute yang diperlukan untuk fungsi tubuh.
Disamping itu, ginjal mempunyai dua fungsi endokrin: (1) sekresi urin, yang mengatur
tekanan darah; dan (2) sekresi eritropetin, yang merangsang produksi sel darah merah.
(Shargel, 2012)
obat dari tubuh tanpa mengidentifikasi mekanisme prosesnya. Kliren obat (klirens tubuh,
klirens tubuh total atau ClT) menganggap seluruh tubuh sebagai system pengeliminasi obat
tunggal dimana beberapa proses eliminasi yang tidak di identifikasi terjadi. Sebagai
pengganti gambar laju eliminasi obat dalam jumlah obat yang dibersihkan persatuan aktu
(misal, mg/ menit) klirens obat digambarkan dalam istilah volume cairan yang dibersihkan
ALAT BAHAN
Spektrofotometer UV-Vis Vitamin C 50mg
Mikropipet Metanol
Pipet volume Dapar Phospat pH 6,8
Tabung Reaksi NaOH
Beaker glass KH2PO4
Labu Takar 10,25,50,100, dan 250 ml
Botol Plastik
Botol Vial volume 5 dan 10 ml
A. Pengambilan Sampel
B. Perlakuan Sampel
Tiap sampel urin diambil sebanyak 1.0000 µL (1ml) dan dimasukkan kedalam
labu takar 10 ml, diencerkan dengan dapar fosfat pH 6,8
Berdasarkan data, konsentrasi obat dalam sampel urin buat kurva log dXu/dt
vs tmid, kemudian tentukan konstanta laju eliminasi dan waktu paruh eliminasi
V. HASIL
10
1
0 5 10 15 20 25 30 35 40
3.500
f(x) = − 0.07 x + 4.21
3.000 R² = 1
2.500
2.000
1.500
1.000
0.500
0.000
10 15 20 25 30 35 40
Y = -0.068X + 4.215
A = 4.215
B = -0.068
R = 0.9999
K = 0.068
0.693 0.693
T½= = = 10, 191
k 0.068
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini tema dari uji yang kami lakukan adalah ekskresi urin. Uji ini
dilakukan untuk mengetahui konsentrasi obat yang ada pada urin. Eksresi sendiri
merupakan tahapan yang terjadi pada fase eliminasi tepatnya saat zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh dikeluarkan dikarenakan akan menyebabkan toksisitas bila terlalu lama
didalam tubuh. Eksresi dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu ketetapan laju eliminasi dan
waktu paruhnya. Ketetapan laju eliminasi mempengaruhi kecepatan obat untuk keluar dari
tubuh, obat yang memiliki nilai K rendah akan lambat dikeluarkan tubuh bila terlalu lama
untuk keluar maka bisa saja berefek toksik, dan bila obat memiliki nilai K tinggi maka
obat akan cepat keluar dari tubuh hal ini akan mempengaruhi kerja dari ginjal dimana
eksresi urin menjadi tidak optimal, salah satu kerja yang dipengaruhinya yaitu penyerapan
kembali atau reabsorbsi pada tubulus kontortus proksimal yang kurang optimal sehingga
bila mana urin masih mengandung zat zat yang dibutuhkan tubuh akan tetapi kurang dapat
diserap dikarenakan nilai K dari obat yang terlalu tinggi. Sama halnya dengan t ½, t ½
sendiri berpengaruh dalam seberapa lama obat mencapai ½ dari kadar obat maksimal
didalm tubuh. t ½ eliminasi artinya seberapa lama obat mencapai ½ dari kadar obat yang
telah di elminasi oleh tubuh. Hal ini erat hubungannya dengan nilai K, bila nilai laju
eliminasi obat tinggi maka waktu paruh obat akan rendah dan kebalikannya bila nilai laju
eliminasi rendah maka waktu paruh eliminasi obat akan tinggi.
Pada data yang kami peroleh terlihat nilai K dari obat tergolong rendah yaitu 0.068
yang berarti laju eliminasi obat sangatlah lambat hal ini ditakutkan obat akan berakibat
toksik bagi tubuh. Sedangkan eliminasi ½ dari kadar obat membutuhkan waktu 10, 191
jam yang berarti obat sangat lambat di eliminasi. Untuk setengah dari kadar obat
membutuhkan waktu hingga 10 jam. Menurut beberapa artikel yang kami baca bila
vitamin C dalam tubuh kadarnya terlalu tinggi maka akan menyebabkan pembentukkan
batu ginjal. Sehingga tidak disarankan untuk menggunakan lebih dari batas anjurannya.
VII. KESIMPULAN
Jadi, ketetapan laju eliminasi obat sangatlah lambat yaitu 0.068 serta untuk
membuang atau mengeksresi kan ½ dari kadar obat total memebutuhkan waktu hingga 10,
191 jam lamanya atau berkisar 10 jam 11 menit 46 detik.
DAFTAR PUSTAKA
Brunton, Laurence L.2006. “Goodman And Gilman's The Pharmacological Basis Of
Therapeutics,11/e”. Mcg Graw-Hill : New York.
Dipiro, Joseph T. 2008. “Pharmacoteraphy ed. 7th”. The MC Graw Hill Companies:New York.
Ethel, S. 2003. “Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula”. EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta.
Neal, Michael .J. 2006. “At Glance Farmakologi Medis edisi Lima” Penerbit Erlangga : Jakarta.
Rustiani, E., Rokhmah, NN., Fatmi, M., 2011. “Penuntun Praktikum Farmakokinetik”.
Universitas Pakuan:Jakarta
Sherwood Lauralee, “Fisiologi manusia, Edisi 6”. 2011. Buku kedokteran : Jakarta
Staf Pengajar Departemen Farmakologi. 2004. “Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi 2” Fakultas
Kedokteran Sriwijaya, Penerbit EGC: Jakarta.