Anda di halaman 1dari 109

EMULSI

Dewi Ekowati
Pendahuluan
▪ Emulsi : sistem heterogen terdiri dari 2
cairan yang tidak bercampur, yang satu
terdispersi didalam yang lain dalam
bentuk tetes-tetes kecil yang mempunyai
diameter pada umumnya > 0,1 um.
▪ Secara termodinamika emulsi tidak stabil,
karena energi antar permukaan yang
sangat tinggi.
▪ Emulsi tersebut akan menuju sistem yang
stabil bila energi antar muka paling
rendah.
▪ Emulsi distabilkan dengan bahan
pengemulsi (emulgator)
Teori
Terbentuknya
Emulsi :
▪ Dua zat cair yg tidak tercampurkan
bila digojok salah satu cairan akan
terbagi mjd tetes kecil dlm cairan yg
lain → didiamkan memisah
▪ Pemisahan : kohesif > adesif
▪ Kekuatan kohesif disebabkan
tegangan antar muka pd batas
antara 2 cairan tsb
▪ Dg penggojokan tegangan antar
muka menurun → tercampur
▪ Penurunan teg. Permukaan sec.
permanen → emulsi stabil
Pembentukan
Emulsi

▪ Droplet dapat distabilkan


dengan cara :
1. Mengurangi tegangan
permukaan
2. Mencegah koalesensi
droplet :
a. Dengan membentuk
lapisan film di antarmuka
b. Dengan membentuk
lapisan listrik ganda
Komponen
Emulsi
▪ Fase dalam (internal)
▪ Fase luar (eksternal)
▪ Emulsifiying Agent
(emulgator )

▪ Emulsi: campuran terner


→ air + minyak +
emulgator
Fase air dan fase
minyak

▪ Fase yang berair :


▪ Dapat terdiri dari air
atau campuran
sejumlah substansi
hidrofil seperti :
alkohol, glikol, gula,
garam mineral, garam
organik dll.
▪ Fase yang berminyak :
▪ fase organik padat/cair,
dapat terdiri dari
substansi lipofil spt :
asam lemak, alkohol
asam lemak, lilin, zat-
zat aktif liposolubel dll.
Emulgator
▪ Syarat Emulgator :
1. Aktif permukaan
2. Cepat diadsorpsi di
sekeliling droplet
3. Memberikan droplet
potensial listrik
secukupnya
4. Menambah viskositas
emulsi
5. Efektif pada konsentrasi
rendah
6. Dapat larut pada kedua
fase pada tingkat tertentu
Surfaktan

Hidrokoloid
Jenis
Emulgator :
Zat padat yang terdispersi
1. Surfaktan
▪ Surfaktan adalah suatu zat yang mempunyai
gugusan hidrofil dan gugusan lipofil sekaligus
dalam molekulnya.
▪ Zat ini akan berada dipermukaan cairan atau
antarmuka 2 cairan dengan cara teradsorpsi.
Gugus hidrofil akan berada pada bagian air
sedangkan gugus lipofil akan berada pada
bagian minyak.
Mekanisme
Emulgator
Surfaktan

▪ Menurunkan tegangan
antarmuka di antara dua
fase yang tak bercampur
(air-minyak) : Surfaktan →
membentuk lapisan film
monomolekuler
a. Surfaktan anionic : inkompatibel dg substansi
kationik. Ex : Na lauril sulfat.
b. Surfaktan kationik : inkompatibel dg semua
substansi anionik, terutama garam2 amonium
kuarterner. Ex : Cetrimid
Surfaktan dapat c. Surfaktan amfoterik: bersifat anionik maupun
dikelompokkan kationik tergantung dr lingkungannya. Ex :
menjadi 4 : Lecithin
d. Surfaktan non-ionik : tidak terion dlm air &
dpt bercampur dg anionik maupun kationik.
Ex : Propilenglikol, Tween.
▪ Emulgator ini dpt menstabilkan emulsi dg cara
membentuk lapisan yg kaku, bersifat viskoelastis pd
permukaan minyak-air.
▪ Zat ini bersifat larut dlm air (mjd koloid dg adanya
air) akan membentuk emulsi tipe m/a.
▪ Prinsip mekanisme penstabilan emulsi oleh emulgator
ini: pembentukan lapisan kaku viskoelastis pd
2. Hidrokoloid permukaan minyak, penaikan viskositas lingk
pembentukan agregat dg cara adsorpsi makromolekul
yg sama pd permukaan partikel dg hubungan
jembatan hidrokarbon.
▪ Contoh : CMC, gelatin, gom arab, tragacant.
Mekanisme
Emulgator
Hidrokoloid
▪ Membentuk lapisan
pelindung di sekitar globul
terdispersi dengna
membentuk lapisan film
antarmuka → mencegah
koalesensi fase terdispersi :
Polimer
3. Zat
padat ▪ Zat ini harus mempunyai ukuran partikel yang
jauh lebih kecil dari pada ukuran partikel fase
yang dispers yang mempunyai sifat pembasahan pada
permukaan dua cairan agar dapat berfungsi
terdispersi sebagai emulgator.
▪ Contoh: magnesium hidroksida, allumium
hidroksida.
TIPE EMULSI

Berdasarkan Emulsi Ganda


Emulsi
Fase (multiple
Terdispersi Sederhana:
emulsion)

O/W : minyak W/O : air


O/W/O W/O/W
dalam air dalam minyak
Emulsi
Sederhana
Emulsi
Sederhana
21
Tipe Minyak
dalam Air
(M/A) (O/W)
▪ Emulsi di mana minyak
adalah fase terdispersi
disebut emulsi o/w,
▪ Fase external : air
Tipe Air dalam
Minyak (M/A)
(O/W)
▪ Emulsi di mana air sebagai
terdispersi disebut emulsi
w/o
▪ Fase external : minyak
Emulsi
Ganda
Tipe Sederhana Vs
Ganda
Emulsi Sederhana :
▪ Emulsi sederhana → emulsi (A/M) atau emulsi (M/A).
▪ Tipe emulsi akan mempengaruhi :
▪ sifat-sifat fisik emulsi → viskositas, pemisahan fase,
ukuran droplet.
▪ menghasilkan pelepasan zat berbeda
▪ Emulsi sederhana A/M memiliki viskositas berbeda
dengan emulsi ganda A/M/A → disebabkan salah
satunya oleh penambahan emulgator golongan
hidrokoloid : karbopol, CMC, atau xanthan gum pada
fase eksternal emulsi ganda A/M/A → viskositas
emulsi ganda lebih tinggi
▪ Pelepasan za : zat tersebut hanya perlu melewati satu
lapisan minyak saja untuk lepas dari emulsi.
Emulsi Ganda

▪ Emulsi ganda atau multiple emulsion


merupakan suatu sistem dispersi cairan
kompleks yang dikenal dengan istilah ‘emulsi
dalam emulsi’, → M/A/M atau A/M/A
▪ diameter droplet rata-rata pada emulsi ganda
sedikit lebih besar daripada emulsi biasa,
berkisar antara 15-50 μm.
▪ Beberapa dapat berukuran lebih kecil, antara
2-5 μm yang terdiri dari satu atau beberapa
droplet air untuk setiap globul minyak
Emulsi Ganda

▪ Memiliki lebih banyak lapisan yang dapat


menahan lepasnya zat dari emulsi
dibandingkan dengan emulsi sederhana.
▪ Untuk dapat lepas dari sediaan, suatu zat
yang terlarut dalam fase air internal
dalam suatu emulsi ganda A/M/A harus
melewati barrier berupa lapisan minyak
dan lapisan air eksternal → emulsi bertipe
A/M/A lebih berpotensi untuk menjadi
agen prolonged release dibandingkan emulsi
tipe A/M
Tipe
Emulsi
Apa?
Bermacam tipe emusi
Faktor Yang
Mempengaruhi Tipe
Emulsi
▪ EMULGATOR
▪ O/W: minyak dalam air
▪ W/O: air dalam minyak
▪ RASIO FASE (komposisi relatif minyak
dan air)
▪ Fase dengan konsentrasi lebih besar
: fase kontinyu TETAPI jenis
emulgator lah yang paling
menentukan
▪ URUTAN PENCAMPURAN
Penggunaan
Emulsi :

1. Per-oral : Kebanyakan adalah tipe


o/w.
▪ Keuntungan : mudah diabsorsi,
homogenitas dosis mudah
didapat, dll.
Penggunaan
Emulsi :

2. Per-injeksi : perhatian khusus


karena menyangkut preparat
steril.
Penggunaan
Emulsi :

3. Topikal : topikal maupun


kosmetika, tipe emulsi baik o/w
maupun w/o banyak digunakan
tergantung maksud
penggunaannya.
UKURAN
DROPLET
EMULSI
TIPE EMULSI
Berdasarkan Ukuran Droplet:

TIPE EMULSI UKURAN DROPLET STABILITAS

Secara termodinamika tidak stabil (metastabil)


Makroemulsi akan pecah jika didiamkan sendiri dalam
periode waktu tertentu
MAKROEMULSI 0,1 – 100 μm Secara kinetik dapat distabilkan oleh surfaktan, polimer
atau partikel kecil
Mengandung droplet minyak dalam air (O/W) atau air
dalam minyak (W/O)
Makroemulsi bewarna opak
Secara termodinamika stabil
Selalu distabilkan dengan surfaktan
MIKROEMUL SI 0,01 – 0,1 μm Dapat berupa mikroemulsi O/W, W/O, ataupun
bikontinyu
Mikroemulsi jernih dan transparan
Makro Emulsi
VS
Mikro Emulsi
Stabilitas
Emulsi
1. Stabilitas Fisik
▪ Menjaga fase terdispersi dalam bentuk
droplet halus dan kemudahan redispersi
▪ Emulsi secara alami adalah tidak stabil
secara fisik, maka harus dijamin paling
tidak dalam rentang waktu penggunaan
sediaan stabil
2. Stabilitas Kimia
3. Stabilitas Mikrobiologi
▪ Seluruh emulsi membutuhkan pengawet
antimikroba : fase air merupakan medium
pertumbuhan mikroorganisme.
▪ Terutama untuk emulsi o/w dan gom alam
▪ Perbedaan berat jenis antara kedua fase→
Perbedaan minimum baik.
Faktor-faktor ▪ Kohesi fase terdispersi → sifat kohesi minimum
yang baik
mempengaruhi ▪ Persentase padatan di dalam emulsi →
kestabilan Persentase fase terdispersi rendah baik
emulsi ▪ Temperatur luar yang ekstrim → Temperatur
luar yang tinggi atau rendah kurang baik
▪ Ukuran butiran fase terdispersi → Makin kecil
ukurannya makin baik
▪ Viskositas fase kontinyu→Viskositas tinggi baik
Faktor-faktor ▪ Muatan fase terdispersi →Muatan yang sama
yang baik
mempengaruhi
▪ Distribusi ukuran butiran fase
kestabilan terdispersi→Ukuran kecil dan seragam baik
emulsi
▪ Tegangan interfasial antara kedua fase → Makin
rendah nilainya makin baik
Stabilitas Emulsi :
Emulsions

Phase A

Phase B

A B C D

A.Twoimmiscible liquids not emulsified


B. An emulsion of phase B dispersed in Phase A
C. Unstable emulsion slowly separates.
D. The emulsifying agent ( black film) places it selfon the interface between phase A and phase
B and stabilizes the emulsion.
44
Ketidak Stabilan
Emulsi :

▪ Creaming
▪ Coalescence
▪ Flocculation
▪ Creacking atau
breaking
▪ Phase Inversion
Ketidak
Stabilan
Emulsi :
▪ Creaming : Selama
penyimpanan, adanya
perbedaan densitas antara
minyak dan air, terdapat
kecenderungan fase
minyak untuk
terkonsentrasi di atas
sistem emulsi
▪ Reversible
Ketidak
Stabilan
Emulsi :
▪ Coalescence : yaitu
merupakan proses ketika
dua atau lebih droplet
bergabung dan
membentuk droplet yang
lebih besar
▪ irreversible
Ketidak
Stabilan
Emulsi :
▪ Flocculation : diartikan
sebagai proses dimana dua
atau lebih droplet saling
menempel tanpa
kehilangan identitas →
tidak membentuk tetesan
minyak baru yang lebih
besar
Ketidak
Stabilan
Emulsi :
▪ Creacking atau Breaking :
peristiwa coalescence dan
flocculation secara bersama –
sama.
▪ Peristiwa ini mungkin
disebabkan :
▪ ketidaktepatan pemilihan
emulgator
▪ emulgator mengalami
dekomposisi
▪ temperature penyimpanan
tidak sesuai.
▪ Irreversible
Ketidak
Stabilan
Emulsi :
▪ Phase Inversion :
pembalikan fase emulsi
yang semula O/W menjadi
W/O atau sebaliknya.
▪ Irreversible
▪ Penyebab peristiwa :
▪ suhu
▪ komposisi bahan
penyusun emulsi.
▪ fase disperse terlalu
banyak → > 74%
Metode gom kering atau
Metode kontinental
Metoda
Pembuatan Metode gom basah atau
Metode inggris
Emulsi
Metode HLB (Hydrophyle
Lipophyle Balance)
Metode gom
kering /Metode
kontinental
▪ Metode gom kering, suatu
metode kontinental dengan
penggunaan khusus untuk
emulsi dengan gom kering.
▪ Metode ini dibuat dengan 4
bagian minyak, 2 bagian air dan
1 bagian gom,
▪ Metode ini dikenal sebagai
metode 4:2:1
▪ Metode ini cocok u pembuatan emulsi
dg mucilago atau gom yg dilarutkan
sbg emulgator.
Metode gom ▪ Cara : mucilago dibuat dg sedikit air &
basah atau minyak ditambahkan sedikit demi
sedikit dg diaduk cepat.
Metode ▪ Bila emulsi terlalu kental + air u
memungkinkan diaduk, bila semua
Inggris minyak sudah masuk, tambahkan air
ad vol yg dikehendaki.
▪ Guna alasan ekonomis, perlu dicari
emulgator yg penggunaannya
sedikit mungkin utk mendapatkan
Metode HLB emulsi yg stabil

(Hydrophyle ▪ Sistem HLB ini berdasarkan


kenyataan bahwa tiap molekul
Lipophyle surfaktan terdapat bagian yg
bersifat hidrofil dan sebagian
Balance) bersifat lipofil dan perlu suatu
kesetimbangan tertentu antara
kedua bagian untuk bermacam-
macam tipe fungsi surfaktan
HLB (Hydrophyle
Lipophyle
Balance)

▪ Harga HLB menunjukkan


polaritas dr zat aktif tsb
▪ Makin rendah nilai HLB
surfaktan maka akan
makin lipofil & makin
tinggi nilai HLB akan
makin hidrofil
Tabel Aktifitas & Harga HLB

Aktivitas HLB
Antibusa 1 sampai 3
Pengemulsi (a/m) 3 sampai 6
Zat pembasah 7 sampai 9
Pengemulsi (m/a) 8 sampai 18
Pelarut 15 sampai 20
detergen 13 sampai 15
HLB
(Hydrophyle
Lipophyle
Balance)
▪ Jika 2 surfaktan atau lebih dicampurkan maka
HLB camp dpt diperhitungkan sbb :
Perhitungan ▪ Misal : camp surfaktan terdiri dr : 70 bag tween
Emulgator 80 (HLB : 15) & 30 bag span 80 (HLB: 4,3), maka
HLB camp kedua surfaktan tsb adalah :
Berdasar ▪ Tween 80 = 70/100 x 15 = 10,5
HLB ▪ Span 80 = 3 0/100 x 4,3 = 1,3
▪ HLB campuran = 11,8
▪ Contoh : Kita akan membuat emulsi pada HLB 12,0
dengan menggunakan surfaktan campuran Tween-80
dan Span-80.
▪ Rumus yang kita pergunakan untuk menghitung
Penentuan perbandingan tersebut adalah:

Emulgator
Berdasar
HLB

▪ Dimana X = nilai HLB yang diinginkan.


▪ Dimana X = nilai HLB yang diinginkan.
▪ Bila diketahui HLB Tween 80 = 15,0 dan HLB
Perhitungan span 80= 4,
Emulgator
Berdasar
HLB
Perhitungan Tahap I :
Emulgator ▪ Kita membuat satu seri emulsi pada nilai HLB :
6,0 8,0 10,0 12,0 14,0
Berdasar ▪ Kemudian kita amati pada HLB yang mana
HLB emulsi paling stabil.
▪ Misal terlihat bahwa emulsi paling stabil pada
HLB 10,0 dan 12,0
Tahap II : Pemilihan HLB ideal.
▪ Karena emulsi yang stabil pada tahap I adalah
Perhitungan HLB 10,0 dan 12,0 → emulsi yang paling stabil
Emulgator adalah antara 10,0 dan 12,0.
Berdasar ▪ Pada tahap II lakukan percobaan seperti pada
tahal I tetapi dengan jarak nilai HLB yang lebih
HLB sempit, misalnya pada HLB: 10,0 10,4 10,8 11,2
11,6 12,0
▪ kemudian kita amati pada nilai HLB berapa
emulsi paling stabil. Misal emulsi ternyata paling
stabil pada nilai HLB 10,8.
▪ Tahap III: Pemilihan surfaktan ideal.
Perhitungan ▪ Pada tahap ini kita buat lagi satu seri formulasi emulsi
Emulgator dengan beberapa jenis surfaktan atau campuran
surfaktan, tetapi harus pada nilai HLB ideal tersebut
Berdasar yaitu 10,8. Misalkan kita gunakan campuran:

HLB ▪ Tween80 - Span 80


▪ Tween60 - Span 60
▪ Tween40 - Span 40
▪ Tween 20 - Span 20 dsb.
▪ Kemudian kita amati emulsi yang mana yang
paling stabil.
Perhitungan ▪ Misalkan kita dapatkan emulsi dengan surfaktan
Emulgator Tween 40 - Span 40 adalah emulsi yang paling
stabil, berarti surfaktan ideal untuk emulsi
Berdasar tersebut adalah campuran Tween 40- Span 40.
HLB ▪ Tinggal kita menghitung berapa bagian Tween 40
dan Span 40 yang diperlukan untuk
mendapatkan nilai HLB 10,8 → caranya?
1. Pembuatan emulsi, apa emulgator yg tepat:

R/ Parafin oil 35% HLB 12


Lanolin 1% HLB 10
Cetyl Alk 1% HLB 15
Emulgator 7%
Aqua 56%
Contoh Soal ▪ Fase miny campuran : 35% + 1% + 1% = 37%
▪ Nilai HLB yg diperlukan:
▪ Parafin oil 35/37 x 12 = 11,4
▪ Lanolin 1/37 x 10 = 0,3
▪ Cetyl alk 1/37 x 15 = 0,4
▪ Nilai HLB yg diperlukan = 12,1
▪ Misal emulgator yg digunakan kombinasi TEA (12) &
Tween 80 (15), jml yg dibutuhkan :

(x – HLBb)
A% b = X 100 %
(HLBa – HLBb)

(12,1 – 12)
A% b (Tween) = X 100 % =3,33%
Contoh Soal ( 15 – 12 )

B% a (TEA) = 100% - 3,33% = 96,67%

▪ Tween 80 = 3,33/100 x 7 g : 0,23g


▪ TEA = 96/100 x 7 g : 6,76g
2.
R/ Parafin oil 20
Emulgator 5
Aqua ad 100

Contoh Soal
▪ Bila HLB butuh 12, digunakan emulgator campuran
Tween 80 ( HLB: 15) & Span 80 (HLB:4,3)
▪ Berapa jumlah Tween & Span yg dibutuhkan
R/ Parafin cair 1 HLB = 12
3. Cetil alkohol 0,5 HLB = 15
Perhitungan Asam stearat 5 HLB = 15
Lanolin 1 HLB = 10
Emulgator Emulgator 6,5
Berdasar Aqua ad 100
HLB
▪ Berapa HLB butuhnya !
▪ Jika digunakan kombinasi emulgator Tween 80 ( 15 ) &
PEG 400 ( 13,1 ), berapa Tween & PEG yg dibutuhkan !
Pembuatan
Emulsi
Ganda
1. Determinasi tipe emulsi
Evaluasi 2. Distribusi granulometrik

Stabilitas 3.
4.
Determinasi sifat reheologi
Tes penyimpana pada suhu kamar
Emulsi 5. Tes penyimpanan yang dipercepat
6. Tes pengukuran viskositas
Determinasi
tipe emulsi

1. Metode pengenceran:
▪ Emulsi diberi sedikit air
dan aduk → emulsi
homogen lagi → tipe
emulsi o/w dan
sebaliknya
Determinasi
tipe emulsi
2. Metode pewarnaan:
▪ Emulsi tipe o/w
terwarnai oleh zat
warna yang larut dalam
air → metilen blue
▪ Emulsi tipe w/o
terwarnai oleh zat
warna yang larut dalam
minyak → sudan III
Penambahan MB & Sudan III
Tipe
Emulsi
Apa?
Tipe
Emulsi
Apa?
Determinasi
tipe emulsi
4. Metode pembasahan
kertas saring
▪ Emulsi diteteskan di atas
kertas saring kemudian
diamati ada tidaknya
cincin air di sekeliling
tetesan emulsi.
▪ Apabila terbentuk cincin
air, maka tipe emulsi
adalah M/A.
Determinasi
tipe emulsi
3. Konduktibilitas elektrik:
▪ Pada umunya air
merupakan konduktor
yang lebih baik
dibandingkan minyak.
▪ Bila emulsi dapat
menghantar aliran listrik
maka emulsi tersebut
bertipe o/w, sebaliknya
tidak menghantar listrik
bertipe w/o
Determinasi
tipe emulsi
5. Metode fluoresensi
▪ Emulsi yang semua
bagiannya terfluoresensi
ketika diamati di bawah
mikroskop dengan sinar
fluoresen memiliki tipe
A/M, sedangkan emulsi
yang hanya menampakkan
noda-noda kecil dengan
sinar fluoresen adalah
emulsi yang bertipe M/A.
2. Distribusi
Granulometrik

▪ Distribusi granulometrik dr
partikel fase disperse dan
diameter rata-ratanya dpt
digunakan utk
mengevaluasi stabilitas
emulsi vs waktu.
▪ Bila terjadi peristiwa
koalesensi, diameter rata-
rata partikel akan berubah
menjadi besar.
1. Mikroskopik : Dengan menggunakan
mikrometer baik secara visual dengan mata
atau dengan bantuan komputer.
2. Optik : dengan alat difraksi sinar
Distribusi 3. Elektronik : dengan Coulter Counter, namun
Granulometrik ini sulit dilaksanakan untuk emulsi tipe w/o
4. Sentrifugasi : cara ini berdasarkan rumus
Stokes, dengan menghitung perbedaan bobot
jenis tiap fraksi emulsi. Dengan cara ini dapat
diketahui distribusi ukuran partikel nya.
▪ Kebanyakan emulsi memiliki sifat alir non-Newton.
▪ Sifat alir emulsi dipengaruhi oleh :
3. ▪ fase dispers → rasio volume, distribusi ukuran
Determinasi partikel, dan viskositas fase internal
▪ medium dispers,
sifat ▪ emulgator.
reheologi ▪ Sistem akan memiliki sifat Newtonian → volume
droplet emulsi dibanding total volume emulsi kurang
dari 0,05.
▪ Viskositas emulsi akan meningkat seiring
mengecilnya ukuran partikel dan menyempitnya
distribusi ukuran partikel
▪ Viskositas yang tinggi ini → menjadi penghalang
flokulasi atau koalesens
4. Tes Penyimpana
Pada Suhu Kamar

▪ Prinsip dari tes ini adalas


sediaan emulsi yang
ditempatkan dalam suatu
wadah yang didiamkan
dalam jangka waktu
tertentu, diamati apakah
emulsi mengalami
kerusakan dan dicatat
waktu dan jenis kerusakan
emulsi
Uji
Stabilitas
Dipercepat
Prinsip uji stabilitas
dipercepat

a. Gravitationally accelerated
stability testing
▪ Sentrifugasi : metode digunakan
untuk menguji stabilitas dengan
pengaruh gravitasi.
▪ Peningkatan kecepatan sentrifugasi
sebanding dengan besarnya
pemisahan emulsi → karena fase
internal yang terdispersi dapat
mengalami perubahan bentuk dan
memicu terjadinya koalesen
▪ Kelemahan : tidak cocok untuk
sediaan yang sangat kental
Prinsip uji stabilitas
dipercepat
b. Thermally accelerated stability testing
▪ Ketidakstabilan emulsi oleh adanya suhu secara umum mengikuti persamaan Arrhenius
yaitu:

▪ Persamaan menunjukkan hubungan antara suhu penyimpanan dan kecepatan degradasi.


Konstanta laju reaksi akan meningkat seiring naiknya suhu.
▪ Dengan persamaan Arrhenius, ketika energi aktivasi diketahui, laju degradasi pada suhu
rendah dapat digambarkan oleh hasil pengamatan pada suhu stress condition
Prinsip Uji Stabilitas
Dipercepat

c. Miscellaneous Accelerants of Stability Testing


▪ Berbagai macam stress selain suhu dan gravitasi
dapat menginduksi ketidakstabilan pada emulsi,
misalnya gojogan (agitation) dan getaran (vibration)
yang dapat meningkatkan frekuensi tabrakan
antarpartikel dan potensi terjadinya koalesens.
5. Tes penyimpanan
yang dipercepat

1. Sentrifugasi.
▪ Senterifugasi pada kecepatan terntu
akan menaikkan harga g (gravitasi)
pada hk stokes. Dg demikian akan
terjadi pemisahan partikel yg lebih
cepat pula karena terjadinya
creaming.
▪ Kecepatan 2000-3000 rpm pada
temperature kamar akan
menyebabkan terjadinya pemisahan
emulsi
5. Tes
penyimpanan
yang dipercepat
2. Shock thermic.
▪ Emulsi disimpan pada temperature
tinggi dan rendah secara bergantian
pada waktu tertentu.
▪ Misal pada suhu 60oC selama 1 hari
kemudian dilanjutkan pada suhuu
4OoC selama sehari dan diulang
sampai masing-masing 4 kali,
kemudian didiamkan pada suhu
kamar untuk kemudian dilakukan
pembacaan hasil.
5. Tes
penyimpanan
yang dipercepat

3. Freeze-Thaw Testing
▪ Pengujian freeze-thaw untuk
melihat pemisahan fase air
dan minyak akibat → stress
suhu.
▪ Freeze-thaw testing dibatasi
oleh ketidakseragaman
temperatur yang mungkin
terjadi pada sistem emulsi
atau ketidakstabilan
komponen penyusun emulsi
oleh pengaruh panas
6. Tes pengukuran viskositas

▪ Penelitian viskositas tidak berhubungan


dengan nilai absolud dari viskositas
emulsi, tetapi berhubungan dengan
perubahan viskositas dari emulsi
selama penyimpanan.
▪ Jika terjadi kenaikkan ukuran partikel-
partikel tetesan cairan yg terdispersi
maka akan terjadi penurunan viskositas
selama penyimpanan akibatnya terjadi
koalesan dan emulsi tidak stabil
Alat
Pembuatan
Emulsi
Alat
Pembuatan
Emulsi
1. Pengaduk (mixer)
▪ Alat ini mempunyai sifat
menghomogenkan dan
sekaligus memperkecil
ukuran partikel walaupun
efek menghomogenkan
cairan lebih dominan.
Mixer
Alat Pembuatan
Emulsi

2. Homogenizer.
▪ Alat ini mempunyai karakteristik
memperkecil ukuran partikel yang
sangat efektif namun tidak
menghomogenkan campuran.
▪ Pengecilan partikel terjadi karena cara
kerja alat ini yaitu dengan menekan
cairan, dipaksa melalui suatu celah
yang sempit yang kemudian
dibenturkan ke suatu dinding atau
ditumbukkan pada ti-peniti metal
yang ada dalam celah tersebut.
Homogenizer
Alat
Pembuatan
Emulsi
3. Colloid mill.
▪ Prinsip kerja alat ini adalah
dengan menggilas partikel
sehingga didapatkan
ukuran yang kecil.
▪ alat ini tidak efektif untuk
menghomogenkan cairan
Colloid mill
Alat Pembuatan
Emulsi

4. Ultra Turrax.
▪ Prinsip kerja : dengan cara
memberikan gelombang
ultrasonik dengan frekwensi
20-50 kilocycles/
detik→adanya gelombang
tersebut akan mengakibatkan
partikel pecah menjadi ukuran
yang lebih kecil.
▪ Alat ini cocok untuk
pembuatan emulsi yang cair
atau dengan viskositas
menengah.
Ultra
Turrax
Eksipien
Emulsi

1. Emulgator
2. Penstabil : pengawet,
antioksidan, dapar
3. Pemanis, pewarna, perasa

Anda mungkin juga menyukai