Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOFARMASI DAN FARMAKOKINETIK

FARMAKOKINETIKA SEDIAAN ORAL

Dosen Pengampu:
Dr. Wiwin Herdwiani, SF., M. Sc., Apt

Disusun Oleh:
Erlyna Idha Kusrifani (25195742A)
Kelompok B

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
TAHUN 2021
I. JUDUL
FARMAKOKINETIKA SEDIAAN ORAL
II. TUJUAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami prinsip dan
cara menentukan profil farmakokinetika sediaan oral pada tikus.
III. DASAR TEORI
Mekanisme interaksi obat secara umum dibagi menjadi interaksi farmakokinetika
dan farmakodinamika. Beberapa jenis obat belum diketahui mekanisme interaksinya secara
tepat. Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi absorpsi,
distribusi, metabolisme, atau eksresi obat kedua sehingga kadar plasma kedua obat
meningkat atau menurun. Akibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan
efektifitas obat tersebut (Utami, 2013).
Farmakokinetika adalah ilmu dari kinetika absorbsi, distribusi dan eliminasi (yakni
ekskresi dan metabolisme) obat. Deskripsi distribusi dan eliminasi obat sering disebut
disposisi obat. Karakterisasi disposisi obat merupakan suatu persyaratan penting untuk
penentuan atau modifikasi aturan pendosisan untuk individual (Shargel, 2012).
Farmakokinetik atau kinetika obat merupakan nasib obat dalam tubuh atau efek
tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi. Sebelum obat yang diberikan pada pasien yang tiba di dalam
tubuh obat mengalami banyak proses obat yang dapat dibagi dalam tiga tingkatan yaitu
fase biofarmasi, fase farmakokinetik, fase farmakodinamik (Ganiswarna, 2005).
Absorpsi, distribusi, biofarmasi (metabolisme) dan eliminasi suatu obat dari tubuh
merupakan proses yang dinamis yang kontinyu dari suatu obat dimakan dan sampai semua
obat tersebut hilang dari tubuh. Laju dari terjadi proses-proses ini merupakan onset, serta
intensitasnya dan lama kerjanya obat dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut proses
farmakokinetik (Ganiswarna, 2005).
Oral adalah berkenaan dengan mulut; dimasukkan lewat atau dipakai pada mulut.
Pemberian obat melalui mulut memberi banyak keuntungan bagi pasien, obat oral mudah
diberikan dan dapat membatasi jumlah infeksi sistemis yang dapat mempersulit tata
laksana. Selain itu, toksisitas atau overdosis karena pemberian oral dapat diatasi dengan
pemberian antidot, seperti arang aktif. Dipihak lain, jaras yang terlibat dalam absorpsi obat
adalah yang terumit, dan obat terpapar dengan kondisi pencernaan saluran cerna yang kasar
sehingga absorpsi terbatas. Beberapa obat diabsorpsi mulai dari lambung, namun,
duodenum merupakan pintu masuk utama menuju sirkulasi sistemis karena permukaan
absorpsinya lebih besar (Harvey, 2009).

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat :
 Spektrofotometer Uv-Vis
 Mikropipet
 Tabung reaksi Labu takar 10 ml, 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml dan 500 ml
 Neraca analitis digital
 Spuit injeksi 0,5 ml, 1ml, 5 ml
 Alat sentifuge dan tabung sentifuge

Bahan :
 Parasetamol
 Metanol
 Na CMC 0,5 %
 Asam asetat 1%
 Propilen Glikol 0,2 %
 Etanol 98%
 Sirupus simpleks
 Hewan uji tikus (bobot ± 200 gram)

V. PROSEDUR

1. Pembuatan sediaan suspensi parasetamol


Dibuat sediaan suspensi parasetamol 125 mg/ml yang mengandung CMC Na 0,5%,
propilenglikol 0,2% dan sirupus simpleks hingga 60 ml.
2. Pembuatan kurva baku parasetamol
Larutan induk parasetamol disiapkan dengan melarutkan 100 mg dari tiap bahan dalam 100 ml
etanol, dibuat serangkaian larutan parasetamol dengan konsentrasi 10, 20, 40, 60, 80 dan 100
µg/ml (absorban yang baik antara 0,2-0,8). Panjang gelombang maksimum parasetamol adalah
244 nm (pastikan lagi kebenaran panjang gelombang maksimum parasetamol).

3. Pemberian obat pada tikus


Tikus harus dipuasakan selama kurang lebih 5 jam sebelum pemberian obat agar pengaruh
makanan terhadap proses farmakokinetik obat dapat dihindari. Tikus diberi sediaan
parasetamol secara oral masing-masing dengan dosis setara dengan 500 mg dosis manusia
(hitung kesetaraan dosis untuk tikus, faktor konversi 56 untuk tikus 200 gram).

4. Pengambilan darah
Sampel darah diambil dari bagian ekor tikus sebanyak masing-masing 3 mL pada 15; 30; 60;
90; dan 120 menit setelah pemberian obat. Sampel darah selanjutnya disentrifugasi
menggunakan tabung sentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm selama 15 menit. Bagian
supernatan dipipet sebanyak 2 mL dan diencerkan dengan 2 mL campuran metanol : asam
asetat 1% (80 : 20) dalam tabung sentrifugasi, disentrifugasi kembali pada kecepatan 4000 rpm
selama 15 menit. Kemudian diambil 1 mL supernatan dan ditambahkan 1 mL etanol. Kadar
parasetamol dianalisis dengan spektrofotometri ultra violet. Lakukan perhitungan untuk
menentukan kadar parasetamol dalam sampel.

5. Tentukan persamaan dan parameter-parameter farmakokinetiknya.


VI. DATA DAN PERHITUNGAN
a) Sediaan Suspensi
 Paracetamol = 125 mg/ml x 60 ml = 7500 mg = 7,5 gr
 CMC Na 0,5% = 0,5 gr/ 100 ml x 60 ml = 0,3 gr
 Air untuk mucilage CMC Na = 20 bagian x 0,3 g = 6 ml
 Propilenglikol 0,2% = 0,2 gr/ 100 ml x 60 ml = 0,12 gr
 Sirup simplex = 60 ml - (7,5 + 0,3 + 6 + 0,12) = 46, 08 ml

Cara membuat suspensi paracetamol :


 Membuat CMC Na 0,5%. Menimbang 300 mg CMC Na kedalam 6 ml aquadest
panas, kemudian dibiarkan selama kurang lebih 15 menit sampai berwarna bening
dan terbentuk menyerupai gel.
 Pembuatan suspensi. Pertama, timbang paracetamol sebanyak 7,5 gram lalu
masukkan ke dalam mortar. Setelah itu, menambahkan 0,12 ml propilenglikol
kemudian aduk sampai homogen.
Kedua, Larutan CMC Na yang sudah menjadi mucilage kemudian ditambahkan
dengan bahan campuran antara paracetamol dan propilenglikol. Kemudian,
menambahkan sirup simplex sedikit demi sedikit kedalam mortar lalu aduk sampai
homogen.
Terakhir menambahkan sirup simplex hingga volumenya 60 ml.

b) Konsentrasi Larutan Induk


100/100 ml = 1 mg/ml = 1000 µg/ml

o Pengenceran (V1. N1 = V2. N2)

Dibuat serangkaian larutan paracetamol dengan konsentrasi 10, 20, 40, 60, 80, dan
100 µg/ml dalam labu takar 50 ml
o Konsentrasi 10 µg/ml
V1. N1 = V2. N2
V1. 1000 µg/ml = 50 ml. 10 µg/ml
V1 = 0,5 ml
o Konsentrasi 20 µg/ml
V1. N1 = V2. N2
V1. 1000 µg/ml = 50 ml. 20 µg/ml
V1 = 1 ml
o Konsentrasi 40 µg/ml
V1. N1 = V2. N2
V1. 1000 µg/ml = 50 ml. 40 µg/ml
V1 = 2 ml
o Konsentrasi 60 µg/ml
V1. N1 = V2. N2
V1. 1000 µg/ml = 50 ml. 60 µg/ml
V1 = 3 ml
o Konsentrasi 80 µg/ml
V1. N1 = V2. N2
V1. 1000 µg/ml = 50 ml. 80 µg/ml
V1 = 4 ml
o Konsentrasi 100 µg/ml
V1. N1 = V2. N2
V1. 1000 µg/ml = 50 ml. 100 µg/ml
V1 = 5 ml

c) Dosis Obat Dan Volume Pemberian Pada Tikus ( Dosis Paracetamol setara dengan
500 mg manusia , Sirup Paracetamol 125 mg /ml).

Konversi manusia ke tikus = 0,018


500 x 0,018 = 9 mg /200 gr BB tikus

o Dosis tikus BB 200 gram = 9 mg


9 𝑚𝑔
Volume Pemberian = 125 𝑚𝑔 x 1 ml = 0,072 ml.

9 𝑚𝑔
o Dosis tikus 220 gram = x 220 gram = 9,9 mg
200 𝑔𝑟𝑎𝑚

9,9 𝑚𝑔
Volume Pemberian =125 𝑚𝑔 x 1ml = 0,079 ml.

d) Kadar Parasetamol Dalam Sampel

T (Waktu ) Kadar Obat (μg/ ml) Ln Kadar Obat


(μg/ml)
0 0 0
0,5 5,36 1,68
1 9,95 2,30
4 25,75 3,25
8 29,78 3,39
12 26,63 3,28
24.0 13,26 2,58
48.0 2,56 0,94
72.0 0,49 -0,71
o Regresi Linier antara T (waktu) dan Kadar Obat semua fase menggunakan kertas
Semi-log :
o Persamaan Regresi Linier Fase Eliminasi
Kadar Obat
T(jam) Ln Cp
(ug/ml)
24 13,26 2,584751985
48 2,56 0,940007258
72 0,49 -0,713349888

Regresi Linier T Vs LnCp


3

2
Ln Cp

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
-1
T(jam)

a = 4,235238324
b = -0,068710456
r = -0,999998863
Diperoleh persamaan : y = a + bx
y = 4,235 + -0,0687x

o Perhitungan nilai k :
k = -b
k = - (-0,0687)
k = 0,0687

o Perhitungan t ½ :
0,693
t½= k
0,693
t ½ = 0,0687
DATA

Kadar
Obat Cp residual Ln Cp
T(jam) (ug/ml) Ln Cp Log Cp Cp' Anti Ln Cp' (Cp-Anti ln Cp') residual
0 0 0 0 0 0 0 0
0,5 5,36 1,678963975 0,72916479 4,20085 66,74303852 -61,38303852 4,117133551
1 9,95 2,297572551 0,997823081 4,1665 64,48934395 -54,53934395 3,998922349
4 25,75 3,248434627 1,410777233 3,9604 52,47831308 -26,72831308 3,285723419
8 29,78 3,393837027 1,473924693 3,6856 39,8690367 -10,0890367 2,311449359
12 26,63 3,2820384 1,425371166
24 13,26 2,584751985 1,122543524
48 2,56 0,940007258 0,408239965
72 0,49 -0,713349888 -0,30980392

a) = 1,34 mg.menit

b) = 3,82 mg.menit

c) = 13,56 mg.menit

d) = 42,96 mg.menit

e) = 111,12 mg.menit

f) = 112,8 mg.menit

g) = 138,06 mg.menit

h) = 97,98 mg.menit

i) = 114,84 mg.menit

j) = 42,2 mg.menit

k) = 36,6 mg.menit

Total AUC = 715,28 mg.menit


VII. PEMBAHASAN
Praktikum biofarmasi-farmakokinetika kali ini dilakukan uji farmakokinetika
sediaan oral. Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami prinsip dan
cara menentukan profil farmakokinetika sediaan oral pada tikus. Langkah pertama yang
kita harus kita lakukan yaitu membuat sediaan sediaan suspensi terlebih dahulu. Sediaan
obat dibuat dalam bentuk suspense karena kelarutan paracetamol dalam air adalah larut
dalam 70 bagian air. Hal ini sesuai dengan pengertian suspensi yaitu sediaan cair yang
mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Suspensi paracetamol yang dibuat yaitu sediaan suspensi parasetamol 125 mg/ml
yang mengandung CMC Na 0,5%, propilenglikol 0,2% dan sirupus simpleks hingga 60 ml.
Tujuan penggunaan propilenglikol yaitu sebagai pelarut atau pembawa pada sediaan
suspensi. Sedangkan tujuan penggunaan CMC Na adalah sebagai peningkat viskositas dan
sebagai suspending agent. Suspending agent berfungsi untuk menjaga stabilitas sediaan
suspensi agar partikel obat tidak cepat mengendap. Sirupus simplex digunakan pada
sediaan suspensi untuk menutupi rasa obat yang pahit.
Kemudian pembuatan kurva baku. Larutan induk parasetamol disiapkan dengan
melarutkan 100 mg dari tiap bahan dalam 100 ml etanol, dibuat serangkaian larutan
parasetamol dengan konsentrasi 10, 20, 40, 60, 80 dan 100 µg/ml (absorban yang baik
antara 0,2-0,8). Panjang gelombang maksimum parasetamol adalah 244 nm (pastikan lagi
kebenaran panjang gelombang maksimum parasetamol).
Selanjutnya dilakukan pemberian obat pada tikus. Sebelum diberikan sediaan oral
paracetamol, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama kurang lebih 5 jam. Tujuan tikus
dipuasakan yaitu agar pengaruh makanan terhadap proses farmakokinetik obat dapat
dihindari. Tikus diberi sediaan parasetamol secara oral masing-masing dengan dosis setara
dengan 500 mg dosis manusia (hitung kesetaraan dosis untuk tikus, faktor konversi 56
untuk tikus 200 gram).Sediaan oral paracetamol diberikan pada tikus secara oral
menggunakan sonde oral.
Saat melakukan pengambilan darah, diperlukan alat pelindung (masker, sarung
tanagan, dan jas lab) untuk melindungi diri dari kuman penyakit yang bisa saja berada pada
tikus yang akan diambil darahnya. Sampel darah diambil dari bagian ekor tikus sebanyak
masing-masing 3 mL pada 15; 30; 60; 90; dan 120 menit setelah pemberian obat. Sampel
darah selanjutnya disentrifugasi menggunakan tabung sentrifugasi pada kecepatan 4000
rpm selama 15 menit. Bagian supernatan dipipet sebanyak 2 mL dan diencerkan dengan 2
mL campuran metanol : asam asetat 1% (80 : 20) dalam tabung sentrifugasi, disentrifugasi
kembali pada kecepatan 4000 rpm selama 15 menit. Kemudian diambil 1 mL supernatan
dan ditambahkan 1 mL etanol. Kadar parasetamol dianalisis dengan spektrofotometri ultra
violet. Lakukan perhitungan untuk menentukan kadar parasetamol dalam sampel.
Pada sediaan oral/ suspensi paracetamol yang kita berikan pada tikus terjadi proses
farmakokinetika meliputi absorpsi, distribusi,metabolism dan eliminasi. Yang dimaksud
absorpsi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul-molekul obat ke dalam tubuh
atau menuju peredaran darah tubuh setelah melewati sawar boilogik. Penyerapan ini hanya
terjadi bila molekul zat aktif dalam bentuk terlarut. Oleh karena itu parasetamol dibuat
dalam bentuk suspensi agar mudah diabsorpsi oleh tubuh. Kemudian terjadi proses
distribusi dimana pada tahap ini zat aktif akan disebarkan ke seluruh tubuh dan disalurkan
pada tempat kerjanya. Kemudian terjadi metabolism yaitu proses perubahan senyawa obat
sehingga lebih mudah larut dalam air. Dan yang terakhir obat akan dieksresikan atau
dikeluarkan.
Pada praktikum kali ini suspensi paracetamol yang diberikan secara oral mengikuti
orde satu. Pada orde ke satu dianggap bahwa saat diabsorpsi obat tidak sampai sepenuhnya
sampai di saluran sistemik. Parameter yang digunakan untuk menunjukkan fraksi obat yang
sampai di saluran sistemik yaitu F ( bioavailabilitas ). Selain itu ada juga Ka atau tetapan
laju absorpsi obat di saluran gastrointestinal ( sal. Cerna).

VIII. KESIMPULAN
o Farmakokinetika adalah ilmu dari kinetika absorbsi, distribusi dan eliminasi (yakni
ekskresi dan metabolisme) obat.
o Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.
o Pemberian obat melalui mulut/oral memberi banyak keuntungan bagi pasien, obat oral
mudah diberikan dan dapat membatasi jumlah infeksi sistemis yang dapat mempersulit tata
laksana.
o Parameter farmakokinetiknya adalah konstanta laju absorbsi, konstanta laju eliminasi,
fraksi obat terabsorpsi secara sistemik, dan volume distribusi.
o Sediaan oral suspense paracetamol mengikuti orde ke satu, artinya pada orde ke satu
dianggap bahwa pada saat diabsorpsi obat tidak sepenuhnya sampai di saluran sistemik.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Buku petunjuk Praktikum BFK 2021
Ganiswarna, Sulistia G. 2009. “Farmakologi dan Terapi (Edisi V)”. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
Harvey, A Richard. 2012. “Farmakologi Ulasan Bergambar (edisi 4)” EGC : Jakarta
Shargel, Leon. Andrew BC dan Yu. 2012. “Biofarmasetika dan Farmakokinetik Terapan
(edisi kelima)”. Airlangga University Press : Jakarta
Utami, M.G. 2013. “Analisa Potensi Interaksi Obat Antidiabetik Oral pada Pasien di
Instalasi Rawat Jalan Akses Rumah Sakit Dokter Soedarso Pontianak”. Program
Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura ; Pontianak
https://www.academia.edu/23430656/LAPORAN_PRAKTIKUM_BIOFARMASI_FAR
MAKOKINETIK_FARMAKOKINETIKA_SEDIAAN_ORAL_FARMAKOKIN
ETIKA_SEDIAAN_ORAL

Anda mungkin juga menyukai