TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa enzim membutuhkan baik koenzim maupun sat atau lebih ion
logam bagi aktivitasnya. Pada beberapa enzim, koenzim atau ion logam hanya
terikat secara lemah atau dalam waktu sementara pada protein, tetapi pada enzim
lain senyawa ini terikat kuat, atua terikat secara permanen yang dalam hal ini
disebut gugus prostetik. Enzim yang strukturnya sempurna dan aktif
mengkatalisis, bersama-sama dengan koenzim atau gugus logamnya disebut
holoenzim. Koenzim dan ion logam bersifat stabil sewaktu pemanasan, sedangkan
bagian protein enzim akan terdenaturasi oleh pemanasan (Lehninger, 1982).
Enzim amilase dapat diperoleh dari sekresi air liur atau saliva. Saliva
adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas
campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral.
Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar
ludah mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan
mengeluarkan suatu sekret yang disebut saliva (ludah atau air liur).
Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan fetus (4 - 12 minggu)
sebagai invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan
jaringan asinar (Aldi, 2010).
Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Tiap hari sekitar
1 1,5 liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Saliva terdiri atas 99,24 % air
dan 0,58 % terdiri atas ion-ion Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-, SO42- dan
zat-zat organik seperti musin dan enzim amilase atau ptialin. Musin suatu
glikoprotein dikeluarkan oleh kelenjar sublingual dan kelenjar submandibular,
sedangkan ptialin dikeluarkan oleh kelanjar parotid. Saliva mempunyai pH antara
5,75 sampai 7,05. Pada umumnya pH saliva adalah sedikit dibawah 7. Enzim
ptialin dalam saliva adalah suatu enzim amilase. Enzim ptialin bekerja secara
optimal pada pH 6,6 (Poedjiadi, 2005).
Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk proses biokimia yang
terjadi dalam sel maupun luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 10 8
sampai 1011 kali lebih cepat apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi
enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, di samping itu
mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Seperti juga katalis lainnya, maka
enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada
yang membutuhkan enenrgi (reaksi endergonik) dan ada pula yang menghasilkan
energi atau mengeluarkan energi (eksergonik) (Poedjiadi, 2005).