Anda di halaman 1dari 14

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum biologi dasar dengan judul Pengaruh pH


Terhadap Aktivitas Enzim , disusun oleh :

Nama : Agil Syahrir


NIM : 1212140001
Kelompok/kelas : 1 (satu) / C
Jurusan : fisika sains

Telah diperiksa secara seksama dengan teliti oleh asisten dan koordinator asisten,
maka dinyatakan diterima.

Makassar, November 2011


Koordinator Asisten Asisten

Syamsu Rijal S.Pd Irvan lukman


NIM.061404066

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

Faisal Sudrajat, S.Pd., M.Pd


NIP:1921231 198702 1 005
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu ciri organisme yang paling penting adalah memerlukan
makanan untuk tetap bertahan hidup. Makanan yang dimakan kemudian diproses
di dalam tubuh agar makanan tersebut mampu diserap oleh tubuh dan digunakan
untuk beraktivitas. Jika tidak ada makanan maka dari manakah datangnya energi,
tanpa energi bagaimanakah makhluk hidup beraktivitas dalam kehidupan sehari-
hari? Maka makanan mempunyai peran yang penting dan sangat mendasar dalam
kehidupan organisme.
Makanan yang dimakan oleh organisme tidak ada artinya bahkan kadang
menjadi bibit penyakit yang dapat menyebabkan sakit atau kelainan pada tubuh
makhluk hidup. Oleh karena itu, makanan harus diserap, dan untuk menyerap
makanan maka diperlukan suatu zat yang mampu melakukan pekerjaan tersebut,
dan itulah enzim. Enzim membantu mempercepat reaksi dalam tubuh tanpa ikut
bereaksi. Enzim sebagai pelumas yang menjadi sebab lancarnya proses
pencernaan makanan dan proses-prose lain dalam tubuh organisme. Oleh karena
itu, enzim memiliki peran yang penting dalam kehidupan organisme tersebut.
Pengaruh medium dapat mempengaruhi aktivitas enzim. Umumnya
terdapat pH optimum agar suatu enzim dapat berfungsi maksimal dan aktivitas
enzim akan menurun pada pH yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kadang
gambaran hubungan antara aktivitas enzim dengan pH diwakili oleh kurva yang
berbentuk lonceng, tetapi untuk rezim lain mungkin kurvanya relative datar, pH
optimum sering dalam kisaran antara pH 6 sampai pH 8. Selain dapat
menyebabkan denaturasi enzim, pH juga dapat mempengaruhi laju reaksi dengan
paling tidak melalui 2 cara lain, yakni [1] aktivitas enzim sering tergantung pada
ada atau tidaknya gugus amino atau karbosil yang bebas. Gugus ini bisa
bermuatan dan bisa pula tidak bermuatan (netral), tergantung enzimnya, tetapai
hanya salah satu bentuk tersebut yang efektif untuk satu enzim. Jika gugus amino
tak bermuatan yang esensial, maka pH optimum akan relative tinggi, sedangkan
gugus karbosil netral membutuhkan pH rendah, dan [2] pH mengendalikan
ionisasi beberapa substrat, dimana beberapa substrat harus terionisasi dahulu
sebelum dapat bereaksi
Sehubungan dengan peran enzim yang penting dalam kehidupan
organisme tersebut, maka merasa penting bagi kami untuk melakukan percobaan
ini yang berkaitan langsung dengan enzim. Untuk mengetahui lebih jauh lagi dan
memahami lebih dalam lagi tentang enzim maka percobaan inilah jalan yang
kami tempuh dan cocok. Selain mempelajari teori dari berbagai sumber, baik
buku yang ditulis oleh para ahli, mencari informasi tambahan dari internet,
ataupun menanyakan langsung dari dosen pembimbing, maka setidaknya banyak
pengetahuan baru yang dapat kami ambil terutama yang berkaitan langsung
dengan enzim. Sifat-sifat enzim, struktur enzim, mekanisme kerja enzim, dan
terutama faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim, semuanya menjadi sebab
dilakukannya praktikum ini.

B. Tujuan Percobaan
Membuktikan pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase

C. Manfaat Percobaan
Praktikan Dapat membuktikan secara langsung apa saja pengaruh pH terhadap
aktivitas enzim amilase sesuai dengan percobaan yang dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan sangat


penting dalam proses aktivitas biologis. Enzim ini berfungsi sebagai katalisatordalam
sel dan sifatnya sangat khas. Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur
reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan hasil akhir reaksinya. Enzim ini akan kehilangan aktivitasnya akibat
panas, asam atau basa kuat, pelarut organik, atau apa saja yang bisa menyebabkan
denaturasi protein. Enzim dikatakan mempunyai sifat sangat khas. Karena hanya
bekerja pada substrat tertentu dan bentuk reaksi tertentu. Misalnya enzim urease,
substratnya ialah urea dan bentuk reaksinya ialah mengubah substrat menjadi amonia
dan karbondioksida. Didalam sel terdapat beratus-ratus enzim yang berlainan
kekhasannya. Artinya suatu enzim hanya mampu menjadi katalisator untuk reaksi
tertentu saja. Ada enzim yang bisa mengkatalisis suatu kelompok substrat, ada pula
yang hanya satu substrat saja, tetapi ada pula yang bersifat stereospesifik
(Girindra, 198)
Disamping komponen proteinnya, beberapa enzim juga mengandung
senyawa organik nonprotein dengan ukuran molekul yang lebih kecil. Senyawa
nonprotein pada enzim ini disebut gugus prostetik (prothetic group). Gugus prostetik
terikat erat pada molekul protein enzim dengan ikatan kovalen dan esensial untuk
kegiatan katalik enzim yang bersangkutan. Beberapa enzim mengandung gugus
prostetik yang mengikat ion-ion logam. Beberapa enzim lainnya tidak mengandung
gugus prostetik, tetapi untuk melaksanakan aktivitasnya membutuhkan partisipasi
dari senyawa organik lain dan/atau ion logam tertentu. Senyawa organik atau ion
logam yang membantu fungsi enzim disebut sebagai koenzim. Ion logam yang
berpartisipasi ini juga sering disebut activator logam. Koenzim tidak terikat pada
molekul protein penyusun enzim. Beberapa vitamin disentesis oleh tunbuhan
digunakan sebagai bagian dari koenzim atau gugus prostetik. Jadi vitamin disintesis
oleh tumbuhan disamping bermanfaat bagi manusia atau hewan yang
mngkonsumsinya, juag berperan dalam metabolisme tumbuhan itu sendiri
(Lakitan, 2007).
Pada abad ke-17 Van Helmont menyatakan bahwa pencernaan makanan
bukanlah proses mekanisme belaka tetapi juga proses yang melibatkan makanan itu
berubah secara kimia. Dia menggunakan kata ferments bagi proses tersebut dan
persamaan ini sebelumnya dipakai untuk proses pembuatan anggur. Fermentare
artinya membangkitkan. Pada akhir abad ke-19 banyak dipelajari mengenai
pencernaan ini dan diketahui bahwa enzim-enzim yang ada di air liur, di usus, dan
yang dikeluarkan oleh pancreas ikut aktif dalam pencernaan. Pada abad ke-20 ini,
pengetahuan mengenai enzim sudah maju sekali. Pengertian pencernaan bukan hanya
terbatas pada yang terjadi dalam saluran pencernaan tetapi terjadi pula dalam seluruh
sel hidup. Dan enzim bukan saja punya aktivitas dalam reaksi pencernaan atau
degradasi tetapi juga dalam reaksi sintesis. Didalam sel, berlangsung secara terus-
menerus reaksi-reaksi yang sangat kompleks dan dengan kecepatan yang sangat
tinggi namun terarah. Reaksi yang kompleks ini dapat juga berlangsung diluar sel,
hanya saja sangat lamban. Hal ini disebabkan didalam sel hidup terdapat suatu zat
yang dinamakan enzim. Enzim disentesis didalam sel, dapat mempercepat suatu
reaksi termodinamika sedemikian rupa sehingga kecepatan reaksi dapat dapat
berjalan sesuai dengan proses biokimia yang dibutuhkan untuk mengatur kehidupan.
(Girindra, 198)
Menurut Ismail (2006), Enzim umumnya diberi nama dengan penambahan
-ase pada substrat yang dikatalisisnya. Sebagai contoh, lipase mengkatalisis
hidrolisis lipid menjadi gliserol dan asam lemak. Sukrase mengkatalisis hidrolisis
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Beberapa enzim yang ditemukan sebelum
system penamaan diatur dikenal dengan nama umum. Contohnya adalah pepsin,
tripsin, dan kimotripsin yang mengkatalisis hidrolisis protein. System tata nama yang
terakhir dikenal sebagai sitem Internasional Enzyme Commision (IEC) didasarkan
pada jenis reaksi yang dikatalisisnya. Ada enam kelompok enzim dalam system ini,
seperti tertera dalam tabel berikut:
Kelompok enzim Jenis reaksi yang dikatalisis
Oksidase atau dehidrogenase Reaksi oksidasi dan reduksi
Transferase Memindahkan gugus fungsional
Hidrolase Reaksi hidrolisis
Liase Penambahan ikatan rangkap atau sebaliknya
Isomerase Reaksi isomerasi
Ligase atau sintetase Pembentukan ikatan dengan pemecahan ATP

Menurut Lakitan (2007), International Union of Biochemistry membuat sitem


nama yang lebih panjang, deskriptif, dan baku unguk semua enzim yang peranannya
sudah jelas. Pada table dibawah da[pat dilihat kelas utama enzim berdasarkan jenis
reaksi yang dipacu oleh enzim tersebut:

Klas dan sub-klas Tipe reaksi


Oksidoreduktase Memisahkan dan menambahkan electron dan hydrogen
Oksidase Mentransfer elektron atau hidrogen hanya kepada oksigen
Reduktase Menambahkan elektron atau hydrogen
Dehidrogenase Melepaskan hydrogen
Transferase Memindahkan gugus senyawa kimia
Kinase memindahkan gugus fosfat terutana dari ATP
Hidrolase Memutuskan ikatan kimia dengan penambahan air
Proteinase Menghidrolisis protein (ikatan peptida)
Ribonuklease Menghidrolisis RNA (ester fosfat)
deoksiribonuklease Menghidrolisis DNA (ester fosfat)
Lipase Menghidrolisis lemak (ester)
Membentuk ikatan rangkap dengan melepaskan satu
Liase (lyase)
gugus kimia
Menata kembali atom-atom pada suatu molekul untuk
Isomerase
membentuk isomer
Menggunakan dua molekul yang disertai dengan
Ligase atau sintetase
hidrolisis ATP atau nulkeosida fosfat + lainnya
Menggabungkan subnit (monomer) sehingga terbentuk
Polymerase
polimer
Disamping berbagai keunggulannya, enzim juga mempunyai kelemahan, antara lain
karena enzim adalah protein dengan molekul berukuran besar, sehingga tentu saj
sintesisnya membutuhkan energi dalam dalam jumlah yang besar pula.
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan penting dalam aktivitas suatu
enzim. Sampai pada satu titik, kecepatan suatu reaksi enzimatik meningkat sejalan
dengan meningkatnya suhu, sebagian disebabkan karena substrat akan bertubrukan
dengan tempat aktif lebih sering ketika molekul itu bergerak lebih cepat. Namun
demikian, diluar suhu itu, kecepatan reaksi enzimatik akan menurun drastis. Agitasi
termal pada molekul itu akan mengganggu ikatan hidrogen, ikatan ionik, dan interaksi
lemah lainnya yang menstabilkan konformasi aktifnya, sehingga molekul protein itu
akan mengalami denaturasi. Setiap enzim memiliki suatu suhu optimal dimana laju
reaksinya berjalan dengan cepat. Suhu inimemungkinkan terjadinya tubrukan
molekuler tanpa mendenaturasikan molekuler itu. Sebagian besar enzim manusia
memiliki suhu optimal sekitar 35C sampai 40C (mendekati suhu tubuh manusia).
Bakteri yang hidup dalam sumber air panas mengandung enzim dengan suhu optimal
70C atau lebih (Campbell, 2002).
Pengaruh medium dapat mempengaruhi aktivitas enzim. Umumnya terdapat
pH optimum agar suatu enzim dapat berfungsi maksimal dan aktivitas enzim akan
menurun pada pH yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kadang gambaran hubungan
antara aktivitas enzim dengan pH diwakili oleh kurva yang berbentuk lonceng, tetapi
untuk rezim lain mungkin kurvanya relative datar, pH optimum sering dalam kisaran
antara pH 6 sampai pH 8. Selain dapat menyebabkan denaturasi enzim, pH juga dapat
mempengaruhi laju reaksi dengan paling tidak melalui 2 cara lain, yakni [1] aktivitas
enzim sering tergantung pada ada atau tidaknya gugus amino atau karbosil yang
bebas. Gugus ini bisa bermuatan dan bisa pula tidak bermuatan (netral), tergantung
enzimnya, tetapai hanya salah satu bentuk tersebut yang efektif untuk satu enzim.
Jika gugus amino tak bermuatan yang esensial, maka pH optimum akan relative
tinggi, sedangkan gugus karbosil netral membutuhkan pH rendah, dan [2] pH
mengendalikan ionisasi beberapa substrat, dimana beberapa substrat harus terionisasi
dahulu sebelum dapat bereaksi (Lakitan, 2007).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan tempat


Hari, tanggal : Jumat, Desember 2012
Pukul : 16.00 s.d 17.30 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi Lantai III
Sebelah timur jurusan biologi FMIPA UNM Makassar

B. Alat dan bahan


1. Alat
a. Centrifuge dan tabung centrifuge
b. Mortar dan pistilum
c. Tabung reaksi besar dan kecil
d. Pipet
e. Corong kecil
f. Rak tabung reaksi
g. Lampu spiritus
h. Penjepit tabung
2. Bahan
a. Kecambah padi, jagung, atau kacang hijau
b. HCl encer (10 %)
c. Larutan NaOH 1%
d. Kertas pH / pH meter
e. Kertas saring
f. Aquades
g. Amilum
h. Fehling A dan B
i. Korek api
C. Prosedur kerja
1. Mengambil segenggam padi / jagung / kacang hijau.masukkan kedalam
mortar kemudian digerus. Tambahkan aquades 30 ml sambil digerus.
2. Menyaring cairan yang didapat dari nomor 1, masukkan kedalam
tabungcentrifuge. Putar pada centrifuge selama 15 menit dengan kecepatan
sedang.
3. Tuang cairan sepernatan (bening) yang diproleh kedalam tabung reaksi.
4. Menyiapkan 5 buah tabung reaksi besar dan isikan kedalam masing-masing
tabung tersebut 1 ml larutan amilum, kemudian beri label 1-1V
5. Masukkan ekstrak kecambah yang didapat dari nomor 3 kedalam tabung 1,
cek pHnya dan catatlah. Selanjutnya bagi cairan tersebut kedalam 3 tabung
reaksi kecil, beri label a, b, c. setelah 10 menit tambahkan larutan JKJ atau
fehling A dan B kedalam tabung a. setelah 15 menit, tambahkan zat yang
sama kedalam tabung b, dan setelah 15 menit, tambahkan pula zat yag sama
kedalam tabung c. catat warnanya
6. Pada tabung ke II tambahkan 1-2 tetes HCLencer, cek pHnya dan catatlah.
Kemudian tambahkan 1 ml ekstrak dari no. 3 selanjutnya perlakuan seperti
nomor 5.
7. Pada tabung ke III tambahkan 1 tetes larutan NaOH, cek pHnya dan catatlah.
Kemudian tambahkan 1 ml ekstrak dari no. 3 selanjutnya perlakuan seperti
nomor 5.
8. Pada tabung ke IV tambahkan 10 tetes larutan JKJ dan catatlah
warnanya.pada tabungV tambahkan 10 tetes larutan fehling A dan B,
panaskan selama 2 menit, amati perubahan warna dan catatlah.
9. Bangdingkan warna yang terjadi pada tabung I-IV buatlah tabel dan
simpulkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBHASAN

A. Hasil Pengamatan
Table Hasil Pengamatan
Perubahan pH Perubahan Warna
Tabung No
Akhir Akhir
1 6 Hitam
A 2 6 Hijau tua
3 6 Hijau tua
1 2 Biru endapan
B 2 2 Biru mudah
3 2 Biru endapan
1 13 Ungu
C 2 13 Biru mudah
3 13 Ungu
D 1 6 Hijau tua

B. Pembahasan
Mekanisme kerja praktikum ini secara kelompok yang dibagi lagi
menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri masing-masing dua rekan kerja yang
mengamati tiap tipe tabung (A, B, C, dan D). Hal ini dilakukan demi mengefisienkan
waktu yang ada agar semua rangkaian praktikum dapat diselesaikan dalam tiap
kelompok yang terbentuk.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dapat dilihat pada table hasil
pengamatan diatas, maka telihat semua tabung mengalami perubahan dari keadaan
awal, baik itu perubahan pH maupun perubahan warna.
Pada tabung A (1, 2, dan 3), pH awal yang didapat setelah dicampurkan
amilum dan ekstrat yaitu 6 dengan warna putih untuk semua larutan dalam tabung.
Ketika ditambahkan felling A dan B dan satu menit pemanasan selama selang waktu
berlalu 5 menit (A1), 10 menit (A2), 15 menit (A3). Maka terjadi perubahan warna
hitam untuk larutan tabung A1, hijau tua untuk larutan tabung A2, dan hijau untuk
larutan tabung A3. Akan tetapi tidak didapati perubahan pH pada tabung A setelah
penambahan sikap tersebut.
Pada tabung B (1, 2, dan 3), pH awal yang didapat setelah dicampurkan
amilum dan ekstrat yaitu 6 dengan warna hijau tua endapan untuk semua larutan
dalam tabung. Ketika ditambahkan HCl dan felling A dan B serta satu menit
pemanasan selama selang waktu berlalu 5 menit (B1), 10 menit (B2), 15 menit (B3).
Maka terjadi perubahan warna biru endapan untuk larutan tabung B1, hijau mudah
untuk larutan tabung B2, dan hijau endapan untuk larutan tabung B3. Setelah
pengecekan ph yang akhir, didapati perubahan pH menurun dari 6 menjadi 2 pada
tabung B setelah penambahan sikap tersebut.
Pada tabung C (1, 2, dan 3), pH awal yang didapat setelah dicampurkan
amilum dan ekstrat yaitu 6 dengan warna bening keruh untuk semua larutan dalam
tabung. Ketika ditambahkan NaOH terjadi perubahan warna menjadi kuning. Setelah
pengecekan pH maka didapati peningkatan menjadi 13. Ketika felling A dan B
dicampurkan, maka warna larutan tidak menyatu namun ketika dikocok warna
kemudian menyatu menjadi biru tua untuk semua larutan tabung C. dilakukan satu
menit pemanasan selama selang waktu berlalu 5 menit untuk tabung C1 dan berwarna
ungu, 10 menit untuk tabung C2 dan berwarna biru mudah (cerah), 15 menit untuk
tabung C3 dan berwarna ungu.
Pada tabung D setelah dicampurkan amilum dan ekstrat pH yang didapat
6 dengan warna bening keruh sebagaiman tabung A, B, dan C. setelah dimasukkan
felling A dan B terjadi perubahan warna ke biru muda dengan pH 13. Setelah
dipanaskan 1 menit terjdi lagi perubahan warna menjadi hijau tua.
Kita melihat bahwa setelah ditambahkan NaOH dan HCl maka terjadi
perubahan warna. Perubahan warna ini diakibatkan oleh pH larutan tersebut juga
berubah, dari rendah ketinggi ataupun sebaliknya dari tinggi kerendah. Berdasarkan
percobaan dapat diketahui perubahan warna larutan yang berwarna muda diakibatkan
pH larutan tersebut yang rendah, sedangkan perubahan warna larutan yang tua
diakibatkan pH larutan tersebut tinggi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa pH terbukti
berpengaruh terhadap kerja enzim. Perubahan dalam pH menyebabkan terjadinya
denaturasi enzim yang berdampak pada perubahan muatan enzim dengan
pembuktian perubahan warna yang terjadi. Selain pH yang mempengaruhi
aktivitas enzim, terdapat juga pengaruh suhu, ekstrak, dan fehling yang
dicampurkan dalam larutan.

B. Saran
1. Untuk laboran, ketersedian alat dan bahan laboratorium sangat mendukung
proses praktikum. Maka sebaiknya hal tersebut diberi perhatian yang besar
dalam pemenuhannya. Demi tercapainya proses praktikum yang maksimal.
2. Untuk asisten, bimbingannya sangat kami harapkan. Jika bisa di tambah
kenapa tidak? Karena terkadang asisten tidak ada di tempat ketika sangat
dibutuhkan bimbingannya dalam kelompok praktikum.
3. Untuk praktikan, tetaplah pada tugas masing-masing. Berikan kepercayaan
kepada sesama praktikan untuk menyelesaikan tugas yang telah diatur
bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Reace, dan Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta :
Erlangga

Girindra, Aisjah. 1986. Biokimia 1. Jakarta : Gramdia

Ismail. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Makassar : UNM

Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai