Anda di halaman 1dari 16

Nama : Komang Gian Menialuna Apsari

NIM : 1803051006

UJI AKTIVITAS ENZIM DAN PENGARUH pH, TEMPERATUR, AKTIVATOR DAN


INHIBITOR TERHADAP AKTIVITAS ENZIM

I. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Menentukan pH optimum untuk aktivitas enzim amilase dari penguraian pati (amilum).
2. Menentukan temperatur optimum untuk aktivitas enzim amilase dari penguraian pati
(amilum).
3. Menentukan pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim amilase.
4. Menentukan pengaruh activator terhadap aktivitas enzim amilase

II. Dasar Teori


2.1 Enzim
Enzim merupakan katalis yang mengatalisis perubahan satu atau lebih senyawa (substrat)
menjadi satu atau lebih senyawa lain (produk) dengan mampu meningkatkan laju reaksi
setidaknya 106 kali dibandingkan jika tidak dikatalisis. Selain sangat efisien enzim juga
merupakan katalis yang sangat selektif. Tidak seperti kebanyakan katalis yang digunakan dalam
bidang kimia sintetik, enzim bersifat spesifik baik bagi tipe reaksi maupun substrat yang
dikatalisis (Murray, dkk., 2009). Enzim merupakan suatu protein, sehingga sulit mengetahui
rumus dan strukturnya. Oleh sebab itu, nama enzim tidak berdasarkan senyawa, melainkan dari
nama reaksi yang dipercepat dan ditambah akhiran ‘ase’. Dalam reaksi redoks, misalnya
enzimnya disebut oksidoreduktase (Syukri, 1999).
Menurut Stoker (2007), enzim dikelompokkan ke dalam enam kelas utama berdasarkan tipe
reaksi katalisisnya, yaitu:
1. Oksidoreduktase (enzim yang mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi).
2. Transferase (enzim yang mengkatalisis reaksi pemindahan gugus dari satu molekul ke
molekul lain).
3. Hidrolase (enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis).
4. Liase (enzim yang mengkatalisis reaksi penambahan gugus ke ikatan rangkap atau pelepasan
gugus dari ikatan rangkap tanpa melibatkan reaksi hidrolisis atau oksidasi).
5. Isomerase (enzim yang mengkatalisis reaksi penataan ulang gugus fungsi dalam sebuah
molekul).
6. Ligase (enzim yang mengkatalisis reaksi pembentukan ikatan antara dua molekul menjadi
satu molekul dengan bantuan ATP).

2.2 Enzim Amilase


Hidrolisis pati (starch) dikatalisis oleh amilase liur dan amilase pankreas. Enzim α-amilase
yang mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan glikosida α-(l,4) menghasilkan dekstrin, kemudian
campuran glukosa, maltosa dan isomaltosa (Murray, dkk., 2009).
Pemecahan polisakarida yakni pati dimulai di mulut. α-Amilase saliva yang juga dikenal
sebagai ptialin berperan dalam hidrolisis ikatan α-(1,4)-glukosida dalam polimer glukosa. Enzim
ini tidak bisa menghidrolisis ikatan α-(1,6) dalam polimer bercabang, terminal ikatan α-(1,4) dan
ikatan α-(1,4) dekat titik percabangan sehingga produk utama dari pencernaan amilase adalah
oligosakarida, maltose, maltotriosa dan α-dekstrin (Caballero, dkk., 2016).

2.3 Aktivitas Enzim


Aktivitas amilase ditentukan berdasarkan kadar glukosa hasil hidrolisis pati dengan
menggunakan metode Nelson-Somogy. Aktivitas optimum amilase hasil ekstraksi menggunakan
etanol ialah pada pH 5,0 dan suhu 50 °C (Iswendi, 2010).
Hashemi, dkk., (2013) meneliti tentang produksi α-amilase oleh Bacillus sp. KR-8104 pada
temperatur yang berbeda dalam fermentasi terendam (submerged fermentation, SMF). Kemudian
pengaruh suhu dan pH pada aktivitas α-amilase yang dihasilkan melalui SMF diselidiki
menggunakan metodologi respon permukaan (response surface methodology, RSM) dan hasilnya
dibandingkan dengan yang diperoleh dari fermentasi keadaan padat (SSF). Produksi maksimum
dan minimum α-amilase tercatat sebesar 3824 U L-1 (37 °C) dan 662 U L-1 (30 °C). Meskipun
terjadi peningkatan dalam konsumsi dekstrin, penurunan yang signifikan dalam produksi α-
amilase pada suhu 45 °C sebesar 3035 U L-1 dibandingkan dengan yang diamati pada 37 °C.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim


Menurut Sumardjo (2008), ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim yakni:
1. Aktivator Enzim
Aktivator enzim adalah zat-zat yang mempunyai peranan dalam meningkatkan aktivitas
suatu enzim. Kebanyakan aktivator adalah ion-ion anorganik, terutama ion logam atau kation.
Aktivator yang baik untuk enzim deoksiribonuklease adalah ion-ion Mg2+, Mn2+, Co2+ dan Fe2+,
sedangkan aktivator yang lemah untuk enzim ini adalah ion-ion Ca 2+, Ba2+, Sr2+ dan Cd2+. Selain
aktivator kation, ada juga aktivator anion, misalnya aktivator ion Cl¯ untuk amilase ludah atau
ptialin.
2. Inhibitor Enzim
Inhibitor atau penghambat suatu enzim adalah suatu senyawa atau zat yang dapat
menghalangi aktivitas kerja enzim. Berdasarkan sifat kestabilan penghambatan, penghambatan
enzim dapat dibedakan atas penghambatan reversible (tak stabil) dan penghambatan irreversible
(stabil). Penghambatan reversible dibedakan atas dua golongan yaitu penghambatan kompetitif
dan non kompetitif.
3. pH
Tiap enzim mempunyai pH optimum tersendiri (misalnya pepsin = 1,5, steapsin = 8,0,
amilopepsin = 7,0). Jika pH ini dilewati atau dilampaui maka aktivitas enzim semakin menurun.
4. Suhu
Tiap enzim memiliki suhu optimum yaitu ketika enzim tersebut dapat bekerja dengan baik.
Semakin jauh dari suhu optimum maka kerja enzim semakin tidak baik. Daerah atau kisaran
suhu ketika kerja atau laju reaksi enzim masih baik disebut suhu optimum. Suhu optimum untuk
enzim-enzim yang terdapat dalam tubuh adalah berkisar 36 °C - 40 °C.
5. Konsentrasi Enzim
Jumlah enzim menentukan lamanya waktu yang digunakan untuk mencapai kesetimbangan.
Kecepatan reaksi atau aktivitas enzim berbanding lurus dengan konsentrasi enzimnya.

2.5 Saliva
Dalam kondisi fisiologis normal manusia memproduksi saliva (air liur) sekitar 0,5-1,0 liter
per hari. Beberapa kelenjar saliva seperti kelenjar parotis dan kelenjar lingual minor adalah
kelenjar serosa murni. Kedua kelenjar itu menghasilkan saliva berair dengan kandungan enzim
(amilase dan lipase) yang tinggi pada saat stimulasi. Kelenjar palatal kecil menghasilkan saliva
yang lebih kental dan lebih banyak (Pedersen, 2007).
2.6 Pati
Pati berbeda dengan selulosa. Pada selulosa monomer D-glukosa satu dengan yang lain
secara β, sedangkan pada pati monomer D-glukosa terhubung secara α. Pati merupakan cadangan
karbohidrat bagi tanaman dan seperti halnya selulosa, pati akan terhidrolisis dalam suasana asam
menjadi monomer D-glokopiranosa. Sumber utama pati adalah beras, singkong, gandum, jagung,
kentang, ketela, umbi dan lain-lain. Molekul pati umumnya terdiri dari 20 % amilosa dan 80 %
amilopektin. Namun demikian, ada jiga jenis pati yang hanya terdiri dari amilosa saja atau
amilopektin saja (Riswiyanto, 2009).

III. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain tabung reaksi, rak tabung, sikat tabung,
gelas kimia 600 mL, pipet tetes, plat tetes, labu semprot, Spatel, inkubator, penangas air, vortex,
tabung ukur 10 mL dan stopwatch, Kuvet,Spektrofotometer, Waterbath.
Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain larutan amilum 1 %, saliva encer (enzim
amilase), es batu, buffer fosfat pH 8,0; 7,4; 7,0; 6,8; 6,4; 6,0; 5,8 dan 5,0, NaCl 0,1 M, asam
asetat 1 M, iodin 0,01 M, akuades, larutan iodine, larutan toluen, larutan merkuri klorat 1%,
kloroform, larutan phenol, natrium florida, pereaksi benedict, larutan NaCl, CaCl 2, MgSO4,
AgNO3, dan PbNO3, tissue roll, kertas label dan sabun cair.

IV. Prosedur Kerja


IV.1 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amilase
Saliva diencerkan dengan akuades dengan perbandingan 1:9. Disiapkan 8 buah tabung
reaksi dan masing-masing diisi dengan 5 mL larutan buffer berturut-turut pH 8,0; 7,4; 7,0; 6,8;
6,4; 6,0; 5,8 dan 5,0. Kemudian ke dalam larutan buffer ini ditambahkan 2,5 mL larutan pati 1%
dan 1 mL NaCl 0,1 M. Tabung yang berisi larutan pH 8,0; 7,4 dan 7,0 ditambahkan 1 mL asam
asetat. Kemudian ditambahkan 6 tetes iodin 0,01 M. Tabung dimasukkan ke dalam inkubator
selama 5 menit. Dikeluarkan dari inkubator dan ditambahkan 1 mL saliva encer ke dalam
masing-masing tabung kemudian dimasukkan kembali ke dalam inkubator. Setiap interval 5
menit dilihat perubahan warna sampai pada menit ke 35. Waktu masing-masing perubahan yang
terjadi dicatat dan ditentukan pH optimumnya dari grafik yang diperoleh.

IV.2 Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase


Disiapkan 4 buah tabung reaksi dan masing-masing diisi dengan 5 mL larutan amilum 1 %
lalu ditambahkan 2 tetes saliva. Tabung reaksi pertama dimasukkan ke dalam air es (0 °C),
tabung reaksi kedua ditempatkan pada suhu kamar (25 °C), tabung reaksi ketiga dimasukkan ke
dalam inkubator (38 °C) dan tabung reaksi keempat dimasukkan ke dalam air mendidih (100 °C).
Setiap 5 menit, diambil campuran larutan pati dan saliva encer yang kemudian diteteskan
sebanyak 2 tetes pada plat tetes yang telah berisi 1 tetes iodin 0,01 M. Diamati perubahan warna
yang terjadi setiap interval waktu 5 menit. Ditentukan kecepatan penguraian masing-masing
contoh dengan dilihat perubahan warna yang terjadi dan ditentukan temperatur optimum dari
grafik yang diperoleh.
4.3 Pengaruh Inhibitor Terhadap Aktivitas Enzim

Dilarutkan 2 mL larutan saliva dengan 8 mL aquadest,dicampurkan dengan baik. Setelah


itu dimasukkan 0,5 mL saliva yang telah diencerkan ke dalam 6 tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan pada tabung yang terpisah yaitu 3 tetes larutan toluen, 3 tetes kloroform, 3 tetes
merkuri klorida 1%, 3 tetes larutan phenol 2%, 0.25 gram natrium florida, dan 3 tetes aquadest.
Ditaruh tabung terrsebut pada rak tabung selama 10 menit dengan sesekali dikocok perlahan-
lahan. Kemudian ditambahkan 2,5 mL larutan amilum 1% pada tiap tabung reaksi dan
ditempatkan didalam water bath 38 0C selama 15 menit. Lalu dibagi masing-masing tabung
menjadi 2 bagian untuk dilakukan test iodine dan test benedict. Kemudian dicatat dan diamati
perubahan yang terjadi.

4.4 Pengaruh Logam Alkali dan Logam Berat terhadap Aktivitas Enzim
Gambar 1. Skema kerja pengujian pengaruh logam alkali dan logam berat terhadap aktivitas Enzim.

V. Hasil
V.1 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amilase
Tabel 1. Pengaruh pH terhadap Enzim Amilase

Waktu Warna
(menit) pH 8,0 pH 7,4 pH 7,0 pH 6,8 pH 6,4 pH 6,0 pH 5,8 pH 5,0
0 +++++ +++++ +++++ +++++ +++++ +++++ +++++ +++++
5 ++ ++ +++ +++ ++++ ++++ +++ +++
10 + ++ ++ ++ ++++ ++++ +++ +++
15 ─ + ++ ++ ++++ ++++ +++ +++
20 ─ ─ + + ++++ ++++ ++ ++
25 ─ ─ + + ++++ ++++ ++ ++
30 ─ ─ + + +++ +++ ++ ++
35 ─ ─ ─ ─ ++ +++ ++ ++

Keterangan :
+ + + + + = Biru tua ++ = Sedikit kebiruan

++++ = Biru muda + = Mendekati tidak berwarna

+++ = Agak kebiruan ─ = Tidak berwarna

Tabel 2. Waktu Laju Perubahan Warna terhadap pH

1/t
pH Buffer Waktu (t) (menit)
(detik-1)
8,0 15 0,0011
7,4 20 0,0008
7,0 35 0,0005
6,8 35 0,0005
6,4 ─ 0,0000
6,0 ─ 0,0000
5,8 ─ 0,0000
5,0 ─ 0,0000

0.0012
pH optimum
0.0010

0.0008

0.0006
1/t

0.0004

0.0002

0.0000
4.8 5.0 5.2 5.4 5.6 5.8 6.0 6.2pH
6.4 6.6 6.8 7.0 7.2 7.4 7.6 7.8 8.0 8.2

Gambar 1. Grafik hubungan pH terhadap aktivitas enzim amilase.

V.2 Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase


Tabel 1. Pengaruh Temperatur terhadap Enzim Amilase
Warna
Waktu (menit)
Tabung I Tabung II Tabung III Tabung IV
0 +++++ +++++ ++++ +++++
5 +++++ ─ ++++ +++++
10 +++++ ─ +++ +++++
15 ++++ ─ ++ +++++
20 +++ ─ ─ +++++
25 +++ ─ ─ +++++
30 +++ ─ ─ +++++
35 ++ ─ ─ +++++
40 ++ ─ ─ +++++
45 ++ ─ ─ +++++
50 + ─ ─ +++++
55 + ─ ─ +++++

Keterangan :

+ + + + + = Biru tua ++ = Sedikit kebiruan

++++ = Biru muda + = Mendekati tidak berwarna

+++ = Agak kebiruan ─ = Tidak berwarna

Tabel 4. Waktu Laju Perubahan Warna terhadap Temperatur

1/t
Temperatur (°C) Waktu (t) (menit)
(detik-1)
0 55 0.0003
25 5 0.0033
38 20 0.0008
100 ─ 0.0000
0.0040
Temperatur Optimum
0.0035
0.0030
0.0025
0.0020
1/t

0.0015
0.0010
0.0005
0.0000
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95100
Temperatur

Gambar 2. Grafik hubungan temperatur terhadap aktivitas enzim amilase.

5.3 Pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim

 Uji Iodine

Sampel Perubahan
Sebelum Setelah + iodine
dipanaskan dipanaskan
1 mL lar. Saliva + 3 tetes Bening Bening , terdapat Bening keunguan,
lar. Toluen + (didiamkan endapan putih endapan putih dan
selama 10 menit) + 2,5 terbentuk cincin
mL amylum merah
1 mL lar. Saliva + 3 tetes Bening Bening , terdapat Bening keunguan,
lar. Kloroform + endapan putih dan endapan ungu
(didiamkan selama 10
menit) + 2,5 mL amylum
1 mL lar. Saliva + 3 tetes Bening Bening , terdapat Keruh agak kuning
lar. HgCl + (didiamkan endapan putih
selama 10 menit) + 2,5
mL amylum
1 mL lar. Saliva + 3 tetes Bening Bening , terdapat Bening agak putih
lar. Phenol + (didiamkan endapan putih dan Endapan putih
selama 10 menit) + 2,5 keunguan
mL amylum
1 mL lar. Saliva + 0,5 Bening Bening , terdapat Bening keunguan
gram Natrium Florida + endapan putih dan Endapan ungu
(didiamkan selama 10 yang banyak
menit) + 2,5 mL amylum
1 mL lar. Saliva + 3 tetes Bening Bening , terdapat Bening, endapan
lar. Aquadest + endapan putih ungu dan putih
(didiamkan selama 10
menit) + 2,5 mL amylum

 Uji Benedict

Sampel Perubahan
Sebelum Setelah + benedict
dipanaskan dipanaskan
1 mL lar. Saliva + 3 tetes lar. Bening Bening , Bening
Toluen + (didiamkan selama 10 terdapat terdapat
menit) + 2,5 mL amylum endapan putih Endapan
sedikit
1 mL lar. Saliva + 3 tetes lar. Bening Bening , Sedikit keruh
Kloroform + (didiamkan selama terdapat dan Endapan
10 menit) + 2,5 mL amylum endapan putih sedikit

1 mL lar. Saliva + 3 tetes lar. HgCl Bening Bening , Sedikit keruh


+ (didiamkan selama 10 menit) + terdapat dan Endapan
2,5 mL amylum endapan putih agak banyak
1 mL lar. Saliva + 3 tetes lar. Bening Bening , Sedikit keruh
Phenol + (didiamkan selama 10 terdapat dan Endapan
menit) + 2,5 mL amylum endapan putih sedikit
1 mL lar. Saliva + 0,5 gram Bening Bening , Bening dan
Natrium Florida + (didiamkan terdapat Endapan
selama 10 menit) + 2,5 mL endapan putih yang banyak
amylum
1 mL lar. Saliva + 3 tetes lar. Bening Bening , Keruh dan
Aquadest + (didiamkan selama 10 terdapat Endapan
menit) + 2,5 mL amylum endapan putih sedikit

5.4 Uji Pengaruh Logam Alkali dan Logam Berat pada Aktivitas Enzim Amilase.
Kurva standar amilum-I2

Uji Pengaruh Logam Alkali dan Logam Berat pada Aktivitas Enzim Amilase.
Inkubasi selama 1 menit pada suhu kamar.

Gambar 3. Kurva pengaruh logam alkali dan logam berat terhadap aktivitas enzim
amilase.
Perhitungan lengkap konsentrasi amilum hasil hidrolisis enzim pada pengujian pengaruh logam
alkali dan logam berat terhadap aktivitas Enzim.
Perhitungan lengkap konsentrasi amilum control enzim pada pengujian pengaruh logam alkali
dan logam berat terhadap aktivitas Enzim.

VI. Pembahasan
VI.1 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amilase
Pada percobaan ini digunakan larutan buffer fosfat dengan pH yang bervariasi. Variasi pH
larutan buffer fosfat yakni pH 8,0; 7,4; 7,0; 6,8; 6,4; 6,0; 5,8 dan 5,0. Larutan pati 1 %, dan
larutan NaCl 0,1 M ditambahkan ke dalam masing-masing larutan buffer fosfat tersebut. Asam
asetat ditambahkan pada larutan buffer fosfat pH 8,0; 7,4 dan 7,0 untuk mengasamkan larutan
tersebut. Larutan iodin 0,01 M diteteskan pada masing-masing tabung reaksi. Masing-masing
tabung dimasukkan ke dalam inkubator selama 5 menit untuk menyamakan kondisinya. Saliva
encer (dengan perbandingan saliva dalam air adalah 1:9) ditambahkan ke masing-masing tabung.
Larutan pati bertindak sebagai substrat, NaCl sebagai penyuplai ion Cl¯ yang merupakan
aktivator enzim amilase, iodin sebagai indikator pati yang akan memberikan warna biru dan
saliva sebagai enzim amilase yang akan ditentukan pH optimumnya.
Perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna menunjukkan aktivitas dari enzim
amilase. Enzim amilase mengidrolisis pati menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga tes
iodin akan memberi hasil negatif (tidak berwarna).

Berdasarkan hasil pengamatan setiap interval 5 menit diperoleh hasil pada pH 8,0 larutan
berubah warna menjadi tidak berwarna pada menit ke 15, pada pH 7,4 larutan berubah warna
menjadi tidak berwarna pada menit ke 20 dan pada pH 7,0 dan 6,8 larutan berubah warna
menjadi tidak berwarna pada menit ke 35. Pada pH 6,4; 6,0; 5,8 dan 5,0 tidak menunjukkan
perubahan warna menjadi tidak berwarna sampai pada menit ke 35 namun masing memberikan
perubahan warna menjadi sedikit kebiruan, agak kebiruan, sedikit kebiruan dan sedikit kebiruan.
Dari data yang diperoleh di atas dibuat grafik pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase
sehingga diperoleh pH optimum untuk aktivitas enzim amilase adalah pH 8.
VI.2 Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase
Temperatur atau suhu optimum dari enzim amilase ditentukan dengan mengamati
kecepatan reaksi katasis enzim amilase yang ditandai dengan larutan tidak berubah warna
menjadi dari biru (tetap tidak berwarna) setelah diteteskan pada iodin. Percobaan ini dilakukan
pada kondisi yang bervariasi. Variasi kondisi yakni tabung reaksi pertama dimasukkan ke dalam
air es (0 °C), tabung reaksi kedua ditempatkan pada suhu kamar (25 °C), tabung reaksi ketiga
dimasukkan ke dalam inkubator (38 °C) dan tabung reaksi keempat dimasukkan ke dalam air
mendidih (100 °C). Masing-masing tabung diisi dengan 5 mL larutan amilum 1 % lalu diteteskan
saliva. Setiap 5 menit campuran larutan pati dan saliva encer diambil dan diteteskan pada plat
tetes yang telah berisi iodin 0,01 M.

Berdasarkan hasil pengamatan setiap interval 5 menit diperoleh hasil pada suhu 0 °C larutan
tetap memberi hasil positif terhadap uji iodin (larutan berubah warna menjadi biru) sampai pada
menit ke 55 (larutan berwarna biru tapi mendekati tidak berwarna), pada suhu kamar (25 °C)
larutan menunjukkan hasil negatif pada tes iodin (larutan tetap tidak berwarna) mulai pada menit
ke 5, pada suhu 38 °C larutan menunjukkan hasil negatif pada tes iodin (larutan tetap tidak
berwarna) mulai pada menit ke 20 dan pada suhu 100 °C larutan tetap memberi hasil positif
terhadap uji iodin (larutan berubah warna menjadi buru) sampai pada menit ke 55 (larutan
berwarna biru tua). Dari data yang diperoleh di atas dibuat grafik pengaruh temperatur terhadap
aktivitas enzim amilase sehingga diperoleh temperatur optimum untuk aktivitas enzim amilase
adalah pada 25 °C.

VI.3 Pengaruh Inhibitor Terhadap Aktivitas Enzim


Pada percobaan ini prinsipnya adalah mencari tahu apa saja inhibitor yang menghambat
aktivitas enzim salivary amylase dengan menggunakan dua macam uji. Yaitu uji Benedict yang
dilakukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya gula pereduksi, dan uji Iodine dilakukan untuk
mendeteksi ada atau tidaknya amilum.

Mula-mula disediakan 12 tabung untuk diisi oleh larutan saliva, kemudian tiap 2 tabung
diisi dengan larutan toluene, kloroform, merkuri klorida, fenol, natrium florida, dan aquadest.
Lalu semua tabung disimpan di rak tabung, dikocok perlahan, terlihat bahwa 2 tabung yang
berisi NaF yang awalnya bening tak berwarna menjadi sedikit keruh. Tahap selanjutnya adalah
penambahan amilum pada setiap tabung reaksi, kemudian semua tabung dimasukkan ke dalam
water bath dengan suhu 38o C selama 15 menit, karena suhu normal tubuh manusia berkisar 37-
38o C. Setelah ini barulah dilakukan uji iodine pada 6 tabung pertama, dan uji Benedict pada 6
tabung yang berikutnya.

Hasil yang praktikan dapat pada uji iodine, pada tabung yang berisi toluene warnanya
bening keunguan dan ada endapan putih serta cincin merah di atas larutan. Hal ini menandakan
bahwa masih ada sebagian amilum yang tidak terhidrolisis. Pada tabung yang berisi kloroform,
warnanya bening keunguan dan ada endapan ungu. Hal ini membuktikan bahwa aktivitas enzim
salivary amylase terhambat karena adanya kloroform. Pda tabung yang berisi merkuri klorida,
warnanya menjadi keruh agak kuning, dan terdapat endapan putih. Peristiwa ini menandakan
bahwa amilum tidak terhidrolisis karena adanya logam berat Hg, di mana keberadaan logam ini
menjadi inhibitor pada enzim salivary amylase, warnanya agak kuning karena inhibitor logam
bersifat reversible non kompetitif yang membuat enzim terdenaturasi sehingga kehilangan fungsi
utamanya. Pada tabung yang berisi fenol, terdapat perubahan warna menjadi bening agak putih
dan terdapat endapan putih keunguan. Peristiwa ini membuktikan bahwa sebagian besar amilum
dapat terhidrolisis menjadi sakarida sederhana dan dekstrin namun ada sebagian kecil yang tidak
bisa terhidrolisis akibat adanya inhibitor berupa fenol yang ditandai dengan terdapanya sedikit
endapan putih dan ungu di dasar tabung. Pada tabung yang berisi NaF, warna yang dihasilkan
warna bening keunguan dan terdapat endapan berwarna ungu yang banyak. Hal ini menandakan
bahwa NaF adalah inhibitor yang sangat menghambat bahkan mengganggu aktivitas enzim
salivary amylase akibatnya sebagian besar amilum tidak dapat dihidrolisis oleh enzim tersebut.
Pada tabung yang berisi aquadest terjadi warna bening dan terdapat endapan putih dan ungu.
Pada percobaan yang ini menyatakan bahwa aquadest bukanlah inhibitor namun adanya endapan
ungu dan putih mungkin saja karena kesalahan seperti faktor human error, dan bisa saja terdapat
kontaminan saat ditaruh di water bath. Seharusnya pada tabung ini, warna yang dihasilkan
bening tanpa adanya endapan.

Berikut adalah hasil yang praktikan dapat pada uji Benedit, pada semua tabung warnanya
bening kebiruan dan terdapat endapan putih. Hal ini menandakan bahwa rekasi negative, tidak
adanya gula pereduksi (amilum yang terhidrolisis) di dalam larutan karena tidak dihasilkan
warna merah bata. Adanya warna bening keniruan membuktikan bahwa adanya amilum yang
tidak terhidrolisis akibat adanya inhibitor yang menghambat aktivitas enzim salivary amylase
untuk memecah amilum menjadi sakarida sederhana dan dekstrin. Dan adanya endapan
menandakan bahwa enzim terdenaturasi oleh inhibitor.

Jadi kesimpulan yang dapat diambil pada percobaan ini adalah bahwa toluene, kloroform,
HgCl2, fenol, dan NaF merupakan inhibitor, sedangkan aquadest bukan merupakan inhibitor.
Serta pernyataan bahwa enzim dapat dihambat sementara atau tetap oleh inhibitor berupa zat
kimia tertentu (Campbell, 2000) merupakan pernyataan yang benar dan terbukti pada percobaan
ini.

Pada pengujian pengaruh activator terhadap aktivitas enzim. Mula-mula dilakukan


pembuatan kurva standar dengan variasi konsentrasi yang berbeda menunjukka semakin banyak
komples amilum-iodin yang terbentuk, maka warna biru keunguan yang ditunjukkan akan
semakin pekat serta semakin besar nilai absorbansi yang terbaca. Blanko yang digunakan
merupakan larutan tanpa sampel amilum, sehingga berwarna kuning kecoklatan. Dari hasil
perhitungan, didapatkan persamaan garis linear y = 0,1149583333 + 0,06070752688 x, dengan
nilai r2 = 0,9994834804 yang menunjukka bahwa persamaan ini cukup akuran untuk digunakan
dalam penentuan kadar atau konsentrasi amilum uji karena nilainya yang mendekati angka satu
(1). Blanko digunakan untuk mengurangi nilai error yang diakibatkan adaya serapan yang
dihasilkan oleh pelarut.

Pengujian pengaruh penambahan logam alkali dan logam berat dilakukan dengan
menambahkan logam dan enzim terlebih dahulu, kemudian penambahan substrat dilakukan
bersamaan dengan mulainya waktu inkubasi pada suhu kamar. Enzim α-amilase dari saliva yang
digunakan merupakan pengenceran saliva 20 kali. Pengujian ini menggunakan beberapa garam
yang ditambahkan pada enzim amilase, yaitu NaCl, CaCl2, MgSO4, AgNO3, dan PbNO3 kedalam
larutan enzim. Dari hasil perhitungan, didapatkan aktivitas enzim amilase paling tinggi pada
penambahan CaCl2, sedangkan aktivitas enzim dengan penambahan NaCl maupun MgSO 4 masih
lebih tinggi dibandingkan dengan enzim tanpa penambahan logam. Aktivitas enzim αamilase
paling rendah didapati berada pada PbNO3 dan AgNO3. Hal ini sesuai dengan teori, dimana
logam Na+, Mg2+, dan Ca2+ mampu meningkatkan aktivitas enzim, namun Ca2+ memberikan
pengaruh paling besar pada peningkatan aktivitas enzim amilase dibandingkan logam lain
(Karossi et al.,1995). Penambahan logam berat (Ag+ dan Pb+) pada larutan enzim didapati
penurunan aktivitas enzim dibandingkan dengan keadaan normal (pembanding dengan akuades)
dan penambahan logam alkali, hal ini menandakan bahwa logam berat menghambat aktivitas
enzim. Hasil ini sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa logam berat akan menyerang
sisi aktif enzim dan menghambat fungsi essensialnya. Hal ini dapat terjadi jika logam berikatan
dengan gugus sulfidril pada enzim dan mengubah sturktur 3 dimensi enzim (Reddy,2007).

VII. Simpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat
proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Faktor–faktor yang
mempengaruhi aktivitas enzim adalah ph, suhu, inhibitor dan aktivator.
2. pH optimum untuk aktivitas enzim amilase adalah pH 8.
3. Temperatur optimum untuk aktivitas enzim amilase adalah pada 25 °C.
4. Uji iodine dimaksudkan untuk mengetahui adanya kandungan amilum pada sampel.
5. Pada uji benedict dimaksudkan untuk mengetahui adanya kandungan gula pereduksi dalam
sampel.
6. Pada uji kuantitatif ptyalin, titik akromatik semakin cepat terjadi dengan semakin banyaknya
aquadest yang ditambahkan karena aquadest berfungsi sebagai substrat.
7. Inhibitor dapat menghambat kerja enzim untuk menghidrolisis amilum menjadi gula
pereduksi.
8. Enzim amilase dari saliva memiliki aktivitas yang lebih tinggi pada penambahan logam
alkali seperti Na+, Ca2+, dan Mg2+, dengan aktivitas tertinggi pada penambahan Ca2+.
Sedangkan dengan penambahan logam berat seperti Ag+ dan Pb+, aktivitas enzim menjadi
terhambat.
DAFTAR PUSTAKA

Caballero, B., Finglas, P.M. dan Toldra, F., 2016, Encyclopedia of Food and Health, Elsevier,
London.

Hashemi, M., Mousavi, S.M., Razavi, S.H. dan Shojaosadati, S.A., 2012, Comparison of
submerged and solid state fermentation systems effects on the catalytic activity of
Bacillus sp. KR-8104 a-amylase at different pH and temperatures, Industrial Crops and
Products, 43(2013): 661– 667.

Iswendi, 2010, Penentuan Aktivitas Amilase dari Umbi Bengkuang (Pachyrrhizus erosus L. Urb)
Hasil Ekstraksi dengan Etanol dan Ammonium Sulfat, Jurnal Saintek, 11(2): 94-98.

Murray, R.K., Granner, D.K. dan Rodwell, V.W., 2009, Biokimia Harper, Edisi 27, Ahli Bahasa
Braham U. Pendit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Pedersen, A.M.L., 2007, Saliva, University of Copenhagen, Kopenhagen.

Riswiyanto, 2009, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.

Stoker, H.S., 2007, General, Organic, and Biological Chemistry, Fourth Edition, Houghton
Mifflin Company, Boston.

Sumardjo, D., 2006, Pengantar Kimia: Buku Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata
1 Fakultas Bioeksakta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Syukri, S., 1999, Kimia Dasar 3, Penerbit ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai